Neta
menunggu Isa dan Kiran di depan gerbang sekolah sambil sekali kali menyapa
temannya yang meninggalkan sekolah. Hari ini, hari terakhir UN dan mereka semua
merasa lega setelah menghadapi ketegangan selama beberpa bulan. Neta merasa
lega telah melalui UN dengan baik. Dia yakin bisa mengerjakan semua soal yang
diberikan.
“Net,
ikut yuk kita jalan”Ajak salah satu temannya
“Nggak
ah!
“Hayo
nunggu siapa?
“Ada
deh! Sudah sana pergi, ditinggal yang lain tuh”Kata Neta sambil menunjuk
gerombolan teman-teman mereka yang sudah siap berangkat dengan motornya
masing-masing.
“Apakah
Isa akan ikut kali ini?Tanya Neta dalam hati. Neta merasa kalau Isa sekarang
sering menghindari mereka berdua. Neta tidak mengerti kenapa Isa sekarang jadi
dingin dan serius. Apakah karena akan mengahadapi UN ini dia jadi lebih serius
belajar karena takut tidak lulus.
****
Isa
sahabat Neta sejak mereka kanak-kanak. Rumah mereka berdempetan dan kedua orang
tua mereka berteman baik. Isa selalu menemani Neta kemanapun dia pergi. Mereka
selalu bersama dan satu kelas sejak masih taman kanak-kanak, hingga SMP. Mereka
seperti anak kembar yang selalu bersama-sama. Neta yang ceria, tidak pernah
bisa diam, selalu usil dan mempunyai segudang ide keisengan dan selalu suka
berpetualang. Sejak SD mereka selalu suka berkeliling naik sepeda. Pergi ke
tempat yang jauh yang tidak pernah mereka kunjungi dan kadang berhenti membeli
jajanan dipinggir jalan. Bahkan ketika Neta terjatuh dan berdarah lututnya tapi
tidak pernah membuat dia kapok. Mereka juga pernah tercebur di empang ketika
mereka pergi memancing dan dimarahi mamanya Neta. Neta masih ingat bagaimana
mamanya mengomel memarahi dia. “Neta, kamu itu sudah gede, sudah mens! Kamu dan
Isa itu cewek, belajar jadi perempuan dong! Belajar masak kek, belajar dandan.
Masak ini kok pergi mincing pake nyebur segala!
Omelan
mamanya tidak menghentikan petualangan Neta dan Isa. Mereka bagaikan dua
serangkai Sherlock dan Dr.Watson. Neta seperti tidak pernah kehabisan ide untuk
berpetualang dan Isa tidak pernah sekalipun menolak keinginan Neta. Neta sering
mengajak Isa untuk ikut mengejar layang-layang sambil membawa galah waktu masih
SD. Atau mengambil mangga tetangga dan naik diatas sepeda. Mengajak Isa untuk
ikut latihan pencak silat yang diadakan gereja Neta. Neta juga memarahi Isa
yang mau membatalkan puasanya karena kehausan setelah bersepeda. Neta selalu
senang bila diajak berbuka puasa di rumah Isa. Neta juga memberikan Isa hadiah
Natal dan Isa juga selalu member hadiah Natal buat Neta. Isa selalu menyisihkan
uang jajannya agar bisa memberikan hadiah yang istimewa buat Neta. Semua
tetangga sudah tahu kedekatan mereka berdua. Dimana ada Neta disitu selalu ada
Isa begitupula sebaliknya.
Isa yang
tubuhnya lebih tinggi dan kuat selalu berusaha melindungi Neta. Isa memang
tidak banyak bicara, dia selalu mendengarkan celoteh Neta. Otaknya cerdas,
kreatif dan bisa mewujudkan keinginan Neta. Dia terampil melakukan pekerjaan
tangan, kadang dia membuatkan Neta tempat pensil dari papan. Membuatkan kotak
tempat mainan, membuatkan sangkar burung. Bila Neta mempunyai ide dia selalu
minta Isa membuatkannya. Membuatkan layang-layang dari bamboo dengan ekor yang
panjang. Membetulkan sepeda Neta yang rantainya lepas. Membantu Neta
mengerjakan tugas prakarya mereka waktu SD. Bahkan Isa bisa membuat boneka dari
kain bekas yang dijahit tangan untuk Neta. Isa selalu senang memberikan sesuatu
yang dibuat sendiri untuk Neta.
Isa
menyukai kebersamaannya dengan Neta. Bila Neta diajak pergi keluarganya, Isa
jadi kesepian dan merindukan Neta. Pernah ketika Neta diajak pergi berlibur ke
luar negeri bersama keluarganya. Isa menjadi sedih dan murung. Ada yang hilang
dalam diri Isa, sejak itu dia menyadari kalau dia mencintai Neta. Diam-diam ada
perasaan yang bergejolak di dalam dada Isa bila mereka berdekatan. Apalagi
kalau Neta dengan manja menyandarkan tubuhnya ketika mereka berdua sedang
memancing. Mereka selalu bergandengan atau berpelukkan ketika sedang berjalan
atau bersama. Atau ketika mereka tidur bersama, Neta selalu memeluk pinggangnya
dari belakang. Pernah ketika mereka sedang tidur bersama dan saling pandang.
Dada Isa berdebar-debar dan ingin mencium Neta waktu itu. tapi Isa tidak
mempunyai keberanian dan Neta sudah terlelap di depannya.
Waktu
masih TK mereka sering mandi bersama sehabis hujan-hujanan. Tetapi ketika mulai
mens dan berubahnya bentuk tubuh mereka, Isa mulai merasa malu dan tidak nyaman
kalau harus bertelanjang di depan Neta. Tapi Neta tidak pernah menyadari
kejengahan Isa. Dia tetap saja kadang bertelanjang ganti pakian di depan Isa.
Isa dengan malu-malu mencuri pandang menatap tubuh Neta yang putih dan mulai
terlihat lekuk tubuhnya, payudaranya yang mulai terlihat bentuknya. Isa mulai
menyadari perubahaan perasaan pada dirinya. Dia sadar kalau ada perasaan cinta
dan passion pada Neta. Setiap kali bersentuhan dengan tubuh Neta ada getaran
hebat pada dirinya dan kadang membuat dia mastrubasi. Tapi dia tidak pernah
mengatakan hal itu kepada Neta. Ketika ada pelajaran biologi dia mengetahui
kalau dia itu lesbian dan dia tetap tidak berani mengatakan perasaannya kepada
Neta. Dia takut kalau Neta akan marah dan memutuskan persahabatan mereka.
