Amy dan July saling menatap, menakar perasaan
masing-masing. Sudah dua tahun mereka tidak saling bertemu. Mereka terdiam
dengan perasaannya masing-masing. Ada getaran rasa yang masih menyala. Ya,
nyala cinta itu masih ada. Nyala yang tak pernah padam meskipun berpuluh
purnama mereka terpisah. July menatap wajah Amy dengan perasaan yang sama
ketika mereka pertama kali bertemu.
Wajah Amy memerah ketika melihat tatapan July. Tatapan dan
senyum yang masih sama seperti 2 tahun yang lalu. July suka sekali melihat semu
merah dari wajah yang malu, Amy yang selalu membuat dia bergetar dan ingin
menciumnya. Amy menunduk dan kadang mencuri pandang dengan malu-malu. Dia ingin
sekali membelai pipi July yang putih dan lembut seperti dahulu. Mencium bibir
July yang sedang tersenyum, senyum yang tak bisa ditolak oleh orang yang
melihatnya. Senyum yang selalu membuat dia panas dingin.
Suasana cafe yang lumayan ramai, tidak mengganggu mereka
berdua untuk menikmati rasa rindu mereka yang makin lama makin kencang
bergemuruh. Para waiters berjalan hilir mudik membawa makanan atau minuman.
Hampir semua meja sudah terisi para pengunjung cafe. Mereka semua sibuk dengan
dirinya masing-masing. Ada beberapa pasangan dan juga segerombolan anak muda
yang tawanya samar-samar terdengar. Sementara penyanyi cafe menyanyikan lagu
tak terlupakan dari Iwan Fals, seperti mengolok-olok perasaan mereka berdua.
Hati
kecil berbisik, untuk kembali padanya
Seribu
kata menggoda, seibu sesal di depan mata
Seperti
menjelma, saat aku tertawa
Kala
memberimu dosa
Ooo....maafkanlah
Ooo....maafkanlah
Rasa
sesal di dasar hati
Diam
tak mau pergi
Haruskah
aku lari dari kenyataan ini
Pernah
kumencoba tuk sembunyi
Namun
senyummu tetap mengikuti
2 Tahun yang Lalu
Suasana kedai kopi masih sepi ketika July memasuki kedai.
Bau harum kopi sudah tercium dan baru satu orang yang duduk minum kopi sambil
membaca harian pagi. July yang sedang suntuk males masuk kantor memilih untuk
ngopi sambil sarapan. Keputusan untuk bercerai dengan Andre sudah bulat. Dia
tidak peduli lagi dengan omelan mamanya. Dia sudah cukup menderita selama lima
tahun ini. Dia sudah menjalankan tugasnya sebagai anak yang baik dan menurut
untuk menikah. Sekarang saatnya dia menentukan nasibnya sendiri, menentukan hidupnya
dan menjalani semua yang dia suka dan inginkan.
Selama 5 tahun dia harus menderita lahir batin menjadi
isteri Andre, anak manja yang kasar. Dia masih ingat, bagaimana dia dijodohkan
dengan Andre anak menteri yang sedang menjabat. Perkawinan mereka super mewah
dan penuh dengan selibritis tanah air. Dia tidak tahu harus bangga atau
menangis. Semua orang mengatakan dia beruntung mempunyai calon suami yang
ganteng dan kaya. Mereka menganggap dia pasti akan bahagia dengan
pernikahannya. Tetapi mereka semua tidak tahu apa yang dia alami sejak pertama
kali mereka serumah.
Malam pertama yang tak terlupakan, malam pertama bercinta
dengan laki-laki yang tidak dia cintai. Dia tidak menyangka Andre yang terlihat
manis, baik, pakaiannya selalu rapi dan necis, menjadi kasar dan beringas.
Senyumnya seperti seringai joker yang hendak menyiksa lawannya. Dia tidak
peduli July telah siap atau tidak. Malam itu July merasa seperti diperkosa,
tidak hanya fisiknya tetapi juga perasaannya. Ketika July berontak dan menangis,
Andre makin bernapsu dan menamparnya beberapa kali. Dia seperti anak yang
dijual oleh orang tuanya demi melipatgandakan kekayaan.
Dan ketika pagi hari dia seperti tidak terjadi apapun, dia
seperti tidak merasa bersalah dengan apa yang dia lakukan kepada July.
Sedangkan July merasa kesakitan, tubuhnya remuk redam, bagaikan sansak yang
dipukuli oleh petinju prefesional dengan membabi buta. July hampir tidak bisa
berjalan setelah beberapa kali harus melayani Andre yang sangat bernafsu dengan
dirinya.
Setiap malam July harus merasakan ketakutan menghadapi
Andre, hanya ketika dia sedang datang bulan dia merasa terbebas. Pada awalnya
Andre tetap ingin menyetubuhi dirinya meskipun dia sedang mens. Namun July
mengancam akan memberi tahu ke mamanya sehingga akhirnya dia membatalkan
niatnya. Sebagai gantinya dia harus mau memuaskan Andre dengan tangan dan
mulutnya. Sampai dia harus muntah karena merasa jijik dengan apa yang dia
lakukan. Ingin rasanya dia menggigit kemaluan Andre hingga putus. Tetapi Andre
tahu apa yang dia pikirkan dan tangannya sudah mencengkeram lehernya sehingga
July mengurungkan niatnya.
Pernah dia bercerita bagaimana sikap Andre kepada mamanya,
tetapi mamanya menganggap dia mengada-ada dan sengaja mengarang cerita. July
diceramahi bagaimana dia harus melayani suami dengan baik. Dia tidak pernah
membayangkan hidupnya akan seperti ini. 5 tahun dia berusaha menjalani
kehidupan yang seperti tawanan. Usianya yang masih 22 tahun waktu itu harus
merasakan siksaan perkawinan. Dia harus meninggalkan kuliahnya di UI demi
menikah dengan Andre. Andre yang selalu menjadi anak manja dan selalu minta
dilayani. Kadang dia tidak pulang karena clubing dengan teman-temanya, berjudi,
suka bergonta-ganti mobil sport terbaru. Meskipun diberi perusahaan oleh orang
tuanya, tetapi dia seperti tidak pernah bekerja.
July merasa dia harus menyelesaikan kuliahnya yang tinggal
skripsi. Dia tidak ingin hidupnya tergantung dengan Andre. Mertuanya juga
setuju dia melanjutkan kuliahnya dan Andre juga tidak melarang dirinya untuk
menyelesaikan kuliah. Itu adalah hiburan buat dirinya. Akhirnya July bisa lulus
dari kuliahnya dengan angka yang memuaskan, tetapi sayang Andre lupa ketika dia
di wisuda dan pergi ke Sepang untuk menyaksikan balapan motor. July tidak
peduli dengan ketidakhadiran Andre pada hari wisuda dirinya. Dan kampusnya
menjadi heboh karena mertuanya yang menteri berencana datang ke acara wisuda
dirinya. Meskipun akhirnya tidak jadi datang. July tidak peduli mereka datang
atau tidak. Dia merasa senang bisa menyelesaikan kuliahnya.
Kegembiraannya telah lulus di wisuda tak berlangsung lama.
July tahu kalau dirinya telah hamil. Dia tidak tahu apakah dia harus bahagia
atau sedih. Mertuanya memang sudah berharap dia segera mempunyai anak karena
sudah hampir dua tahun menikah dan dia tidak kunjung hamil. Mertuanya begitu
senang ketika mengetahui dirinya telah hamil tiga bulan. Tetapi kebahagian itu
tidak berlangsung lama ketika bulan keempat Andre memperkosa dirinya sehingga
dia keguguran dan harus masuk rumah sakit. July mengalami pendarahan hebat.
Andre ketakutan melihat darah yang keluar dari vagina July begitu banyak dan
July diam tak bergerak, pingsan. Dengan ketakutan Andre menelpon mamanya.
Andre menangis bagaikan anak kecil yang takut ketahuan
memecahkan guci keramik milik ibunya. Mamanya marah dengan Andre karena harus
kehilangan cucu pertama mereka. Mereka segera membawanya ke rumah sakit dan
July harus dirawat beberapa hari. Entah kenapa July merasa lega harus
kehilangan anaknya. Dia tidak ingin mengandung anak Andre yang diam-diam sangat
sadis, berdarah dingin, manja dan tidak bertanggung jawab. Andre dilarang
berhubungan badan dengan July sampai beberapa saat dan itu sangat membahagiakan
July.
Keluarga July akhirnya percaya dengan apa yang diceritakan
July selama ini. Mereka berusaha meminta orang tua Andre untuk menasehati
anaknya. Keluarga Andre merasa bersalah dan malu dengan keluarga July. Dan
sejak kejadian itu Andre jadi takut menyentuh July. Hampir enam bulan mereka
tidak melakukan hubungan badan dan itu sangat membahagiakan July. Hubungan
mereka makin memburuk, mereka jadi sering bertengkar. July mulai memiliki
keberanian untuk membantah atau melawan Andre. Ketika berhubungan seks July
tidak lagi merontah, dia diam seperti patung. Dia tidak lagi menangis karena dia
tahu semakin dia merontah atau menangis semakin membuat Andre senang dan
bernafsu. Dia juga mengetahui kalau Andre memang punya kelainan seksual. Dia
baru mendengar kalau Andre pernah hampir mencelakai pekerja seks karena
kelakuannya.
Andre jadi kesal dan kehilangan gairahnya bercinta dengan
July. Mereka jadi sering bertengkar dan Andre jarang pulang. July merasa senang
bila Andre jarang pulang. Waktu memang berjalan dengan cepat dan perkawinannya
memasuki tahun kelima tapi hubungannya dengan Andre tidak kunjung membaik,
bahkan makin memburuk. July meminta Anik sahabat dan sekaligus mantan pacarnya
yang menjadi pengacara terkenal untuk mencari bukti-bukti perbuatan Andre di
luar. Hanya dengan Anik dia bisa bercerita semuanya. Anik sahabatnya sejak SMP
dan mereka berdua tahu kalau sama-sama suka perempuan. Dan pernah secara tidak
sengaja mereka bercinta dan jadian beberapa saat. Tetapi mereka sadar kalau
mereka berdua lebih cocok menjadi sahabat daripada kekasih.
Mereka berpisah ketika lulus SMA, karena kuliah di tempat
yang berbeda. Tetapi mereka masih sering bertemu dan Anik selalu mengenalkan
setiap pacar barunya. Ketika July akan menikah, Anik sudah memperingatkan untuk
tidak menikah dengan Andre. Bahkan dia rela membiayai July kalau dia mau
melarikan diri. Anik memang anak pengacara kondang di Tanah Air dan waktu itu
dia sudah mengundang July untuk tinggal bersama dengan dirinya di Inggris. Tapi
July tidak ingin merepotkan Anik. Dia menjalani semua yang diminta orang
tuanya. Dia ingin berbakti dan menjadi anak yang baik meskipun pada akhirnya
dia harus menderita.
July sudah bertekat bulat untuk menggugat cerai Andre.
Semalam Andre marah berat ketika dia menyampaikan keinginannya. Andre nyaris
menamparnya. July masih ingat dengan jelas pertengkaran mereka semalam.
“Tampar aja kalau berani! Biar aku bisa laporin kamu ke
polisi dan biar kita punya bukti untuk minta cerai!” kata
July dengan berani dan menantang Andre.
Andre menurunkan tangannya dan sadar apa yang dikatakan
July benar. Dia marah dan melempar asbak ke dinding dengan segenap tenaga
sehingga hancur berkeping-keping dan meninggalkan July yang kaget dengan reaksi
Andre. July terduduk dengan dada yang masih berdegup kencang dan kaget.
Tangannya masih gemetar dan lututnya menjadi lemas. Dia berusaha menguasai diri
dan mengambil HPnya. July masih ingat kata Anik untuk
selalu mencatat setiap kejadian dan dia segera memoto asbak yang hancur
berkeping-keping dan dinding yang mengelupas karena asbak.
Pikiran July terhenti ketika di depan meja pemesanan, dia
melepas kacamata hitamnya dan seperti terpana melihat perempuan di seberang
meja yang terpaku menatap dia. Ada sesuatu yang menarik perhatiannya dan
membuat dia melupakan semuanya. July menatap mata gadis didepannya. Amy yang
dari tadi sudah melihat perempuan yang masuk dalam cafenya, dengan pakain
putih, celana putih, kacamata hitam dan syal. Ada sesuatu yang membuat Amy tak
bisa melepaskan pandangannya. Amy dapat mencium parfumnya yang wangi. Entah
kenapa Amy tiba-tiba merasa jadi salah tingkah dan jengah ketika ditatap
perempuan dihadapannya. Apalagi melihat senyumnya yang manis membuat Amy makin
memerah wajahnya.
July suka sekali melihat perubahan wajah perempuan
didepannya ini. Namanya Amy, yang dia baca dari ID yang nempel dipakaiannya.
“Pagi, Amy!" kata July menyapa dan memberikan
senyumnya yang manis.
“Pagi!" sahut Amy terkejut dipanggil namanya dan makin
membuatnya salah tingkah.
“Aku pesan, white latte, sama sandwich Tuna ya!" kata July
“Iya!" jawab Amy kaku sambil menghitung di cash
registernya.
July menyerahkan kartu kreditnya sambil masih memperhatikan
Amy. Ada perasaan yang telah lama tidak pernah dia rasakan dan hampir lupa
bagaimana rasanya suka dengan seseorang. Sejak dia dijodohkan dengan Andre, dia
tidak pernah lagi berhubungan dengan teman-teman lesbiannya dan mencoba
menjalani semuanya.
Tatapan July terhenti ketika ada seorang pembeli yang
berdiri disampingnya dan July terpaksa bergeser dan menunggu kopinya. Dia
memilih duduk di tempat yang bisa melihat Amy dengan leluasa. Amy merasa kalau
dirinya diawasi oleh July. Amy melihat kartu kredit July masih di meja kasir.
Dia membaca nama kartu kredit yang tertera July Asmaradana. Dia segera
mengantongi kartu kredit July dan berencana memberikannya setelah melayani
pembeli.
July menikmati pemandangan didepannya.
“Siapa dia sebenarnya?" batin July. July merasa ingin sekali dapat
mengenal lebih dekat dengan Amy.
“Bagaimana ya caranya?" pikirnya sambil memakan
sandwichnya. Tiba-tiba HPnya berbunyi dan meminta dia segera ke kantor karena
ditunggu tamu. July tidak menyelesaikan makannya dan membawa kopinya. Kantornya
yang terletak di sebarang cafe membuat dia ingin kembali lagi ke cafe ini nanti
waktu makan siang.
Kesibukan Amy membuat dia lupa memberikan kartu kredit yang
dia kantongi. Ketika dia tanpa sengaja merogoh kantong bajunya dan ketika
melihat ke tempat July duduk dia sudah pergi. Amy menjadi merasa bersalah dan
sedikit panik.
“Tok, kamu lihat kakak yang duduk di meja 5 nggak?"
tanya Amy ke Antok yang membersihkan meja July.
“Sudah balik, kalau nggak salah kantornya di seberang
tuh!" kata Antok.
“Kenapa?" tanya Antok.
“Ini kartu kreditnya ketinggalan!Kata Amy agak panik.
“Gimana ya?" tanya Amy.
“Coba nanti kamu kesana aja tanya sama security di sana.
Kalau nggak nanti pasti dia kembali jam makan siang kalau dia sadar kartunya
ketinggalan!" jawab Antok sambil membersihkan meja.
"Iya!" jawab Amy sembari merasa bersalah dengan
July.
Amy terus melihat ke arah pintu dan mengharap kedatangan
July. Tapi sampai jam 2 dan waktu shiftnya hampir habis July belum juga muncul
di cafe tempat dia bekerja. Amy memutuskan untuk mencari Amy di
kantornya dan memberikan kartu kreditnya. Dia segera bergegas berganti pakaiannya
dan menyeberang ke building perkantoran. Jalanan ramai dengan lalu lalang
kendaraan dan juga orang yang masih berlama-lama makan siang setelah jumatan.
Amy memasuki gedung perkantoran yang sangat megah itu. Matanya tak sengaja
menatap sosok July yang baru keluar dari lift. Hatinya berdebar-debar melihat
sosok July yang berjalan makin mendekat ke tempat dia berdiri.
July
terkejut melihat sosok Amy di dekat pemeriksaan security. Dia seperti tidak
percaya dengan tatapannya. Tapi ada sesuatu yang menyenangkan menyeruak dalam
dadanya. Dia memberikan senyumnya kepada Amy. Amy senang karena July sudah
melihat keberadaannya.
“Hi Amy, mau kemana?" tanya July ketika sudah
mendekati Amy.
“Mau cari kak July!" jawab Amy dengan wajah malu-malu
tak percaya diri dan bisa berdiri sedekat ini dengan July.
Amy tidak mengerti kenapa dia bisa merasa seperti ini.
Perasaan yang belum pernah dia rasakan selama ini. Amy belum pernah benar-benar
jatuh cinta. Dia pernah berciuman dengan Joko yang selalu mengaku pacarnya ke teman-temannya.
Tetapi Amy tidak merasakan ada getaran yang seperti dia rasakan dengan July.
Dia merasakan sesuatu sensasi yang campur aduk, ada suka, malu, deg-degan,
salah tingkah tapi ingin menatap terus. Sesuatu yang aneh dan menakutkan Amy.
“Ini kartu kredit kakak ketinggalan!" kata Amy sambil
berusah menguasai perasaannya.
“Wah, aku malah nggak tahu kalau kartuku ketinggalan di
sana!" kata July.
“Bagaimana jika sebagai ucapan terima kasih, kita makan
siang bersama?" ajak July menggunakan kesempatan untuk mengenal Amy lebih
dalam.
Amy terlihat ragu dengan ajakan July. Dia tidak tahu apakah
akan mengiyakan atau tidak. July melihat keraguan Amy dan tidak menunggu lama
dia langsung mengajak jalan Amy ke arah loby, menunggu mobilnya. Amy seperti
kerbau yang dicocok hidungnya mengikuti July tanpa banyak bertanya.
Di dalam mobil BMW July, Amy duduk terdiam sambil
sekali-kali mencuri pandang wajah July dan merasakan sesuatu yang mengalir
hangat dalam tubuhnya. Meskipun AC mobil July dingin, tapi Amy justru merasakan
tubuhnya yang memanas. July merasa senang sekali mempunyai kesempatan berdua
dengan Amy. Dia menjalankan mobilnya memasuki Plaza Indonesia. Selama
perjalanan, mereka sama-sama terdiam sambil menikmati irama musik dalam hati
masing-masing.
July memilih resto yang agak sepi karena dia ingin
mengobrol dengan Amy tanpa terganggu.
Amy merasa nervous karena dia tidak pernah masuk di restoran mahal dengan harga makanan yang bisa buat makan 3 hari. Amy juga tidak familiar dengan nama makanan yang terlampir.
Amy merasa nervous karena dia tidak pernah masuk di restoran mahal dengan harga makanan yang bisa buat makan 3 hari. Amy juga tidak familiar dengan nama makanan yang terlampir.
“Mau makan apa?" tanya July sambil melihat menu.
“Terserah kakak aja deh, aku ikut aja!" jawab Amy
sambil menutup menu dan meletakkan di atas meja. July segera memesan makanan
mereka dan meminta es krim dikeluarkan terlebih dahulu.
“Kamu sudah lama kerja di cafe itu?" tanya July ketika
mereka telah berdua.
“Sudah setahun lebih sejak lulus SMA" jawab Amy sambil
tangannya melurus-luruskan taplak meja mengurangi rasa grogi yang menyergap
dirinya.
“Kamu asli Jakarta?" tanya July.
“Saya dari Jawa Barat, begitu lulus saya memilih pndah ke
Jakarta karena ada teman yang menawarkan pekerjaan," jawab Amy.
“Orang tuamu setuju?" tanya July sembari mencoba untuk
tidak berkesan seperti menginterogasi Amy.
"Orang tua saya sudah meninggal, kecelakaan ketika
saya masih kecil jadi saya diasuh nenek. Ketika nenek meninggal saya harus
pindah-pindah dari satu sanak famili ke famili lainnya," jwab Amy tanpa
perasaan dan terkesan datar.
“Maaf ya kalau pertanyaanku membuatmu nggak nyaman,"
jawab July sambil menyentuh tangan Amy.
Amy jadi merasa salah tingkah dan sekaligus merasa senang
bisa merasakan tangan July yang halus.
“Nggak apa-apa, saya sudah terbiasa kok," jawab Amy yang merasa kecewa karena July sudah menarik tangannya.
“Nggak apa-apa, saya sudah terbiasa kok," jawab Amy yang merasa kecewa karena July sudah menarik tangannya.
“Jadi kamu kos disini?" tanya July kembali ingin tahu
dia kos dimana.
“Iya, kos patungan sama temen biar hemat!" jawab Amy.
“Kos daerah mana?" tanya July ingin tahu.
“Daerah Kampung Bali!" jawab Amy.
“Kamu nggak pengen kuliah? Apa sih kesukaanmu?" tanya
July.
“Sebetulnya pengen kuliah, saya pengen jadi penulis atau
jurnalis, dari kecil saya suka sekali baca dan menulis! Sekarang ini lagi
menabung untuk membeli laptop," jawab Amy.
“Wah bagus itu," seru July.
Baru kali ini Amy membicarakan cita-citanya dan
keinginannya. Selama ini tidak ada yang pernah bertanya apa keinginannya,
apa cita-citanya. Sekolah aja harus mengemis kesana kemari dan dia bersyukur
bisa lulus SMA dengan nilai yang lumayan baik. Tapi sayang dia tidak bisa
mendapat beasiswa ke universitas negeri. Tapi keinginan untuk bisa kuliah dan memiliki
masa depan yang baik selalu dia usahakan. Dia selalu menyisihkan uangnya untuk
kuliag atau kursus. Tetapi saat ini dia ingin membeli laptop kecil yang murah.
Dia sudah mengecek harganya sekitar tiga jutaan.
July merasa senang mendengarkan cerita Amy yang penuh
semangat. Meskipun dia terlihat rapuh, tapi dia tahu kalau Amy adalah perempuan
yang kuat dan tangguh. Ada sesuatu yang menarik dalam diri Amy yang membuat dia
ingin terus berada didekatnya. Ada perasaan yang sulit dijelaskan dan membuat
July melupakan penderitaannya dan hanya rasa senang. Dia senang melihat mata
Amy yang berbinar-binar atau wajah malu-malu. Ingin rasanya mencium dan
membelai wajah Amy. Membayangkan wajahnya yang akan makin memerah bila dicium.
Mereka terus berbagi cerita sambil menikmati makanan mereka
dan melupakan waktu yang terus beranjak hingga malam. July sadar kalau dia
tidak mungkin bisa terus menahan Amy.
“Kamu besok masuk jam berapa?" tanya July sambil melihat
jam yang sudah jam 7 malam.
“Besok masih masuk pagi, minggu depan baru masuk shift
siang," jawab Amy yang juga sadar kalau sudah jam 7 malam.
“Waduh, kak July harus pulang ya?" kata Amy yang
merasa nggak enak.
“Nggak apa-apa, saya justru kuatir kalau kamu kemalaman dan
besok harus masuk pagi," jawab July sambil meminta bill ke waiters.
"Aku antar kamu pulang ya," kata July.
“Nggak usah kak, kos-an saya nggak bisa masuk mobil, saya
sudah biasa naik angkot kok," jawab Amy cepat-cepat.
“Kamu libur kapan?" tanya July.
“Lusa, aku libur, hari Senin," jawab Amy.
“Bagaimana kalau minggu malam kita ke puncak?" tanya
July.
“Mmmm apa nggak merepotkan?" tanya Amy ragu tapi
senang dengan ajakan itu.
“Aku jemput di cafe ya begitu jam kerja kamu selesai, ujar
July. Sekarang aku anter sampai cafemu atau sampe daerah yang dekat dengan kosmu,”
kata July dengan tegas.
“Oya, boleh aku minta nomer HPmu?" tanya July
"Iya, boleh,”jawab Amy dengan senang hati dan mereka
bertukar nomer telpon.
Amy berjalan di samping July dengan wajah yang bahagia.
Perasaan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Senyum terus mengembang di
wajahnya. Begitupula dengan July, dia seperti mendapatkan semangat baru, aliran
energi yang membuat dia menjadi bersemangat dan bahagia.
******
Amy tidak megerti dengan apa yang dirasakannya. Sudah dua
bulan ini perasaannya campur aduk. Sejak makan bersama
dengan July di Plaza Indonesia, hubungan mereka makin dekat. Mereka mulai
berkomunikasi via WA tanpa jeda. Amy suka dengan perhatian July, yang selalu
tanya apakah dia sudah makan belum, sudah sampai rumah belum. Kadang dia
mengirimkan makanan atau apa saja ke tempat kerja Amy. Atau mengajak dia makan
malam atau makan siang dekat tempat kerja Amy. Tetapi July tidak pernah
menyatakan perasaannya kepada Amy. Kemarin Sabtu ketika dia hangout dengan
teman-temannya, July juga mengingatkan untuk hati-hati dan jangan pulang
terlalu malam.
Dia selalu bertanya, dia pergi dengan siapa atau sudah
pulang atau belum. Amy tidak mengerti kenapa dia merasa bahagia dan ada sesuatu
yang aneh dalam hatinya. Ada rasa bahagia dan sekaligus takut dengan
perasaannya.
“Apakah aku jatuh cinta?" tanya Amy dalam hati.
"Tapi July kan perempuan, masak aku jatuh cinta dengan
perempuan. Kenapa aku tidak bisa melupakan dia dan kenapa aku rasanya bahagia
sekali?" pikir Amy. Semua pikiran berkecamuk dalam hati Amy.
“Hei, kamu kok senyum-senyum sendiri sih!" kata Antok
mengagetkan Amy.
“Hayo kamu lagi jatuh cinta ya!" goda Antok kembali
sambil melihat wajah Amy.
“Ishhh mau tau aja!"
jawab Amy sambil pura-pura bekerja dan mengelap meja.
“Kamu pernah jatuh cinta nggak Tok?" tanya Amy ingin
tahu.
“Ya pernahlah!" tukas Antok.
“Sama cewek atau cowok?" tanya Amy.
“Aku itu bukan LGBT! Jadi ya sama cewek lah! Kenapa? Kamu
jatuh cinta sama cewek?" tanya Antok.
“Apa sih LGBT itu?" tanya Amy bingung
“Lho masak kamu nggak tahu, kan lagi rame tuh, lesbian gay
sama apa ya aku kok lupa, waria kali ya?" jelas Antok.
“O...!" jawab Amy baru mengerti.
“Jadi kamu jatuh cinta dengan siapa?" tanya Antok
penasaran ingin tahu.
“Entahlah, aku sendiri tidak tahu apa yang aku rasakan!"
jawab Amy lirih.
“Trus, Joko mau digimanai?" lanjut Antok.
“Joko itu bukan pacarku, Tok! Dianya aja yang suka sama
aku!" jawab Amy ketus.
“Jangan-jangan, sama cewek yang sering sama kamu itu
ya, yang kartu kreditnya pernah ketinggalan itu?" tanya Antok
menyelidik.
“Hati-ati lho, dia orang kaya, jangan sampai kamu cuma buat
mainan aja," jawab Antok mengingatkan.
“Tapi dia baik kok!" bela Amy.
“Jadi bener, kamu suka sama dia?" tanya Antok kaget.
“Aku nggak tahu Tok, apa aku suka sama dia atau gimana, aku
cuma suka aja ngobrol sama dia. Aku nggak tahu bagaimana rasanya jatuh cinta
itu!" jawab Amy polos.
“Kalau orang jatuh cinta itu, jadi suka ingat dia, pengen
ketemu dia, jadi galau kalau sms nggak dibales, jadi berdebar-debar, salah
tingkah kalau dekat dia, itu namanya jatuh cinta!" jawab Antok seperti
seorang yang ahli menjelaskan tentang cinta.
"Nah, kamu merasakan itu semua nggak?" tanya
Antok menyelidiki.
Wajah Amy tiba-tiba memerah dan merasa dia merasakan itu
semua dengan July.
“Gila lu ya! Ternyata emang lu lagi jatuh cinta ya sama
dia!" kata Antok yang melihat perubahan wajah Amy.
Amy hanya senyum-senyum dan pura-pura sibuk kerja sambil
meninggalkan Antok. Dia hari ini memang senang sekali. Dari kemarin gelisah
menanti ketemu dengan July dan bisa bersama lagi dengannya. Amy membayangkan
bisa seharian bersama July di Puncak, rasanya pasti menyenangkan sekali. Dia
bolak-balik melihat jam tak sabar dan merasa waktu berjalan sangat lambat.
Kurang satu jam rasanya lama sekali. Amy sudah ingin berganti pakaian dan
mencoba melihat HPnya menunggu kabar dari July.
Waktu yang ditunggu tiba dan Amy segera berganti pakaian.
Dia mendapat WA dari July, kalau July sudah di jalan dan mungkin agak terlambat
sedikit. Amy dengan sabar menanti kedatangan July.
“Aku tunggu di hatle depan aja ya jadi kamu nggak usah
masuk parkiran," Amy menuliskan pesan kepada July.
“Iya," jawab July.
Amy bolak balik melihat mobil yang lalu lalang didepannya
sambil menahan rasa deg-degan yang dia rasakan. Tiba-tiba dia melihat mobil BMW
putih sedang memberikan lampu dan membunyikan klakson. Amy segera berdiri dan
dia melihat July di dalam mobil. Begitu mobil July mendekat Amy segera masuk ke
dalam mobil.
"Maaf ya, sudah menunggu lama tadi?" tanya July
begitu Amy masuk ke dalam.
“Nggak kok, baru aja 5 menit nunggunya!" jawab Amy.
“Kamu sudah makan?" tanya July.
“Sudah kok!" jawab Amy sambil gugup karena ditatap
July.
July melihat tingkah Amy yang malu-malu jadi senang
melihatnya dan ingin terus menatapnya. Amy semakin salah tingkah ditatap terus
oleh July.
“Awas lho, liat depan!" celetuk Amy.
“Hahaha tenang aja! Kalo nyetirin perempuan cantik aku
biasanya hati-hati kok!" July semakin menggodanya.
July yakin kalau Amy menyukai dirinya meskipun dia tidak
tahu apakah Amy seorang L atau bukan. Amy yang digoda July
semakin memerah wajahnya dam dia tidak mengerti kenapa dia merasakan sesuatu
yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Sesuatu yang aneh dalam hatinya,
dalam dirinya. Dia juga merasakan takut dengan perasaannya ini. Dia tidak pernah
menyangka bisa merasakan cinta dengan seorang perempuan.
“Tapi apa dia juga merasakan hal yang sama?" pikir
Amy.
“Bagaimana kalau dia tidak merasakan apa-apa? Apa iya dia
mau dengan aku yang bukan siapa-siapa ini?" tanya Amy dalam hati sambil
melirik penampilan July yang begitu elegan, berkelas dan sangat terlihat kalau
dari keluarga orang kaya.
“Aku harus tahu diri dan tidak boleh berharap apapun,"
batin Amy.
Mereka berdua sama-sama berdiam diri sambil menakar
perasaan masing-masing. Tapi mereka berdua sama-sama tahu kalau mereka saling
menyukai dan ada secuil harapan bisa terus bersama merangkai cinta.
*****
“Ayo turun," ajak July begitu sampai di Villa July.
Amy takjub melihat villa yang begitu besar dan luas
halamannya. Amy semakin merasa ciut hatinya melihat villa July.
“Ayuk masuk! Kok malah bengong," kata July sambil
membawa tas ranselnya.
Penjaga vila langsung menyambut July.
“Sore, pak Samin!" sapa July.
“Sore, non. Kamar sudah saya siapkan ya," jawab pak
Samin.
“Makasih, Pak!" jawab July.
“Nanti mau makan apa non?" tanya Pak Samin.
“Beli sate kambing aja ya Pak," ucap July sambil
menyerahkan uang dua ratus ribu ke pak Samin.
“Amy, kamu suka sate kambing kan?" tanya July yang tiba-tiba teringat tidak bertanya terlebih dahulu ke Amy.
“Amy, kamu suka sate kambing kan?" tanya July yang tiba-tiba teringat tidak bertanya terlebih dahulu ke Amy.
“Suka kok!" jawab Amy
“Beli dua puluh ya pak Min! Dan pak Min beli juga untuk
yang lain!" kata July.
“Nggak usah non! Ibu sudah masak kok," jawab pak
Samin.
Mereka berdua masuk ke dalam, July langsung masuk ke ruang
makan dan membuka kukas mencari bir. Amy melihat ruang tamu yang besar, dia
melihat foto keluarga July. Amy langsung kaget ketika melihat foto pernikahan
July yang begitu megah. Ada rasa sedih, kecewa, dan lemas melihat foto
perkawinan July. Ada yang terluka di dalam hatinya dan ingin menangis rasanya.
“Ternyata aku salah!" batin Amy menahan perasaannya.
July yang melihat Amy terpaku di depan foto keluarga segera
tersadar kalau Amy sedang melihat foto perkawinannya. July melihat perubahan
wajah Amy yang mendadak menjadi pasi.
“Hei, kamu kenapa?" tanya lembut July sembari memegang pundak Amy dan meletakan minuman kaleng yang dibawanya.
“Hei, kamu kenapa?" tanya lembut July sembari memegang pundak Amy dan meletakan minuman kaleng yang dibawanya.
“Ini foto kamu?" tanya Amy dengan agak ragu dan
berusaha agar tidak ada perubahan suara.
“Iya!" jawab July dengan tenang.
“Kita duduk dulu yuk!" ajak July
Mereka berdua duduk di sofa. Udara Puncak yang mulai terasa
dingin semakin membuat hati Amy seakan membeku. Tiba-tiba tangannya terasa
dingin seperti es. July yang tidak sengaja menyentuh tangan Amy jadi terkejut.
“Kamu kenapa? Kok tanganmu jadi dingin?" tanyanya
dengan kuatir dan berusaha menghangatkan tangan Amy dengan menggenggamnya
erat-erat.
“Aku buatkan teh hangat dulu ya!" kata July yang
terlihat panik. Dia segera berdiri dan berjalan ke dapur.
Amy sendiri heran kenapa dia menjadi seperti ini.
“Apakah aku patah hati
sebelum jadian? Benar kata Antok, aku seharusnya tidak terlalu berharap. Aku
mungkin jatuh cinta dengan orang yang salah,”
batin Amy.
Pikirannya terus berkecamuk sampai tidak tahu kalau July
sudah berada di dekatnya. Dia menyelimuti tubuh Amy dengan jaketnya.
“Ayo diminum dulu biar hangat,”
kata July lembut.
“Maaf ya kalau aku tidak bercerita siapa diriku
sebenarnya!" bisik July sambil melihat
wajah Amy.
Dia menyentuh kening dan pipi Amy dengan penuh perhatian
dan kasih sayang.
“Aku nggak apa-apa kok!" jawab Amy.
Dia dapat merasakan kasih sayang July dan mendadak ada yang
hangat dalam dirinya.
“Iya aku memang sudah menikah! Aku dijodohkan oleh orang
tuaku dengan anak menteri. Tapi ternyata dia kelakuannya brengsek dan aku
hampir mati dibuatnya!" kata July dengan getir.
July menceritakan semua yang dia alami bersama Andre.
Selama ini dia tidak pernah bercerita kesiapapun apa yang dia alami bahkan
dengan Anik, dia hanya bercerita secara garis besarnya. Semua dia tanggung
sendiri dan rasakan sendiri. July berusaha menahan air matanya yang tiba-tiba
tidak bisa dia tahan. Amy merasakan iba dengan July, dia juga seperti dapat
merasakan penderitaan July. Amy memegang tangan July lalu memeluknya, Air
matanya juga ikut meleleh. July merasakan sesuatu yang nyaman dan menenangkan
ketika berpelukan dengan Amy. Perasaan yang tidak pernah dia rasakan. Rasa
bahagia yang telah lama meninggalkan dirinya.
July berusaha menguasai dirinya dan tidak ingin terlihat
lemah dihadapan Amy.
“Makasih ya, sudah mau mendengarkan ceritaku,” kata
July menantap wajah Amy dan menghapus air mata Amy.
Ingin rasanya dia mencium bibir Amy yang terlihat begitu
pasrah dan memerah. Tapi niat itu diurungkan ketika mendengar suara motor pak
min masuk dalam pekarangan. Mereka berdua berusaha menguasai diri mereka dan
sama-sama menghapus air matanya.
Setelah makan malam mereka berdua duduk di teras sambil
melihat pemandangan puncak yang indah. July sengaja memasang CD lagu-lagu
klasik menambah suasana romantis. Memandang pemandangan puncak yang berkerlap-kerlip
sambil sesekali terlihat kembang api yang dinyalakan warga atau pengunjung
villa. Penuh warna seperti hati mereka berdua yang penuh warna dan mulai
merasakan getaran cinta.
Pak Min menyeduhkan wedang jahe untuk mereka berdua. Mereka
duduk bersebelahan tanpa banyak bicara, menikmati dendang rasa dalam hati
masing-masing sambil sekali-kali saling menatap penuh arti.
"Kita bobo yuk!" ajak July dengan senyum
manisnya.
Amy mengangguk dan mengikuti langkah July ke dalam rumah.
“Kamu nggak takut khan tidur sendiri?" tanya July.
Amy yang sebetulnya masih ingin bersama dengan July reflek
menganggukan kepalanya.
“Iya ngak apa-apa!" jawab Amy yang tidak ingin
terlihat seperti perempuan gampangan atau terlihat menginginkan July.
Begitu pula dengan July, meskipun dia sangat menginginkan
Amy, dia tidak ingin buru-buru. Dia tahu Amy tidak pernah dengan perempuan
selama ini. Dia ingin Amy benar yakin dengan apa yang dia rasakan dan July
ingin, Amy yang menginginkan dirinya dan dia yang memulai.
“Gudnait, Amy. Kalau kamu butuh
sesuatu, aku ada di kamar sebelah ya,” kata
July menunjukan kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Amy.
“Iya, gudnait,” sahut Amy. Sebetulnya
Amy berharap July akan menciumnya.
Amy menatap wajahnya di kaca. Dia tersenyum sambil memegang
wajahnya. Dia masih bisa merasakan sentuhan tangan July di wajahnya. Seandainya
pak Min tidak datang tadi mereka pasti sudah
berciuman. Dia masih bisa merasakan enaknya berpelukan dengan July, dan mencium
parfumnya yang begitu wangi. Amy menatap wajahnya yang suringah, Beginikah
wajah orang jatuh cinta? Batinnya. Dia segera mencuci muka dan menggosok
giginya. Amy memutuskan untuk tidak mandi karena terlalu malam dan dingin. Dia
segera naik ke atas ranjang. Dia menyentuh tembok membayangkan July di sebalah kamar.
“Sedang apa kamu disebelah? Apa kamu juga memikirkan aku?” batin
Amy
Amy membayangkan wajah July yang putih, bersih dan cakep.
Senyumnya yang manis dan hangat. Amy masih teringat cerita July soal
pernikahannya. Berarti dia masih istri orang, bagaimana kalau suaminya tahu
dengan hubungan mereka? Tiba-tiba Amy tersadar.
“Aku kan tidak melakukan
apa-apa dengan July! Duh, kenapa aku jadi geer begini ya! Belum
tentu juga July suka dengan dirinya. Mungkin aja dia lagi kesepian dan tidak
punya teman. Tetapi kenapa tadi dia seperti hendak menciumku? Apakah ini cuma
perasaanku saja?” pikir Amy dengan
terus
mencoba menganalisa apa yang terjadi.
Di kamar July juga sedang memikirkan Amy, “Ahh kenapa aku jatuh
cinta pada saat-saat seperti ini? Apakah Amy pelarian dari rasa kesepianku?
Tidak, aku memang langsung jatuh cinta melihat Amy pertama kali. Wajahnya
begitu polos dan lucu tapi ada kekuatan dalam dirinya. July juga yakin kalau
Amy suka dengan dirinya. July tersenyun-senyum sendiri mengingat wajah Amy yang
memerah karena malu.
Tiba-tiba July mendapatkan Line dari Anik dan seketika
senyumnya pudar dan perasaannya jadi merasa kacau.
“Kamu besok bisa ke kantor, ada surat yang perlu kamu tanda
tangani untuk kelengkapan pengajuan gugatan cerai!”
tulis Anik.
July segera membalas Line Anik,
“Nggak
bisa lusa ya? Aku lagi di Puncak dan rencananya sore
baru balik.”
“Wah kalau ditunda berarti prosesnya juga tertunda, katanya
kamu pengen cepet-cepet cerai! Kamu di puncak sama siapa?
Tumben!” balas Anik.
“Iya, deh aku pulang
pagi-pagi langsung ke kantormu. Sama Amy, besok aja aku ceritain hehehe,” balas July.
“Gebetan baru ya hahaha, okay deh besok aku tunggu,” balas
Anik.
July merasa resah.
“Sebaiknya aku tinggal Amy
disini aja biar dia bisa refreshing atau ajak pulang
ya?” pikir
July.
“Apa aku etis ya meninggalkan dia sendirian disini?” batin
July.
July bangkit dari tidurnya dan keluar dari
kamarnya. Dia mencoba mengetuk kamar Amy tapi tidak ada
jawaban. Dia coba mendekatkan telinga ke pintu
kamar dan dia mendengar dengkur halus Amy.
“Ahh, dia sudah tidur rupanya! Ya sudah besok pagi aja!” batin
July.
*****
July mondar-mandir di depan kamar
Amy, dia resah menunggu Amy keluar. Dia merasa nggak enak kalau harus membangunkan
Amy. July melihat jam tangannya sudah jam 7 pagi. Anik minta dia datang sebelum
jam sepuluh supaya anak buahnya bisa langsung berangkat ke pengadilan agama.
Akhirnya dia memutuskan untuk berangkat tanpa Amy. July segera menulis pesan di WA buat Amy.
Pagi Amy, maaf ya aku
semalam dihubungi pengacaraku untuk ke kantornya pagi ini sebelum jam 10. Aku
nggak enak mau banguni kamu. Maafin aku ya… nanti pak Samin akan ngantar kamu cari angkot, atau aku kirim sopir
aja ya buat jemput kamu.
Segera setelah mengirim WA July berangkat.
Perasaannya campur aduk jadi satu. July merasa bersalah meninggalkan Amy dan
juga bete harus menghadapi proses perceraian. Dia belum memberitahu orang
tuanya kalau dia sudah melayangkan gugatan cerai Andre. Tapi orang tuanya sudah
tahu kalau July sudah tidak tahan dengan Andre dan ingin bercerai. Orang tuanya
hanya bisa pasrah dengan keinginan July. July merasa hidupnya sudah seperti
dalam penjara dan dia sudah tidak tahan dengan semua perkawinan palsu ini.
Ketika sudah di tol, WA
Amy masuk. July segera mencari tempat untuk menepi yang aman. Dia membaca wa
Amy.
Pagi, maaf ya kalau aku
bangun kesiangan. Iya, nggak apa-apa nanti aku bisa pulang naik angkot aja, aku
sudah biasa kok. Kamu nyetirnya ati-ati ya!
Hati July lumayan lega membaca WA
Amy. July
segera membalas WA.
Makasih ya Amy atas
pengertianmu. Nanti aku akan balas kebaikan dan pengertianmu sama aku.
Dalam hati July berjanji
akan membalas kebaikan hati Amy dan membuatnya senang. Dia tahu pasti Amy
kecewa dengan kepergiannya.
*****
“Gimana liburannya kemarin?” tanya Anto menggoda Amy.
“Kok kamu tau?” tanya Amy kaget.
“Kan kamu kemarin nunggu di halte depan, ya keliatan kamu
dijemput siapa,” jawab Antok masih dengan wajah menggoda.
“Hayo kemana kemarin?”
kembali
Antok menggoda.
“Pengen tau aja atau pengen tau banget,” balas
Amy.
“Idih, sudah pinter jawab
dia!” kata Antok.
Pembicaraan mereka terhenti ketika mereka sama-sama melihat
sosok July yang masuk ke dalam cafe mereka.
“Cie, udah disamperin
nih,” goda
Antok sambil meninggalkan Amy.
“Hi,” sapa July dengan senyum
manisnya.
“Hi juga, mau pesen?”
tanya Amy
dengan salah tingkah.
“Iya, pesan yang manisnya kayak kamu apa ya?” tanya
July sambil menatap Amy lekat-lekat.
Muka Amy yang langsung memerah dengan godaan July.
“Kamu kalo gitu makin cakep lho dan makin manis! Aku
lama-lama bisa kena kencing manis nih!” kata July.
“Ihhh kamu nih, aku
lama-lama bisa dipecat nih, kalo kamu nggak pesen,”
tukas Amy.
“Heheheh, iya,
deh! Aku pesen white latte ya, kamu selesai jam berapa?”
tanya July.
“Jam dua,” jawab Amy.
“Baiklah, aku tunggu disana ya! Atau
kamu mau aku nunggu di lain tempat?”
tanya July.
“Aku khan nggak boleh mengusir customer, apalagi customer
yang spesial,” jawab Amy dengan senyum membalas menggoda July.
“Aku spesial ya?” tanya July sambil
mengedipkan matanya. Dan kembali Amy memerah mukanya.
July dengan sabar menanti Amy yang kurang setengah jam lagi
selesai. Dia duduk sambil mengawasi Amy dari jauh. Dia semakin yakin dengan
perasaannya sendiri. Kemarin seharian dia tidak menghubungi Amy dan ada
perasaan rindu yang tak tertahankan. Setiap saat dia selalu melihat hpnya dan
ingin menelpon Amy. Tetapi dia mencoba menahan diri. Ketika Amy WA
memberitahu kalau sudah sampai kost dia rasanya senang sekali.
July memutuskan dia ingin serius dengan Amy dan memulai
hidup baru dengan Amy. Tetapi dia ingat nasehat Anik kemarin untuk tidak
berhubungan dulu dengan Amy karena bisa memperburuk keadaan. July tidak
bisa menahan dirinya untuk tidak bertemu dengan Amy. Ada magnit yang begitu
kuat seperti kunang-kunang yang selalu tertarik dengan lampu petromak dan tidak
peduli meskipun dia akan mati terbakar. Cahaya itu begitu menarik
perhatian seperti Amy yang menarik seluruh hatinya. Dia hanya ingin bersama Amy,
menikmati senyumnya, matanya yang selalu berbinar-binar bila menatap dirinya.
Wajahnya yang malu-malu dan gayanya yang kadang lugu, kadang tengil, semuanya
ada pada Amy.
“Hei, kamu kok melamun sih,”
kata Amy.
“Iya, ngelamunin kamu kok tambah cakep aja,” jawab July dengan spontan.
“Sejak kapan sih kamu suka gombal gitu?” kata
Amy.
“Tumben, kok sudah kesini? Nggak kerja?” lanjut Amy.
“Kangen kamu jadi nggak bisa kerja,” jawab
July sambil senyum-senyum.
“Ishhh, apaan sih,” kata Amy.
“Aku ke sini mau minta maaf sama kamu, ninggalin
kamu kemarin dan mau kasih kamu hadiah nih,” kata
July yang memberikan Amy sebuah laptop Macbook air.
“Apaan ini?” tanya Amy membuka tas
besar dengan lambang Apple di depan.
Amy seakaan tak percaya apa yang dilihat dalam tas kanvas
hitam.
“Kamu serius ini buat aku?”
lanjut Amy
dengan tak percaya dan mengeluarkan laptop tipis.
“Aduhhh ini kan mahal banget, bagaimana aku sanggup
membayarnya?” kata Amy masih dengan tak percaya dan membelai
laptop baru sambil masih tak percaya.
“Ihh, emangnya aku tukang kredit,”
jawab July
yang berpindah tempat duduk dan mengajarkan Amy menggunakan laptop barunya.
“Dengan laptop ini, kamu bisa mulai belajar menulis, khan
katanya kamu ingin belajar menulis,” kata July sambil menoleh ke
arah Amy.
“Hey, kamu kenapa? Kok jadi nangis,”
tanya
July.
“Makasih ya, selama ini tidak ada yang peduli sama aku dan
baru kamu yang ingat dengan apa yang aku inginkan,”
kata Amy
terharu.
“Sudah nggak usah sedih!
Oya, aku juga mau ikutkan kamu workshop menulis kalau kamu mau,” kata
July sambil menatap Amy.
“Wah, mau banget! Kapan dan dimana?” tanya
Amy dengan semangat dan exicted.
“Tapi ini seperti camp penulisan lho, selama satu mingguan
kalau nggak salah dan kalau tulisanmu bagus langsung diterbitkan sama penerbit,” kata
July sambil memperlihatkan brosurnya di Iphone dia.
“Wah mahal amat, uangku nggak cukup deh,” kata
Amy ketika melihat investasi workshop menulis.
“Nggak apa-apa, nanti aku yang
daftarin biar kamu bisa ikut,” jawab
July.
“Duh, aku jadi merepotkan kamu! Dan ini lima hari, bagaimana ya dengan kerjaku disini?”
gumam Amy
dengan galau.
“Ya, kamu minta ijin aja, mumpung masih bulan depan,” usul July.
“Iya, nanti aku coba bicara dengan supervisorku,” jawab
Amy.
“Nih, aku juga beliin buku tentang menulis buat kamu, jadi
kamu bisa belajar dulu sebelum ikut workshop,”
kata July.
“Iya, makasih banget ya! Aku akan belajar dan
mulai menulis,” jawab Amy dengan ceria dan mata berbinar-binar.
Amy benar-benar tidak menyangka dengan apa yang didapatnya.
Dia tahu kalau laptop Macbook harganya mahal dan pasti dia tidak sanggup
membelinya. Sudah lama Amy ingin membeli laptop dan dia sudah menabung,
sebetulnya tinggal dua bulan lagi dia bisa membeli laptop yang tiga jutaan.
Tetapi sekarang dia mendapatkan laptop Mac yang ngetop itu. Dia sering melihat
pengunjung cafe membawa laptop Mac, tapi dia tidak berani bermimpi untuk
membelinya. Karena dia harus tahu diri. Amy berjanji pada July dan dirinya
sendiri kalau dia akan menjadi penulis terkenal. Dan buku pertamanya akan
kupersembahkan buat July.
*****
Keluarga Andre mendadak heboh ketika surat gugatan cerai
sampai ke tangan Andre. Andre pulang dengan marah besar, dia membanting semua
barang yang ada di rumah.dia berteriak-teriak memanggi July. Dengan takut-takut
mbak Sum memberitahu kalau non July tidak ada di rumah dan Andre makin marah.
Untungnya July sedang tidak ada di rumah sehingga tidak menerima kemarahan
Andre. Andre segera melaporkan surat gugatan cerai ke mamanya. Mama dan papanya
segera datang ke rumah Andre. Papa Andre sangat marah melihat apa yang
telah dilakukan Andre dengan menghancurkan semua barang-barang.
“Nih akibatnya kalau mama terlalu memanjakan Andre!” kata
papanya Andre sambil melihat ke sekeliling.
“Papa ini bagaimana sih, bukannya membela
Andre, malah marahin anak sendiri!” kata
mamanya berusaha menenangkan Andre.
“Sudah sepantasnya July menuntut cerai Andre! Apa yang
sudah dilakukan Andre ke July? Mana tanggung jawabnya sebagai laki-laki dan
suami? Papa malu dengan keluarga July!” bentak papanya
dengan marah.
“Papa selama ini kurang apa sama kamu? Semua hura-huramu
siapa yang bayar? Kamu harus ingat papa sudah tidak lagi jadi menteri dan KPK
memasang matanya lebar-lebar mencari kesalahan papa! Kamu selesaikan sendiri
masalahmu dan jangan pernah berharap papa dan mama membantumu!” kata
papanya dengan tegas.
“Ayo ma kita pulang!”
ajak
papanya Andre. Mama Andre tidak berani
membantah suaminya. Sebab selama ini papanya tidak pernah
marah atau berbicara keras dengan Andre atau mamanya. Andre terkesima dengan
apa yang dikatakan papanya.
“Andre, Papa mau kamu mulai
membenahi dirimu dan mulai kerja! Urus perusahaanmu atau Papa
jual, biar kamu jadi gelandangan!” kata papanya sebelum
pergi.
Andre terdiam dan syok. Dia tidak menyangka papanya akan
marah pada dirinya.
“Dasar perempuan sialan!”
teriak
Andre dengan marah, setelah papa dan mamanya pulang.
Dia tidak tahu harus melakukan apa dengan masalah yang dia
hadapi. Mungkin aku harus tanya dengan pengacara papa.
“Sialan, kenapa harus menuntut cerai tanpa ngomong dulu!” gerutu Andre dengan kesal.
Dan tiba-tiba dia menangis meraung-raung seperti anak kecil
yang mainannya hendak diambil. Dengan menangis Andre, berjalan ke arah lemari
mengambil XO dari dalam, dia menenggaknya sambil menyumpahi July. Dia berusaha
menghubungi HP July, namun tidak aktif.
Dia ingin mengebel orang tua July, tapi dia tidak cukup
bernyali melakukan.
Dengan terhuyung-huyung Andre masuk ke kamar, dia ingin
membuang dan membakar pakaian July.
“Biar kapok dan dapat pelajaran
karena menentang aku!” teriak Andre.
Tetapi betapa terkejutnya Andre, ketika melihat lemari
pakaian July telah kosong dan semua barang-barang July tidak ada.
“Jadi kamu sudah merencanakan ini semua dan kamu mau menipu
aku!” teriak Andre marah dan
melempar
botol minumannya ke foto pernikahan mereka yang terpampang megah di dinding
kamar mereka.
“Bangsat!!!” teriaknya.
*****
July sudah menyiapkan dirinya, dia tahu kalau Andre akan murka dengan tuntutannya. July tahu bagaimana sifat Andre, laki-laki yang selalu ingin mendominasi pasangannya dan menguasainya seperti semua perempuan adalah properti untuk dirinya. July telah mempelajari kebiasaan-kebiasaan Andre. Dia selalu mengikuti musim balapan yang biasanya Andre akan pergi hingga seminggu.
Untung keluarga July juga orang keluarga kaya sehingga
tidak tergantung secara ekonomi. July dinikahkan dengan Andre agar bisnis
keluarganya makin berkembang dan berkibar meskipun itu harus mengorbankan July.
Mereka tidak menyangka dibalik wajah ganteng dan kalemnya, Andre bisa begitu
kasar pada July. Setelah July hampir mati, keluarga July
sadar bahwa nyawa anaknya lebih penting daripada semua harta yang mereka
punya. Sejak itu keluarganya membebaskan semua keinginan July. Mereka
memberikan July perusahaan sendiri dan ketika July membeli apartemen mereka
tidak keberatan.
July membeli apartemen atas nama mamanya karena dia tidak
ingin menjadi masalah bila harus bercerai. Dia selalu mendiskusikan semua
keputusan bisnis ataupun rencanannya dengan Anik. July banyak belajar bagaimana
harus melindungi dirinya secara finasial ataupun bagaimana harus menghadapi
Andre. Dia sudah mengumpulkan semua bukti kekerasan. Dia sudah merencanakan
perceraiannya sejak dia hampir mati ketika diperkosa dalam keadaan hamil. Dia
merasa beruntung Anik segera menemui dirinya di
rumah sakit ketika
tahu dia hampir mati.
July masih ingat ketika itu Anik bertanya apakah dia masih mencintai Andre. Kala itu dia langsung dengan sinis
menjawab bahwa tidak ada cinta untuk Andre, yang ada tinggal rasa jijik dan keinginan untuk membunuh Andrer jika bisa.
“Lalu apa rencanamu sekarang?”
tanya Anik
waktu itu.
“Aku sudah nggak tahan Nik! Aku ingin berpisah segera dari dirinya!” jawab July
“Ya, kalau kamu sudah sembuh kita rencanakan dengan baik
dan nggak boleh buru-buru!” jawab Anik.
Hampir dua tahun mereka
merencanakan hidup July agar bisa mandiri dan bisa bertahan. Mereka mengatur
strategi meskipun Anik selalu kuatir dengan keselamatan July. Anik kuatir kalau
Andre kalap dan kembali melakukan kekerasan seksual terhadap July. Anik selalu
jantungan bila July telpon, khawatir bila terjadi sesuatu
dengan July. Ketika July kembali dipukul oleh Andre, Anik yang mengantar dia ke
rumah sakit untuk diperiksa dan mendapatkan rekam medis
guna keperluan pelaporan jika dibutuhkan suatu saat. Hal ini untuk mendukung
hasil visum yang bisa dilakukan jika July akan melaporkan ke polisi.
*****
Amy yang sedang bersiap mencuci pakaian karena masuk siang, kaget ketika
melihat HPnya berbunyi dan melihat namanya July tertera.
Dia segera menaruh cuciannya dan mengangkat HPnya.
“Halo!” kata Amy seketika dengan penasaran.
“Kamu mau nggak nemeni aku ke Jogja?” tanya
July dari seberang sana.
“Kapan?” tanya Amy.
“Sekarang!” jawab July.
“Sekarang?” tanya Amy balik dan
merasa heran.
“Iya sekarang, kita naik mobil ke Jogja dan nanti kita
berhenti beberapa tempat,” sahut July dengan
semangat.
“Berapa lama?” tanya Amy kembali.
“Ya paling cepet seminggu dan
paling
lama dua minggu!” jawab July.
“Nggak apa-apa ninggal kerjaan segitu lama?” tanya
Amy belum yakin.
“Aduh Amy, kamu itu masih muda.. mana jiwa petualanganmu?” kata
July diseberang sana tak sabar.
“Baiklah!” kata Amy masih tidak
percaya dengan ucapannya yang mengiyakan ajakan July.
“Jadi kamu mau?” tanya
July dengan senang.
“Iya mau!” jawab Amy dengan
tersenyum senang membayangkan dua minggu bersama July.
“Baik aku berangkat sekarang, aku jemput kamu di kos ya!” kata
July.
“Oya, kirim alamat kosmu ya!”
lanjutnya.
“Iya, nanti aku tunggu di seberang jalan
besar aja, biaa kamu tidak usah masuk gang,” jawab Amy.
“Baiklah, aku akan jalan sepuluh menit
lagi!” kata July.
Amy dengan senang segera mencari pakaian yang terbaik dia
punya. Ada perasaan senang yang tak bisa dia jelaskan.
“Oya, aku harus memberitahu
pak Heru!” batin Amy
sembari mencari alasan apa ya untuk ijinnya ini.
“Duh, aku harus cari kerja di mana ya kalau
dikeluarkan? Biarin ahh,”
gumam Amy.
Amy membuka laptopnya dan mengirim email ke pak Heru.
Dengan hormat,
Siang pak heru,
sebelumnya saya minta maaf kalau saya tidak bisa masuk kerja selama dua minggu
karena saya harus ke Jogja ada urusan keluarga.
Terima kasih atas
pengertiannya
Salam Hormat,
Amy Sudjono
Amy segera mengirimkan emailnya dan melanjutkan packing
sebelum pergi mandi.
******
Dengan perasaan gembira mereka melaju memasuki jalan tol
cipali yang panjang. Sebelum berangkat mereka sempat berbelanja ke supermarket
membeli camilan dan minuman untuk di jalan. Mereka juga mampir di drive thru di
Mc.D untuk membeli makan mereka selama perjalanan.
“Kamu sudah lapar belum?”
tanya Amy
ketika sudah jam satu lebih.
“Lumayan!” jawab July sambil tetap
melihat ke jalan
“Aku ambilkan burgernya ya,”
kata Amy
sambil mengambil Mc.D yang mereka beli.
“Mau aku suapin atau makan sendiri?”
lanjut Amy
sambl membuka bungkus Mc.D dan melipat kertasnya agar mudah di pegang.
July mengambilnya, mengigitnya dan memberikan kembali ke
Amy.
“Kamu makan itu juga aja jadi biar gampang nanti kalau
habis baru buka lagi!” kata July.
“Iya,” kata Amy sambil mengigit
burgernya dan memberikan kembali ke July.
Amy mengambil minum dan memberikan ke July.
“Makasih ya,” jawab July lembut.
July senang sekali dia bisa melarikan diri dari semua
persoalan dan bersama Amy. Dia tahu kalau Andre sedang mencari dirinya beberapa
hari ini dan dia sudah meminta satpam agar Andre tidak diijinkan masuk ke dalam
kantornya. Dia tahu kalau Andre sedang marah besar. Dia mendengar cerita dari PRT
di rumah kalau Andre murka. Mbak Isa memang sangat baik dengan dirinya dan
selalu memberitahu apapun yang terjadi di rumah. Dia berjanji dengan mbak Isa
bila dia cerai dengan Andre, dia bisa ikut bersamanya. Beberapa hari yang lalu
mbak Isa memberitahu keadaan di rumah. Dia juga memberitahu kalau papa dan
mamanya Andre datang dan papanya marah pada Andre.
July merasa tenang dan senang ketika tahu papanya Andre
menolak ikut campur dengan urusan mereka. July selalu kuatir kalau papanya
menggunakan pengaruhnya mempersulit perceraiannya dengan Andre atau hubungan
keluarga mereka jadi memburuk. Sebernarnya itu yang paling dia takutkan
daripada Andre.
****
“Kita sudah masuk cirebon nih.
Kita
bermalam disni saja ya,”
kata July.
“Ternyata cepat juga perjalanan
kita ya. Sekarang masih sore dan terang, tapi sudah
sampai Cirebon,” lanjut
July.
“Iya,” jawab Amy.
“Kita nginap di Cirebon dulu dan
baru besok
pagi kita lanjutkan kembali. Sekarang kita cari hotel, ajak July.
“Iya, daripada kemalaman di jalan dan susah cari
hotel nantinya,” timpal Amy sambil
berharap bisa sekamar dengan July kali ini.
“Tolong kamu cari
di Google, ada hotel apa saja di
kota Cirebon ini,” pinta July kepada Amy sambil memberikan Iphonenya.
Amy membuka Iphone July dan mulai
searching hotel di Cirebon.
“Ada hotel Santika nih,”
kata Amy
dan memberitahukan nama jalannya.
July menekan GPS di mobilnya menuju hotel Santika. Mereka
masuki parkiran hotel Santika. Begitu turun July menggerak-gerakan badannya
yang pegel nyetir seharian. Lalu mereka masuk ke dalam menuju meja receptionist.
“Kamu mau satu kamar atau dua kamar?” tanya
July hati-hati.
“Satu kamar saja biar nggak boros,” jawab
Amy seakan-akan mencari alasan kenapa mereka harus satu kamar.
“Untuk berapa malam bu?”
tanya
petugas hotel.
“Satu malam saja,” jawab July sambil mengawasi Amy yang terlihat canggung.
“Ini yang dua ranjang tidak ada,”
jawab receptionist hotel.
“Nggak apa-apa mas,” jawab Amy reflek dan
membuat July tersenyum.
Amy yang sadar langsung memerah
wajahnya.
“Daripada kita repot keluar lagi cari hotel,” kata
Amy berusaha menjelaskan menutupi keinginannya untuk bisa seranjang dengan
July.
“Ini mau dibayar tunai atau menggunakan kartu kredit?” tanya receptionist kembali.
“Tunai,” jawab July yang tidak ingin
menggunakan kartu kreditnya, sehingga dapat terlacak nantinya dia sedang berada dimana.
“Baik, ini kunci kamarnya di lantai tiga.
Sarapan mulai jam enam pagi di dekat kolam renang,”
jelas receptionist sembari menyerahkan kunci kamar sambil menjelaskan.
Mereka segera menuju lift dan berjalan di lorong
lantai tiga mencari kamar yang dituju. Jantung Amy berdebar-debar membayangkan
akan seranjang dengan Amy. Wajahnya terlihat bahagia dan sedikit tegang. Amy
yang tidak pernah menginap di hotel, senang melihat kamar yang luas dan bersih.
Dia menuju jendela dan melihat pemandangan di luar yang menghadap kolam renang.
July meletakan koper ditempatnya dan membukanya.
“Kamu mau makan di luar, di restoran atau kita pesan di
kamar?” tanya July.
“Terserah, kamu maunya
dimana?” tanya Amy balik.
“Aku males turun, kita pesan di kamar saja
ya,” jawab July.
“Iya,” jawab Amy sambil
menyalakan TV.
“Ya udah kamu yang pesan ya, aku mau mandi dulu,” kata
July.
“Iya,” kata Amy
sambil melihat menu makanan.
“Kamu mau makan apa? Ini ada sup buntut, soto, nasi goreng,
bakmi gorang,” teriak Amy dari luar kamar mandi.
“Bakmi goreng aja,” jawab July dari dalam kamar mandi.
Amy segera memesan bakmi goreng buat July
dan nasi goreng buat dia sendiri, serta hot lemon tea.
“Amy tolong, aku ambilkan celana dalam di koper sama kaos
warna hitam,” teriak July.
“Iya,” jawab Amy dan berdiri
dari tempat tidur.
Amy membuka koper dan mencium celana dalam July yang wangi.
“Ada nggak?” tanya July dari dalam
“Ada,” teriak Amy dan Amy cepat-cepat
mengambil celana dalam dan kaos hitam.
July membuka pintu kamar mandi dan tubuhnya terbalut
handuk. Amy melihat betapa putihnya July dan terlihat belahan dadanya. Tubuh
Amy jadi panas dingin melihat pemandangan di depannya. Dan cepat cepat memberikan
dan berbalik kembali. Dia tidak ingin July melihat perubahan wajahnya.
“Sudah selesai. Kamu mandi dulu deh,” kata July ketika dia selesai dan keluar dari kamar mandi.
“Sudah selesai. Kamu mandi dulu deh,” kata July ketika dia selesai dan keluar dari kamar mandi.
Amy melihat July tanpa celana pendek, kakinya yang jenjang
terlihat seksi sekali, dan kaos hitam dengan belahan leher yang lebar sehingga
terlihat samar-sama payudaranya. July tidak mengenakan bra dan Amy mendadak jadi
ingin mencium leher July yang jenjang itu. Amy buru-buru mengambil kaos dan
masuk ke kamar mandi sambil mengatur getaran didadanya.
“Duh, kenapa aku jadi begini ya,”
batin Amy.
Dia segera mengguyur kepalanya dengan air shower
mendinginkan kepalanya yang sudah sangat menginginkan July. Ketika
sudah tenang, baru dia menggosokan sabun dan berharap ketika keluar
nanti perasaannya sudah tenang
kembali.
Ketika Amy keluar dari kamar
mandi, makanan
sudah datang dan July sudah mengenakan celana pendek.
“Ayo makan dulu,” ajak July.
Mereka berhadap-hadapan sambil makan.
“Kamu mau coba ini nggak, lumayan enak,” kata
July sambil menyuapkan bakmi goreng ke mulut Amy.
“Iya, ini nasi gorengnya juga enak,” ucap Amy dan gantian menyuapi July dengan nasi goreng.
“Iya, ini nasi gorengnya juga enak,” ucap Amy dan gantian menyuapi July dengan nasi goreng.
“Besok kita lanjut ke Semarang
dan mungkin
perjalanan sekitar lima jam.
Jadi,
kalau kita berangkat jam 9 sehabis sarapan, sekitar
jam duaan
kita sudah sampai Semarang. Nanti kita
bisa berhenti makan di Pekalongan. Siapa
tahu kamu mau belanja batik di Pekalongan,” July
menjelaskan rencana perjalanan mereka besok.
“Iya,” balas Amy sambil tersenyum.
Dia merasakan bahagia, senang, dan
entah
apalagi namanya. Semua seperti mimpi bisa bersama July dalam perjalanan ini.
Begitu selesai makan July membereskan piring dan meletakan
di depan kamar mandi. Amy berdiri di depan jendela melihat pemandangan di
luar yang
begitu indah seperti hatinya yang begitu indah. July mendekati Amy yang berdiri
di depan jendela dan melihat bayangan mereka berdua. Badannya yang lebih tinggi
dari Amy terlihat dengan jelas dalam bayangan kaca. Dia menaruh tangannya di
pundak Amy.
“Makasih ya kamu sudah menemani aku,”
kata July.
“Aku yang makasih, rasanya aku belum pernah merasakan
sebahagia ini dalam hidupku,” kata Amy menyandarkan
tubuhnya ke tubuh July dan mengambil kedua
tangan
July untuk memeluk tubuhnya.
July langsung memeluk Amy erat
dan
mencium telinga Amy dari belakang. Amy langsung
membalikan tubuhnya dan mencium July. Matanya terpejam dan merasakan bibir July
yang lembut menyentuh bibirnya. Dia dapat merasakan tubuhnya menjadi ringan
melayang, semua sendinya seperti berpacu merasakan sensasi yang tak pernah dia
rasakan. July mengajak Amy ke tempat tidur, dia merebahkan Amy dan memandang
wajah Amy yang lugu. Dia mencium pipinya dengan lembut dan
penuh perasaan, mencium lehernya dan tangannya mulai meraba payudaranya dengan
lembut.
Tangan July masuk ke dalam kaos Amy dan merabai tubuh Amy.
July mencium puting Amy dan seketika tubuh Amy menjadi bergetar dan merinding.
Dia menutup wajahnya dengan telapak tangan. July melepaskan kaos Amy sebelum
dia sendiri melepaskan kaosnya. Amy melihat tubuh July yang indah dan menyentuh
kulitnya yang halus. July menciumi seluruh tubuh Amy dengan kelembutan dan
penuh cinta. Dia tahu Amy tidak pernah bercinta sebelumnya dan dia tidak ingin
terburu-buru, dia ingin menikmati semua sentuhannya sampai dia benar-benar siap
untuk menikmati puncak cinta mereka.
Tubuh Amy makin bergetar hebat, July terus menciumi Amy dan
merabai tubuhnya. Finding your secret
pleasur is like find a treasure of love. Itu yang July lakukan kepada Amy. Sampai
akhirnya mereka berdua menyatukan rasa cinta mereka dalam lenguhan panjang dan
cengkeraman kuat Amy ke tubuh July. Mereka seperti tak ingin berhenti
menjelajahi malam dengan penuh cinta dan saling
menemukan rahasia kenikmatan masing-masing. Berbagi kasih sayang dan keindahan.
Menyatukan diri dalam gelora dan kenikmatan. Dan berakhir
dalam pelukan
malam yang penuh cinta.
****
July memandangi Amy yang masih terlelap
meskipun matahari telah menunjukan dirinya. Dia melihat wajah polos dan
sederhana tapi penuh dengan kejutan. Dia tidak menyangka meskipun Amy belum
pernah bercinta tapi bisa membuat dirinya kelabakan. July senang sekali bisa
bersama Amy dan benar-benar merasakan kebahagian yang luar biasa. Dia rela
melakukan apa saja agar bisa bersama dengan Amy.
July tak tega membangunkan Amy yang masih nyenyak. Meskipun
sudah hampir jam delapan pagi. July tiba-tiba merasa lapar sehabis semalaman
bercinta dengan Amy. Dia segera mandi dan membereskan kopernya. Ketika selesai
mandipun Amy masih tertidur pulas. “Mungkin aku terlalu memforsir sehingga dia
kecapekan, tapi dia yang tidak mau berhenti! July terus tersenyum teringat
bagaimana hot nya mereka berdua semalam.
Dengan pelan-pelan July menutup kopernya dan ternyata
membuat Amy terbangun.
“Hey, jam berapa ini?”
tanyanya
kaget melihat July yang sudah rapi.
“Aduh maaf ya, kok kamu nggak bangunin
aku sih,” lanjut Amy sambil mencari-cari kaos dan celana
dalamnya.
“Pagi cantikku,” sapa July mendekati Amy
dan mencium pipinya.
“Duh, aku masih bau,”
jawab Amy malu.
“Iya, bau V, Hahahaha,” goda July.
“Ihhh, nakal kamu,” kata Amy sambal menepuk lengan July lembut.
“Aku mandi dulu ya, kamu turun sarapan dulu aja nanti aku susul,” kata Amy.
“Mending aku liat kamu mandi aja deh, daripada sarapan sendiri,” kata July yang mengikuti Amy ke kamar mandi.
“Nanti nggak jadi sarapan dan
kamu harus mandi lagi lho. Memangnya semalam masih
kurang ya?” kata
Amy mendorong July keluar kamar mandi.
“Hahahaha,
iya deh,” kata July tertawa.
*******
Setelah sarapan dan check
out mereka melanjutkan perjalanan menuju kota Semarang dan berencana singgah di Pekalongan. Selama perjalanan mereka berpegangan
tangan. Mereka seperti dua remaja yang sedang jatuh cinta dan tak bisa terpisah
sedikitpun.
Kadang July mencuri cium Amy.
“Ihhh bahaya tahu! Liat jalan
gih,” kata
Amy sambil menepuk paha July.
“Iya, cantikku,” kata July dan mengambil
tangan Amy lalu menciumnya dan meletakannya di pahanya.
Amy merasa telah menemukan dirinya. Dia sadar kenapa selama
ini dia tidak pernah tertarik dengan cowok. Dia jadi ingat dulu waktu SMP dia
pernah suka dan kagum dengan teman di sekolahnya yang jagoan basket. Anaknya
tinggi dan gagah, tapi dia tidak pernah berpikir apa-apa dan menganggap hanya
sebagai kagum biasa. Dan kesulitan hidup membuat dia melupakan semua rasa. Dia
harus selalu waspada agar tidak diperkosa pamannya, atau waspada agar tidak
dicemburui encingnya. Berpikir ke siapa lagi dia harus
meminta uang untuk membeli buku. Kadang waktunya habis
untuk bekerja serabutan, mulai dari mencucui baju, setrika, atau bantu panen.
Semua dia jalani dengan tabah dan dengan satu cita-cita bisa cepat lulus dan bekerja di Jakarta.
Ada seorang bibinya yang sangat baik dengan dirinya, tapi
sayang bibinya juga harus meninggalkan dirinya karena sakit. Kembali dia harus
pergi dan mencari tumpangan diantara sanak family. Kini dia seperti
menemukan kebahagian yang selama ini tidak pernah dia rasakan.
“Ya Tuhan, apakah semua ini jawaban dari semua doa-doaku,” batin
Amy.
******
Setelah makan garang asem Masduki dan belanja batik di
Pekalongan, mereka melanjutkan ke Semarang. July membelikan berapa kain batik
untuk Amy dan juga membeli batik yang sama kembaran. July seperti ingin
memanjakan Amy dengan membelikan semua yang dia lihat cantik untuk Amy. Untung
Amy yang mencegah agar July tidak terlalu royal terhadap dirinya.
Mereka melanjutkan perjalanan dan sampai di Semarang hampir
jam empat sore.
“Kita menginap dua malam ya di Semarang, bisa jalan-jalan
dulu di Semarang baru lanjut ke Jogja,” kata
July.
“Iya, kita mo nginep di mana?” tanya
Amy.
“Apa mau di Santika lagi?”
lanjut Amy.
“Boleh,” jawab July.
“Iya, ini dekat dengan
kota, jadi bisa jalan-jalan,” kata Amy.
“Apapun yang kamu minta aku akan
turuti
cantikku,” jawab July.
“Di jalan apa hotelnya?”
tanya
July.
“Jalan Pandanaran, dekat mall Citraland,” jawab
Amy.
July segera mensetting GPSnya menuju hotel Santika. Akhirnya
mereka sampai ke hotel Santika. Mereka segera turun dan menuju meja receptionist
“Nanti, minta yang ranjangnya satu aja ya,” bisik
Amy.
“Hehehe iya,
aku juga maunya tidur sama kamu cantikku,” kata July tersenyum.
Setelah mendapatkan kunci kamar mereka segera naik ke atas.
Sesampai di kamar mereka langsung berciuman seperti lama tak pernah bertemu.
Mereka kembali menyatukan rasa cinta mereka, menelusuri jejak rasa yang
tertinggal semalam. Berkali-kali mereka menyatu dan merayakan gegap cinta yang
tak terbendung. Dan mereka terlelap dalam pelukan
dengan sisa-sisa getaran yang samar masih terasa.
*****
July terbangun ketika HPnya berdering
terus menerus. Dia melihat HPnya dan ternyata dari
Anik. Cepat-cepat
dia mengangkat HPnya.
“Halo.”
“Kamu di Semarang ya Jul?”
tanya Anik
langsung telepon tersambung.
“Kok kamu tahu?” tanya July keheranan.
“Iya, Andre kemari dan marah-marah.
Dia
menunjukan foto kamu bersama Amy dan dia mengancam akan mempublikasikan dirimu. Dia juga
mengancam akan menyuruh FPI menyerang kamu.
Duh,
kenapa sih kamu nggak nurut apa kataku?” kata Anik nyerocos.
“Iya Nik, maaf,” kata
July merasa bersalah.
Amy segera bangun dan merasa kalau July sedang ada masalah
besar. Dia hanya mendengar dan menunggu July selesai bicara dengan Anik.
“Ada apa?” tanya Amy begitu July
selesai berbcara dan menutup teleponnya.
“Andre tahu kalau kita berada di Semarang,” jawab
July.
“Aduh, bagaimana kok dia bisa
tahu?” tanya Amy.
“Aku sendiri yang nggak tahu.
Tapi
sepertinya dia menyuruh orang untuk membuntuti kita,”
jawab July.
“Trus gimana rencana kita?” tanya
Amy dengan kuatir dan takut.
“Sudah, nggak apa-apa,” jawab
July berusaha menenangkan Amy dengan memeluknya erat-erat.
*****
Amy bangun dengan terkejut, ketika di dalam kamar
ada seorang perempuan dan dia tidak melihat July.
Siapa kamu?” tanya Amy sambil
menarik selimut, karena dia sedang tidak mengenakan
pakaian sama sekali.
“Tenang saja, aku Anik pengacara dan sekaligus teman July,”
jawab Anik
tenang sambil melihat keluar jendela.
“Jul!” teriak Amy mencari July.
“July sudah balik Jakarta naik pesawat dan aku diminta menemani kamu balik Jakarta,”
jawab Anik
dengan dingin.
“Sebaiknya kamu segera bersiap untuk balik ke Jakarta,”
kata Anik
kemudian.
Dengan perasaan tak menentu, Amy segera turun dari
ranjang dan masuk kamar mandi. Dia masih
bingung dengan keadaan yang tiba-tiba ini. Amy mengkhawatirkan keadaan July
yang harus balik tiba-tiba ke Jakarta. Setelah selesai mandi dan memberekan
semua barang-barangnya. Anik memberikan sebuah surat kepada Amy.
“Ini ada surat dari July,”
kata Anik
sambil menyerahkan surat.
Dear Amy,
Maafkan aku ya kalau
harus meninggalkan kamu sendirian. Tapi aku percaya kamu di tangan
yang baik untuk mengantarmu pulang ke Jakarta.
Terima kasih ya Amy,
kamu sudah memberikan hari yang sangat membahagiakan. Bahagia yang sudah lama tidak pernah aku rasakan. Dan aku
minta maaf kalau kamu harus terseret dalam masalahku
sekarang ini. Mungkin aku bukan pasangan yang baik buat kamu dan mungkin kamu
akan lebih baik dan bahagia bila bersama orang lain. Aku tidak tahu sampai kapan urusan perceraianku akan
selesai. Aku tidak ingin kamu terlibat dan hubungan kita terekspos keluar sehingga membahayakan
kamu dan aku. Jadi sebaiknya kita
tidak berhubungan lagi, karena itu yang
terbaik buat kamu dan aku.
July A
Airmata Amy langsung keluar dan tiba-tiba tubuhnya jadi
lemas dan perutnya menjadi mual. Dia cepat-cepat ke kamar mandi dan muntah.
Anik yang dari tadi mengawasi lansgung kaget. Dia membaca surat July yang
terjatuh dan menggelengkan kepalanya. Anik jadi merasa kasihan dengan Amy.
“Kamu sakit?” tanya Anik sambal memberikan
air minum kepada Amy.
Amy hanya menggelengkan kepalanya dan menangis.
“Pasti kamu senang kan melihat aku seperti
ini,” kata Amy dengan nada kesal dan sinis.
“Kamu pikir aku senang?
Pagi-pagi
dari Jakarta ke Semarang dan harus mengatar kamu pulang naik mobil! Apa
kamu pikir aku nggak ada kerjaan?” kata Anik kesal.
Tapi Anik sadar kalau Amy sedang shock dan tidak siap
menghadapi kenyataan. Lalu dia berusaha lebih lembut dengan Amy.
“Kalau kamu sudah siap, kita bisa jalan sekarang,” kata Anik dengan agak lembut.
Amy hanya mengangguk dan memasukan semua barangnya.
Selama dalam perjalanan Amy diam saja sambil masih
menangis. Dan wajahnya terlihat pucat, beberapa kali dia minta Anik berhenti
dan dia muntah. Anik menyuruh Amy duduk di belakang dan tiduran.
“Bagaimana kalau kita ke dokter
dulu?” tanya
Anik.
“Nggak usah, kita cepat balik saja,” jawab
Amy dengan lemas.
“Ya sudah, kamu coba tidur aja ya,’
kata Anik
dengan lembut dan memberikan air minum.
Anik kembali menjalankan mobilnya.
Dia
menyetir dengan lebih lambat karena tidak ingin Amy tambah mual atau jatuh.
Untuk menghilangkan rasa sepi, Anik menyalakan radio. Terdengar suara Isyana
menyanyikan lagu Tetap dalam Jiwa.
Tak pernah terbayang akan menjadi
seperti ini pada akhirnya
Semua waktu yang pernah kita lewati
bersamanya telah hilang dan sirna
Hitam Putih perlu
Janji kita menunggu
Tapi kita tak mampu
Seribu satu cara kita lewati tuk dapati
semua jawaban ini
Bila memang harus berpisah
Aku akan tetap setia
Bila memang ini memang ujungnya
Kau kan tetap ada di dalam jiwa
Tak bisa tuk teruskan
Dunia kita berbeda
Bila memang ini ujung nya
Kau kan tetap ada di dalam jiwa
Memang tak mudah tapi ku tetap menjalani
kosong nya hati
Dulula mimpi kita yang pernah terjadi
tersimpan tuk jadi history
Hitam putih perlu
Janji kita menunggu
Tapi kita tak mampu
Seribu satu cara kita lewati tuk dapati
semua jawaban ini
Bila memang harus berpisah
Aku akan tetap setia
Bila memang ini memang ujungnya
Kau kan tetap ada di dalam jiwa
Tak bisa ntuk teruskan
Dunia kita berbeda
Bila memang ini ujung nya
Kau kan tetap ada di dalam jiwa
…
Amy makin menangis mendengar lagu Isyana yang seperti
mengerti perasaannya.
“Ya, duniaku dengan July memang berbeda, sangat berbeda.
Siapa aku ini, gadis desa yang terlalu tinggi bermimpi. Apa salah aku merasakan
cinta, aku tidak ingin jatuh cinta. Tapi dia datang dengan
sendirinya dan aku tak kuasa menolak rasa itu. Kenapa rasanya sakit sekali, sakit
yang amat dalam dan menusuk,” rintih Amy pelan.
Amy memegang perutnya, dadanya semua terasa sakit
dimana-mana. Airmatanya terus keluar dan kepalanya berdenyut-denyut. Semua
perjalanan manis mereka mendadak tersapu bersih tak tersisa, yang ada hanya
rasa sakit. Mendadak semua terasa gelap dan dia tidak tahu bagaimana dia bisa
melewati ini semua. Semua harapan seakan ikut pergi bersama dengan July.
******
July ditemani rekan kerja
Anik
menemui Andre dengan pengacaranya. Pertemuan diadakan di kantor Anik. Begitu bertemu, Andre sudah emosi dan hendak memaki July, tapi pengacaranya
berusaha menenangkan Andre.
“Kamu menggugat aku cerai dengan alasan kekerasan,
padahal kamu itu lesbian,” serang Andre.
“Ternyata aku selama ini dibohongi sama keluargamu,” kata
Andre kembali.
July berusaha tenang dan otaknya terus berpikir mencari
kata yang tepat. Dia tidak ingin tersulut emosi sehingga tidak bisa menjawab
tuduhan Andre.
“Sudah selesai kamu ngomong? Sudahlah Ndre!
Perkawinan kita ini cuma perkawinan bisnis. Aku
memang lesbian dan kamu seks manik! Aku nggak peduli kok
kalau kamu mau bilang kepada dunia bahwa aku lesbian! Tapi apa
kamu nggak takut kalau aku bilang ke media, anak menteri ternyata
seorang seks maniak. Bagaimana kira-kira
reaksi
papamu? Apa
perlu juga aku bilang ke KPK darimana uang yang suka
kamu hambur-hamburkan itu? Apa kamu mau papa kamu masuk penjara?” kata July dengan tenang.
“Apa maksudmu Jul? Kamu mau mengancam
aku?” tanya Andre dengan marah.
“Aku tidak mengancam.
Aku cuma mau bercerai
dari kamu
dan tidak ingin ribut-ribut dengan kamu.
Dan kita
bisa melanjutkan hidup kita masing-masing.
Dan kamu
tidak perlu khawatir, aku tidak akan menuntut harta
gono-gini atau minta dinafkahi kamu,” kata July dengan tenang.
“Aku rasa tidak ada lagi yang perlu dibahas dan aku mau
pulang,” kata July berdiri meninggalkan ruang meeting.
Anik yang mendengarkan dari ruang sebelah salut dengan
ketenangan July. July masuk ke ruangan Anik dengan gemetar dan langsung meminum air dari gelas Anik di
meja.
“Keren kamu Jul,” kata Anik.
“Aku rasanya mau pingsan Nik. Tadi
aku berusaha untuk tetap kuat dan tegar
memperjuangkan nasibku sendiri,” kata July setelah
bisa menenangkan dirinya.
“Iya, dan kamu hebat,” kata
Anik.
“Dan aku minta,
untuk menghindari masalah lebih berat, sebaiknya kamu tidak
terlihat bersama perempuan manapun untuk sementara
ini,” lanjut
Anik.
July hanya mengangguk dan merasakan sakit karena harus
berpisah dengan Amy. Dia terus memikirkan keadaan Amy.
“Bagaimana keadaan Amy, Nik?” tanya
July.
“Dia shock dan sampai muntah-mutah waktu kemarin pulang
dari Semarang,” jelas Anik.
“Dia sepertinya sangat mencintaimu dengan sunguh-sungguh.
Terus terang aku kasihan dengan dia. Masih muda tapi sudah
merasakan sakitnya cinta,”
kata Anik.
“Iya. Dan
aku yang membuat dia seperti itu. Dia baru pertama
bercinta dan merasakan cinta dengan aku Nik,” kata
July sambil menghapus air matanya.
“Sabar ya Jul, cinta memang perlu diuji. Kalau
dia memang cinta sejatimu, aku percaya kalian
akan bisa bersatu kembali. Dan kalau dia mencintaimu dengan
sungguh-sungguh, aku percaya dia akan selalu menanti kamu,” kata
Anik.
“Nik, aku mau minta tolong sama kamu,” kata
July.
“Apa?” tanya Anik.
“Aku yang membuat dia keluar dari pekerjaannya. Aku
ingin kamu tolong carikan pekerjaan buat dia, kasihan,”
kata July.
“Minggu depan dia akan ikut kursus menulis. Tolong
usahakan buku yang ditulis bisa diterbitkan.
Jika perlu
kita yang akan membiayainya,” kata July.
“Iya, itu bisa diatur.
Yang
penting kamu jangan sekalipun menemui dia, menelpon atau mengirim pesan lewat WA, SMS, FB atau apapun. Kamu
harus bisa menghilang dari dia,” pesan Anik.
“Berapa lama ini harus kujalani Nik?” ratap July.
“Paling cepat satu tahun, tapi
kalau melihat gayanya Andre dia pasti akan mengulur-ulur waktu,” kata
Anik.
“Iya, dia pasti tidak ingin melihat aku bercerai dengan
gampang,” jawab July.
“Kamu yang sabar ya,” kata
Anik.
*****
Amy benar-benar patah hati dan terpuruk dengan apa yang
dialami. Dia sudah tiga hari tidak keluar dari kosnya. Beberapa kali dia
mencoba telpon July tapi nomernya tidak aktif. Hari ini dia diajak
teman-temannya hang out, semua orang tertawa tetapi entah kenapa dia tidak bisa
merasakan apa-apa dan selalu teringat dengan July. Memikirkan dia sedang apa
sekarang? Apakah diajuga memikirkan dirinya? Apakah kamu juga merindukan diriku
seperti aku merindukan dirimu? Seandainya bulan bisa kutitipkan pesan kepadamu,
memberitahukan betapa aku merindukanmu.
Jalanan telah sepi. Amy melihat HPnya, sudah jam 1 malam.
Dia membuka aplikasi whatsapp. Tidak ada wa dari July. Biasanya dia yang paling
ribut bertanya sudah sampai rumah belum? Pulang naik apa? Dengan siapa? Naik
taksi apa? Dan dia selalu menunggu wa Amy sampai di rumah.
Amy menatap jalana Jakarta yang tak pernah lengang. Dia
melihat abang penjual bakmi menggoreng sementara para sopir taksi menunggu
sambil berbincang. Ada yang hilang dalam diri Amy. Tak ada lagi sapaan wa dari
July dan tiba tiba hidupnya menjadi sepi. Dulu dia sering lupa membalas wa
July. Kadang kalau dia hang out dengan teman-temannya, dia juga lupa memberi
kabar.
July sering marah dan kesal karena kelakuannya. Tapi Amy
tahu July tak pernah lama bila marah dengan dirinya. Kini semua telah pergi,
July sudah tak ada lagi. Dan Ami benar-benar merindukan July. Rindu dengan semua
perhatian dan kecerewetannya.
Dia membuka wa July tapi dia tidak lagi bisa melihat, nomer
July telah hilang, foto yang selalu mengobati rindunya menjadi putih. Amy
mengelap airmatanya yg meleleh, ada yang terasa sakit, menusuk di dadanya. Dia
mencari foto-foto mereka berdua. Aku merindukanmu, Jul!
*****
Amy masih mengantuk karena semalam tidak bisa tidur, tapi
telponnya terus berbunyi. Amy mengangkat dengan semangat dan berpikir itu dari
July.
“Halo selamat siang, ini dengan ibu Amy?” tanya
penelpon dari seberang.
“Iya, dengan siapa ini?”
tanya Amy
“Saya mau memberitahukan bahwa
pelatihan
menulisnya dimulai hari Minggu besok,” jawab
penelpon.
Amy jadi teringat kalau July telah mendaftarkan dirinya ke
pelatihan menulis.
“Mungkin dengan menulis
aku bisa melupakan masalahku dan menuliskannya menjadi buku,”
batin Amy.
Ya, aku tidak boleh terpuruk, aku harus bisa membuat July
bangga dengan diriku.
“Iya, mbak bisa SMS alamatnya?” kata
Amy langsung.
“Iya mbak nanti saya akan
SMS alamat dan informasi lainnya,” kata mbak yang menelpon.
******
Saat Ini dan Sekarang
Amy mecoba mengatur perasaannya, perasaan yang tak pernah
berubah selama dua tahun ini. July telah banyak mengubah hidupnya. Dia sekarang
jadi penulis dan sebentar lagi buku ketiganya akan terbit. Dia juga bekerja di
penerbitan buku sesuai dengan cita-citanya. Dia masih ingat ada seorang
perempuan teman kantornya yang berusaha mendekati dirinya,
tapi Amy merasa bahwa cinta dan dirinya hanya untuk July.
Waktu buku pertamanya terbit,
dia menangis terharu dan membayangkan seandainya ada July, mereka bersama akan merayakan buku pertamanya. Merayakan kelahiran ’anak
pertama’ mereka. Tetapi sayang, July tidak hadir hingga ‘anak ketiga’ mereka lahir.
Dan sekarang tiba-tiba dia sudah berada dihadapannya.
“Bagaimana kabarmu?”
tanya July.
“Kamu jahat dan keterlaluan,”
jawab Amy
langsung seakan-akan ingin menumpahkan semua kekesalan dan kemaahannya.
Entah bagaimana Amy jadi teringat
Rangga dan Cinta dalam film AADC. Mungkin begini yang dirasakan Cinta ketika ketemu dengan Rangga setelah
ditinggal
begitu saja tanpa penjelasan. Dan dia masih ingat ucapak
Cinta
kepada Rangga ketika mereka bertemu. Seperti yang aku
lakukan sekarang. Waktu menonton film itu aku bisa mengatakan Cinta
kekanak-kanakan, ternyata aku sendiri melakukan hal yang
sama.
“Iya, aku memang jahat dan aku minta maaf,” kata
July.
“Tapi aku selalu
mengikuti semua tentang kamu, aku juga membeli novel kamu.
Makasih ya sudah mempersembahkan novel itu untuk aku. Aku bangga sekali
dengan kamu Amy,” kata July dengan tulus.
Ada penyesalan, ada bahagia, ada bangga semua bercampur
aduk menjadi satu. Amy tahu kalau July tulus dengan apa yang dikatakan.
“Dan, aku ingin kamu tahu, kalau aku selalu mencintaimu.Mencintaimu
dari dua tahun yang lalu, kemarin, hari ini dan selamanya. Kamu
yang selalu dihatiku dan aku cintai. Aku sadar mungkin apa
yang aku katakan ini terlambat. Aku bisa mengerti kalau
kamu tidak mau menerima diriku. Aku sudah siap bersamamu Amy. Mungkin ini
berlebih kalau aku ingin mengajakmu pindah ke apartemenku,” kata
July sambil memegang tangan Amy.
Amy tidak menyangka akan bertemu dengan July dan
mendapatkan ajakan tinggal bersama dengan July. Dia seperti kehilangan
kata-kata, seperti penulis yang kehilangan kalimatanya dan hanya menatap layar
putih yang kosong.
“Bukankah ini yang selalu aku tunggu-tunggu dan aku harapakan? Kenapa
aku jadi terdiam dan seperti orang bodoh?”
batin Amy.
“Aku bisa mengerti kalau kamu menolak permintaanku. Memang
ini semua salahku,” kata July dengan wajah sedih.
“Mungkin sudah terlambat buatku untuk meminangmu,” lanjut
July.
“Baiklah kalau begitu, mungkin kita berjodoh di kehidupan
yang akan datang,” kata July sambil memanggil waiters
meminta bill.
“Aku tidak tahu apakah
aku akan berjodoh denganmu di kehidupan yang akan datang. Tapi
aku ingin bersamamu saat ini dan esok yang akan kita lalui. Sudah
terlalu lelah aku menunggu. Harus berapa purnama lagi aku menunggu?” kata
Amy dengan pelan dan getir, air matanya menetes, entah karena bahagia atau
sedih.
“Oh, Amy kekasihku
tercinta, tak salah dengarkah telingaku ini?”
tanya July
dengan bahagia.
July mengambil jemari Amy, menciumnya dan
membawanya kedekapan dadanya.
Amy hanya menggelengkan kepalanya dan memberikan senyum
yang manis buat July. Ada air mata bahagia yang menetes di mata Amy. July menciumi jemari Amy, tak
peduli meskipun waiters sudah datang menunggu dia.
July dan Amy kembali menemukan cinta yang terpisah dan
kembali mengikatkan dirinya. Berjanji untuk bersetia menjalani waktu dan
merjaut mimpi yang terpenggal dan tertunda.
Huaaaah akhirnya kakak update cerita juga
ReplyDeleteJangan ngilang kak,pembaca mu selalu menunggu.. :)
Ceritanya menyentuh bgt, walau kesan romantismenya agak berlebihan menurut saya, so far nice story.
ReplyDelete