Sang Ajudan


Frida pagi-pagi sudah tiba di rumah dinas Bupati. Setelah libur satu minggu karena mengikuti workshop di pulau jawa, Frida merasa bersalah telah meninggalkan tugasnya sebagai ajudan isteri Bupati. Frida tahu hari ini Bu Nur ada kunjungan di kecamatan yang perjalannanya dua jam dari sini. Frida melihat Pak Asrofi sedang membersihkan mobil dinas dan dia menghampiri rekan kerjanya itu.
"Pak!
"E.. Sudah balik da?
"iya pak semalem baru balik, ini aku bawa oleh-oleh buat Pak Asrofi"
"wah makasih ya da! Ternyata lu ingat juga bawa oleh-oleh"
"ya. Ingatlah pak!
"kamu ditanyain ibu tuh, kok nggak nampak batang hidungnya"
Mendengar hal itu hati Frida langsung berbunga-bunga, ada kebahagian tersendiri yang dia rasakan.
"Cepet sana masuk menghadap dulu ke Ibu"
"Iya pak, aku masuk"

Frida masuk kedalam rumah dinas. Petugas kebersihan terlihat membersihkan ruangan seperti biasa aktifitas di pagi hari. Frida masuk ke ruang makan dan membantu kepala rumah tangga menyiapkan sarapan.

"kapan balik da?Tanya si Imam kepala rumah tangga sambil menyiapkan nasi goreng, telor mata sapu dan krupuk.
"Kok cuma satu Mas? Bapak nggak sarapan?
"Bapak lagi ke Jakarta, lusa baru balik"


Imam, Kepala koki yang juga seorang gay dan terkenal karena masakannya yang enak. Dia adalah kesayangan semua orang karena selalu suka membantu teman-teman bila mempunyai acara di rumahnya. Dia juga tahu kalau Frida adalah lesbian. tapi mereka berdua tidak pernah membahas hal itu dan sama-sama saling mengerti.

Ketika Frida sedang asik menata meja makan, Bu Nur masuk ke ruang makan.
“Sudah datang kamu da? Nanti ikut saya ya mengunjungi peresmian puskesmas di Kecamatan”
“Siap Bu!” Tapi hari ini yang tugas damping ibu, si bunga, bu! Dan dia sudah ada di depan”
“Dia khan sudah satu minggu bertugas, kenapa dia lagi yang bertugas, khan kamu sudah ada sekarang. Coba kamu panggil si Asrofi kesini”
“Baik bu!”

Buru-buru Frida keluar dan memanggil Pak Asrofi. Dia senang sekali karena dapat kembali mendampingi  dan bertugas.

“Iya, Bu, ada apa?Kata Pak Asrofi
“Itu suruh si Bunga pulang, khan sudah ada si Frida. Habis sarapan kita langsung berangkat ya! Kalian berdua sudah sarapan belum?
“Sudah bu! Hampir secara bersamaan mereka menjawab.
Frida buru-buru menarik kursi ketika melihat Bu Nur mau duduk.
“Mau dibuatkan teh bu?
“Iya, boleh”

Frida membuatkan teh melati yang tidak terlalu manis, kesukaan Bu Nur. Frida selalu tahu apa kebutuhan Bu Nur dan dia selalu melakukan sebelum diminta atau disuruh. Perhatiannya terhadap hal-hal kecil membuat Bu Nur menyukainya. Tidak hanya itu Frida juga mengerti apa kesukaan dan apa yang tidak disukai Bu NUr. Bila bepergian keluar kota Frida selalu menyiapkan semuanya dan semuanya diatur dengan Rapi. Bahkan ketika lebaran kemarin tanpa diminta dia sudah datang pagi-pagi untuk menyiapkan acara open house, mulai membantu mengatur catering, menyiapkan kursi, minuman, dan lain sebagainya. Bu Nur merasa tertolong dengan kehadiran Frida yang cekatan dan selalu tahu apa yang harus dilakukan. Tidak hanya itu Bu Nur juga selalu suka dengan perhatian yang diberikan Frida kepadanya.  Frida bekerja seakan tidak pernah lelah, kadang dia sampai telat makan hanya untuk melayani Bu Nur.  Tidak hanya Bu Nur saja yang dia layani tetapi juga teman-teman gank Bu Nur, isteri ketua DPRD, dan isteri pejabat lainnya yang ada empat orang. Mereka juga suka sekali dengan Frida dan setiap mereka pergi bersama Frida selalu diajak.

*****

Nurjada adalah anak orang kaya dan terpandang di Kalimantan. Dari kecil hidupnya selalu berkecukupan dan dia orang selalu penuh perhatian dan perduli dengan orang lain. Meskipun dia anak orang kaya, dia tidak suka membeda-bedakan dalam berteman atau sikapnya terhadap pembantu atau pegawai orang tuanya juga sangat sopan. Dari kecil dia selalu suka menolong orang lain, pernah dia meminta kepadah ayahnya untuk membantu temannya di sekolah karena tidak bisa bayar uang sekolah. Di sekolah dia selalu juara kelas bahkan di terima kuliah di UI dengan jalur prestasi. Ketika kuliah itu dia bertemu dengan Husein yang masih keturunan Sultan. Mereka berdua bersahabat karena sama-sama dari Kalimatan. Waktu itu Husein sudah mempunyai pacar anak Bandung. Sayang ketika lulus dan hendak balik ke Kalimantan cewek itu tidak mau. Sebetulnya Nurjada tidak ingin menikah dengan Husein tetapi orang tua mereka menjodohkan dan Nur tidak bisa menolaknya. Pernikahan mereka berlangsung tujuh hari tujuh malam dan sangat meriah sekali. Kedua orang tua mereka adalah orang yang berpengaruh dan sama-sama orang Kaya. Meskipun Husein dan Nur tidak menyetujui pernikahan itu tapi mereka berdua sepakat untuk belajar menjalani dan tetap menjadi sahabat.