Mereka
berdua sama-sama menangis karena harus sekolah di tempat yang berbeda ketika
lulus SMP.
“Kenapa
kita tidak bisa sekolah di tempat yang sama Is?
“Ibukku
tidak setuju aku sekolah di sekolah katholik dan juga biayanya mahal. Kalau
sekarang aku khan dapat beasiswa Net. Aku juga ingin sekolah bersama kamu.
Kenapa tidak kamu aja yang masuk sekolah negeri”
“Semua
keluargaku lulusan SMA ini jadi mereka mau aku juga lulusan sini Is. Kita tidak
bisa sama-sama lagi, nanti kamu lupa sama aku, ketemu teman baru”kata Neta dan
mulai meneteskan airmatanya.
Neta
yang biasanya bandel, ceria dan suka iseng tiba-tiba menjadi cengeng dan melo.
Isa yang melihat Neta seperti itu, hatinya tidak tahan. Dia memeluk Neta
erat-erat.
“Aku
tidak akan pernah melupakanmu, tidak akan ada yang berubah. Tidak ada yang bisa
menggantikan kegilaanmu Net!
“Ihh,
masak aku dibilang gila sih!Kata Neta melepaskan pelukkan Isa sambil cemberut.
“Senyum
dong! Masak bandel kayak kamu bisa nangis. Kita khan masih bisa ketemu kalau
pulang sekolah atau hari libur.”Kata Isa sambil mengusap airmata Neta dengan
perasaan sayang.
“Iya,
ya!Kata Neta sambil tersenyum. “Janji ya, kamu tidak akan meninggalkan
aku”lanjut Neta.
Isa
menganggukan kepalanya sambil mencium kening Neta. Neta selalu merasa nyaman
dan suka dengan kelembutan hati Isa. Isa selalu tahu bagaimana menenangkan hati
Neta. Isa senang sekali dia merasa kalau Neta juga mencintai dia. Ketika dia
mencium keningnya, Neta hanya tersenyum.
Hati Isa
berbunga-bunga, dia memang tidak pernah menyatakan perasaannya kepada Neta.
Tetapi dia merasa kalau Neta juga menyukai kebersamaan mereka. Isa tidak pernah
bertanya kepada Neta bagiaman perasaan dia tetapi Isa yakin kalau Neta juga
menyukai dia dan mempunyai perasaan yang sama seperti dia dan takut kehilangan
dia. Isa berjanji dalam hati kalau dia tidak akan meninggalkan Neta dan akan
berusaha selalu membahagiakan Neta. Dia tidak akan berpaling kepada orang lain
karena cintanya hanya untuk Neta. Meskipun diam diam ada ketakutan dalam
hatinya yang paling dalam. Takut kalau orang tua mereka mengetahui hubungan
mereka dan akan memisahkan mereka. Dia tahu kalau ayah Neta, aktif dan menjadi
salah satu pengurus gereja. Sedangkan dia sendiri, hanya mempunyai ibuk saja
dan tidak pernah tahu kemana ayahnya. Dia juga takut kalau akan mengecewakan
Ibuknya. Tetapi Isa menyimpan semua rasa itu sendiri dan tidak ingin membuat
Neta menjadi kuatir.
Mereka
masih terus bersama ketika SMA. Isa kadang menjemput Neta di sekolahnya atau
Neta yang mengunjungi sekolah Isa. Neta memperkenalkan teman-temannya ke Isa
begitupula sebaliknya. Ketika kelas dua SMA, Isa mempunyai sahabat baru di
sekolahnya Kiran. Isa juga tahu kalau Kiran juga seorang lesbian. Kiran orangnya menyenangkan dan easy going,
cerdas dan selalu bersaing nilai dengan Isa. Wajahnya cakep seperti Jon
Bonjovi, rambutnya agak gondrong. Isa melihat ada kemiripan antara Kiran dengan
Neta. Mereka berdua menjadi cocok satu sama lain. Kiran langsung menjadi akrab ketika bertemu
dengan Neta. Mereka seperti tumbu yang ketemu tutupnya. Saling cocok satu sama
lain dan begitu klop. Bahkan kadang mereka bisa saling membaca pikiran
masing-masing. Mereka sering pergi bertiga dan Neta sangat menyukai mereka
berdua. Kiranpun menaruh hati kepada Neta. Dia jadi sering ke rumah Isa agar
bisa bertemu dengan Neta. Sebetulnya Isa mulai kuatir dan takut kalau Neta akan
jatuh hati kepada Kiran. Isa tahu kalau Kiran suka dengan Neta. Isa berusaha
agar Kiran tidak terlalu sering ke rumahnya atau bertemu dengan Neta.
****
Suatu
sore Isa merasa senang karena bisa menikmati kebersamaan dengan Neta hanya
berdua tanpa ada Kiran. Neta rebahan di ranjang Isa seperti biasa dan Isa
berada disampingnya.
“Is..,
Aku rasanya sedang jatuh cinta”Kata Neta memecahkan keheningan.
Isa yang
mendengar pernyataan itu tersenyum sendiri dan langsung memiringkan tubuhnya
berusaha melihat wajah Neta. Senyumnya langsung sirna dari wajahnya ketika
melihat Neta yang sedang menerawang sambil senyum senyum sendiri. Dia tahu
kalau pernyataan itu bukan buat dirinya. Hatinya tiba-tiba berdetak dengan
kencang dan merasa ada ketakutan. Isa langsung bangun dari tidurnya dan berdiri
pura-pura mencari buku di rak buku dan menyalakan radio transistornya. Dia taku
Neta akan mendengar perasaannya yang gelisah. Dia ingin menyembunyikan wajahnya, dia tidak
ingin Neta melihat kesedihan di wajahnya. Isa ingin menangis. Apa yang
ditakutkan selama ini terjadi. Isa mengepalkan tangannya, ingin sekali dia
memukul meja tulis di depannya. Isa teringat kata kata Kiran ketika bertanya
soal Neta.
“Neta
itu pacarmu ya Is? Entah kenapa waktu itu Isa reflek menjawab “Bukan,
sahabatku”
“Kalau
aku mendekati Neta gmana nurut kamu?
Isa
mendadak jadi kesal dan ingin marah kepada kiran. Tapi dia tidak menunjukan
kemarahannya.
“Ya,
terserah kamu kalau dia mau sama kamu, aku khan tidak bisa melarang!”
Sekarang
Isa menyesal dengan jawabannya waktu itu. “Kenapa,
aku tidak mengatakan pada Kiran kalau Neta pacarku dan kenapa aku tidak
mempunyai keberanian menyatakan perasaanku kepada Neta” Isa benar-benar
menyesali diri sendiri. Apalagi dia melihat mata indah itu berbinar penuh cinta
dan cinta itu bukan untuk dia. Isa belum pernah melihat mata Neta yang begitu
berbinar bahagia ketika bersamanya.
“Is,
kamu kok diem aja sih diajak ngomong”
“Iya, aku
dengar. Kamu jatuh cinta sama siapa? Sahut Isa sambil berusaha mengatur
suaranya agar tidak terdengar parau. Dari kaca di dinding, Isa dapat melihat
bayangan Neta yang sedang teresenyum bahagia sambil memeluk guling dan
menciumnya. Melihat hal itu Isa merasakan hatinya yang sakit sekali. Dia tahu
kalau Kiran pasti sudah mencium Neta. Tidak mungkin Neta bersikap seperti itu
kalau mereka belum ciuman. Isa memang melihat semalam Neta dibonceng motor oleh
Kiran. Dia melihat Neta memeluk pinggang Kiran dengan rapat dan merebahkan
kepalanya dipunggung Kiran.
Neta
berdiri dari ranjang Isa dan langsung memeluk tubuh Isa dari belakang. Dia
memeluk erat erat tubuh Isa. “Aku bahagia sekali Is!” Makasih ya”Katanya sambil
mencium pipi Isa dari belakang.
“Aku
pulang dulu ya, bentar lagi aku mau dijemput”Kata Neta sambil meninggalkan Isa
yang masih termenung. Air mata Isa langsung keluar tak terbendung. Isa
merasakan kesakitan yang luar biasa, dadanya seperti dihujami tombak, sakit
luar biasa yang tak terhankan. Dia merebahkan dirinya di ranjang dan menangis.
Hilang sudah semua harapan dan keinginan untuk selalu bersama Neta. Semua
kenangan indah itu akan menjadi kenangan, tidak akan ada lagi hari-hari indah
bersama Neta. Neta telah memilih bersama Kiran, menjalin hari indah yang selama
ini mereka lalui berdua. “Kenapa aku
harus mengenalkan Kiran kepada Neta”. Isa masih ingat kalau mereka berdua
berjanji untuk selalu bersama. “Kenapa
kini kamu tinggalkan aku sendiri Neta.” Isa memang merasa kalau akhir-akhir
ini Neta memang sering pergi berdua dengan Kiran dan makin lama hubungan mereka
makin berjarak. Tetapi Isa tidak menyangka akan secepat ini.
Pernahkah kau merasa jarak antara kita
Kini semakin terasa setelah kau kenal dia
Aku tiada percaya teganya kau putuskan
Indahnya cinta kita yang tak ingin ku akhiri
Kau pergi tinggalkanku
Tak pernahkah kau sadari akulah yang kau sakiti
Engkau pergi dengan janjimu yang telah kau ingkari
Oh tuhan tolonglah aku hapuskan rasa cintaku
Aku pun ingin bahagia walau tak bersama dia
Kini semakin terasa setelah kau kenal dia
Aku tiada percaya teganya kau putuskan
Indahnya cinta kita yang tak ingin ku akhiri
Kau pergi tinggalkanku
Tak pernahkah kau sadari akulah yang kau sakiti
Engkau pergi dengan janjimu yang telah kau ingkari
Oh tuhan tolonglah aku hapuskan rasa cintaku
Aku pun ingin bahagia walau tak bersama dia
Memang takkan mudah bagiku tuk lupakan segalanya
Aku pergi untuk dia
Aku pergi untuk dia
Tak pernahkah kau sadari akulah yang kau sakiti
Engkau pergi dengan janjimu yang telah kau ingkari
Oh tuhan tolonglah aku hapuskan rasa cintaku
Aku pun ingin bahagia walau tak bersama dia
(walau tak bersama dia)
Engkau pergi dengan janjimu yang telah kau ingkari
Oh tuhan tolonglah aku hapuskan rasa cintaku
Aku pun ingin bahagia walau tak bersama dia
(walau tak bersama dia)
Oh tuhan tolonglah aku hapuskan rasa cintaku
Aku pun ingin bahagia walau tak bersama dia
Aku pun ingin bahagia walau tak bersama dia
Hati Isa
makin tercabik cabik mendengar lagu Judika dari radio tua disudut kamarnya.
Lagu itu seperti mewakili hati dan perasaannya. “Tapi Neta tidak pernah mengkianati aku. Aku yang bodoh dan tidak
pernah memberitahu perasaanku kepada Neta. Aku yang pengecut selama ini”
Isa jadi teringat ketika Neta bertanya kepada dirinya ketika mereka baru masuk
SMA. Selama itu mereka tidak pernah membicarakan tentang hubungan mereka atau
perasaan mereka.
“Is,
kamu anggap aku ini sebagai apa?
Isa yang
tidak siap dengan pertanyaan Neta langsung menjawab. “Sahabat terbaikku”
padahal dalam hati dia ingin menjawab kekasihku. Isa sendiri tidak tahu kenapa
dia menjawab seperti itu. Isa tidak ingin kehilangan kebersamaan mereka. Isa
takut kalau Neta menjadi takut dengan dirinya dan tidak mau lagi bersama
dirinya. Waktu itu Isa dapat melihat ada kecewa dari mata Neta. Tapi Isa tetap
tidak berani berterus terang dan berpikir biarlah nanti pelan pelan Neta akan
menyadari perasaan Isa terhadap dia. Tapi semua terlambat sekarang dan Isa
hanya bisa menangisi cintanya.
Isa jadi
teringat dan menyadari perubahan neta berapa bulan terakhir ini. Neta jadi
lebih feminim, Isa ingat ketika dia bertanya kepada Neta.
“Tumben
kok pakai rok, span pendek lagi”
“Iya
lagi pengen aja, bagus nggak?Tanya Neta waktu itu
“mmm
oke, juga!
“ihh kok
cuma oke sih!”
Isa baru
mengtahui, kalau Kiran suka melihat Neta menggunakan rok span jeans pendek yang
kelihatan seksi. Atau ketika Neta mengatakan ingin memanjangkan rambutnya. Isa
masih saja tidak menyadari semua perubahan Neta. Sekarang dia baru menyadari
semuanya. Neta berubah demi menarik perhatian Kiran. Dia ingin kelihatan cantik
dan feminim di depan Kiran.
****
Akhirnya
Neta melihat Kiran dan motornya dari jauh. “Kenapa dia sendirian ya?Tanya Neta
dalam hati.
“Kok kamu sendirian? Isa kemana?Tanya Neta
ketika Kiran telah sampai dihadapannya.
“Tau tuh
dia nggak mau”jawan Kiran sambil menyerahkan helm kepada Neta
“Emang
dia mau kemana?
“Aduh
sayang, mana aku tahu! Kalau dia nggak mau masak aku paksa sih!”
Neta
menangkap nada tidak suka pada suara Kiran dan Neta tidak meneruskan
pertanyaannya. Tapi dia merasa kalau Isa sekarang seirng tidak mau kalau diajak
pergi bersama dan selalu saja ada alasan untuk menghindar. Neta masih terus
memikirkan Isa selama dibonceng Kiran. Neta tidak menyadari ketika motor Kiran
berhenti di rumah Kiran.
“Yuk
masuk!
“Kok
sepi, pada kemana?
“Papa
dan mama pergi ikut tur ke Holyland selama dua minggu dan kakakku ada study
tour sama kampusnya. Jadi kita bisa berdua aja”Kata Kiran dengan tersenyum
nakal sambil mengajaknya ke kamar.
Kiran
mencium bibir Neta dengan lembut dan penuh cinta. Neta yang sedang jatuh cinta
dan baru menikmati indahnya pacaran langsung lupa dengan Isa. Neta yang selama
ini belum pernah merasakan sentuhan dan cumbuan selalu merasa tergetar dengan
lembutnya belaian Kiran. meskipun dia merasakan ada ketakutan dalam dirinya.
Tapi keinginannya untuk menikmati percintaan dengan Kiran sangat kuat. Dia
seperti kecanduan merasakan puncak kenikmatan bersama Kiran, kecanduan
merasakan lembutnya sentuhan jemari Kiran ditubuhnya. Semakin lama semakin
menggila percintaan mereka. Entah itu di kamar dia atau di kamar Kiran. Kadang
Kiran mengajaknya menginap di hotel murah ketika pulang sekolah. Meskipun takut
ketahuan oleh kenalan atau keluarga atau terjadi sesuatu seperti digerebek.
Tetapi mereka tetap nekat menyalurkan perasaan dan keinginan mereka.
Seperti
siang ini mereka terus mereguk nikmatnya cinta, menyisir gunung dan ngarai
tanpa pernah berhenti dan merasa lelah. Mereka terus mereguk nikmatnya cinta
memetik pucuk kenikmatan. Menaklukan puncak cinta mereka dalam pelukan
kehangatan. Neta telah memberikan kekanakannya kepada Kiran tanpa rasa takut,
dia telah menikmati dan menyambut kedewasaannya dengan penuh cinta. Kiran
bahagia sekali waktu pertama kali memberikan cinta dan menerima cinta dari
Neta. Mereka berbagi tubuh dan cinta dengan penuh keindahan gairah muda mereka.
Mereka terus mereguk kenikmatan berkali-kali sampai kelelahan dalam pelukan
tubuh telanjang. Kiran menciumi wajah neta dengan penuh kebahagian dan cinta.
“Makasih
ya sayang!”katanya dengan lembut.
Neta
hanya tersenyum dan memeluk dengan erat tubuh Kiran.
“Aku
ingin mengajak kamu ke rumah nenekku di Menado, kalau kamu mau, kita bisa
berangkat lusa”kata Kiran sambil membelai rambut Neta.
Neta
terdiam dan kembali memikirkan Isa dan ingin mengajaknya. Neta tahu kalau
keluarganya pasti mengijikan kalau dia pergi dengan Kiran. Papanya menyukai
Kiran karena ternyata Papanya Kiran juga pengurus gereja di wilayah lain.
Papanya Kiran salah satu penyumbang dana terbesar untuk pembangunan gereja dan
mereka saling kenal. Neta sendiri tidak tahu waktu itu, tapi papanya yang
ngobrol dengan Kiran waktu itu yang memberi tahu Neta. Kiran memang sering ikut
ke gereja bersama keluarga Neta atau kadang Neta yang ikut Kiran ke gerejanya
bersama keluarga Kiran. itu sebabnya keluarga Neta menyukai Kiran dan selalu
mengijinkan bila dia pergi dengan Kiran.
“Gimana
sayang, kok diem aja? mau khan?
“hmm,
gimana kalau kita mengajak Isa?
“Isa lagi..Isa lagi..”Kata Kiran dengan agak
kesal dan langsung melepaskan pelukkannya, mengambil kaos dan celana dalamnya
dan duduk dipinggir ranjang.
“Kapan
sih kamu bisa berhenti memikirkan Isa? Kamu sadar nggak sih setiap kali kita
berdua, kamu selalu saja ingat dia, kamu ingat ini makanan kesukaan Isa, ini
buku kesukaan Isa, semuanya Isa..Isa.. Isa… . Aku seperti bersaing dengan
bayangan Isa. Sebetulnya kamu itu cinta aku atau Isa sih”
“Ran..Aku
itu cinta kamu. Kamu tahu khan, aku itu belum pernah melakukan hubungan seks
dengan siapapun selama ini dan aku rela memberikan semuanya untuk kamu bukan
yang lain”Kata Neta sambil memeluk Kiran dari belakang. “Isa itu temanku sejak
aku kecil, Ran! Aku cuma kasihan, dia tidak punya teman lain selain kita khan!”
Jangan marah ya, Iya aku tidak akan mengajak dia”Kata Neta sambil berusaha
merebahkan Kiran di ranjang, menciumi wajah Kiran dan merabai tubuh Kiran.
Seketika kemarahan Kiran sirna dan mereka kembali bercinta.
******
Neta
merebahkan tubuhnya diatas ranjang, masih terekam dengan jelas kenangan indah bersama
Kiran selama sepuluh hari di Menado. Kiran mengajak Neta keliling Menado. Neta
masih ingat ketika mereka di Bunaken. Mereka bercinta tanpa berhenti dari pagi
sampai malam dan sampai pagi lagi, hanya lapar yang menghentikan mereka
bercinta. Setelah makan mereka kembali bercinta tanpa pernah ada rasa puas.
Kiran menggunakan cottage keluarganya selama empat hari dan hanya pada hari
terakhir mereka keluar dan melakukan snorkeling melihat keindahan bawa laut
Bunaken. Bahkan mereka juga bercinta diatas kapal yang Kiran bawa. Neta tidak
menyangka kalau keluarga Kiran memiliki Kapal boat dan Kiran bisa
mengemudikannya. Kiran terlihat keren ketika mengemudikan kapal boatnya. Neta
merasa seperti di film-film yang selama ini dia tonton. Hati Neta terbuai
dengan keromantisan yang diberikan Kiran kepadanya. Kiran juga menyajikan makan
malam yang romantis dipinggir pantai dengan cahaya lilin ketika hari pertama
mereka datang di Bunaken.
Semua
orang di pulau mengenal keluarga Kiran dan mereka menghormati Kiran. Neta
benar-benar menikmati liburannya dengan Kiran. Neta merasa perjalanannya dengan
Kiran seperti perjalanan bulan madu. Kiran tahu bagaimana memanjakan Neta dan
memberikan suasana romantis yang tak terlupakan. Setelah puas di laut, Kiran
mengajaknya ke gunung di Tomohon, melihat danau, mengajaknya ke bukit doa.
Pemandangan yang indah dan suasana yang sejuk menambah ke romantisan suasana.
Neta merabai tubuhnya, rasanya masih terasa sentuhan nikmat yang diberikan
Kiran kepadanya. Semuanya begitu menyenangkan dan sempurna. Waktu terasa cepat
berlalu tanpa terasa dan harus kembali pulang. Sebetulnya Kiran mengajak
memperpanjang waktu liburan mereka tetapi Neta merasa tidak enak. Neta memeluk
gulingnya dan senyum-senyum sendiri sambil mengingat percintaannya dengan
Kiran. Tiba-tiba dia teringat Isa.
“Bagaimana kabarnya Isa? Kemarin waktu pergi Neta lupa pamit ke Isa karena
dia sibuk mempersiapkan perlengkapannya ke Menado. Selama di Menado dia juga
tidak pernah telpon atau sms dengan Isa. Dia seperti benar-benar melupakan Isa.
Tiba-tiba dia jadi merasa bersalah dengan Isa.
Neta
bangun dari tidur dan membongkar kantong oleh-oleh. Dia membelikan oleh-oleh
buat Isa dan ibuknya. Neta membawa oleh-oleh yang dia beli ke rumah Isa. Rumah
Isa kelihatan sepi seperti biasa. Neta membuka pagar dan mengetok pintu yang
terkunci.
“e..Neta,
ayo masuk..kok lama nggak kelihatan”Sapa Ibuknya Isa.
“Iya
buk..habis liburan, Isa ada buk? Ini saya beli oleh-oleh buat Isa dan Ibuk”
“Wah
senangnya, tapi Isanya sudah pergi berapa hari yang lalu”
“Lho,
pergi kemana buk?
“Lho,
apa Isa nggak kasi tau kalau dia dapat beasiswa kuliah di Singapore?
Tiba-tiba
Neta merasa ada yang hilang dan kecewa dengan kepergian Isa. Neta menggelengkan
kepalanya. Neta merasa malu sebagai orang terdekat dengan Isa tapi tidak
mengetahui kepergian Isa. Memang akhir-akhir ini dia terlalu sibuk berpacaran
dengan Kiran dan jarang komunikasi dengan Isa.
“Oh iya,
ini ada titipan surat dari Isa buat kamu”
Ibuknya
Isa masuk ke kamar untuk mengambil surat, sementara Neta masih termenung dan
jadi merindukan Isa. Ingin rasanya dia berbagi kebahagian dengan Isa. “Kenapa Isa tidak pernag bercerita kalau dia
dapat beasisawa, bukankah ini sesuatu yang membanggakan kenapa dia tidak pernah
bercerita?. Neta hanya bisa bertanya-tanya pada diri sendiri. Ibuknya Isa keluar
sambil membawa amplop putih dengan garis airmail merah dan biru. Dia
menyerahkan surat itu kepada Neta. Dia tahu kalau anaknya pergi dengan perasaan
patah hati karena gadis cantik dihadapannya. Dia nggak tahu harus sedih atau
gembira. Tetapi yang dia tahu anaknya pergi dengan perasaan sedih, dia hanya
bisa berdoa agar anaknya bisa melalui semua ini dengan baik dan studynya tidak
terganggu disana. Ibuknya merasa mungkin ini yang terbaik buat Isa dan masa
depannya.
Neta
menerima surat Isa dengan perasaan galau. Ada genangan air mata yang siap
turun. Neta berusaha menahan diri agar tidak menangis di depan ibuknya Isa.
Ingin rasanya dia memeluk surat pemberian Isa itu. Dia melihat ada namanya di
depan amplop, tulisan tangan Isa yang selalu rapi dan dia kenal sejak dahulu.
Dia ingin segera berlari ke kamarnya dan membaca surat Isa.
“Saya
permisi dulu aja buk”Katanya sambil bangkit tidak sabar ingin segera kembali.
“Iya,
kamu sering-sering kesini ya, ibuk sekarang sendirian!”
“Iya,
pasti buk!”Kata Neta sambil mencium tangan Ibuknya Isa.
Neta
berjalan dengan cepat kembali kerumahnya. Setengah berlari dia masuk ke dalam
rumah dan menaiki tangga masuk ke dalam kamarnya. Dengan tidak sabar dia
membaca surat Isa yang tertulis dengan rapi.
Dear Neta,
Maaf ya kalau aku pergi dan nggak sempat pamit sama
kamu. Aku mencari kamu tapi katanya kamu lagi pergi liburan di Menado. Aku mendapat
beasiswa kuliah di Singapore. Sebetulnya ada dua Universitas yang menawari aku
beasiswa dan aku memilih Singapore karena tempat ini yang memberikan
fullscholarship. Ini kesempatan buat aku untuk maju dan masa depan yang lebih
baik. Selain itu ada alasan pribadi kenapa aku menerima tawaran itu.
Sebetulnya ada sesuatu yang belum aku ceritakan ke
kamu selama ini. Aku nggak tahu harus mulai darimana. Sejak kecil kita selalu
bersama dan tumbuh bersama. Banyak hal yang menyenangkan kita lalui bersama.
Aku selalu menikmati kebersamaan kita dan senang bisa selalu berada di dekatmu.
Memang ini salahku karena selama kita bersama aku tidak pernah menyampaikan
perasaanku kepadamu. Aku tahu mungkin sekarang bukan saat yang tepat untuk
menyatakan perasaan. Tapi aku ingin kamu tahu dan aku dapat menjalani hidupku dengan
tenang dan tidak menyesal lagi. Aku mencintaimu Neta. Aku mencintaimu sejak
kita masih kanak-kanak dan kamulah perempuan yang memberikan aku kebahagian,
yang selalu bisa membuatku bahagia, dan sedih menjadi satu. Aku mencintaimu melebihi
apapun.
Selama ini aku selalu takut, kalau aku menyatakan
perasaanku, kamu aku akan meninggalkan aku. Bodohnya aku… kebodohanku yang lain ketika
kamu tanya, aku juga tidak berani menyatakan perasaanku. Aku cuma berpikir kamu
harusnya tahu dan merasa kalau aku sayang dan cinta kamu. Aku berpikir perasaan
itu tidak harus dinyatakan tetapi ternyata aku salah.
Nasi sudah jadi bubur. Cinta memang tidak bisa
dipaksakan. Aku tahu kalau kamu juga mencintai Kiran. Dan yang penting kamu sekarang
bahagia bersama Kiran. Aku tahu dia lebih cocok dengan kamu. Kalian seperti
pasangan serasi. Aku percaya dia bisa membahagiakanmu. Dia lebih segalanya
dibandingkan aku. Dia lebih keren, lebih kaya daripada aku. Aku juga percaya
kalau dia baik dan mencintaimu. Dan kamu layak mendapatkan yang terbaik. Aku
sayang kamu dan sangat mencintaimu, kebahagianmu adalah kebahagianku juga.
Kamu tidak perlu mengkuatirkan aku. Aku memang ingin
pergi jauh darimu. Aku tidak sanggup melihat kamu dengan Kiran. Terlalu sakit
hati ini untuk menanggungnya. Biarkan aku membawa perasaan ini dan menjauh
darimu. Kamu baik-baik ya dengan Kiran dan jaga diri baik-baik. Semoga nanti
kita bisa bertemu kembali dengan keadaan yang lebih baik. Aku cuma ingin kamu
tahu, Apapun yang terjadi dan sampai kapanpun kamu akan tetap selalu ada
dihatiku dan menjadi perempuan yang paling aku cintai.
With all my love
Isa Kumalasari
Ps: Aku titip ibuk ya.. kalau kamu ada waktu main ke
rumah dan tengok Ibuk.
Air mata
Neta bercucuran ketika membaca surat Isa. Perasaannya bercampur aduk tak
menentu. Ada sesuatu yang hilang dalam hatinya, ada kesedihan yang tak
terucapkan dalam hatinya. Mendadak semua menjadi gelap, dia merasa bersalah
telah menyakiti hati Isa. Orang yang begitu dekat dengan hidupnya sejak kecil,
orang yang selalu ada buat dia, yang selalu menghiburnya ketika sedih dan ikut
senang ketika dia bahagia. Mengajarinya dengan sabar pelajaran di sekolah,
menjaga dia dan selalu melindungi dia. Kini harus pergi dan hilang dari
kehidpuannya tanpa mengucapkan kata perpisahan. Neta mendekap erat erat surat
dari Isa. “Maafkan aku Is”
Neta
tertidur setelah kelelahan karena menangis, dia juga tidak ingat untuk menelpon
Kiran. handphone yang bergetar dari tadi siang juga tidak dihiraukan. Surat isa
masih dipeluknya sambil tidur dan berharap akan bertemu Isa dalam mimpi.
Hatinya sedang berduka meskipun dia sendiri tidak tahu kenapa dia sedih
ditinggal Isa.
****
Neta
terbangun ketika pintunya diketuk dari luar. Neta baru sadar kalau hari sudah
mulai malam. Dia melihat jam di mejanya sudah jam tujuh malam. Neta masih
malas-malasan diatas tempat tidur. Lampu dikamarnya masih belum dinyalakan. Pintu
masih diketuk dari luar.
“Masuk…”Sahut
Neta dari dalam
“Hei..kamu
kenapa?Tanya Kiran yang berdiri di pintu dan berusaha mencari saklar lampu.
Neta
kaget ketika melihat Kiran sudah berdiri di depannya dan dia terlambat
menyembunyikan surat dari Isa dan matanya masih bengkak karena habis menangis.
Kiran yang melihat keadaan Neta langsung jongkok dipinggir ranjang Neta. Dia
melihat ada surat yang agak lusuh tertiduri.
“Apa
ini?Tanya Kiran dan mengambil surat Isa.
Neta berusaha
mengambil kembali surat Isa dari tangan Kiran.
Tapi dia terlambat, Kiran telah berdiri dan membaca surat Isa. Neta
merapikan rambutnya dan duduk dipinggir ranjang menunggu reaksi dari Kiran.
Dada Kiran
bergemuruh membaca surat Isa, apalagi melihat keadaan Neta yang terlihat sedih
dan berduka. Rasa cemburunya membuncah dalam dadanya. Dia tahu kalau Neta dan
Isa telah berteman sejak mereka kanak-kanak. Selama ini Kiran selalu berusaha
mengerti dan menerima hubungan mereka berdua dan berusaha untuk tidak cemburu.
Dia juga berusaha mengerti keadaan Isa yang pendiam dan cenderung tertutup.
Bagaimanapun Isa yang telah mempertemukan dia dengan Neta. Kiran masih ingat
kalau dia pernah bertanya hubungan Isa dan Neta. Seandainya waktu itu Isa
mengatakan kalau dia mencintai Neta dan ingin menjadikan pacar tentu dia tidak
akan maju mendekati Neta. Kiran berusaha mengatur nafasnya, dadanya terasa
sesak. Sekarang hubungannya dengan Neta sudah jauh dan dia semakin mencintai
dan ingin terus bersama Neta. Kiran merasa kesal kenapa Isa harus menulis surat
seperti ini kepada Neta. “Apakah dia
ingin merusak hubunganku dengan Neta? Ingin rasanya Kiran menyobek-nyobek
surat Isa itu. tapi dia tahu itu akan membuat Neta marah dan sedih.
Kiran
duduk dipinggir ranjang Neta, dia terdiam dan tanggannya masih memegang surat
Isa. Kiran berusaha mengatur nafas dan perasaannya yang bergejolak. Dia tidak
mengeluarkan kata-kata apapun. Kediaman Kiran membuat Neta jadi salah tingkah.
Dia takut kalau Kiran akan menjadi marah karena membaca surat Isa. Mereka
sama-sama terdiam dan ruangan kamar Neta menjadi sepi, dingin membeku. Semua
berkecamuk dengan pikiran masing-masing. Kiran sendiri tidak tahu harus
mengatakan apa dengan kejadian ini. Selama ini dia selalu cemburu dengan Isa,
cemburu dengan kedekatan mereka, cemburu dengan masa kecil mereka. Sekarang dia
melihat orang yang sangat dia cintai menangis karena kepergian Isa, begitu
sedih seakan akan ditinggal pergi kekasihnya. Dia ingin marah, Hatinya merasa
terluka dan cemburu. Tapi dia tidak bisa menyakiti hati orang yang dia cintai. Dia
tidak ingin menambah kesedihan hati Neta.
“Aku
tahu ini pasti membuatmu sedih. Aku sadar, aku hanya orang yang baru, Orang
yang baru datang dikehidupanmu. Aku masih satu tahun lebih mengenalmu dan masih
baru beberapa bulan jadian, sedangkan Isa sudah belasan tahun bersamamu.
Bagaimanapun aku tidak bisa menggantikan Isa. Aku tidak bisa menggantikan
kenangan indah kalian di waktu kecil. Mungkin aku tidak terlalu mengenal kamu
seperti Isa mengenal kamu. Mungkin aku tidak sesabar Isa atau sebaik dia. Aku
tidak tahu apakah cintaku sebesar cinta Isa ke kamu, apakah sayangku lebih
besar daripada Isa. Aku tidak bisa mengukurnya dan hanya kamu yang bisa
merasakan. Tapi aku tahu kalau aku
sangat mencintaimu dan aku selalu ingin membahagiakanmu. Aku tidak bisa kalau
harus bersaing dengan masa lalumu bersama Isa. Aku juga tidak ingin kalau
hubungan kita selalu dibayang-bayangi sosok Isa, atau kita akan selalu
bertengkar gara-gara Isa, atau kamu selalu bersedih karena memikirkan Isa”Kata
Kiran sambil menghela nafas dan menghapus air matanya. “Aku tidak bisa
mengganti kenangan indahmu bersama Isa, aku juga tidak meminta kamu untuk
menghapus kenanganmu atau melupakannya. Aku tahu itu masa kanak-kanakmu dan
kita bukan lagi kanak-kanak. Aku cuma ingin membuat kenangan indah bersamamu.
Aku ingin kamu menjadi bagian dari hidupku, masa depanku. Tapi semua terserah
kamu, aku hanya bisa menuruti semua maumu. Aku tidak bisa memaksa kamu untuk
selalu mencintaiku atau memilih aku”
Neta
jadi bingung dengan perasaannya sendiri, dia tahu kalau dia selalu bahagia
berada disisi Kiran. Dia mencintai Kiran, dia menemukan sesuatu yang tidak ada
pada diri Isa dan menemukannya pada Kiran. “Apakah
aku mencintai dua orang sekaligus”Kata Neta dalam hati. “Apakah aku juga harus melukai hati Kiran?
Neta berusaha memeluk Kiran dan merebahkan kepalanya dipelukan Kiran. Kiran memeluk
Neta, mencium rambut Neta dengan lembut.
“Net,
apakah kamu menyesal berpacaran denganku?
Neta
menggelengkan kepalanya. “Aku tidak menyesal berpacaran dengan kamu”Jawab Neta
dengan lirih.
“Apakah
kamu mencintai Isa?
“Aku
tidak tahu Ran apakah ini cinta, aku cuma sedih dia pergi tanpa pamit”
“Net,
apakah kamu butuh waktu untuk bertanya pada diri sendiri siapa yang kamu
cintai?
Hati
Kiran serasa ditusuk ketika dia bertanya seperti itu kepada Neta. Dia merasa
sedih dan takut kehilangan Neta. Dia takut bagaimana nanti kalau Neta memilih
Isa daripada dirinya. Apalagi Neta masih belum menjawab pertanyaannya. Kiran
tahu kalau Neta sedang bimbang dan tidak bisa memutuskan.
“Mungkin
sebaiknya aku juga pergi sementara waktu, supaya kamu bisa berpikir dengan
jernih. Kamu tidak mungkin jalan dengan dua orang sekaligus. Aku tidak bisa
berbagi dengan orang lain meskipun itu Isa. Bagaimanapun Isa juga sahabatku dan
tentu Isa juga tidak mau berbagi denganku. Itu sebabnya kenapa dia pergi”Kata
Kiran berusaha untuk tetap tenang.
“Sebaiknya
aku pulang dulu aja, ini sudah malam. Kamu tahu bagaimana menghubungi aku dan
kamu juga tahu aku selalu ada buat kamu dan selalu mencintaimu, apapun yang
kamu pilih dan putuskan”
Kiran
mencium kening Neta lama dan lembut sekali, seakan akan itu adalah ciuman
terakhhirnya. Sementara Neta masih belum bergeming. Melepaskan pelukkannya,
berdiri dan keluar dari kamar Neta tanpa membalikkan badannya. Dia membiarkan
Neta yang masih mematung. Neta tersentak sadar ketika pintu ditutup oleh
Kiran. Dadanya berdetak dengan cepat, ada yang pergi dari hidupnya.
"Kiran! Tubuhnya memanas, nafas tersengal, dadanya tiba tiba terasa sesak
dan sakit sekali, perutnya terasa mual. "Apa
yang telah kulakukan? Aku sayang
dengan Isa tapi aku mencintai Kiran. "Kirannn! Neta terhuyung huyung
bangun dan berlari menuruni tangga mengejar Kiran. Tetapi Kiran telah pergi.
Dengan lemas Neta kembali masuk kedalam rumah, airmatanya kembali mengalir. Ini lebih menyakitkan daripada kehilangan Isa. Dia tidak ingin kehilangan Kiran. Hanya dengan Kiran, dia merasa hidup, merasa dicintai dan mencintai. "Jangan tinggalkan aku Kiran, aku mencintaimu" Neta berusaha menelpon hp Kiran, tetapi Kiran tidak mengangkat HPnya. Ada perasaan kuatir dalam diri Neta. Dia pergi dengan perasaan sedih dan terluka. Kenapa aku harus menyakiti dua orang yang aku sayangi. Betapa jahatnya aku.
Neta mengganti pakaiannya dan mengambil jaket serta tas cangklongnya. Aku tidak mau kehilangan Kiran. Dia menstater motor maticnya. Aku harus ke rumah Kiran. Neta merasa beruntung karena kedua orang tuanya sedang di luar kota. Dia tidak ingin menunggu sampai besok, dia tidak ingin terlambat. Dengan memacu motornya, dia menuju rumah Kiran. Perjalanan serasa jauh dan lama. Jalanan yang sepi terasa jauh, trafic light terasa lama. Neta mencoba mengebut dan ingin segera menemui Kiran. Memeluknya dan mengatakan betapa dia mencintai Kiran dan tidak ingin kehilangan dia.
Akhirnya dia sampai di depan rumah Kiran. Dia melepaskan
helmnya dan menghampiri pagar rumahnya yang tinggi dan hitam. Penjaga rumah
Kiran kaget ketika melihat kedatangan Neta.
"Kiran ada pak?
"Ada non, baru aja nyampe"
Neta masuk ke dalam rumah Kiran yang sepi. Dia langsung menuju kamar Kiran. Pintunya tertutup, Neta membukanya perlahan. Dia melihat Kiran menelungkupkan badannya dan sedang menangis. Neta hatinya tertusuk tusuk melihat orang yang dicintai menangis sedih karena dirinya. "Betapa bodohnya aku"Kata Neta dalam hati. Airmata Neta meleleh. "Ran!
Kiran tersentak kaget mendengar suara orang yang sangat dicintai. Dia seperti mimpi dan tidak percaya dengan apa yang di dengar. Dia berpikir kalau dirinya sudah gila dan berhalusinasi mendengar suara Neta. Dia makin keras menangis dan menutup kepalanya dengan bantal. Dada Neta makin sakit dan tertusuk melihat kesedihan Kiran dan mendengar tangisan Kiran. Kiran yang selama ini selalu kuat, tegar, easy going, selalu gembira tiba tiba terlihat sisi yang belum pernah dia lihat. Neta merasakan betapa kuat cinta Kiran kepadanya. Neta ingin memeluk Kiran.
"Kiran ada pak?
"Ada non, baru aja nyampe"
Neta masuk ke dalam rumah Kiran yang sepi. Dia langsung menuju kamar Kiran. Pintunya tertutup, Neta membukanya perlahan. Dia melihat Kiran menelungkupkan badannya dan sedang menangis. Neta hatinya tertusuk tusuk melihat orang yang dicintai menangis sedih karena dirinya. "Betapa bodohnya aku"Kata Neta dalam hati. Airmata Neta meleleh. "Ran!
Kiran tersentak kaget mendengar suara orang yang sangat dicintai. Dia seperti mimpi dan tidak percaya dengan apa yang di dengar. Dia berpikir kalau dirinya sudah gila dan berhalusinasi mendengar suara Neta. Dia makin keras menangis dan menutup kepalanya dengan bantal. Dada Neta makin sakit dan tertusuk melihat kesedihan Kiran dan mendengar tangisan Kiran. Kiran yang selama ini selalu kuat, tegar, easy going, selalu gembira tiba tiba terlihat sisi yang belum pernah dia lihat. Neta merasakan betapa kuat cinta Kiran kepadanya. Neta ingin memeluk Kiran.
Neta mendekati ranjang Kiran. Dia menyentuh punggung
Kiran. "Ran, maafkan aku"
Kiran langsung membalikan badannya dan bangun. "Neta" Kiran langsung memeluk Neta erat erat. Mereka berdua berpelukan dan sama-sama menangis. Kiran seperti tidak percaya, melihat Neta ada dihadapannya, dikamarnya. Kiran berulang kali menciumi wajah Neta seakan akan sudah lama tidak pernah bertemu dan merindukannya.
Kiran langsung membalikan badannya dan bangun. "Neta" Kiran langsung memeluk Neta erat erat. Mereka berdua berpelukan dan sama-sama menangis. Kiran seperti tidak percaya, melihat Neta ada dihadapannya, dikamarnya. Kiran berulang kali menciumi wajah Neta seakan akan sudah lama tidak pernah bertemu dan merindukannya.
"Oh, Neta jangan tinggalkan aku"
“Maafkan
aku Ran! Aku tidak ingin kehilangan kamu, Aku mencintaimu Ran”Kata Neta
melepaskan pelukkannya dan menatap Kiran. Kiran memegang kedua tangan Neta,
meciumnya dan menempelkan di dadanya.
“Kamu
tahu, hati ini milik kamu Net, hanya kamu yang bisa membuat dia bahagia atau
hancur. Semua ada ditanganmu, aku telah menyerahkan semua hatiku untuk mu”
Airmata
Neta mengalir perasaannya menjadi haru biru. Dia semakin sadar kalau dia memang
mencintai Kiran bukan Isa. Kalau Kiranlah belahan jiwanya dan hdiupnya.
“Hatiku
juga hanya untukmu, Ran” Maafkan aku! aku memang sedih Isa pergi tapi bukan
karena aku mencintainya, aku sayang dengan dia seperti saudaraku sendiri. Aku
minta pengertianmu dan memaafkan aku”
Kiran
hanya mengangguk dan memeluk erat-erat tubuh Neta. Dia merasa bahagia dengan
cinta Neta. Dia telah memaafkan dan menghargai kedatangan Neta dirumahnya. Mereka
berdua terlelap sambil berpelukan seakan ingin menyatu dan tak ingin dipisahkan
lagi, memimpikan masa dapan yang penuh kebahagian.
0 comments: