Sari
menatap ijasah yang baru diterimanya, dia merasakan kebahagian yang luar biasa.
Ada perasaan bahagia
yang menyergap hatinya. Perjuangan dan pengorbanan yang dilakukan untuk
mendapat ijasah ini rasanya tidak sia-sia. Wajah ibunya tiba-tiba terbayang, Sari mengusap air mata harunya. ‘Aku sudah lulus bu’. Masih jelas dalam ingatannya bagaimana ketika
dia ingin mengambil pendidikan menjadi Satpam dan menyampaikannya kepada
ibunya.
“Bu, aku ingin ikut kursus menjadi Satpam”
Sari menanti
jawaban ibunya, Dia melihat ibunya yang sedang memisahkan sayur-sayur yang akan
dijual besok pagi di pasar.
“Kalau kamu memang ingin menjadi satpam ya,
ikut aja. Gratis ya?
“Ya, itu bu, bayarnya 3 juta! Sari maksudnya
mau jual sepeda motor peninggalan bapak kalau Ibu mengijinkan. Nanti kalau Sari
sudah bekerja khan bisa beli yang baru. Itupun masih kurang, motor itu kalau
dijual harganya 2 juta. Kalau aku ikut pelatihan nanti Ibu kulakan sayur sama
siapa ya, bu? Sebab pelatihannya itu satu bulan bu. Apa aku cari kerja yang lain
aja ya bu”Kata Sari tanpa berhenti mengungkapkan kegelisahannya.
Sari masih berkecamuk pikirannya, memikirkan keinginannya untuk ikut pelatihan jadi satpam. Sambil membantu ibunya memilah-milah sayur dagangan pikirannya terus berputar mencari cara untuk bisa mendaftar ikut pelatihan. Dia melihat ibunya tidak menanggapi ceritanya dan malah berdiri masuk kedalam kamar. Sari masih meneruskan pekerjaannya. Dia merasa bersalah karena harus membebani pikiran ibunya. Dia merasa selama ini ibunya sudah bekerja keras untuk menyekolahkannya. Bahkan ketika sakit aja dia masih berjualan, takut aku dan adikku tidak bisa sekoalh. ‘Mungkin aku harus menunda keinginanku ini sampai benar-benar punya uang yang cukup’
“Ini Sar, kalung ibu kamu jual aja, ibu juga
nggak pernah pake. Lumayan, kalo sejuta aja pasti dapet”
Sari terkejut ketika ibunya memberikan kalung satu
satunya peninggalan ayahnya. Dia jadi merasa bersalah karena itu adalah
kenangan terakhir ayah buat ibu.
“Tapi bu, ini khan peninggalan
ayah, dan hanya ini yang kita punya”.
“Iya, nggak apa-apa! Ayahmu
kalau hidup pasti juga akan setuju”.
Sari
tidak tahu harus berkata apa, hatinya jadi terenyuh melihat pengorbanan
ibunya untuk keinginannya. Dia
memeluk ibunya dan menangis terseduh.
“Makasih ya, Bu! Nanti kalo Sari punya uang
pasti akan Sari ganti”
“Sudah, masak satpam menangis dan cengeng”Kata
Ibunya sambil mengusap lembut bahu Sari.
“Sari, janji bu kalo Sari
bekerja, Sari akan mengganti dan membahagiakan ibu”
“Iya, ibu percaya”Kata ibunya
dengan tersenyum lembut.
Sari
merasa bersyukur memiliki ibu yang begitu baik dan penuh pengertian. Ibunya
tidak pernah mengeluh meskipun keadaan hidup mereka yang pas-pasan. Apalagi
sejak Ayahnya meninggal 5 tahun yang lalu karena kecelakaan. Waktu itu dengan
kuat dan tegar dia mengambil
alih tanggung jawab keluarga. Sari yang masih SMP dan adiknya masih SD, sudah
dapat membayangkan kesulitan yang akan dihadapi. Sari mulai merasakan ketakutan akan tidak bisa
melanjutkan sekolah. Untung ibunya adalah wanita tangguh. Dia memutuskan untuk berjualan sayur di pasar, kalau selama ini ibunya
hanya berjualan di depan rumah kali ini dia mulai berjualan dipasar. Sari
selalu menemani ibunya kulakan sayur di pasar induk. Sejak itu Sari selalu
membantu ibunya, kalau dia libur sekolah, dia juga membantu Ibunya berjualan di
pasar.
******
Sari
duduk dalam angkot dengan perasaan lega. Ini saatnya untuk memulai mencari
pekerjaan. Dia tadi sudah mendapat beberapa referensi untuk lowongan sebagai
satpam perempuan. Diantaranya lowongan pekerjaan di sebuah dept store. Memang
yang melamar menjadi satpam perempuan tidak terlalu banyak dan teman
seangkatannya ingin melamar lowongan di Bank. Dia merasa optimis kalau akan
diterima bekerja, semangatnya menggebu-gebu. Ditengah kebahagiannya itu ada
perasaan getir mengingat dia tidak lagi bisa merayakan kegembiraannya bersama
Luna. Gadis cantik anak majikan ibunya dahulu. Ibunya dulu memang bekerja
mencucikan pakaian dan bersih-bersih di rumah Luna mulai dari Sari kecil. Sari
sering ikut Ibunya ke rumah Luna dan mereka selalu bermain bersama. Ibu Luna
juga membantu biaya pendidikan Sari. Kedekatan
mereka menimbulkan perasaan tersendiri buat mereka berdua. Luna yang lebih
terbuka dan berani mengekpresikan perasaannya bisa membuat Sari terpikat. Luna
selalu mengajak Sari kemana saja dia pergi. Mereka saling jatuh cinta dan
mengecup indahnya percintaan. Mereka sama-sama mengeksplore perasaan
cintanya, mengeksplore tubuh mereka. Sama-sama mencari arti perasaan mereka
berdua di internet. Ketika mereka tahu bahwa perasaan mereka itu dinamakan
lesbian, mereka sepakat untuk menjadi sepasang kekasih. Mereka berjanji untuk
saling mencintai dan terus bersama. Di masa SMP itu adalah masa-masa yang
paling indah buat Sari. Ketika ayahnya meninggal dengan setia Luna menemani dan
membesarkan hatinya. Tidak hanya itu Luna sering memberi Sari uang untuk
membayar uang sekolah atau membeli buku.
Waktu
terus berjalan Luna makin berubah ketika dia mulai masuk SMA. Luna mulai
berusaha untuk merubah Sari seperti yang diinginkannya. Dia
kadang malu dengan keadaan Sari yang memang secara ekonomi jauh dibawah Luna. Luna selalu membelikan
pakaian, sepatu dan lainnya agar bisa menyandinginya bila bepergian. Luna
juga membelikan Sari Blackberry meskipun Sari tidak menginginkannya. Luna juga
mengajari Sari menyetir mobil dan membiayai mengurus SIM. Mengajaknya makan di
restoran mahal. Sari sering
merasa tidak nyaman dengan apa yang dilakukan Luna kepadanya. Sari
sering mengeluh dan keberatan soal ini tapi Luna selalu berhasil meluluhkan
hati Sari dengan kemanjaannya. Sari sering kesal dengan sikap Luna yang seperti
ingin merubah dirinya. Pernah Sari bertanya kepada Luna “Kamu malu ya punya
pacar aku?
“Nggak!”
“Lalu kenapa kamu selalu
menyuruh aku memakai ini, itu dan mendadani aku seperti teman-temanmu yang
butchie itu”.
“ya, khan biar kamu gaul,
sayang”
“Maksudmu, aku nggak gaul?
Kampungan!”
“Aduhhh kamu ini sensi amat
sih!”
Mereka
sering bertengkar soal ini dan puncaknya ketika Sari memberitahu kalau dia mau
menjadi Satpam.
“Kamu sudah gila ya? Jadi satpam? Apa nanti
kata teman-temanku? Masa aku pacaran sama satpam? Aku bisa kok kasi kamu
pekerjaan di kantor papa atau
mama. Berapa sih gaji satpam?
Mendengar kata kata Luna yang spontan, dada Sari langsung ingin meledak. Dia benar-benar
merasa tersingung, harga dirinya sudah terusik. Mukanya merah padam menahan
marah. Sari berusaha menahan diri agar tidak bersikap kasar terhadap
Luna.
“Seharusnya kamu tahu dari dulu kalau aku
memang anak seorang babu, penjual sayur! Aku tidak pernah merayu kamu dan minta
jadi pacar aku!
“Sar.. aku tidak bermaksud seperti itu. Apa kamu tidak ingin kuliah? Aku
yakin mamaku mau kok membiayai kuliah kamu! Kata Luna dengan lembut dan
memegang tangan Sari.
Luna melihat perubahan wajah Sari dan merasa bersalah.
Dia berusaha memeluk Sari dan merebahkan kepalanya di bahu Sari yang sedang
duduk di sebelahnya. Tapi Sari
sudah terlanjur terluka hatinya. Dia merasa jadi kekasih yang terbeli. Dia
tidak ingin menjadi parasit. Sari menarik tangganya dan berdiri. Dengan
bergetar menahan emosi yang bergejolak dalam dadanya.
“Aku tidak ada bedanya dengan gigolo atau perempuan simpanan”
Luna
langsung berdiri mengahadap kolam renang dan menggelengkan kepalanya. Dia
merasa tidak mengerti dengan jalan pikiran Sari. Dia ingin mengangkat derajat
Sari dan menjadi sederajat dengan dirinya.
“Kenapa sih kamu susah sekali menerima
bantuanku? Kenapa sih kamu sombong sekali!”
“Kenapa kamu mau mengatakan, Sudah miskin
sombong pula! Iya aku memang sombong dan hanya itu yang aku punya. Aku tidak
mau selamanya jadi pengimis dan dibiayai kamu! Aku sudah capek dengan sikapmu
selama ini. Aku berusaha menuruti semua yang kamu mau. Tetapi aku tidak mau jadi parasit,
aku bisa berdiri dengan kedua kaki dan tanganku sendiri. Dan aku terima kasih
atas semua yang telah kamu berikan selama ini. Aku memang tidak bisa mengganti
semua yang telah kamu dan keluargamu berikan kepadaku. Aku cuma tidak ingin
menjual cinta dan tubuhku.”
Luna diam saja mendengar perkataan Sari. Sedikitpun tidak
menunjukan reaksi. Sari yang melihat Luna hanya diam, memutuskan untuk pergi.
Dia mengambil Blackberrynya di kantong sakunya.
“Maafkan aku Luna!Kata Sari sambil
meletakkan Blackberry pemberian Luna di meja.
Sari berjalan
dipinggri kolam renang dan
meninggalkan Luna yang masih berdiri terpaku di depan kolam renang rumahnya
yang indah dan besar.
Luna
tidak berusaha mencegah kepergian Sari. meskipun dia masih mencintai Sari dan merasa
ada yang hilang dari hatinya. Tiba
tiba dia merasakan kesepian, merasakan hatinya yang kosong. Luna mengusap airmatanya, bagaimanapun Sari adalah
cinta pertamanya. Bersama Sari, dia merasakan percintaan dan menikmati indahnya
cinta. Sari telah menjadi
sahabat dan orang yang selalu ada buat dia. Tetapi perasaan malu dan egonya lebih menguasai hati
dan pikirannya. Apalagi ketika dia ingat kata-kata Francis, “Apa nggak ada yang
lain, pacarmu kok nggak banget gitu. Itu pacarmu ato sopirmu sih!” Sejak itu
Luna jadi sering malu mengajak Sari bepergian dan berusaha merubah penampilan
Sari. Kalau dibandingkan Francis yang seperti bintang K-Pop, memang Sari jauh
berbeda. Apalagi Francis menaruh perhatian kepada Luna. Dia pernah mencium Luna
ketika mereka sedang menonton Bioskop.
Sari
berjalan dengan gontai menuju rumahnya. Tetapi tekadnya telah bulat. Dia tidak
ingin hidupnya tergantung oleh kebaikan Luna. Dia ingin membantu ibunya dengan keringatnya
sendiri, dari hasil kerjanya sendiri. Bukan dari belas kasihan orang lain. “Aku pasti bisa!” katanya dengan penuh keyakinan. Dia
tidak mempedulikan perasaan hatinya yang terluka dan kehilangan. Tekadnya untuk
membantu Ibunya lebih kuat daripada perasaan cintanya kepada Luna. Hujan rintik
mengantar kepergian Sari dari rumah Luna. Hatinya sedih dan terluka tapi dia
tahu ini yang terbaik buat mereka berdua. Sari terus berjalan membiarkan rintik
hujan pelan-pelan membasahi dirinya. Sayup sayup terdengar lagu Chaka khan dari
warung rokok diujung jalan seakan mewakili isi hatinya.
Sendiri sendiri
ku diam, diam dan merenung
Merenungkan jalan yang kan membawaku pergi
Pergi tuk menjauh, menjauh darimu
Darimu yang mulai berhenti, berhenti mencoba
Mencoba bertahan, bertahan untuk terus bersamaku
Ku berlari, kau terdiam, ku menangis, kau tersenyum
Ku berduka, kau bahagia, ku pergi, kau kembali
Ku mencoba meraih mimpi, kau coba tuk hentikan mimpi
Memang kita takkan menyatu
Merenungkan jalan yang kan membawaku pergi
Pergi tuk menjauh, menjauh darimu
Darimu yang mulai berhenti, berhenti mencoba
Mencoba bertahan, bertahan untuk terus bersamaku
Ku berlari, kau terdiam, ku menangis, kau tersenyum
Ku berduka, kau bahagia, ku pergi, kau kembali
Ku mencoba meraih mimpi, kau coba tuk hentikan mimpi
Memang kita takkan menyatu
*****
Sudah
tiga minggu Sari diterima bekerja di Dept Store. Dia menjalani tugasnya dengan
senang. Salah satu tugasnya adalah memeriksa SPG yang hendak keluar meningalkan
dept store atau berganti shift. Ada salah satu SPG yang berusaha menggoda Sari ketika
pertama kali mereka bertemu. Waktu itu Sari merasa kalau Risa adalah L tetapi
dia tidak ingin main tebak.
“Baru ya?Tanyanya ketika Sari sedang
memeriksanya.
“Iya”Jawab Sari datar sambil berusaha
menjalankan tugasnya dan mengabaikan senyum manis Risa dengan bola matanya yang
nakal.
“Kenalkan Risa”Katanya sambil mengulurkan
tangannya.
“Sari”Jawab Sari dan membalas uluran tangan Risa.
“Ayo sudah jangan godain anak baru!Kata Rini
teman Risa dan menarik tangan Risa yang masih mau menggoda Sari.
Sejak
itu bila Sari bertugas memeriksa SPG selalu saja Risa menggoda dan berusaha
mencari perhatian Sari. Pernah ketika sedang memeriksa Risa sengaja meniup
wajah Sari. Muka sari langsung merah padam, atau dilain waktu dia dengan
sengaja menyentuhkan sekilas payudaranya ke wajah Sari atau berbisik minta
diperiksa bagian dalam. Sari hanya menanggapinya dengan tersenyum meskipun
kadang dia suka dengan sikap Risa yang nakal dan lucu.
Risa, perempuan
manis, easy going, selalu sigap membantu pembeli, ramah dan memilik senyum yang
manis dan susah untuk diabaikan. Kadang ketika dia bertugas memeriksa SPG dan
Risa masuk shift yang berbeda dengannya membuat Sari rindu dan menunggu. Tetapi Sari tahu kalau dia tidak ingin
mempertaruhkan pekerjaannya. Apalagi dia belum melewati masa percobaan.
Sementara Sari tidak ingin terlibat percintaan dia ingin mencari uang dan
bekerja dengan sunguh-sungguh. Dia ingin membantu Ibunya mencari uang.
“hei.. nunggu Risa ya?Sapa Yani rekan satpam
dan seniornya.
“Nggak mbak!Jawab Sari gelapan.
“Kamu ati-ati sama Risa!”
“Kenapa mbak?
“Dia itu Lesbian, denger-denger dia pernah
pacaran sama Jujuk, anak interior yang dipanggil si Juki itu”.
“Oya, Trus kenapa putus?Tanya Sari penasaran.
“Si Juki itu cinta mati sama Risa dan dia
orangnya pencemburu. Kadang kalo Risa melayani customer laki-laki dia bisa
langsung nggak suka dan marah-marah! Kadang itu si Juki itu suka bentak-bentak
dan kalo berantem rame banget sampe si Risa jadi malu. Untung tidak ketahuan
atasannya, bisa dipecat mereka. Aku pernah juga melerai si Juki ketika mau
menampar Risa”
“Oya, sampe main tangan mbak?
“Iya, bahkan dia nggak suka kalo ada yang
deketin Risa, nggak peduli cewek atao cowok pasti deh di terror atau cari masalah.
Makanya kamu ati-ati ya, jangan sampe urusan dengan si Juki deh, bikin malu!”
“Iya, makasih mbak atas nasihatnya, saya akan
hati hati!jawab Sari
Sari
memang tahu kalo ada butchie di bagian desain Interior tapi dia tidak pernah
bertemu langsung atau ngobrol dengan dia. Selain itu tugas dia lebih banyak di
basemant atau mengerjakannya di malam hari dan dia tidak pernah mendapat tugas
malam hari. Mungkin aku sebaiknya tidak menanggapi godaan Risa daripda aku kena
masalah dan ribut dengan si Juki. Sari tidak ingin reputasinya sebagai orang
baru menjadi rusak hanya karena urusan perempuan dan cinta.
*****
Sari
menyusuri jalan trotoar dan berhenti menunggu angkot lewat. Malam ini dia mendapat shfit kedua dan tak
satupun angkot terlihat lewat. Sari menengadahkan kepalanya melihat mendung
bergelayut yang siap mencurahkan hujannya. Ketika sedang menanti angkot
tiba-tiba ada sebuah motor mendekat. Sari mundur dan dikira orang yang sedang
menjemput para pekerja mall. Sari
terkejut ketika pengendara motor itu membuka helm teropongnya yang ternyata
Risa.
“Hei.. yuk aku antar aja, mau hujan lho!Kata Risa
“Nggak usah makasih, rumahku jauh!Jawab Sari
berusaha menolak dengan halus.
“nggak apa-apa, sekalian biar aku tahu
rumahmu”Katanya sambil langsung menyodorkan helmnya ke Sari. “Ayo buruan,
sebelum diusir polisi”Katanya lagi. Dengan terpaksa Sari naik motor Risa dan
duduk dibelakangnya.
Risa menjalankan motornya dengan piawai menyalip, angkot,
mobil, bis. Dia menyetir dengan mengebut berkejaran dengan hujan rintik yang
mulai menguyur dan membuat Sari harus berpegangan dengan erat. Sari memberikan
instruksi jalan menuju ke rumahnya. Dalam hati Sari menganggumi cara Risa
menyetir motornya. Semakin mendekati arah menuju rumahnya, Sari jadi gelisah.
Dia terus berpikir, bagaimana nanti kalau
Risa melihat keadaannya? Ah..biarlah dia tahu mungkin akan lebih baik dan aku
jadi tahu bagaimana kepribadiannya.
“Sekarang kita kemana?
Sari yang sedang sibuk dengan pikiran dan perasaannya,
langsung tersadar dengan pertanyan risa.
“oh.. Lurus trus pertigaan
belok kiri!”
Hujan gerimis semakin rapat menurunkan airnya. Sari terus
menatap melihat jalan menuju ke rumahnya. “Depan pohon jambu itu berhenti ya”
Risa mengehentikan motornya di depan rumah Sari.
Dan hujan langsung turun dengan lebatnya. Mereka berdua
buru buru masuk ke dalam rumah. Ibu Sari sudah terlelap, hanya adik Sari yang
sedang belajar di ruang tamu. Begitu melihat Sari datang bersama temannya, dia
langsung membereskan bukunya dan masuk kedalam kamar.
Risa menantap sekeliling rumah Sari yang kecil. Dia
melihat sayur yang sipa dijual besok pagi.
“Maaf ya, rumahku kecil dan
jelek. Ibuku pedagang sayur dipasar jadi ini dagangan buat besok pagi”
“Hei, kenapa kamu mesti minta
maaf, emang kamu salah apa? Ibuku juga pedagang, dia berjualan nasi pecel kalau
pagi di pasar”
“ya nggak enak aja sih! Aku
ambilin minum ya?
“Nggak usah!”
Mereka berdua menatap keluar melihat hujan yang begitu
lebat. Risa melipat tangannya dan merapatkan jaketnya. Jaketnya agak basah
terkena hujan. Sari masuk ke dalam kamarnya, mengambil kaos kering dan handuk
kecil, sambil dia sendiri mengganti seragam satpamnya.
“Kamu ganti baju dulu aja, daripada nanti masuk
angin”Kata Sari sambil menyodorkan kaos.
Risa kelihatan ragu menerima kaos Sari. Dia merasa nggak
enak. Rupanya Sari melihat keraguaan pada diri Risa.
“Bersih kok ini!Kata Sari.
“Tuh masuk aja ke kamarku ganti disana”
Risa hanya tersenyum dan melangkah menuju kamar Sari.
Setelah selesai berganti pakaian Risa kembali ke ruang tamu.
“kelihatannya akan lama ini
hujannya. Bagaimana kalau kamu menginap disini aja?
“Aku nggak enak sama ibu dan
bapakmu”
“Nggak apa-apa kok, ibuku
pasti nggak keberatan, apalagi ayahku pasti tambah nggak keberatan”
“Kok, bisa?
“Iya, sebab ayahku sudah
meninggal”
“Oh..maaf ya!”
“Nggak apa-apa”
Sari mendengar langkah ibunya yang keluar dari kamar.
“Sudah pulang kamu Sar?Tanya
ibunya dari dalam. “Eh..ada tamu!”
“Iya, bu ini Risa. Tadi
nganterin Sari pulang trus kehujunan”
Risa langsung mendekati ibu Sari dan mengulurkan
tangannya. “Risa, bu!”
“Maf ya neng, rumahnya
berantakan dan kecil”
“Nggak apa-apa bu”
“Sari, buatin teh anget biar
neng Risa nggak kedinginan. Neng Risa nginap aja, ini khan sudah hampir jam 12.
Nggak baik pulang malem-malem. Tidur disini seadanya yang penting aman.”
“Aduh, bu!” saya jadi
ngerepotin nih!”
“Teman satu kerjaan ya?
“Iya, bu saya SPG disana”
“Asli sini ato kost? Apa nggak
ada yang cari nanti?
“Saya kost sendiri, orang tua
saya di desa”
“Ya, sudah cepet istirahat
aja”.
“Sari, motornya dimasukin aja”
“Iya bu!” Kata Sari sambil
mengambil payung.
“Sini, aku yang payungi”Kata
Risa sambil mengambil payung dari tangan Sari.
Diam-diam Sari dan Risa menikmati kedekatan mereka. Sari
menunjukan kamar mandi dan meminjami celana pendek untuk tidur. Mereka tidur
berdua di ranjang Sari yang sempit. Jantung Sari jadi berdebar debar, baru
pertama ini dia tidur dengan perempuan lain selain Luna. Apalagi di ranjangnya
sendiri. Selama ini Luna tidak pernah mau tinggal di rumahnya dengan berbagai
macam alasan. Yang katanya Panas, banyak nyamuk, ada tikus, ada kecoa dan
berbagai macam alasan. Kalau mandi tidak ada air panasnya. Sekarang tiba-tiba
ada Risa disampingnya yang begitu dekat. Sari dapat merasakan kulit Risa yang
bersentuhan dengan tangannya. Sari tidak tahu kenapa dia dari tadi rasanya
ingin tersenyum terus. Dia dapat mencium bau wangi dari rambut Risa.
Begitupula dengan Risa yang merasakan senang bisa tidur
bersama dengan Sari. Jantungnya berdetak dengan cepat, seakan-akan takut kalau
Sari akan mendengar detak jantungnya. Sejak pertama melihat Sari, dia sudah
langsung suka. Apalagi melihat sikapnya yang berusaha biasa tapi kadang mencuri
pandang dan memerah wajahnya ketika kepergok melihat. Risa terus berusaha menahan diri untuk tidak
memeluk tubuh Sari. Meskipun dia ingin sekali memeluk Sari dan berciuman dengan
Sari. Dia kadang membayangkan bercinta dengan Sari bila malam tiba. Dan kini
Orang yang selalu dibayangkan ketika mastrubasi berada disampingnya. Begitu
dekat, bahkan hangat tubuhnya bisa dirasakan oleh kulitnya. Dia tidak ingin
dikira sebagai cewek murahan yang begitu gampang tidur dan bercinta dengan
perempuan mana saja.
“Kenapa kamu kok menghindari
aku akhir-akhir ini?Tanya Risa tiba-tiba memecahkan kebekuan diantara mereka.
“Nggak kok, aku cuma ingin konsentarsi
dalam bekerja”
“Pasti kamu sudah mendengar
ceritaku dengan Juki ya”
“Pacarmu ya dia?
“Bukan, Mantan. Aku memang
pernah sama dia tapi nggak sampe satu tahun aku putus dengan dia. Aku nggak
suka sikapnya yang psosesif dan suka yang aneh-aneh”
“Aneh-aneh yang gimana?
“Ya, dia suka melarang aku,
suka mengancam aku, suka mensilet tangannya bila marah, mengancam bunuh diri,
banting barang-barang. Pernah mau
mengancam aku melaporkan ke HRD. Bahkan suka main tangan.” Dan setelah itu dia
selalu minta maaf, menangis minta ampun. Dan sikapnya jadi sangat baik banget,
memanjakan aku, kasi hadiah. Tapi begitu cemburu langsung membabi buta. Bahkan
ketika aku melayani pembeli pun dia bisa cemburu.”
“Trus bagaimana kamu bisa
putus?
“Aku mengancam dia, melaporkan
ke orang tuanya. Aku tahu kalo keluarganya tidak tahu kalau dia L. Itupun tidak
langsung membuatku putus dengan lancar. Aku sampai pindah kost beberapa kali. Dia
masih saja berusaha mengajakku balik dan selalu mengancam siapapun yang dekat
denganku”.
“Kenapa ya, aku kok selalu
pacaran dengan orang yang salah, semuanya sepertinya nggak ada yang bener.
Mungkin aku salah bergaul ya!”Kata Risa seakan akan pada dirinya sendiri. Sari
hanya mendengarkan cerita Risa. Sementara suara hujan yang menghantam atap asbes
rumahnya masih terdengar dengan kencang.
“Kamu sendiri sudah pacaran
berapa kali?Tanya Risa
“Aku.. baru sekali”Jawab Sari
dengan malu malu. Dia tahu kalo Risa enam tahun lebih tua darinya dan sudah
beperngalaman.
“Masak sih baru sekali, dengan
siapa?
“Dengan temanku mulai dari
kecil, dia anak majikan ibuku”
“Wah kamu hebat ya! Bisa
menaklukan anak boss!
“Bukan menaklukan tapi aku
yang ditaklukan dan dibeli”Kata Sari dengan getir.
Ada nada yang terluka dan marah dalam suara Sari. Risa
tahu kalau itu tidak menyenangkan Sari.
“Maaf ya kal aku menyinggung
perasaanmu.”kata Risa sambil menggenggam tangan Sari yang berada disebelah
tangannya.
“Kita tidur aja yuk, besok aku
mau bantu ibu ke pasar mumpung masuk siang. Kamu besok masuk apa?
“Masuk siang juga, iya nanti
aku ikut ke pasar ya”
“beneran mau ikut ke pasar?
“Iya”Kata Risa dan membalikkan
tubuhnya menghadap ke Sari.
Risa menyusupkan kepalanya dalam dada Sari dan mengambil
tangan Sari untuk memeluknya. Sari bagaikan kerbau yang dicocok hidungnya. Dia
memeluk tubuh Risa dengan lembut dan mencium kening Risa.
****
Sari merasakan kebahagian yang luar biasa melihat Risa
yang tanpa malu dan cekatan membantu ibunya melayani pembeli. Bahkan sampai
digoda langganan ibu Sari.
“e.. bu karso punya mantu ya,
sudah cantik pinter jualan lagi”
“ahhh bu Siti bisa aja, nggak
berani saya ngambil mantu seperti neng Risa ini takut ditolak. Ini teman anak
saya!”
Risa yang mendengar itu hanya tersenyum manis dan menatap
Sari dengan penuh arti. Sari yang mendengar percakapan itu jadi merah padam
mukanya dan pura-pura sibuk membersihkan sampah.
“Bu Siti mau beli apa?Tanya
Risa ramah.
“Mau beli wortel sama kol deh”
Risa mengambilkan permintaan
bu Siti, “mau masak apa bu?
“Masih belum tahu, ditumis
mungkin”Jawab bu Siti sambil melihat lihat sayuran lainnya.
“ditambahin jamur dan baby
corn ini aja bu! Pasti akan lebih enak”Kata Risa
“Iya deh, boleh! Wah.bu karso
beruntung ya ternyata si eneng pinter jualan juga”
Melihat kepandaian Risa berjualan membuat Sari makin
jatuh cinta. Baru kali ini ada seorang perempuan yang mau membantu ibunya
berjualan di pasar dan begitu dekat. Dia merasa bahwa perempuan ini yang cocok
menjadi pasangannya. Dia tidak harus berpura pura dan bisa menjadi dirinya
sendiri. Apalagi dia melihat Risa sama sekali tidak canggung atau gerah berbaur
dengan suasana pasar yang ramai. Hatinya benar-benar diliputi kebahagiaan.
Sedangkan Risa merasa seperti membantu ibunya sendiri. Dia dulu juga sering
membantu ibunya berjualan di pasar sebelum hijrah ke kota.
“Sudah kalian pulang dulu aja,
nanti terlambat kerja”Kata Ibu Sari ketika pasar sudah mulai sepi pembeli.
“Iya, bu”Kata Sari sambil
mengajak Risa pulang.
“Saya amit dulu ya bu”Kata
Risa sambil mencium tangan ibu Sari.
“Makasih ya neng, semoga nggak
kapok membantu ibu. Sering-sering nginep di rumah, nanti ibu masakan makanan
kesukaanmu”
“Iya bu, nggak usah
repot-repot, nanti Risa aja yang masakin buat ibu”
“Ya udah, pulang cepet,
ati-ati di jalan”
“Iya bu”Kata Sari dengan
perasaan bahagia dan mencium tangan ibunya sebelum balik.
Mereka berdua berjalan beriringan menuju tempat parkir
motor. Dengan perasaan riang.
“Makasih ya Ri, kamu sudah mau ikut membantu berjualan.
Ibu kelihatan suka lho sama kamu”
“Iya sama-sama, tapi
sayang”Kata Risa dengan wajah yang serius.
Sari langsung gelisah melihat ekspresi Risa. Dia takut
kalau Risa merasa terpaksa dan tidak suka dengan apa yang barusan terjadi.
“Sayang Kenapa Ri?Tanya Sari
penasaran
“Iya Sayang aja, Kalo ibunya
suka tapi anaknya nggak suka!”
Muka Sari langsung merah padam dan senyum tersipu
sendiri. Dia memang tidak terbiasa dengan godaan seperti itu. Selama ini dengan
Luna mereka hanya menjalani kebersamaan mereka tanpa pernah ada rayuan atau
godaan yang menjurus kepercintaan. Saripun tidak terbiasa merayu atau
mengatakan sesuatu yang menggoda Luna. Dia merasakan semuanya dalam diam. Dia
hanya menikmati semua percintaan dan kemanjaan Luna ketika bersama.
“Sar, aku nanti langsung balik
ke kost ya, soalnya khan belum bawa seragam”
“Iya, oya boleh aku minta
tolong sesuatu?Tanya Sari
“Apaan?
“Sebaiknya kalau ditempat
kerja kita menjaga jarak aja ya!”
“Kenapa? Kamu takut sama si
Juki?
“Bukan, aku tidak ingin ada
isu atau kejadian yang tidak enak. Aku khan masih dalam masa percobaan dan
kerja belum tiga bulan. Khan nggak enak kalau sudah jadi pembicaraan. Aku harap
kamu tidak tersinggung dan mengerti keadanku. Aku ingin membantu ibuku mencari
uang”.
“Iya, aku ngerti kok, kamu
nggak usah kuatir asal kamu janji sesuatu sama aku”
“Apa?Tanya Sari penasaran.
“Kamu tidak menolak kalau aku
ajak jalan atau aku ke rumahmu”
“Iya”Kata Sari dengan bahagia.
*****
Sari menunggu angkot dipinggir jalan, beberapa angkot
telah lewat dan dia tidak menghentikan. Sari berharap Risa akan datang
menyamperin dirinya seperti kemarin. Tetapi dia sadar kalau ini sudah terlalu
malam, pasti Risa sudah pulang. Dia tadi masih ada briefing setela ada kasus
seorang perempuan yang mengambil underwear. Akhirnya Sari menghentikan angkot
yang lewat. Dia takut kalau tidak akan ada angkot lain yang akan lewat.
Selama di angkot sari terus memikirkan Risa. Tiba-tiba
dia merasakan kerinduan. Rindu dengan tatapan nakalnya atau senyumnya yang
manis. Tadi selama di store, dia sama sekali tidak berani memandang Risa. Dia
takut kalau perasaannya akan terlihat dan semua orang akan mengetahui. Dia
berusaha berhati hati dalam bersikap. Tapi hari ini Sari bahagia sekali karena
dia mendapatkan gaji pertamanya. Dia mendekap erat-erat tas ranselnya, rasanya
tak sabar untuk memberikan gajinya kepada ibunya.
Aku hari ini benar-benar sudah jadi orang mandiri,
mempunyai penghasilan sendiri. Ingin rasanya menunjukkan kepada Luna kalau dia
bisa mencari uang dari hasil keringatnya sendiri bukan dari hasil meminta. Sari
juga ingin mentraktir Risa dari hasil kerjanya. Tapi yang terpenting memberikannya
ke ibu. Sari segera menyetop angkot yang ditumpangi ketika melewati depan jalan
gang rumahnya.
“stop..stop..bang!teriak Sari.
Setelah membayar dia berjalan memasuki gang rumahnya. Dia
berjalan dengan ringan dan bahagia. Ingin rasanya berlari agar segera sampai
rumah.
“Bu..!”panggil Sari ketika
memasuki rumah sambil mencari ibunya di kamar.
“Ibu, dimana yu?Tanya Sari
kepada adiknya
“Di dapur”jawab Ayu sambil
tetap mengerjakan tugas sekolahnya.
“Bu..!”
“Sudah makan Sar?Tanya Ibunya
ketika melihat Sari masuk di dapur.
“Bu, Sari sudah gajian”Kata
Sari sambil mengeluarkan amplop gajinya yang masih tertutup rapat.
“Alhamdulilah..!”Kata Ibunya
dengan bahagia dan terharu.
Ibunya membuka amplopnya dan mengambil beberapa ratus dan
mengembalikannya ke Sari.
“Ini sisanya buat kamu aja,
khan kamu juga perlu buat naik angkot dan makan. Ingat untuk menabung, khan
katanya mau beli motor”
“Iya bu, besok akan Sari
tabung”
“Ya sudah, cepet mandi trus
istirahat! Besok masuk pagi khan”
Sari mengambil handuk sambil bersiul-siul, hatinya sedang
bahagia. Hidupnya seakan berubah menjadi sesuatu yang indah. Dia sudah
melupakan kesedihannya dan kerinduannya terhadap Luna. Sudah tiga bulan dia
tidak bertemu dengan Luna dan dia sudah dapat mengatasi perasaan terlukanya
terhadap Luna. Dia sudah bisa memaafkan sikap Luna kepada dirinya. Pekerjaannya
melupakan kesedihannya terhadap Luna. Apalagi ketika bertemu dengan Risa yang
mencuri perhatiannya. Apalagi kejadian kemarin yang makin memantapkan hatinya
untuk memulai hidupnya dengan Risa. Tapi dia tidak ingin buru buru menjalin
hubungan. Dia ingin pelan pelan dan mengenal lebih baik dahulu.
Tapi baru kali ini dia merasakan getar yang luar biasa
dan menjadi salah tingkah ketika di depan perempuan. Apalagi ketika semalam
memeluknya, dia dapat merasakan kalau jantungnya berdetak kencang dan dia juga
dapat merasakan kalau v nya menjadi basah hanya dengan memeluknya saja. Dari
pertama ketemu ketika memeriksa tubuhnya dia sudah merasakan ada aliran listrik
yang menjalari dirinya. Padahal begitu banyak SPG yang diperiksa dan banyak
yang seksi dengan pakaiannya yang press
body tapi dia tidak pernah tergetar seperti memerisa Risa. Perasaan sukanya
makin bertambah ketika melihat keramahan dan kesungguhannya dalam melayani
pembeli. Baru kali ini Sari dapat merasakan tergetar dan rindu ingin menatap
wajah seseorang.
Apalagi ketika dia terlelap dalam pelukkan. Sari terus
menatap wajah Risa dengan perasaan tidak percaya kalau Risa berada dalam
pelukkannya. Ketika terbangun pagi hari dan melihat Risa masih dalam
pelukkannya. Sari merasa sangat bahagia dan senang. Dia mencium pelan wajah
Risa dan berharap Risa tidak terbangun. Belum pernah dia merasakan kesenangan
dan bahagia seperti itu. Meskipun dia sering tidur bersama dengan Luna tetapi
dia tidak pernah merasakan kebahagian ketika menatap wajahnya. Semuanya seperti
biasa tidak ada percikan api yang membakar atau menggetarkan.
Bersama dengan Luna memang menyenangkan dan sudah
terbiasa. Mungkin karena mereka selalu bersama sejak kecil dan hubungan mereka
karena rasa ingin tahu dan mencoba mengeksplore seksual mereka. Mereka
sama-sama ingin merasakan bagaimana rasanya berciuman dan terus berlanjut
sampai merasakan semuanya dan menikmati hubungan seks mereka. Tetapi sungguh
berbeda dengan apa yang dirasakan dengan Risa. Dia seperti tersihir dengan
pesona Risa yang menggetarkan hatinya. Selama ini dia belum pernah jatuh cinta
dengan perempuan. Hidupnya selalu dikuasai oleh Luna. Kemanapun dia pergi
selalu ada Luna di sana. Hanya ketika SMA mereka jarang bersama karena tidak satu sekolah. Di sekolah Sari ada yang
suka dan tertarik dengan Sari yang berbadan tegap dan menjadi team volly. Tapi
Sari tidak terlalu menyukai karena sikapnya yang terlalu centl menurut Sari.
Selain itu Sari merasa kalau dia sudah bersama Luna dan tidak ingin menyakiti
hati Luna.
Sari merebahkan dirinya di ranjang dan menciumi bantalnya
yang masih ada sisa bau Risa di sini. Di dekapnya erat erat bantalnya sambil
membayangkan Risa dalam pelukkannya. Dia tertidur dengan senyum yang masih
tersungging dibibirnya. Terlelap dengan dinginnya malam dan penuh kehangatan
cinta dan kebahagian dalam dadanya.
*****
Sari membuka lockernya setelah mengiuti apel pagi. Dia
menemukan sepucuk surat di dalam lockernya.
Hi, semalam kok
lama sih! Aku tungguin kamu nggak muncul-muncul sampai aku diusir polisi. Apa
kamu sudah pulang duluan? Nanti setelah off, aku tunggu di parkiran Mc.D ya.
Aku tunggu lho!
Risa
Dengan perasaan bahagia, dia melipat surat Risa dengan
rapi dan memasukan ke dalam dompetnya. Sari keluar dengan langkah ringan dan
berbunga-bunga. Ketika dia melewati Risa, tatapan mereka bertemu. Risa
menganggukan wajahnya ketika mata mereka bertemu. Sari mengerti dengan yang
dimaksud Risa. Dia segera mengangguk dan berlalu menempati posnya di depan
pintu masuk. Sekarang masih jam 10 dan Sari tidak sabar untuk bertemu dengan
Risa secara bebas. Dia ingin mengajak makan atau nonton Risa di mall lain.
Membayangkan akan pergi bersama dengan Risa, Sari jadi deg-deg an dan gelisah.
Dia jadi grogi sendiri karena selama ini dia tidak pernah berkencan dengan
perempuan lain selain dengan Luna. Dan kalau keluar dengan Luna selalu banyak
sekali aturan yang harus dialakukan. Sari selalu merasa tidak menjadi dirinya
bila keluar dengan Luna.
****
Waktu serasa lambat, begitu selesai bertugas dan check
clock. Sari buru buru ganti pakaian seragamnya. Sari berjalan menuju parkiran
MC.D, dia tidak ingin Risa menunggu terlalu lama. Dari jauh Sari sudah melihat
Risa menunggu diatas motornya.
“Hi, sudah lama ya nunggunya?
“Sudah mau kering seperti ikan
asin ini aku!
Sari kembali salah tingkah
ketika ditatap dengan nakal oleh Risa.
“Yuk, kita jalan ke mall lain
aja”Ajak Risa sambil memberikan helmnya.
“Iya, sini aku aja yang nyetir”Kata
Sari sambil mengambil alih sepeda motor Risa.
Risa menurut saja permintaan Sari. Dia memeluk tubuh Sari
dari belakang. Sari merasakan hanggatnya tubuh Risa di punggungnya. Sari terus
menjalankan motor Risa menuju mall yang lebih jauh jaraknya. Dia ingin
berlama-lama merasakan pelukkan Risa.
“Aku ingin mengajak kamu
nonton”Kata Sari ketika sampai di mall yang mereka tuju.
“Mau nonton apa?Tanya Risa
“Apa aja yang bagus”
Mereka berjalan beriringan menuju ke dalam mall. Sari
ingin menggandeng Risa tapi dia merasa tidak enak dan takut akan ditolak oleh
Risa. Mereka naik lift langsung menuju XXI.
Antriannya lumayan panjang ketika mereka sampai disana.
“Kita mo nonton apa?Tanya
Sari.
“Kita nonton yang 3D aja”
Ketika sampai di depan penjual tiket Sari mengeluarkan
dompetnya. Risa juga mengeluarkan dompetnya dan memberikan uang ke Sari.
“Nggak usah, aku yang bayar
aja”
Risa tidak ingin berdebat dengan Sari di depan penjual
ticket.
“Kita khan sama-sama kerja dan
punya kebutuhan”Kata Risa
“Iya, ini gaji pertamaku dan
aku ingin berbagi dengan kamu. Nanti kalo nonton lagi kita bisa gantian ato
bayar sendiri-sendiri”.
“Makasih ya, kamu mau berbagi
kebahagian dengan aku”Kata Risa sambil memegang lengan Sari.
Sari senang sekali, akhirnya Risa yang memulai
menggandeng tangannya. Tapi kebahagian itu tiba-tiba pupus ketika dia melihat
Bayaangan Luna bersama dengan Francis memasuki pintu. Risa langsung melihat
pandangan mata Sari ke arah pintu masuk. Risa melihat pasangang L yang terlihat
mesra bergandengan tangan.
“Siapa?Tanya Risa
“Luna, mantanku”
Risa dapat melihat kejengahan pada diri Sari. Risa tahu
kalau Sari ingin menghindar dan takut bertemu.
“Kenapa kamu takut bertemu
dengan dia? Atau kamu malu jalan dengan aku dan bertemu dia?
“Bukan, aku nggak takut cuma
malas aja. Aku nggak ingin menjadi bahan hinaannya dia”
“Bagaiman kalau kita samperin
aja sekalian dan tunjukkan kepada dia kalau kamu baik-baik tanpa dia”
Sari terkejut dengan ide Risa. “Iya, kenapa aku mesti merasa nggak enak dengan dia, bukankah dia
yang memutuskan tidak mau denganku”Kata Sari dalam hati.
“Hi, Sar!”Tumben kamu mau
nonton”Sapa Luna. “Sama siapa? Pacar baru ya?Lanjutnya
“Iya, Kenalkan Risa, pacarnya
Sari”Kata Risa dengan berani dan percaya diri mengulurkan tangganya. “Sari
banyak cerita soal kamu kok!”Lanjut Risa.
Luna dengan enggan mengulurkan tangannya. Sari dapat
melihat rasa tidak suka pada wajah Luna dan diam diam Sari menyukainya. Sari
juga dapat melihat mata jelalatan dari Francis ketika memandang Risa. Sari tahu
kalau Francis adalah seorang player.
Sudah banyak teman Luna yang memberitahu dirinya. Kalau Francis berusaha
mendekati Luna. Risa memang lebih dewasa daripada Luna dan lebih berpengalaman
menghadapi orang. Sedangkan Luna masih seperti ABG yang lebih suka hura-hura
dan party. Wajah Risa manis dan terlihat sabar. Orang yang melihat wajahnya
pasti langsung akan menyukainya apalagi kalau tersenyum. Melihat sikap Risa
yang mesra dan perhatian kepada Sari membuat Luna merasa tidak suka. Sedangkan
Sari hanya diam saja dan tidak melepaskan genggaman tangan Risa. Tanpa banyak
kata Luna meninggalkan mereka.
“Maaf ya kalau aku lancang,
mengatakan pacarmu”Kata Risa ketika Luna meninggalkan mereka.
“Nggak apa-apa, aku menikmati
kok!
“Kamu lihat nggak wajah Luna
tadi berubah”
‘Iya, aku suka. Rasanya baru
kali ini aku melihat dia seperti itu”.
Tiba-tiba Risa membetulkan rambut Sari dan bersikap mesra
kepada Sari. “Dia lagi ngelihatin kita”Kata Risa setengah berbisik. Lalu
tiba-tiba Sari mencium tangan Luna dengan mesra. Sari ingin agar Luna tahu
kalau dia sudah tidak memikirkan dia. Dan mereka berdua melihat Luna keluar
dari bioskop dan Francis mengejarnya. Mereka berdua tertawa melihat hal itu.
****
“Bagaiamana kalau malam ini
kamu menginap aja ke rumah? Tanya Sari ketika selesai nonton.
Risa menantap wajah Sari mencari kesungguhan di wajahnya.
Risa tahu kalau Sari lebih muda 5 tahun dari dirinya. Bisa dikatankan kalau
Sari adalah anak yang baru lulus SMA. Tetapi Risa dapat merasakan kedewasaan
Sari dan dia adalah anak yang baik, berbakti kepada orang tua dan bukan tipe yang
suka tebar pesona.
“Tapi aku belum bawa seragam.
Kamu kalo mengantar aku ulang ambil seragam trus baru ke rumahmu”
“Kalo gitu kita langsung balik
aja”
Mereka berjalan
bergandengan menuju parkiran motor. Senyum Sari terus tersungging, hatinya
berbunga-bunga. Membayangkan Risa tidur dalam pelukkannya.
Sari kembali menyetir motor Risa. Risa memeluk rapat
rapat tubuh Sari dan merebahkan kepalanya dipunggung Sari. Sari sendiri tidak
tahu darimana datangya keberaniannya. Dia memegang tangan Risa yang berada diperutnya.
Ada perasaan sayang dan cinta yang menyergap hatinya. Semua terasa begitu indah
dan menyenangkan.
Setelah mengambil akaian seragam dan peralatan mandi,
mereka langsung pulang menuju rumah Sari.
“Sar, kita berhenti beli
martabak dulu yuk, buat ibu dan Ayu di rumah”
“Iya”
Sari merasa senang sekali ternyata Risa juga perhatian
dengan ibu dan adiknya. Dia tidak menyangka kalau Risa begitu baik dan
perhatian. Sari menghentikan di penjual martabak dekat rumahnya.
“Ibu, suka martabak, manis
atau asin?
“Yang manis”
Sari sudah mau mengeluarkan uangnya,tetapi dilarang oleh
Risa. Risa membeli dua martabak untuk mereka semua.
“Makasih ya”Kata Sari. “Aku
tahu sekarang kenapa Juki tidak mau melepaskanmu. Kamu baik sih”
“Ihh..kamu kok nggak romantis
sih, masak ngerayu cewek di tempat jual martabak!”
“hahahaha.. karena aku nggak
biasa ngerayu cewek”
“Jadi dulu sama Luna ngapain
aja?
Sari langsung terdiam dan mulai berpikir. “Mungkin sebaiknya aku menceritakan
bagaimana hubunganku dengan Luna”katanya dalam hati
“Maaf ya, kalau kamu nggak mau
cerita nggak apa-apa kok!Kata Risa buru-buru.
“Aku dengan Luna sudah bersama
sejak kanak-kanak. Ibu dulu jadi tukang cuci dan bersihin rumahnya. Aku sering
diajak ibu kesana membantu ibuku. Aku jadi sering bermain sama dia. Lalu ibunya
Luna menyekolahkan aku ditempat yang sama dengan Luna. Sejak itu aku selalu
bersama dia dan sering menginap di rumahnya. Ketika akil balig kami mulai
merasakan ada sesuatu yang berbeda. Kami mulai belajar ciuman ketika SMP dan
mulai mengeksplore tubuh kami. Kami berdua sama-sama merasa takut tapi juga
ingin melakukan lebih jauh. Kami sama-sama mencari informasi di internet dan
malah menemukan situs porno tentang lesbian. Kami membaca cerita porno lesbian
bersama dan sama-sama bernafsu. Kami bercinta dengan segala macam model. Ketika
kami sama-sama tidak virgin, kami berdua sama-sama menangis. Tetapi itu tidak
membuat kami kapok dan saling berjanji untuk terus bersama. Setiap pulang
sekolah kami selalu buru-buru pulang untuk bercinta, kalau aku terlambat pulang
dia akan marah-marah. Tetapi dia mulai berubah ketika SMA dan ketika mulai
menemukan komunitas L yang suka party. Pertama aku memang sering diajak, tapi
aku nggak terlalu suka dengan party. Lalu dia mulai sering pergi sendiri dengan
teman-temannya. Dia mulai malu pergi denganku dan berusaha merubah penampilanku
seperti teman-temannya. Aku jadi tidak nyaman dan sering merasa tersiksa. Aku
juga tahu kalau dia mulai banyak penggemarnya. Sampai akhirnya dia merasa malu
karena aku melamar jadi satpam. Dia meminta aku tidak jadi satpam dan mau
memasukan aku bekerja di orang tuanya. Tapi aku tidak ingin hidupku bergantung
terus kepada dia. Kadang aku seperti merasa jadi isteri simpanan. Dia kalau ingin
berhubungan seks, dia akan meminta aku untuk menginap di rumahnya. Tapi kalo
dia sedang bersama yang lain, dia minta aku jangan datang. Pernah aku tidak mau
datang, dia marah sekali. Aku jadi seperti gigolo saja, kapan dia pengen sex
manggil aku untuk memuaskan dia. Dia tidak pernah menghargai aku dan semua
selalu diukur dengan uang atau diselesaikan dengan uang. Bagaimanapun aku juga
punya harga diri. Dan aku bisa mandiri kok, aku masih bisa bekerja dengan
tenagaku sendiri. Aku tidak ingin dianggap sebagai property dia, milik dia yang
bisa diapakan aja semau dia. Ya..begitulah kisahku”Kata Sari mengakhiri
ceritanya bersamaan dengan penjual martabak yang datang membawa pesanan mereka.
“Ini mbak, martabaknya”Kata
abang penjual martabak.
“Makasih ya sudah mau
cerita”Kata Risa ditelinga Sari dan mencium punggungnya.
Sari merasa lega telah menceritakan semuanya ke Risa. Dia
mengambil tangan Risa dan menciumnya dengan lembut. Malam ini adalah malam yang
paling membahagiakan buat Sari dan Risa. Risa merasa kalau Sari juga jatuh
cinta dengannya. Risa senang karena Sari mau terbuka dan menceritakan masa
lalunya. Risa merasa baru kali ini dia menemukan seseorang yang baik dan tidak
macam-macam seperti pasangannya yang lalu lalu.
*****
Sari kaget ketika masuk gang rumahnya terlihat Mobil Luna
parkir di depan rumahnya. Sari menghentikan motor yang dia kendarai.
“Ada apa Sar?Tanya Risa
“Ada mobil Luna”Kata Sari
sambil menunjukan mobil yang parkir di depan rumah.
“Jadi gimana? Mau balik ato
pulang? Ya dihadapi aja, bagaimanapun dia pernah baik sama kamu khan. Kamu
lihat apa maunya”.
Sari mengangguk dan mejalankan motornya kembali. Sampai
depan rumah Sari memasukan motor ke dalam rumah dan minta Risa untuk masuk
menemui ibunya. Sari keluar dan menemui Luna yang duduk di dalam maobilnya.
Melihat Sari menghampirinya, Luna membuka pintu mobilnya dari dalam dan minta
Sari masuk. Dengan enggan Sari masuk ke dalam mobil Luna. Sari merasa tidak
suka dan tidak nyaman. Sari melihat Luna yang sudah banyak berubah. Dia merasa
seperti tidak mengenal Luna lagi. Wajahnya dibalut make up ala gothic dan
kukunya di cat hitam. Sari merasa asing dengan Luna. Luna bukan lagi Luna yang
dia kenal sejak kecil, Luna yang pernah mengisi hari-harinya. Luna yang dia
sayang dulu.
Sari juga melihat kalau Luna sekarang merokok. Mobilnya
tercium asap rokok dan Sari juga melihat rokok Marlboro putih di dash board
mobil Luna. Luna memang benar-benar berubah gaya hidupnya. Sari makin asing dan
tidak mengenal lagi Luna. Dia seperti orang lain bagi Sari. Sari makin tidak
suka ketika Luna menjalankan mobilnya.
“Kita mau kemana?tanya Sari
dengan ketus.
“Kenapa?kamu takut sama pacarmu
itu? Sejak kapan dia sudah tinggal di rumahmu? Hebat ya kamu sudah begitu
gampang melupakan hubungan kita dan langsung punya pacar”Kata Luna dengan emosi
dan marah.
Sari merasa tidak suka dengan sikap Luna yang seakan-akan
dia masih miliknya. Tetapi Sari berusaha menahan diri dan tidak ingin
terpancing kemarahan Luna. Dia ingin menyelesaiannya dengan baik-baik.
“Bukankah kamu malu dengan aku
dan sudah tidak ingin berhubungan dengan aku. Kamu khan malu punya pacar satpam
yang kere ini. Sudahlah hubungan kita sudah selesai beberapa bulan yang lalu.
Bukankah kamu juga sudah dengan Francis!”
“Jadi ini caramu mau menyakiti
aku?
“Sudahlah, Hubungan kita sudah
selesai kok. Aku tidak perlu minta ijin mau jalan dengan siapa, begitu juga
kamu. Kita jalani hidup kita masing-masing”Kata Sari dengan tenang.
“Apakah kamu sudah tidak
mencintaiu lagi?Tanya Luna dengan menitikan air mata.
“Luna, kita sudah tidak bisa
bersama lagi, perbedaan kita makin jauh dan aku tidak cocok buat kamu dan aku
percaya, kamu akan lebih bahagia bersama orang lain daripada aku. Dan mari kita
jalani hidup kita masing tanpa saling menyakiti”
Luna menghentikan mobilnya dipinggir jalan dan mulai
menangis. Biasanya Sari akan memeluknya dan tidak tega melihat Luna menangis.
Tetapi kali ini dia tidak ingin memberikan harapan buat Luna.
“Makasih untuk semua yang kamu
berikan dan maafkan aku kalo tidak bisa memenuhi semua keinginanmu selama ini”
“Tapi aku masih mencintaimu,
aku masih ingin bersamamu. Apakah sudah tidak ada cinta dihatimu?Tanya Luna dengan
wajah memelas. “Aku merindukanmu Sar!Lanjutnya
“Luna, kamu tidak mencintaiku!
Kamu cuma ingin memiliki aku aja. Sudahlah aku tidak ingin bertengkar dengan
kamu. Aku ingin kita berpisah dengan bai baik. Dan kita jalani hidup kita
masing masing.
“Sar, boleh aku meluk kamu
untuk terakhir kali?
Sari kelihatan ragu dengan permintaan Luna. Belum sempat
dia memutuskan Luna sudah memeluknya. Sari tidak mungkin menolaknya. Dan tiba
tiba Luna berusaha menciumnya tapi Sari berhasil mengelak dan menghindar.
“Please, Lun! Jangan lakukan
itu”
Wajah Luna memerah atas penolakan Sari. Dia merasa
dilecehkan atas penolakan Sari. Dia yang selama ini tidak pernah ditolak
tiba-tiba mendapatkan kenyataan Sari tidak menginginkannya dan menolaknya. Dia
menjadi marah dan mengusir Sari dari mobilnya.
“Keluar kamu dari
sini!”teriaknya dan mendorong Sari keluar.
Sari hampir terjatuh keluar dari mobil Luna. Luna segera
menarik pintu mobilnya dan menjalankan mobilnya dengan kencang. Sari hanya bisa
menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Luna yang masih saja kekanak-kanakan.
Beda sekali dengan Risa yang begitu dewasa. Sari langsung teringat Risa yang
sudah menunggunya di rumah. Dia langsung memanggil ojek yang berada disana dan
minta diantar pulang.
Sari membayar tukang ojeg begitu sampai di depan
rumahnya. Dari halaman terdengar suara tawa ibunya yang begitu lepas dan
ceriah. Baru kali ini Sari mendengar ibunya tertawa. Selama ini memang dia
jarang melihat ibunya tertawa dengan lepas. Semua tenaga dan pikirannya
tercurah bagaimana caranya mencari uang agar dapat menyekolahkan Sari dan Ayu. Sampai
mereka lupa bagaimana rasanya bersenang-senang. Sari senang sekali karena Risa
bisa membawa kecerian dalam rumahnya. Mungkin juga ibu sudah merasa lega karena
dia sudah lulus sekolah dan mendapatkan pekerjaan. Sehingga bebannya mulai
berkurang dan pemasukan juga bertambah dengan bekerjanya Sari.
Sari segera masuk dan disambut oleh mereka. “Ayo sini,
sebelum habis lho!kata Risa. Sari segera duduk di lantai bergabung dengan
mereka. Dia mengambil martabak asin beserta cabe hijaunya. Sari dapat melihat
tatapan mata ibunya yang ingin bertanya soal Luna. Tapi ibu seperti menahan
diri untuk bertanya karena ada Risa bersama mereka. Sari tidak tahu apakah
ibunya mengetahui dia lesbian atau tidak. Tapi ibunya pernah menasehati dirinya
soal Luna. Sari masih ingat waktu itu ibunya berkata “Kamu sebaiknya jangan
terlalu dekat dengan Luna. Kamu harus tahu kita itu orang miskin. Ibu tidak
ingin kalau keluarganya Luna tidak suka dengan kamu. Bagaimanapun dia itu anak
bos dan kamu ini cuma pembantu. Ibu tidak ingin nanti kamu jadi kecewa dan
sakit hati. Kamu harus tahu diri siapa kita dan siapa mereka. Cuma kamu dan ayu
yang ibu punya. Kita itu tidak punya apa-apa dan siapa-siapa. Ibu tidak ingin
terjadi sesuatu dengan kamu.”
Sari hanya diam saja waktu itu. Dia tidak berani bertanya
maksud dari perkataan ibunya. Apakah ibunya mengetahui hubungan percintaannya
dengan Luna atau hanya menganggap hubungan pertemanan saja. Waktu itu Sari
hanya menjawab “Iya bu, Sari mengerti. Sari akan menjaga diri, ibu tidak usah
kuatir” dan memang hubungan mereka mulai
renggang waktu itu. Luna mulai menemukan teman-teman L barunya dan dia juga
mulai asik dengan dunia malam. Sedangkan Sari sibuk membantu ibunya berjualan
atau kulakan di pasar. Dia menggunakan waktunya unuk belajar agar dapat lulus
dengan nilai yang bagus. Sejak itu, ibu tidak pernah menyinggung soal Luna
lagi. Kemarin ketika Risa datang menginap, Sari tahu kalau ibunya suka dengan
Risa. Dia berkomentar kalau Risa itu baik, supel dan pintar jualan.
****
Sambil rebahan di ranjang Sari memandangi Risa yang
sedang membersihkan wajahnya. Dari tadi senyumnya tak pernah lepas dari bibirnya.
Kejadian yang tidak menyenangkan bersama Luna seakan menguap tak berbekas. Dia lebih
menikmati kebersamaannya dengan Risa. Hatinya berbunga-bunga, baru kali ini ada
perempuan cantik yang menginap di kamarnya yang sepi. Sari dapat mencium bau
harum sabun dari tubuh Risa. Risa tidak sadar kalau dirinya sedang ditatap oleh
Sari.
“Hei..ternyata aku diawasi ya!
“Habis enak ngeliatin
kamu!Kata Sari dengan nakal.
“Makanan kali enak”
“Kalo boleh dimakan sudah aku
makan”Kata Sari sambil tertawa
“Ihh..sadis!Katanya sambil
mendekati Sari yang masih rebahan.
Sari menggeser tubuhnya agar Risa bisa duduk di ranjang.
Risa duduk di ranjang sementara Sari masih menatap dengan penuh kekaguman. Risa
mendekatkan kepalanya dan mencium bibir Sari. Sari membalas ciuman Risa dengan
lembut. Jantungnya berdetak dengan cepat, aliran darah seakan mengalir dengan
cepat keseluruh tubuh. Tangannya menyentuh wajah Risa, Risa merebahkan tubuhnya
di sebelah Sari. Mereka berciuman dengan lembut dan lama.
Sari menantap wajah Risa dengan penuh kekaguman ketika
mereka berhenti ciuman. “Kamu cantik sekali dan aku seperti kena sihirmu”.
Wajah Risa memerah mendengar pujian Sari. Belum pernah dia ditatap penuh
kekaguman oleh seseorang bahkan oleh pacar-pacarnya terdahulu. Mereka rata-rata
kagum setelah Risa melepas pakaian. Mereka hanya kagum dengan tubuh Risa dan
ingin berhubungan seks saja. Tetapi beda dengan Sari yang tidak mencari
kesempatan dengan kebersamaan mereka. Risa dapat merasakan kalau Sari memang
jatuh cinta dan tulus mencintainya. Meskipun baru beberapa hari ini mereka
bersama. Risa dapat merasakan semua ketulusan dan kejujuran Sari.
“Hati-hati, nanti kamu jatuh
cinta lho!Kata Risa menggoda
“Memang, aku sedang jatuh
cinta sama kamu. Semoga cintaku tidak bertepuk sebelah tangan”
Risa tersenyum bahagia
mendengar jwaban Sari, sekarang dia benar benar merasa yakin dengan jawaban
Sari itu.
“Jadi kita bagaimana?Tanya
Risa
“Kamu sudah tahu keadaanku dan
keluargaku, apa kamu masih mau berelasi dengan diriku? Aku tidak ingin kamu
nanti menyesal”Jawab Sari dengan serius.
“Keluargaku juga bukan orang
kaya. Ibuku jualan nasi pecel di Kediri. Ayahku juga sudah meninggal. Ibu
tinggal bersama kakak perempuanku yang janda. Suaminya menikah lagi. Kakak
perempuanku buruh di pabrik rokok. Punya anak perempuan satu. Mau nggak aku
ajak pulang ke kediri kalau ada waktu?
“Wah ya mau dong!”Kata Sari
enuh semangat.
Tetapi tiba-tiba wajah Sari berubah, dan Risa langsung
menangkap perubahan itu. Dia melihat ada keraguan di wajah Sari.
“Ada apa?Tanya Risa.
“emmm..Apa boleh kalau di
tempat kerja kita pura-pura tidak pacaran?Tanya Sari dengan ragu ragu.
“Iya, memang sebaiknya begitu.
Aku juga minta kamu tidak cemburu, marah atau terpancing emosi seandainya Juki
melakukan sesuatu terhadap diriku. Kamu nggak usah membela aku ya! Aku bisa
mengatasinya.”
“Apakah dia masih suka ganggu
kamu?
“Nggak terlalu akhir-akhir
ini, mungkin sudah bosan karena aku tidak menanggapi. Tapi kalu dia dengar aku
jalan sama kamu, dia pasti akan cari perkara!”
“Iya sebaiknya kalau di tempat
kerja kita backstreet aja”Kata Sari sambil tersenyum.
Sari kembali membelai wajah Risa, dia merasakan
kebahagian yang sangat dalam. Semua teras seperti anugerah yang indah dan
hidupnya seperti sempurna. Dia telah memilik pekerjaan dan sekarang memiliki pacar
yang baik dan mengerti keadaannya. Dan yang paling membahagiakan adalah Ibunya
juga menyukai Risa. Dia merasa bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan yang
telah memberikan kebahagian dan keberuntungan seperti sekarang ini. “Ya, Tuhan semoga semua berjalan sesuai
rencanamu. Amin” Doa Sari dalam hati.
seperti kisah nyata
ReplyDelete