Sebelum menikah Nur meminta syarat kalau dia tidak ingin dilarang-larang atau dibatasi berkatifitas. Dia ingin sederajat dan tidak mau seperti isteri di daerah mereka yang harus menurut dengan suami dan melayani. Husein menyetujuhi permintaan Nur meskipun keluarganya keberatan.  Tetapi Nur tetap tidak mengelak ketika Husein mengajaknya berhubungan suami isteri. Nur menjalani dengan perasaan tersiksa. Nur tahu kalau Husein pasti menyukai tubuhnya yang terawatt dan wajahnya yang cantik. Kalau dibandingkan dengan pacarnya Husein yang anak Bandung, wajah Nur lebih cantik dan elegan. Tetapi satu yang Nur tidak bersaing dengan pacar Husein itu. Nur tahu kalau Husein dan pacarnya itu sudah melakukan hubungan sex selama mereka pacaran. Sedangkan Nur tidak terlalu menyukai hubungan sex dengan Husein. Tapi Husein tidak berani marah dan melakukan sesuatu yang menyakiti Nur. Bagaimanapun dia takut kalau Nur melapor kekeluarganya atau keluarga Husein.  Nur merasa bahagia sekali ketika tahu dirinya sedang hamil dan semua keluarga menjadi senang dan heboh karena itu adalah calon cucu pertama keluarga Husein dan Nur. Dengan kehamilannya itu dia punya alasan untuk menolak hubungan badan dan Husein juga tidak keberatan.

Ketika Husein ingin maju menjadi calon Bupati, Dia berdiskusi terlebih dahulu dengan Nur. Husein tahu kalau Nur itu suka aktif di organisasi social dan suka menolong orang. Katanya, Kalau kamu jadi isteri Bupati kamu akan lebih mudah dan lebih banyak membantu orang lain. Aku akan membantu kehidupan rakyat menjadi lebih baik Nur! Dan aku tidak bisa melakukan sendiri tanpa kamu.
Nur merasa apa yang dikatakan Husein itu memang benar dan dia merasa akan banyak manfaatnya kalau Husein menjadi Bupati. Kesibukan Husein dipencalonan Bupati membuat dia melupakan hasrat bercintanya dengan Nur dan Nur pun merasa senang, terbebas dari kewajibannya. Apalagi dia harus menemani Husein kampanye sementara puteranya masih berumur dua tahun. Sejak terpilih menjadi Bupati kesibukan Nur semakin banyak. Dia tidak hanya menemani suaminyakunjungan ke pelosok tetapi dia juga harus membina PKK atau mengadakan kunjungan kerja ibu-ibu PKK. Biasanya dia selalu ditemani oleh sopir dan ajudannya. Tetapi baru dengan Frida dia merasa cocok dan suka. Sudah hampir satu tahun Frida selalu menemani dia dan dia selalu merasa aman dan terlindungi bila ada Frida disampingnya. Frida selalu tahu kebutuhannya tidak seperti ajudanya yang lain yang kadang takut-takut dan tidak sigap dengan keadaan. Kadang mereka seperti patung yang tidak punya insiatif sama sekali atau seperti robot yang kalau diperintah baru jalan dan melakukan. Beda sekali dengan Frida yang selalu bisa melihat keadaan.
Nur tidak menyangka kalau ternyata Frida lulusan S1 sosial politik. Semakin lama Nur mengenal Frida, semakin merasa suka. Meskipun tubuh Frida lebih pendek dari Nur tetapi sikap selalu siap melindungi dan seakan-akan siap jadi tameng bagi Nur bila terjadi sesuatu. Semua yang dilakukan Frida membuat Nur menjadi nyaman dan mempercayai Frida. Nur juga pernah menguji kejujuran Frida dan dia lulus dengan mulus. Semakin lama Nur semakin tergantung dengan keberadaan Frida.

*****
Hari ini Frida menemani Nur, melakukan kunjungan ke Kelurahan yang agak jauh dan jalannya tidak terlalu bagus. Frida duduk didepan bersama Asrofi, mengawasi jalan yang agak becek karena sisa hujan semalam. Mereka berangkat pagi pagi tadi, Frida sudah menyiapkan semua perlengkapan untuk Nur . Mereka naik tiga mobil, bersama beberapa staff bupati asisten bu Nur. 

Di kelurahan terlihat sudah banyak orang berkumpul. Mereka langsung menyambut kedatangan Bu Nur sebagai isteri Bupati. Hari ini Bu Nur meresmikan tempat pelatihan buat ibu-ibu PKK. Jalanan masih dari tanah belum ada jalan ber-aspal tapi masih tanah merah yang dikeraskan. Tapi bila hujan yang cukup lama jadi agak gembur dan becek. Nur kelihatan tidak peduli dengan kondisi jalan, dia tetap saja berkeliling menyalami ibu-ibu dan mengajak berkomunikasi anak-anak yang ikut. Dia tidak peduli sepatunya yang mahal kena tanah coklat disana. Frida terus mendampingi disamping Nur sambil sekali-sekali menjadi pegangan Nur ketika melangkahi genangan air. Mereka di jamu oleh ibu-ibu disana dan makan bersama di gedung baru tersebut.

Menjelang malam mereka masuk ke Hotel untuk menginap semalam karena hujan terlalu lebat untuk melanjutkan perjalan pulang. Ternyata kamar sedang penuh sehingga mereka harus berbagi kamar. Nur meminta Frida sekamar dengan dirinya karena dia merasa takut tidur sendirian di tempat yang tidak terlalu dia kenal. Frida hanya menurut semua perintah. Frida menurunkan semua keperluan Nur. Memang setiap kunjungan ke daerah Frida selalu menyiapkan keperluan emergency seandainya mereka harus menginap atau kemalaman di Jalan. Tetapi baru kali ini Frida diajak sekamar oleh Bu Nur. Frida menjadi canggung dan merasa sungkan harus sekamar dengan Nur, apalagi sekarang dia harus tidur seranjang karena tidak ada ranjang twin dan extra bed. Frida memutuskan untuk tidur dilantai beralaskan bed cover. Frida menggelar bed cover sementara Nur masih membersihkan diri di Kamar Mandi. Dia mencopot bajunya dan memakai celana pendek dan kaos. Dia mencium bau tubuhnya sendiri, dia tidak ingin kalau Nur mencium bau yang tidak sedap dari dirinya. Sebab dia tahu kalau Nur sering terganggu dengan bau-bau yang keras.

“Lho, Da! Ngapain kamu gelar dagangan dibawah begitu!
“nggak apa apa bu, saya tidur dibawah aja. saya sudah biasa kok bu”
“Sudah kamu mandi dan sikat gigi dulu sana trus tidur”
“Siap Bu”

Begitu Frida masuk ke kamar mandi, Nur langsung melipat bed cover yang telah disiapkan Frida untuk alas tidurnya. Dimasukan bed cover itu ke dalam lemari dan Nur merebahkan dirinya ke ranjang. Frida yang baru selesai mandi terpaku melihat bed cover alas tidurnya sudah tidak ada.

“Sudah jangan berdiri dan bengong aja disitu, cepet naik dan matikan lampunya”
“Iya Bu”

Frida mematikan lampu dan duduk dipinggir ranjang. Perasaannya jadi gelisah, dia merasa sangat sungkan tapi di sisi lain dia merasakan seperti mimpi bisa tidur bersama dengan orang yang dia kagumi. Dia merebahkan dirinya dengan tegang dan seperti orang sedang berbaris dalam posisi tidur. Dadanya berdebar dengan kencang, dia berusaha memejamkan mata tetapi tidak bisa. Dia tidak berani menggerakan badannya. Tiba-tiba ruangan menjadi dingin dan menegangkan. Frida ingin memiringkan badannya dan menatap Nur yang berada di sebelahnya. Tetapi dia tidak mempunyai keberanian, bahkan untuk melihat Nur menggenakan baju tidur apa saja dia tidak berani. Frida berusaha mengingat Nur mengenakan baju tidur apa.

“Kenapa kamu seperti patung gitu, Da”

Frida dikejutkan dengan pertanyaan Nur dan dia juga tidak tahu harus menjawab apa. Antara perasaan senang dan sungkan bercampur aduk menjadi satu. Dia tahu kalau dia menyukai Nur, tapi dia juga tahu diri kalau itu tidak mungkin. Dia tahu siapa dirinya dan siapa Nur. Dia juga tidak ingin kehilangan pekerjaannya.

“Kamu takut ya Da, sama aku?

Nur mendekatkan dirinya ke frida yang semakin grogi menyadari betapa dekat tubuhnya dengan tubuh Nur. Dia dapat mencium aroma wangi tubuh Nur yang berada di dekatnya,

“Iya Bu, e… nggak Bu”

Dengan gelagapan karena grogi dia menjawab pertanyaan Nur. Badan Frida langsung menjadi panas, mukanya merah padam. Ketika tangan Nur bersentuhan dengan tangan Frida. Nur dapat merasakan suhu badan Frida yang panas.

“Kamu sakit ya da? Tanya Nur sambil setengah bangun dan menyentuh kening Frida.
“Nggak apa-apa kok bu!Jawab Frida cepat cepat.

Nur menyentuh pipi  dan leher Frida, yang membuat Frida makin bergetar hatinya. Dia makin menjadi salah tingkah dan memerah mukanya. Untung dikamar agak remang-remang, hanya cahaya lampu dari kamar mandi. Kalau tidak pasti Nur sudah melihat wajah Frida yang seperti kepeting rebus.

“Nurut kamu, aku itu bagaimana Da?
“e.. ibu cantik, baik dan pintar”
“Kamu suka aku nggak da?
“Suka bu”
“Kalo suka kok kamu jadi seperti patung gini”
“Saya cuma tidak ingin dianggap kurang ajar bu!
“Kamu kok nggak berani melihat saya kalau saya cantik?

Dengan gerakan ragu-ragu Frida memberanikan dirinya melihat wajah nur dalam keremangan malam. Baru kali ini Frida melihat wajah Nur dalam jarak yang begitu dekat. Wajah nur yang cantik makin memukau hati Frida. Hati Frida makin bergetar menyadari betapa dia dan Nur tak berjarak saat ini. Nur menatap mata Frida, dia tahu kalau Frida lesbian dan diam-diam menyukai dia. Nur membelai wajah Frida yang putih bersih dan terlihat ganteng tanpa jilbabnya. Nur selalu suka melihat Frida bila tidak berjilbab, rambutnya yang pendek dan hitam terlihat cocok dengan wajahnya. Nur mencium bibir Frida  dengan lembut, pertama Frida terkejut dan berapa detik kemudia dia sudah membalas ciuman itu dengan lembut. Frida tak lagi memikirkan pekerjaannya, meskipun dia tahu kalau dia sedang bermain api. Tapi dia tidak bisa menolak ciuman Nur, orang yang dia kagumi dan dia cintai secara diam-diam. Bagi Frida ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Dia menikmati ciuman yang menghanyutkan, dia merasa bahagia dapat merasakan bibir Nur yang indah. Frida melihat Nur membuka pakaiannya. Jantung Frida makin berdegub dengan kencang melihat tubuh Nur yang Indah, payudaranya begitu sempurna, lekuk tubuhnya. Frida langsung bergetar ketika tangannya ditarik dan disentuhkan ke payudara Nur. Frida meremas dengan lembut dan menikmati lembutnya kulit Nur. Sedangkan Nur berusaha mencopot kaos Frida. Frida langsung melepaskan kaosnya dan mulai berani membalas sentuhan Nur. Mereka bercinta dengan penuh kelembutan, Frida telah mampu mengusai perasaannya dan mengimbangi permainan Nur. Frida benar-benar tidak menyangka kalau Nur akan melakukan ini semua.

Ketika sedang berpelukan dan meredahkan nafas mereka, Nur berkata kepada Frida.
“Da, aku nggak mau ada yang tahu tentang hal ini. Apa aku bisa mempercayaimu?
“Iya, Bu”
“aku juga tidak ingin kamu menunjukan sikap yang berbeda didepan orang lain”
Iya, saya mengerti”

Ada perasaan yang aneh dalam diri Frida, dia tidak tahu bagaimana perasaan Nur terhadap dia. Bermacam pertanyaan berkecamuk di kepala Frida, Kenapa Nur mau bercinta dengan dia, yang cuma seorang ajudan. Apakah Nur seorang lesbian? Apakah Nur menyukai dia atau tidak. Semua hanya berseliweran dalam kepalanya saja tanpa bisa menemukan jawabannya dan dia tidak cukup punya keberanian untuk menanyakan hal ini. Bagaimanapun Frida tahu diri, meskipun dia sudah bercinta dengan Nur.

******
Frida bangun dengan perasaan kaget karena hari sudah siang dan dia teringat dengan kejadian semalam. Bu Nur sudah tidak ada disampingnya dan dia melihat dirinya sudah berpakaian. Frida langsung duduk di tepi ranjang.
“Sudah bangun da? Sana cepet mandi dan kita langsung balik” Kata Nur sambil mengeringkan rambutnya.
Frida merasa malu karena dia bangun lebih siang dari Nur. Biasanya dia selalu bangun pagi dan tidak pernah kesiangan seperti saat ini. Semalam dia begitu bahagia, menikmati juga ada perasaan kuatir sehingga sulit memejamkan mata. Dia tidak ingat kalau semalam dia berpakaian. Apa bu Nur yang mengenakan pakianku, kenapa aku nggak merasa? Apapun yang terjadi biarlah terjadi.
Frida menyelesaikan mandinya dengan cepat dan membereskan semua perlengkapan bu Nur. Mereka semua sarapan bersama di restoran hotel dan melanjutkan perjalananya kembali.

Selama perjalanan Frida masih terus terbayang kenangan semalam, semuanya begitu indah dan tak terlupakan. Frida berusaha menahan diri untuk tidak senyum-senyum . Dia tidak ingin mengundang kecurigaan pak Asrofi yang sedang menyetir. Frida ingin menoleh kebelakang dan melihat sedang apakah Nur dibelakang. Tetapi dia tidak berani melakukan itu. Nur sendiri sedang  memejamkan matanya berusaha untuk tidur karena lelah seharian berjalan keliling dan semalam bercinta dengan Frida yang sepuluh tahu lebih muda dari dia. Nur tidak menyangka kalau Frida pandai sekali bercinta dan tahu bagaimana membuat dia menikmati semuanya. Nur jadi teringat bayangan Robin perempuan pertama yang membuat dia jatuh cinta dan mengajaknya bercinta pertama kali. Entah sudah berapa lama dia tidak bertemu dengan Robin. Dia mendapat beasiswa sekolah di Jerman dan sejak itu mereka memutuskan untuk berpisah. Tapi Nur masih ingat dengan jelas betapa menyenangkan bercinta dengan Robin dan hampir setiap ada kesempatan mereka selalu bercinta.  Beda sekali bercinta dengan Husein yang sepertinya tidak peduli dia puas atau tidak. Dan bila dia telah orgasme langsung tertidur. Beda dengan Robin yang selalu memeluknya, menciumi keningnya, membelai rambutnya.

Setiap kali bercinta dengan Husein hanya wajah Robin yang terbayang. Begitu banyak kenangan yang tak terlupakan ketika bersama Robin. Tapi Nur sadar dia tidak bisa menhentikan Robin untuk mengejar mimpinya. Dia tidak ingin menjadi batu sandungan buat Robin. Nur masih ingat kata Robin waktu itu. “Aku hanya anak seorang petani, aku bukan anak orang kaya dan ini kesempatan buat merubah hidupku Nur. Aku harap kamu mengerti keadaanku, bukan karena aku tidak mencintaimu. Kamu akan selalu ada dihatiku Nur”.  Mereka menghabiskan hari hari terakhir dengan cinta dan tangis. Mereka sepakat untuk berpisah secara baik-baik. Karena Robin tidak tahu dia akan kembali lagi ke Indonesia atau akan terus tinggal di sana. Robin mengajak Nur untuk ikut dengannya, tetapi Nur tahu kalau dia harus kembali ke Kalimantan. Sejak itu Nur tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun. Meskipun banyak yang mendekati Nur baik perempuan maupun laki-laki tetapi tidak ada yang bisa menaklukan hati Nur. Kenangan itu terlalu manis dan menyakitkan untuk dilupakan. Itu yang menyebabkan dia tidak menolak ketika dijodohkan dengan Husein.

******

Frida tidak pernah sebahagia dan sesemangat seperti sekarang ini.  Sejak bercinta dengan Nur beberapa bulan yang lalu. Hubungan mereka semakin dekat. Nur sering mengajak Frida untuk menemani dia. Nur juga meminta Frida tinggal dirumah dinas dan frida dengan senang hati menurutinya. Nur juga mengajak Frida bila dia ke Jakarta. Hidup Frida benar-benar berubah dan penuh kebahagian buat dia. Banyak orang yang mulai tidak suka dengan keberuntungan Frida itu. bisik-bisik diantara pegawai mulai beredar. Mereka menuduh Frida menggunakan ilmu untuk membuat Nur baik dan suka dengan dia. Frida tidak peduli dengan semua itu, dia terlalu bahagia dengan apa yang dia rasakan. Dia hanya berusaha melakukan pekerjaannya dengan baik dan berusaha untuk baik dengan semua orang yang bekerja bersama dia. Selain bisik-bisik banyak juga yang merasa takut dengan frida. Mereka takut kalau Frida akan melaporkan ke Nur dan itu akan berpengaruh akan nasibnya.

Frida memang merasa senang dan bahagia dengan kedekatannya bersama Nur. Tapi kadang ada perasaan sedih yang menyeruak dalam hatinya. Ada keinginan untuk mengekspresikan perasaannya kepada Nur. Frida tidak pernah tahu bagaimana perasaan Nur terhadapnya. Dia tidak pernah berani bertanya kepada Nur. Dia sering bertanya tanya dalam hati apakah Nur mencintainya atau hanya ingin bercinta dengan dia saja. Kadang dia ingin pergi berdua layaknya pasangan kekasih tetapi Frida sadar itu tidak mungkin. Frida sering merasa dia seperti isteri simpanan buat Nur. Perasaan galau itu menjadi musnah seketika bila Nur berada didekat Frida. Perasaan Frida seperti jetcoster yang kdang naik dan kadang turun dengan cepat. Frida tidak tahu apakah dia harus bersyukur atau bersedih dengan hubungannya bersama Nur. Dia berusah menjalani dan menikmati semuanya. Dia tahu kalau dia sangat mencintai Nur dan ingin sekali membahagiakan Nur dengan segala kemampuannya.

Frida masuk ke kamar Nur, seperti biasa tiap pagi dia lakukan. Dia diberi tugas oleh Nur untuk membersihkan kamarnya.  Tiba-tiba perasaannya menjadi sakit tertusuk dengan sangat ketika melihat tempat tidur Nur. Frida tahu kalau Nur habis melakukan hubungan seks dengan Husein. Dia melihat Nur masih telanjang dan tubuhnya tertutup selimut separuh. Ada perasaan cemburu dan kesal yang menyakitkan. Matanya menjadi panas dan air matanya meleleh keluar. Dia memungut celana dalam Nur dan Husein yang tergeletak di lantai beserta pakain tidur Nur. Nur masih tertidur, Frida mengambil pakaian kotor lainnya di dalam kamar mandi. Dia berusaha mengendalikan perasaannya. Dia tidak ingin semua orang melihat perasaannya. Dia menenangkan diri di dalam kamar mandi sambil mengelap air matanya. Frida tidak menyadari kalau Nur sudah bangun dan berada di sisinya.
“Kamu kenapa da?
Frida buru buru mengahapus air matanya dan tidak berani menatap Nur yang berada di depannya.
“Tidak apa-apa, Bu”
“Hei, kamu menangis ya?Kata Nur sambil menganggakt dagu Frida. “Kenapa, da?
Frida hanya menggelengkan kepalanya dan berusaha tersenyum meskipun masam. Nur tiba-tiba menyadari kalau Frida tahu dia habis bercinta dengan Husein. Nur memeluk Frida dan mencium keningnya.
“Maaf ya Da, kalau kamu harus merasakan ini semua. Apa sebaiknya kamu tidak usah membersihkan kamar saja ya?
“Jangan, saya baik-baik kok!”Kata Frida cepat-cepat. Betapa bodohnya aku membiarkan Bu Nur tahu!
Aku tidak ingin kehilang kepercayaan Nur dan kesempatan selalu bersamanya.
“Aku tidak ingin menyakiti hatimu da”kata Nur sambil mencium bibir Frida dengan lembut.
Hati Frida langsung menjadi berbunga kembali dan melupakan kekesalannya dan rasa cemburunya. Dia membalas ciuman Nur yang lembut itu. selama ini Nur belum pernah menciumnya di dalam rumah dan baru kali ini dia melakukannya.
“Nanti Bapak pergi ke Jakarta, bagaimana kalau nanti malam kamu ke kamar?
“Apa tidak berbahaya bu?
“Kita bisa bercinta beberapa jam dan setelah itu kamu kembali ke kamarmu, gmana?
Frida menganggukan kepalanya dengan bahagia dan semangat.
“sudah, sekarang kamu keluar dulu, nanti ditunggu”
Frida keluar dari kamar dengan gembira. Dia bersenandung kecil dan membawa pakaian kotor untuk di laundry. Dia sudah membayangkan bercinta dengan Nur dan betapa menyenangkan. Dia sudah rindu dengan tubuh Nur yang seksi. Dia rindu dengan percintaan mereka yang menggila.

“Da, ada tamu yang cari Ibu” lapor penerima tamu di depan.
“Siapa, Pak?
“Namanya Robin, katanya teman lama Ibu. Coba kamu tanya Ibu”
“Siap, Pak”
Frida mengetuk kamar Nur dan langsung masuk kamarnya. Nur sedang didepan meja riasnya.
“Ada apa, da?
“Ada tamu mencari ibu”
“Siapa pagi-pagi sudah datang? Hari ini aku tidak ada janji ketemu seseorang khan Da?
“Nggak ada janji bu, ini katanya teman ibu namanya Robin”
“Siapa?tanya Nur dengan terkejut mendengar nama yang baru disebut
“Robin!”
“O, suruh tunggu dulu deh”kata Nur yang terlihat mendadak panic dan gembira.
Frida belum pernah melihat sikap Nur yang menjadi salah tingkah seperti itu. Frida merasakan sesuatu yang tidak beres dan segera ingin tahu siapa yang datang. Dia buru buru keluar menemui tamu Nur.

Frida sekertika merasa terbanting dan merasa terancam perasaannya ketika melihat sosok Robin di depannya. Badannya tinggi tegap, putih dan keren sekali. Dia menggunakan blazer putih, celana jeans biru, kaos dalam putih. Rambutnya keren, menggunakan sepatu kulit yang terlihat mahal. Frida langsung tahu kalau Robin seorang Butchi yang sudah matang dan mapan. Tiba-tiba dia merasakan kekuatiran dan cemburu terhadap Robin.
“hey, Apa kabar?Kata Nur dengan sumringah mendekati Robin dan mereka cupika cupiki. Frida dapat melihat berbinar-binarnya mereka berdua.
Frida juga melihat kalau Nur berdandan beda dari biasanya, dia juga mencium bau wangi parfum Nur yang biasanya jarang menggunakan parfum bila dirumah. Frida menjauh dank e dapur untuk mengambil minuman buat keduanya. Siapakah Robin itu? Apakah dia pacar bu Nur? Aku memang tidak mengenal bu Nur dan masa lalunya.

Frida meletakan minuman di meja, tapi dia tidak melihat Nur di ruang tamu.
“Da, aku mau keluar”
“Siap bu, saya akan panggil pak asrofi”
“Nggak usah, saya naik mobilnya Robin”
“Siap Bu, saya ikut atau tinggal?
“Kamu nggak usah ikut, disini aja”
“Siap Bu”

Frida menatap kepergian Nur dan Robin dengan perasaan sakit yang luar biasa. seketika dia merasakan hatinya hancur berkeping keeping. Hatinya seperti tertusuk sesuatu yang sangat menyakitkan dan tembus kebelakang. Dia sadar kalau dia bukan siapa-siapa buat Nur. Selama ini dia seperti pungguk yang merindukan bulan. Dia berharap Nur mempunyai perasaan cinta dengan nya. Tetapi dia salah. Dia dapat melihat dengan jelas bagaimana tatapan Nur ke Robin. Tatapan yang belum pernah dia lihat selama ini bahjan kepada Husein sekalipun. Ada binary-binar kerinduan dan kebahagian ketika menatap Robin. Begitu pula dengan tatapan Robin kepada Nur. Frida terduduk dengan lemas rasanya kakinya tidak kuat menopang tubuhnya. Dia seperti terpuruk menghadapi kenyataan. Air matanya perlahan membasahi pipinya. Kebahagian yang tadi pagi dia rasakan musnah sudah.

****
Sampai makan siang Nur masih juga belum datang, Bayu anak Nur sudah pulang dari sekolah dan Frida menemani dia makan dan belajar. Frida menyuruh Bayu tidur siang seperti biasa dan ketika Sore Nur masih juga belum datang. Frida terus menantap handphone nya dan berharap Nur menghubungi dirinya. Frida terus gelisah dan cemburu membayangkan apa yang mereka lakukan. Perasaannya kacau balau sampai dia tidak bisa berfikir atau melakukan apapun. Dia terus saja memikirkan Nur dan Robin. Tiba-tiba Firda dikagetkan dengan sms di hp nya. Dengan semangat dia membukanya ketika tahu itu sms dari Nur. Betapa kecewa dan sakitnya hati Frida ketika dipesan itu tertulis. Da, aku mala mini tidak pulang. Hati frida semakin hancur.

Frida masuk kamarnya dan menangis sepuasnya. Pupus sudah harapannya untuk bercinta dengan Nur seperti yang dia janjikan tadi pagi. Frida benar benar kecewa dan patah hati. Dia hanya menangis dan tidak tahu harus bagaimana. Dia juga tidak berani complain atau bertanya ke Nur. Tapi yang dia tahu, dia merasakan ada yang hilang dalam hatinya. Badanya seperti rangan melayang dan tubuhnya menjadi panas. Tapi itu semua tidak ada artinya dibanding rasa panas yang berada didalam hatinya. Selama ini aku telah dibutakan oleh perasaanku sendiri. Aku tahu kalau bu Nur tidak punya perasaan cinta kepadaku. Dia hanya suka bercinta denganku tidak lebih dari itu. Aku tidak ada bedanya dengan pelacur, gigolo atau isteri simpanan. Aku memang buta karena cinta. Aku telah jatuh cinta dengan orang yang salah. Kenapa aku harus jatuh cinta dengan Bu Nur? Kenapa aku tidak menerima cinta ida saja yang jelas-jelas mencintaiku.

Pikiran Frida terus berkecamuk dan air matanya terus mengalir. Semakin dia membayangkan Robin dan Nur yang tengah bercinta, semakin sakit hatinya. Sakit yang belum pernah dia rasakan selama ini. dia belum pernah jatuh cinta dan mencintai seseorang sedalam dia mencintai Nur. Meskipun dia tahu bahwa hubungannya dengan Nur sangat berbahaya tetap saja dia melanjutakan hubungan itu. meskipun dia juga tahu kalau berhubungan seks dengan Nur juga berbahaya buat kesehatannya. Frida tahu kalau Husein sering main perempuan dan banyak sekali yang mau dengan Husein yang memang ganteng, muda dan mempunyai kedudukan. Frida tahu kalau dia bisa saja tertular penyakit seksual dari Nur. Tapi dia seperti tidak peduli dan tetap saja melakukan hubungan seks dengan Nur. Dia terlalu mencintai Nur sehingga apapun yang diminta Nur akan dia lakukan.

Frida berusaha memejamkan matanya tapi dia tidak bisa. Matanya terus menatap jam seakan ingin waktu cepat beralalu dan menanti kedatangan Nur. Entah kenapa dia berharap Nur segera pulang. Waktu berjalan lamabt sekali, Frida tidak bisa menghentikan pikirannya. Dia bangun dari tempat tidurnya dan keluar kamar. Dia menengok kamar Nur dan berharap melihat Nur telah tidur. Frida tahu kalau dia sedang membohongi perasaannya dengan harapan palsu. Dia kembali lagi kekamarnya dengan perasaan gelisah dan kacau. Dia benar-benar tidak tahu bagaimana mengatasi perasaannya. Hingga akhirnya dia tertidur setelah menangis tiada henti.

*****

Sudah tiga hari Nur bersama Robin dan kemarin dia pulang hanya untuk mengambil pakian saja. dia bahkan meminta Frida untuk membatalkan janji makan siangnya dengan gank nya. frida makin merasa ditinggalkan oleh Nur. Bahkan dia tidak menatap Frida seikitpun. Dia bahkan lebih memilih dengan Robin dan membatalkan semua janjinya. Frida semakin merasa ditinggalkan dan tidak berarti. Selama tiga hari ini Frida tidak dapa berkonsentrasi kerja dan pikirannya selalu kosong. Akhirnya dia memilih untuk cuti dan pulang daripada di sini dan bersedih. Dia tidak ingin orang lain tahu perasaannya. Dia juga tidak ingin mengacaukan semuanya. Frida menemui kepala rumah tangga dan minta ijin cuti dengan alasan ada urusan keluarga.

Frida mengemasi pakaiannya dan pulang ke rumah ibunya. Dia diantar oleh salah seorang teman ke terminal bis. Perjalananya hanya satu jam. Hatinya menjadi kosong dan sepi. Tidak ada lagi kecerian di wajah Frida. Dalam tiga hari saja berat badanya langsung turun beberapa kilo. Dia kelihatan pucat dan lebih kurus daripada biasanya.  Bis sudah berhenti ke tempat tujuan. Frida turun dan berjalan kaki menuju rumahnya.

“Kenapa kamu pulang nak?Tanya Ibu Frida ketika melihat dia masuk.
“Iya mak, lagi libur”
“Kamu ndak apa-apa nak? Kok kurus dan pucat begitu!
Ndak apa apa mak”
“Makanlah emak masak ikan kesukaanmu hari ini’
“nanti aja mak, aku masih kenyang”
“Kamu kenapa nak? Tak biasanya kamu menolak masakan emak”
‘Iya, lagi nggak enak makan aku”
“Kamu sakit?Kata ibu Frida sambil menaru tangannya ke dahi Frida. “Badanmu panas sekali”
“Kamu ada masalah ya? Tidak biasanya kamu seperti ini”
“Nggak mak, nggak ada apa-apa kok”
“Siapa yang nemani Ibu bupati kalau kamu pulang nak?
“Ada yang gantikan kok mak”
“Kerja yang baik nak, apalagi kalau kamu sudah dipercaya. Ndak gampang jadi orang kepercayaan Ibu Bupati. Posisimu itu tinggi. Ndak ada keluarga kita yang bisa punya posisi terhormat seperti kamu nak. Kamu harus ingat itu”
“Iya mak”
“Ya sudah kamu tidur dulu nanti bangun trus makan”

Ibunya meninggalkan dia sendirian di kamar. Frida membaringkan dirinya ke ranjang, dia merasakan tubuhnya yang lelah. Sudah tiga hari dia tidak bisa tidur dengan tenang. Pikirannya terus memikirkan Nur. Semua perasaaan bercampur aduk menjadi satu, dia merasa kecewa, marah, kesal, sakit, dan rindu sekaligus. Dia rindu hari hari yang indah menyenangkan ketika bersama Nur. Ketika dia diajak ke Jakarta, ke bandung, ke Bali semua terasa indah dan menyenangkan. Nur juga sering membelikan dia pakaian, jam tangan, Nur juga mengahadiakan sebuah notebook. Nur mengajarkannya cara makan di restoran yang mahal dan bagaimana bersikap. Nur juga mengajarkan table manner kepada dia. Apa yang harus aku lakukan sekarang. Aku harus bersikap bagaimana?

*****
Sudah empat hari Frida di rumah. Tiap hari dia hanya di kamar dan main game di laptopnya atau membuka Facebooknya. Dia mencoba melupakan bayangan Nur tetapi yang ada dia malah merindukan Nur. Dia sering berharap Nur akan menenlponnya atau sms menanyakan kabarnya. Tapi harapannya sia-sia saja.

“Da….. ada tamu”Teriak ibu Frida dari luar.

Firda masih tidak bergeming dari laptopnya. Siapa yang mencari aku. Paling-paling emak Cuma mau menyuruh aku apa.
“Da” Frida terkejut bukan kepalang mendengar suara panggilan itu. Suara yang dia rindukan dan tiba-tiba sudah berada di depan pintu kamarnya. Frida langsung berdiri dengan perasaan tidak enak.
“Lho Ibu kok ada disini”Tanya Frida seperti orang bodoh.
“Boleh aku masuk?
“Oh iya masuk bu!, sambil menarik kursi di depannya.
Tapi Nur memilih duduk diatas ranjang Frida. Dia menepuk kasur disebalahnya meminta Frida duduk disebelahnya. Frida menuruti permintaan Nur dengan hati berdebar-debar. Semangatnya menjadi tumbuh dan dia merasa sangat surprise karena Nur mau mengunjungi rumahnya.
“Kamu marah sama aku ya da?
“Mana berani saya marah dengan Ibu”
“Lalu kenapa kamu kok pergi tiba-tiba? Maafkan aku ya Da, aku tahu pasti aku sudah menyakiti hatimu. Aku tahu kamu pasti marah dengan kepergianku dengan Robin.
“Nggak apa apa kok Bu!
“Da, aku tahu aku salah telah melanggar batas dan mengajakmu bercinta. Aku sama saja dengan pejabat-pejabat di negeri ini yang sering mengajak tidur atau menggunakan kekuasaannya untuk meniduri perempuan. Dulu aku sangat membeci hal itu tapi ternyata aku sendiri juga melakukan dengan kamu. Maafkan aku ya Da, tidak seharusnya aku melakukan itu.”
Frida hanya terdiam dan menitikkan air matanya.
“Siapa Robin itu bu?Tanya frida tiba-tiba.
“Dia itu pacarku dahulu, dia satu-satunya orang yang aku cintai tapi sayang nasib mengatakan lain dan kita harus berpisah. Dia sudah menjadi warga Negara Jerman. Dia datang karena ibunya meninggal di jawa dan dia sengaja datang mencari aku. Sekarang dia sudah kembali ke Jerman.”
“Da, aku berharap kamu mau memaafkan aku. Aku tahu betapa baiknya kamu sama aku. Aku juga tahu kalau kamu mencintaiku dan aku sangat berterima kasih akan cintamu. Kadang aku merasa tidak pantas kamu cintai. Kamu terlalu baik buatku. Dan aku seperti memanfaatkan kebaikanmu. Tetapi bersamamu aku selalu merasa aman dan kamu lindungi. Aku tidak pernah kuatir kamu akan menjatuhkanku atau menggunakan kebaikanmu. Aku tahu cintamu kepadaku sangat tulus”

Nur membelai tangan Frida dan menciumnya. Frida sendiri tidak tahu harus mengatakan apa, dia hanya diam saja sambil sekali kali menghapus airmatanya.

“Aku ingin kamu kembali bekerja dan menjadi ajudanku. Kamu tahu hanya kamu orang yang paling aku percaya. Kalau kamu ingin menghentikan hubungan kita, aku bisa mengerti dan menerimanya. Aku cuma ingin kamu tahu kalau aku sayang dan peduli dengan kamu. Kamu tahu aku tidak bisa menjadikanmu sebagai kekasih seperti layaknya pasangan L. aku juga tidak keberatan kalau kamu menjalin hubungan dengan perempuan lain. Kamu berhak mendapatkan yang terbaik dan orang itu bukan aku Da. Aku cuma ingin kamu kembali bekerja denganku Da. Aku tahu kamu masih ingin kuliah S2 khan? Aku akan mengusahakan kamu bisa mengejar cita-citamu, aku juga akan mengusahakan agar kamu diangkat menjadi pegawai negeri  dan kalau Husein sudah selesai masa tugasnya kamu bebas berkarir Da. Jangan kamu pikir aku tidak memikirkan masa depanmu Da, itu bentuk rasa sayang dan peduliku sama kamu”.

Mendengarkan hal itu perasaan Frida menjadi tersentuh dan tidak menyangka kalau Nur juga memikirkan nasibnya, memikirkan masa depannya. Dan rupanya Nur masih ingat keinginan Frida untuk melanjutkan kuliah S2nya. tiba-tiba perasaan kesal, kecewa itu menjadi hilang dan musnah dan dia merasakan cintanya kepada Nur telah kembali.

“Sekarang semua keputusan berada ditanganmu. Kalau kamu merasa tidak ingin kembali, aku bisa mengerti tapi aku tetap berharap kamu kembali”Kata Nur sambil memeluk erat-erat. “Maafkan aku ya, Da! Aku tidak pernah bermaksud sedikitpun untuk menyakiti hatimu.

Frida membalas pelukkan Nur dengan sepenuh hati. Dia menyadari betapa dia sangat mencintai dan menyayangi Nur. Betapa dia merindukan Nur dan hidupnya menjadi kacau beberapa hari ini. dia tahu kalau Nur sangat berarti buat dia. Bagi Frida rasa sayang yang dimiliki Nur buat dia sudah cukup. Dia tidak pernah menuntut Nur untuk membalas cintanya. Apa yag dia dapatkan selama ini sudah lebih dari cukup buat dia.Frida tahu memang cinta itu tidak pernah menggunakan logika dan matematika. Mungkin orang akan menganggapnya bodoh tapi dia tidak peduli karena itulah yang dia rasakan. Dan kadang memang cinta membuat orang menjadi bodoh.

“Iya, bu saya akan kemabli bersama ibu sekarang, kalau ibu mau menunggu saya berbenah”Kata Frida sambil melepaskan pelukkannya.
“Nggak usahlah, kamu khan masih cuti dan aku rasa kamu memang perlu istirahat. Selama ini kamu telah bekerja keras dan tidak pernah cuti. Aku sebaiknya kembali dulu sebelum sore”

Nur berdiri dan mencium kening Frida. Frida merasakan kebahagian yang luar biasa. Sekarang semua pertanyaan yang berkecamuk seakan terjawab. Dia merasa senang ternyata Nur juga peduli dan sayang dengan dirinya. Frida mengantar Nur sampai ke depan.

Frida masuk rumah dengan bersenandung kecil, hatinya menjadi lega dan plong. Bebannya seperti terangkat dan menjadi ringan. Dia tahu dalam hatinya kalau selalu ada cinta buat Nur dan dia tidak pernah bisa marah kepada Nur. Selalu ada maaf dan sayang yang tak terhingga. Ketika melihat Nur datang ke rumahnya dia jadi merasa bersalah dan tidak enak hati. Frida telah memutuskan untuk selalu mendampingi Nur, menjaganya, melindunginya apapun yang terjadi.  

2 comments: