Runaway With You


Amy dan July saling menatap, menakar perasaan masing-masing. Sudah dua tahun mereka tidak saling bertemu. Mereka terdiam dengan perasaannya masing-masing. Ada getaran rasa yang masih menyala. Ya, nyala cinta itu masih ada. Nyala yang tak pernah padam meskipun berpuluh purnama mereka terpisah. July menatap wajah Amy dengan perasaan yang sama ketika mereka pertama kali bertemu.
Wajah Amy memerah ketika melihat tatapan July. Tatapan dan senyum yang masih sama seperti 2 tahun yang lalu. July suka sekali melihat semu merah dari wajah yang malu, Amy yang selalu membuat dia bergetar dan ingin menciumnya. Amy menunduk dan kadang mencuri pandang dengan malu-malu. Dia ingin sekali membelai pipi July yang putih dan lembut seperti dahulu. Mencium bibir July yang sedang tersenyum, senyum yang tak bisa ditolak oleh orang yang melihatnya. Senyum yang selalu membuat dia panas dingin.  
Suasana cafe yang lumayan ramai, tidak mengganggu mereka berdua untuk menikmati rasa rindu mereka yang makin lama makin kencang bergemuruh. Para waiters berjalan hilir mudik membawa makanan atau minuman. Hampir semua meja sudah terisi para pengunjung cafe. Mereka semua sibuk dengan dirinya masing-masing. Ada beberapa pasangan dan juga segerombolan anak muda yang tawanya samar-samar terdengar. Sementara penyanyi cafe menyanyikan lagu tak terlupakan dari Iwan Fals, seperti mengolok-olok perasaan mereka berdua.
Hati kecil berbisik, untuk kembali padanya
Seribu kata menggoda, seibu sesal di depan mata
Seperti menjelma, saat aku tertawa
Kala memberimu dosa
Ooo....maafkanlah
Ooo....maafkanlah
Rasa sesal di dasar hati
Diam tak mau pergi
Haruskah aku lari dari kenyataan ini
Pernah kumencoba tuk sembunyi
Namun senyummu tetap mengikuti

2 Tahun yang Lalu
Suasana kedai kopi masih sepi ketika July memasuki kedai. Bau harum kopi sudah tercium dan baru satu orang yang duduk minum kopi sambil membaca harian pagi. July yang sedang suntuk males masuk kantor memilih untuk ngopi sambil sarapan. Keputusan untuk bercerai dengan Andre sudah bulat. Dia tidak peduli lagi dengan omelan mamanya. Dia sudah cukup menderita selama lima tahun ini. Dia sudah menjalankan tugasnya sebagai anak yang baik dan menurut untuk menikah. Sekarang saatnya dia menentukan nasibnya sendiri, menentukan hidupnya dan menjalani semua yang dia suka dan inginkan.
Selama 5 tahun dia harus menderita lahir batin menjadi isteri Andre, anak manja yang kasar. Dia masih ingat, bagaimana dia dijodohkan dengan Andre anak menteri yang sedang menjabat. Perkawinan mereka super mewah dan penuh dengan selibritis tanah air. Dia tidak tahu harus bangga atau menangis. Semua orang mengatakan dia beruntung mempunyai calon suami yang ganteng dan kaya. Mereka menganggap dia pasti akan bahagia dengan pernikahannya. Tetapi mereka semua tidak tahu apa yang dia alami sejak pertama kali mereka serumah.
Malam pertama yang tak terlupakan, malam pertama bercinta dengan laki-laki yang tidak dia cintai. Dia tidak menyangka Andre yang terlihat manis, baik, pakaiannya selalu rapi dan necis, menjadi kasar dan beringas. Senyumnya seperti seringai joker yang hendak menyiksa lawannya. Dia tidak peduli July telah siap atau tidak. Malam itu July merasa seperti diperkosa, tidak hanya fisiknya tetapi juga perasaannya. Ketika July berontak dan menangis, Andre makin bernapsu dan menamparnya beberapa kali. Dia seperti anak yang dijual oleh orang tuanya demi melipatgandakan kekayaan.
Dan ketika pagi hari dia seperti tidak terjadi apapun, dia seperti tidak merasa bersalah dengan apa yang dia lakukan kepada July. Sedangkan July merasa kesakitan, tubuhnya remuk redam, bagaikan sansak yang dipukuli oleh petinju prefesional dengan membabi buta. July hampir tidak bisa berjalan setelah beberapa kali harus melayani Andre yang sangat bernafsu dengan dirinya.
Setiap malam July harus merasakan ketakutan menghadapi Andre, hanya ketika dia sedang datang bulan dia merasa terbebas. Pada awalnya Andre tetap ingin menyetubuhi dirinya meskipun dia sedang mens. Namun July mengancam akan memberi tahu ke mamanya sehingga akhirnya dia membatalkan niatnya. Sebagai gantinya dia harus mau memuaskan Andre dengan tangan dan mulutnya. Sampai dia harus muntah karena merasa jijik dengan apa yang dia lakukan. Ingin rasanya dia menggigit kemaluan Andre hingga putus. Tetapi Andre tahu apa yang dia pikirkan dan tangannya sudah mencengkeram lehernya sehingga July mengurungkan niatnya.
Pernah dia bercerita bagaimana sikap Andre kepada mamanya, tetapi mamanya menganggap dia mengada-ada dan sengaja mengarang cerita. July diceramahi bagaimana dia harus melayani suami dengan baik. Dia tidak pernah membayangkan hidupnya akan seperti ini. 5 tahun dia berusaha menjalani kehidupan yang seperti tawanan. Usianya yang masih 22 tahun waktu itu harus merasakan siksaan perkawinan. Dia harus meninggalkan kuliahnya di UI demi menikah dengan Andre. Andre yang selalu menjadi anak manja dan selalu minta dilayani. Kadang dia tidak pulang karena clubing dengan teman-temanya, berjudi, suka bergonta-ganti mobil sport terbaru. Meskipun diberi perusahaan oleh orang tuanya, tetapi dia seperti tidak pernah bekerja.
July merasa dia harus menyelesaikan kuliahnya yang tinggal skripsi. Dia tidak ingin hidupnya tergantung dengan Andre. Mertuanya juga setuju dia melanjutkan kuliahnya dan Andre juga tidak melarang dirinya untuk menyelesaikan kuliah. Itu adalah hiburan buat dirinya. Akhirnya July bisa lulus dari kuliahnya dengan angka yang memuaskan, tetapi sayang Andre lupa ketika dia di wisuda dan pergi ke Sepang untuk menyaksikan balapan motor. July tidak peduli dengan ketidakhadiran Andre pada hari wisuda dirinya. Dan kampusnya menjadi heboh karena mertuanya yang menteri berencana datang ke acara wisuda dirinya. Meskipun akhirnya tidak jadi datang. July tidak peduli mereka datang atau tidak. Dia merasa senang bisa menyelesaikan kuliahnya.
Kegembiraannya telah lulus di wisuda tak berlangsung lama. July tahu kalau dirinya telah hamil. Dia tidak tahu apakah dia harus bahagia atau sedih. Mertuanya memang sudah berharap dia segera mempunyai anak karena sudah hampir dua tahun menikah dan dia tidak kunjung hamil. Mertuanya begitu senang ketika mengetahui dirinya telah hamil tiga bulan. Tetapi kebahagian itu tidak berlangsung lama ketika bulan keempat Andre memperkosa dirinya sehingga dia keguguran dan harus masuk rumah sakit. July mengalami pendarahan hebat. Andre ketakutan melihat darah yang keluar dari vagina July begitu banyak dan July diam tak bergerak, pingsan. Dengan ketakutan Andre menelpon mamanya.
Andre menangis bagaikan anak kecil yang takut ketahuan memecahkan guci keramik milik ibunya. Mamanya marah dengan Andre karena harus kehilangan cucu pertama mereka. Mereka segera membawanya ke rumah sakit dan July harus dirawat beberapa hari. Entah kenapa July merasa lega harus kehilangan anaknya. Dia tidak ingin mengandung anak Andre yang diam-diam sangat sadis, berdarah dingin, manja dan tidak bertanggung jawab. Andre dilarang berhubungan badan dengan July sampai beberapa saat dan itu sangat membahagiakan July.
Keluarga July akhirnya percaya dengan apa yang diceritakan July selama ini. Mereka berusaha meminta orang tua Andre untuk menasehati anaknya. Keluarga Andre merasa bersalah dan malu dengan keluarga July. Dan sejak kejadian itu Andre jadi takut menyentuh July. Hampir enam bulan mereka tidak melakukan hubungan badan dan itu sangat membahagiakan July. Hubungan mereka makin memburuk, mereka jadi sering bertengkar. July mulai memiliki keberanian untuk membantah atau melawan Andre. Ketika berhubungan seks July tidak lagi merontah, dia diam seperti patung. Dia tidak lagi menangis karena dia tahu semakin dia merontah atau menangis semakin membuat Andre senang dan bernafsu. Dia juga mengetahui kalau Andre memang punya kelainan seksual. Dia baru mendengar kalau Andre pernah hampir mencelakai pekerja seks karena kelakuannya.
Andre jadi kesal dan kehilangan gairahnya bercinta dengan July. Mereka jadi sering bertengkar dan Andre jarang pulang. July merasa senang bila Andre jarang pulang. Waktu memang berjalan dengan cepat dan perkawinannya memasuki tahun kelima tapi hubungannya dengan Andre tidak kunjung membaik, bahkan makin memburuk. July meminta Anik sahabat dan sekaligus mantan pacarnya yang menjadi pengacara terkenal untuk mencari bukti-bukti perbuatan Andre di luar. Hanya dengan Anik dia bisa bercerita semuanya. Anik sahabatnya sejak SMP dan mereka berdua tahu kalau sama-sama suka perempuan. Dan pernah secara tidak sengaja mereka bercinta dan jadian beberapa saat. Tetapi mereka sadar kalau mereka berdua lebih cocok menjadi sahabat daripada kekasih.
Mereka berpisah ketika lulus SMA, karena kuliah di tempat yang berbeda. Tetapi mereka masih sering bertemu dan Anik selalu mengenalkan setiap pacar barunya. Ketika July akan menikah, Anik sudah memperingatkan untuk tidak menikah dengan Andre. Bahkan dia rela membiayai July kalau dia mau melarikan diri. Anik memang anak pengacara kondang di Tanah Air dan waktu itu dia sudah mengundang July untuk tinggal bersama dengan dirinya di Inggris. Tapi July tidak ingin merepotkan Anik. Dia menjalani semua yang diminta orang tuanya. Dia ingin berbakti dan menjadi anak yang baik meskipun pada akhirnya dia harus menderita.     
July sudah bertekat bulat untuk menggugat cerai Andre. Semalam Andre marah berat ketika dia menyampaikan keinginannya. Andre nyaris menamparnya. July masih ingat dengan jelas pertengkaran mereka semalam.
“Tampar aja kalau berani! Biar aku bisa laporin kamu ke polisi dan biar kita punya bukti untuk minta cerai! kata July dengan berani dan menantang Andre.
Andre menurunkan tangannya dan sadar apa yang dikatakan July benar. Dia marah dan melempar asbak ke dinding dengan segenap tenaga sehingga hancur berkeping-keping dan meninggalkan July yang kaget dengan reaksi Andre. July terduduk dengan dada yang masih berdegup kencang dan kaget. Tangannya masih gemetar dan lututnya menjadi lemas. Dia berusaha menguasai diri dan mengambil HPnya. July masih ingat kata Anik untuk selalu mencatat setiap kejadian dan dia segera memoto asbak yang hancur berkeping-keping dan dinding yang mengelupas karena asbak.
Pikiran July terhenti ketika di depan meja pemesanan, dia melepas kacamata hitamnya dan seperti terpana melihat perempuan di seberang meja yang  terpaku menatap dia. Ada sesuatu yang menarik perhatiannya dan membuat dia melupakan semuanya. July menatap mata gadis didepannya. Amy yang dari tadi sudah melihat perempuan yang masuk dalam cafenya, dengan pakain putih, celana putih, kacamata hitam dan syal. Ada sesuatu yang membuat Amy tak bisa melepaskan pandangannya. Amy dapat mencium parfumnya yang wangi. Entah kenapa Amy tiba-tiba merasa jadi salah tingkah dan jengah ketika ditatap perempuan dihadapannya. Apalagi melihat senyumnya yang manis membuat Amy makin memerah wajahnya.
July suka sekali melihat perubahan wajah perempuan didepannya ini. Namanya Amy, yang dia baca dari ID yang nempel dipakaiannya.
“Pagi, Amy!" kata July menyapa dan memberikan senyumnya yang manis.
“Pagi!" sahut Amy terkejut dipanggil namanya dan makin membuatnya salah tingkah.
“Aku pesan, white latte, sama sandwich Tuna ya!" kata July
“Iya!" jawab Amy kaku sambil menghitung di cash registernya.
July menyerahkan kartu kreditnya sambil masih memperhatikan Amy. Ada perasaan yang telah lama tidak pernah dia rasakan dan hampir lupa bagaimana rasanya suka dengan seseorang. Sejak dia dijodohkan dengan Andre, dia tidak pernah lagi berhubungan dengan teman-teman lesbiannya dan mencoba menjalani semuanya.
Tatapan July terhenti ketika ada seorang pembeli yang berdiri disampingnya dan July terpaksa bergeser dan menunggu kopinya. Dia memilih duduk di tempat yang bisa melihat Amy dengan leluasa. Amy merasa kalau dirinya diawasi oleh July. Amy melihat kartu kredit July masih di meja kasir. Dia membaca nama kartu kredit yang tertera July Asmaradana. Dia segera mengantongi kartu kredit July dan berencana memberikannya setelah melayani pembeli.
July menikmati pemandangan didepannya. 
“Siapa dia sebenarnya?" batin July. July merasa ingin sekali dapat mengenal lebih dekat dengan Amy. 
“Bagaimana ya caranya?" pikirnya sambil memakan sandwichnya. Tiba-tiba HPnya berbunyi dan meminta dia segera ke kantor karena ditunggu tamu. July tidak menyelesaikan makannya dan membawa kopinya. Kantornya yang terletak di sebarang cafe membuat dia ingin kembali lagi ke cafe ini nanti waktu makan siang.
Kesibukan Amy membuat dia lupa memberikan kartu kredit yang dia kantongi. Ketika dia tanpa sengaja merogoh kantong bajunya dan ketika melihat ke tempat July duduk dia sudah pergi. Amy menjadi merasa bersalah dan sedikit panik.
“Tok, kamu lihat kakak yang duduk di meja 5 nggak?" tanya Amy ke Antok yang membersihkan meja July.
“Sudah balik, kalau nggak salah kantornya di seberang tuh!" kata Antok.
“Kenapa?" tanya Antok.
“Ini kartu kreditnya ketinggalan!Kata Amy agak panik. “Gimana ya?" tanya Amy.
“Coba nanti kamu kesana aja tanya sama security di sana. Kalau nggak nanti pasti dia kembali jam makan siang kalau dia sadar kartunya ketinggalan!" jawab Antok sambil membersihkan meja.
"Iya!" jawab Amy sembari merasa bersalah dengan July.
Amy terus melihat ke arah pintu dan mengharap kedatangan July. Tapi sampai jam 2 dan waktu shiftnya hampir habis July belum juga muncul di cafe tempat dia bekerja. Amy memutuskan untuk mencari Amy di kantornya dan memberikan kartu kreditnya. Dia segera bergegas berganti pakaiannya dan menyeberang ke building perkantoran. Jalanan ramai dengan lalu lalang kendaraan dan juga orang yang masih berlama-lama makan siang setelah jumatan. Amy memasuki gedung perkantoran yang sangat megah itu. Matanya tak sengaja menatap sosok July yang baru keluar dari lift. Hatinya berdebar-debar melihat sosok July yang berjalan makin mendekat ke tempat dia berdiri. July terkejut melihat sosok Amy di dekat pemeriksaan security. Dia seperti tidak percaya dengan tatapannya. Tapi ada sesuatu yang menyenangkan menyeruak dalam dadanya. Dia memberikan senyumnya kepada Amy. Amy senang karena July sudah melihat keberadaannya.
“Hi Amy, mau kemana?" tanya July ketika sudah mendekati Amy.
“Mau cari kak July!" jawab Amy dengan wajah malu-malu tak percaya diri dan bisa berdiri sedekat ini dengan July.
Amy tidak mengerti kenapa dia bisa merasa seperti ini. Perasaan yang belum pernah dia rasakan selama ini. Amy belum pernah benar-benar jatuh cinta. Dia pernah berciuman dengan Joko yang selalu mengaku pacarnya ke teman-temannya. Tetapi Amy tidak merasakan ada getaran yang seperti dia rasakan dengan July. Dia merasakan sesuatu sensasi yang campur aduk, ada suka, malu, deg-degan, salah tingkah tapi ingin menatap terus. Sesuatu yang aneh dan menakutkan Amy.
“Ini kartu kredit kakak ketinggalan!" kata Amy sambil berusah menguasai perasaannya.
“Wah, aku malah nggak tahu kalau kartuku ketinggalan di sana!" kata July.
“Bagaimana jika sebagai ucapan terima kasih, kita makan siang bersama?" ajak July menggunakan kesempatan untuk mengenal Amy lebih dalam.
Amy terlihat ragu dengan ajakan July. Dia tidak tahu apakah akan mengiyakan atau tidak. July melihat keraguan Amy dan tidak menunggu lama dia langsung mengajak jalan Amy ke arah loby, menunggu mobilnya. Amy seperti kerbau yang dicocok hidungnya mengikuti July tanpa banyak bertanya.
Di dalam mobil BMW July, Amy duduk terdiam sambil sekali-kali mencuri pandang wajah July dan merasakan sesuatu yang mengalir hangat dalam tubuhnya. Meskipun AC mobil July dingin, tapi Amy justru merasakan tubuhnya yang memanas. July merasa senang sekali mempunyai kesempatan berdua dengan Amy. Dia menjalankan mobilnya memasuki Plaza Indonesia. Selama perjalanan, mereka sama-sama terdiam sambil menikmati irama musik dalam hati masing-masing.
July memilih resto yang agak sepi karena dia ingin mengobrol dengan Amy tanpa terganggu.
Amy merasa nervous karena dia tidak pernah masuk di restoran mahal dengan harga makanan yang bisa buat makan 3 hari. Amy juga tidak familiar dengan nama makanan yang terlampir. 
“Mau makan apa?" tanya July sambil melihat menu.
“Terserah kakak aja deh, aku ikut aja!" jawab Amy sambil menutup menu dan meletakkan di atas meja. July segera memesan makanan mereka dan meminta es krim dikeluarkan terlebih dahulu.
“Kamu sudah lama kerja di cafe itu?" tanya July ketika mereka telah berdua.
“Sudah setahun lebih sejak lulus SMA" jawab Amy sambil tangannya melurus-luruskan taplak meja mengurangi rasa grogi yang menyergap dirinya.
“Kamu asli Jakarta?" tanya July.
“Saya dari Jawa Barat, begitu lulus saya memilih pndah ke Jakarta karena ada teman yang menawarkan pekerjaan," jawab Amy.
“Orang tuamu setuju?" tanya July sembari mencoba untuk tidak berkesan seperti menginterogasi Amy.
"Orang tua saya sudah meninggal, kecelakaan ketika saya masih kecil jadi saya diasuh nenek. Ketika nenek meninggal saya harus pindah-pindah dari satu sanak famili ke famili lainnya," jwab Amy tanpa perasaan dan terkesan datar.
“Maaf ya kalau pertanyaanku membuatmu nggak nyaman," jawab July sambil menyentuh tangan Amy.
Amy jadi merasa salah tingkah dan sekaligus merasa senang bisa merasakan tangan July yang halus.
“Nggak apa-apa, saya sudah terbiasa kok," jawab Amy yang merasa kecewa karena July sudah menarik tangannya.
“Jadi kamu kos disini?" tanya July kembali ingin tahu dia kos dimana. 
“Iya, kos patungan sama temen biar hemat!" jawab Amy.
“Kos daerah mana?" tanya July ingin tahu.
“Daerah Kampung Bali!" jawab Amy.
“Kamu nggak pengen kuliah? Apa sih kesukaanmu?" tanya July.
“Sebetulnya pengen kuliah, saya pengen jadi penulis atau jurnalis, dari kecil saya suka sekali baca dan menulis! Sekarang ini lagi menabung untuk membeli laptop," jawab Amy.
“Wah bagus itu," seru July.
Baru kali ini Amy membicarakan cita-citanya dan keinginannya. Selama ini tidak ada yang  pernah bertanya apa keinginannya, apa cita-citanya. Sekolah aja harus mengemis kesana kemari dan dia bersyukur bisa lulus SMA dengan nilai yang lumayan baik. Tapi sayang dia tidak bisa mendapat beasiswa ke universitas negeri. Tapi keinginan untuk bisa kuliah dan memiliki masa depan yang baik selalu dia usahakan. Dia selalu menyisihkan uangnya untuk kuliag atau kursus. Tetapi saat ini dia ingin membeli laptop kecil yang murah. Dia sudah mengecek harganya sekitar tiga jutaan.
July merasa senang mendengarkan cerita Amy yang penuh semangat. Meskipun dia terlihat rapuh, tapi dia tahu kalau Amy adalah perempuan yang kuat dan tangguh. Ada sesuatu yang menarik dalam diri Amy yang membuat dia ingin terus berada didekatnya. Ada perasaan yang sulit dijelaskan dan membuat July melupakan penderitaannya dan hanya rasa senang. Dia senang melihat mata Amy yang berbinar-binar atau wajah malu-malu. Ingin rasanya mencium dan membelai wajah Amy. Membayangkan wajahnya yang akan makin memerah bila dicium.
Mereka terus berbagi cerita sambil menikmati makanan mereka dan melupakan waktu yang terus beranjak hingga malam. July sadar kalau dia tidak mungkin bisa terus menahan Amy.
“Kamu besok masuk jam berapa?" tanya July sambil melihat jam yang sudah jam 7 malam.
“Besok masih masuk pagi, minggu depan baru masuk shift siang," jawab Amy yang juga sadar kalau sudah jam 7 malam. 
“Waduh, kak July harus pulang ya?" kata Amy yang merasa nggak enak.
“Nggak apa-apa, saya justru kuatir kalau kamu kemalaman dan besok harus masuk pagi," jawab July sambil meminta bill ke waiters. 
"Aku antar kamu pulang ya," kata July.
“Nggak usah kak, kos-an saya nggak bisa masuk mobil, saya sudah biasa naik angkot kok," jawab Amy cepat-cepat.
“Kamu libur kapan?" tanya July.
“Lusa, aku libur, hari Senin," jawab Amy.
“Bagaimana kalau minggu malam kita ke puncak?" tanya July.
“Mmmm apa nggak merepotkan?" tanya Amy ragu tapi senang dengan ajakan itu.
“Aku jemput di cafe ya begitu jam kerja kamu selesai, ujar July. Sekarang aku anter sampai cafemu atau sampe daerah yang dekat dengan kosmu,” kata July dengan tegas.
“Oya, boleh aku minta nomer HPmu?" tanya July
"Iya, boleh,”jawab Amy dengan senang hati dan mereka bertukar nomer telpon.
Amy berjalan di samping July dengan wajah yang bahagia. Perasaan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Senyum terus mengembang di wajahnya. Begitupula dengan July, dia seperti mendapatkan semangat baru, aliran energi yang membuat dia menjadi bersemangat dan bahagia.

******

Amy tidak megerti dengan apa yang dirasakannya. Sudah dua bulan ini perasaannya campur aduk. Sejak makan bersama dengan July di Plaza Indonesia, hubungan mereka makin dekat. Mereka mulai berkomunikasi via WA tanpa jeda. Amy suka dengan perhatian July, yang selalu tanya apakah dia sudah makan belum, sudah sampai rumah belum. Kadang dia mengirimkan makanan atau apa saja ke tempat kerja Amy. Atau mengajak dia makan malam atau makan siang dekat tempat kerja Amy. Tetapi July tidak pernah menyatakan perasaannya kepada Amy. Kemarin Sabtu ketika dia hangout dengan teman-temannya, July juga mengingatkan untuk hati-hati dan jangan pulang terlalu malam.  
Dia selalu bertanya, dia pergi dengan siapa atau sudah pulang atau belum. Amy tidak mengerti kenapa dia merasa bahagia dan ada sesuatu yang aneh dalam hatinya. Ada rasa bahagia dan sekaligus takut dengan perasaannya.
“Apakah aku jatuh cinta?" tanya Amy dalam hati. 
"Tapi July kan perempuan, masak aku jatuh cinta dengan perempuan. Kenapa aku tidak bisa melupakan dia dan kenapa aku rasanya bahagia sekali?" pikir Amy. Semua pikiran berkecamuk dalam hati Amy.
“Hei, kamu kok senyum-senyum sendiri sih!" kata Antok mengagetkan Amy.
“Hayo kamu lagi jatuh cinta ya!" goda Antok kembali sambil melihat wajah Amy.
“Ishhh mau tau aja!" jawab Amy sambil pura-pura bekerja dan mengelap meja.
“Kamu pernah jatuh cinta nggak Tok?" tanya Amy ingin tahu.
“Ya pernahlah!" tukas Antok.
“Sama cewek atau cowok?" tanya Amy.
“Aku itu bukan LGBT! Jadi ya sama cewek lah! Kenapa? Kamu jatuh cinta sama cewek?" tanya Antok.
“Apa sih LGBT itu?" tanya Amy bingung
“Lho masak kamu nggak tahu, kan lagi rame tuh, lesbian gay sama apa ya aku kok lupa, waria kali ya?" jelas Antok.
“O...!" jawab Amy baru mengerti.
“Jadi kamu jatuh cinta dengan siapa?" tanya Antok penasaran ingin tahu.
“Entahlah, aku sendiri tidak tahu apa yang aku rasakan!" jawab Amy lirih.
“Trus, Joko mau digimanai?" lanjut Antok.
“Joko itu bukan pacarku, Tok! Dianya aja yang suka sama aku!" jawab Amy ketus.
“Jangan-jangan, sama cewek yang  sering sama kamu itu ya, yang kartu kreditnya pernah ketinggalan itu?" tanya Antok menyelidik. 
“Hati-ati lho, dia orang kaya, jangan sampai kamu cuma buat mainan aja," jawab Antok mengingatkan.
“Tapi dia baik kok!" bela Amy.
“Jadi bener, kamu suka sama dia?" tanya Antok kaget.
“Aku nggak tahu Tok, apa aku suka sama dia atau gimana, aku cuma suka aja ngobrol sama dia. Aku nggak tahu bagaimana rasanya jatuh cinta itu!" jawab Amy polos.
“Kalau orang jatuh cinta itu, jadi suka ingat dia, pengen ketemu dia, jadi galau kalau sms nggak dibales, jadi berdebar-debar, salah tingkah kalau dekat dia, itu namanya jatuh cinta!" jawab Antok seperti seorang yang ahli menjelaskan tentang cinta.
"Nah, kamu merasakan itu semua nggak?" tanya Antok menyelidiki.
Wajah Amy tiba-tiba memerah dan merasa dia merasakan itu semua dengan July.
“Gila lu ya! Ternyata emang lu lagi jatuh cinta ya sama dia!" kata Antok yang melihat perubahan wajah Amy.
Amy hanya senyum-senyum dan pura-pura sibuk kerja sambil meninggalkan Antok. Dia hari ini memang senang sekali. Dari kemarin gelisah menanti ketemu dengan July dan bisa bersama lagi dengannya. Amy membayangkan bisa seharian bersama July di Puncak, rasanya pasti menyenangkan sekali. Dia bolak-balik melihat jam tak sabar dan merasa waktu berjalan sangat lambat. Kurang satu jam rasanya lama sekali. Amy sudah ingin berganti pakaian dan mencoba melihat HPnya menunggu kabar dari July.
Waktu yang ditunggu tiba dan Amy segera berganti pakaian. Dia mendapat WA dari July, kalau July sudah di jalan dan mungkin agak terlambat sedikit. Amy dengan sabar menanti kedatangan July.
“Aku tunggu di hatle depan aja ya jadi kamu nggak usah masuk parkiran," Amy menuliskan pesan kepada July.
“Iya," jawab July.
Amy bolak balik melihat mobil yang lalu lalang didepannya sambil menahan rasa deg-degan yang dia rasakan. Tiba-tiba dia melihat mobil BMW putih sedang memberikan lampu dan membunyikan klakson. Amy segera berdiri dan dia melihat July di dalam mobil. Begitu mobil July mendekat Amy segera masuk ke dalam mobil.
"Maaf ya, sudah menunggu lama tadi?" tanya July begitu Amy masuk ke dalam.
“Nggak kok, baru aja 5 menit nunggunya!" jawab Amy.
“Kamu sudah makan?" tanya July.
“Sudah kok!" jawab Amy sambil gugup karena ditatap July.
July melihat tingkah Amy yang malu-malu jadi senang melihatnya dan ingin terus menatapnya. Amy semakin salah tingkah ditatap terus oleh July.
“Awas lho, liat depan!" celetuk Amy.
“Hahaha tenang aja! Kalo nyetirin perempuan cantik aku biasanya hati-hati kok!" July semakin menggodanya.
July yakin kalau Amy menyukai dirinya meskipun dia tidak tahu apakah Amy seorang L atau bukan. Amy yang digoda July semakin memerah wajahnya dam dia tidak mengerti kenapa dia merasakan sesuatu yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Sesuatu yang aneh dalam hatinya, dalam dirinya. Dia juga merasakan takut dengan perasaannya ini. Dia tidak pernah menyangka bisa merasakan cinta dengan seorang perempuan.
“Tapi apa dia juga merasakan hal yang sama?" pikir Amy. 
“Bagaimana kalau dia tidak merasakan apa-apa? Apa iya dia mau dengan aku yang bukan siapa-siapa ini?" tanya Amy dalam hati sambil melirik penampilan July yang begitu elegan, berkelas dan sangat terlihat kalau dari keluarga orang kaya. 
“Aku harus tahu diri dan tidak boleh berharap apapun," batin Amy.
Mereka berdua sama-sama berdiam diri sambil menakar perasaan masing-masing. Tapi mereka berdua sama-sama tahu kalau mereka saling menyukai dan ada secuil harapan bisa terus bersama merangkai cinta.

*****

“Ayo turun," ajak July begitu sampai di Villa July. 
Amy takjub melihat villa yang begitu besar dan luas halamannya. Amy semakin merasa ciut hatinya melihat villa July.
“Ayuk masuk! Kok malah bengong," kata July sambil membawa tas ranselnya.
Penjaga vila langsung menyambut July.
“Sore, pak Samin!" sapa July.
“Sore, non. Kamar sudah saya siapkan ya," jawab pak Samin.
“Makasih, Pak!" jawab July.
“Nanti mau makan apa non?" tanya Pak Samin.
“Beli sate kambing aja ya Pak," ucap July sambil menyerahkan uang dua ratus ribu ke pak Samin.
“Amy, kamu suka sate kambing kan?" tanya July yang tiba-tiba teringat tidak bertanya terlebih dahulu ke Amy.
“Suka kok!" jawab Amy
“Beli dua puluh ya pak Min! Dan pak Min beli juga untuk yang lain!" kata July.
“Nggak usah non! Ibu sudah masak kok," jawab pak Samin.
Mereka berdua masuk ke dalam, July langsung masuk ke ruang makan dan membuka kukas mencari bir. Amy melihat ruang tamu yang besar, dia melihat foto keluarga July. Amy langsung kaget ketika melihat foto pernikahan July yang begitu megah. Ada rasa sedih, kecewa, dan lemas melihat foto perkawinan July. Ada yang terluka di dalam hatinya dan ingin menangis rasanya. 
“Ternyata aku salah!" batin Amy menahan perasaannya.
July yang melihat Amy terpaku di depan foto keluarga segera tersadar kalau Amy sedang melihat foto perkawinannya. July melihat perubahan wajah Amy yang mendadak menjadi pasi.
“Hei, kamu kenapa?" tanya lembut July sembari memegang pundak Amy dan meletakan minuman kaleng yang dibawanya.
“Ini foto kamu?" tanya Amy dengan agak ragu dan berusaha agar tidak ada perubahan suara.
“Iya!" jawab July dengan tenang. 
“Kita duduk dulu yuk!" ajak July
Mereka berdua duduk di sofa. Udara Puncak yang mulai terasa dingin semakin membuat hati Amy seakan membeku. Tiba-tiba tangannya terasa dingin seperti es. July yang tidak sengaja menyentuh tangan Amy jadi terkejut.
“Kamu kenapa? Kok tanganmu jadi dingin?" tanyanya dengan kuatir dan berusaha menghangatkan tangan Amy dengan menggenggamnya erat-erat.
“Aku buatkan teh hangat dulu ya!" kata July yang terlihat panik. Dia segera berdiri dan berjalan ke dapur.
Amy sendiri heran kenapa dia menjadi seperti ini.
Apakah aku patah hati sebelum jadian? Benar kata Antok, aku seharusnya tidak terlalu berharap. Aku mungkin jatuh cinta dengan orang yang salah, batin Amy.
Pikirannya terus berkecamuk sampai tidak tahu kalau July sudah berada di dekatnya. Dia menyelimuti tubuh Amy dengan jaketnya.
“Ayo diminum dulu biar hangat,” kata July lembut.
“Maaf ya kalau aku tidak bercerita siapa diriku sebenarnya!" bisik July sambil melihat wajah Amy.
Dia menyentuh kening dan pipi Amy dengan penuh perhatian dan kasih sayang.  
“Aku nggak apa-apa kok!" jawab Amy.
Dia dapat merasakan kasih sayang July dan mendadak ada yang hangat dalam dirinya.
“Iya aku memang sudah menikah! Aku dijodohkan oleh orang tuaku dengan anak menteri. Tapi ternyata dia kelakuannya brengsek dan aku hampir mati dibuatnya!" kata July dengan getir. 
July menceritakan semua yang dia alami bersama Andre. Selama ini dia tidak pernah bercerita kesiapapun apa yang dia alami bahkan dengan Anik, dia hanya bercerita secara garis besarnya. Semua dia tanggung sendiri dan rasakan sendiri. July berusaha menahan air matanya yang tiba-tiba tidak bisa dia tahan. Amy merasakan iba dengan July, dia juga seperti dapat merasakan penderitaan July. Amy memegang tangan July lalu memeluknya, Air matanya juga ikut meleleh. July merasakan sesuatu yang nyaman dan menenangkan ketika berpelukan dengan Amy. Perasaan yang tidak pernah dia rasakan. Rasa bahagia yang telah lama meninggalkan dirinya.  
July berusaha menguasai dirinya dan tidak ingin terlihat lemah dihadapan Amy.
“Makasih ya, sudah mau mendengarkan ceritaku,” kata July menantap wajah Amy dan menghapus air mata Amy.
Ingin rasanya dia mencium bibir Amy yang terlihat begitu pasrah dan memerah. Tapi niat itu diurungkan ketika mendengar suara motor pak min masuk dalam pekarangan. Mereka berdua berusaha menguasai diri mereka dan sama-sama menghapus air matanya.
Setelah makan malam mereka berdua duduk di teras sambil melihat pemandangan puncak yang indah. July sengaja memasang CD lagu-lagu klasik menambah suasana romantis. Memandang pemandangan puncak yang berkerlap-kerlip sambil sesekali terlihat kembang api yang dinyalakan warga atau pengunjung villa. Penuh warna seperti hati mereka berdua yang penuh warna dan mulai merasakan getaran cinta.
Pak Min menyeduhkan wedang jahe untuk mereka berdua. Mereka duduk bersebelahan tanpa banyak bicara, menikmati dendang rasa dalam hati masing-masing sambil sekali-kali saling menatap penuh arti.
"Kita bobo yuk!" ajak July dengan senyum manisnya.
Amy mengangguk dan mengikuti langkah July ke dalam rumah. 
“Kamu nggak takut khan tidur sendiri?" tanya July.
Amy yang sebetulnya masih ingin bersama dengan July reflek menganggukan kepalanya.
“Iya ngak apa-apa!" jawab Amy yang tidak ingin terlihat seperti perempuan gampangan atau terlihat menginginkan July.
Begitu pula dengan July, meskipun dia sangat menginginkan Amy, dia tidak ingin buru-buru. Dia tahu Amy tidak pernah dengan perempuan selama ini. Dia ingin Amy benar yakin dengan apa yang dia rasakan dan July ingin, Amy yang menginginkan dirinya dan dia yang memulai.
“Gudnait, Amy. Kalau kamu butuh sesuatu, aku ada di kamar sebelah ya,” kata July menunjukan kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Amy.
“Iya, gudnait,” sahut Amy. Sebetulnya Amy berharap July akan menciumnya.
Amy menatap wajahnya di kaca. Dia tersenyum sambil memegang wajahnya. Dia masih bisa merasakan sentuhan tangan July di wajahnya. Seandainya pak Min tidak datang tadi mereka pasti sudah berciuman. Dia masih bisa merasakan enaknya berpelukan dengan July, dan mencium parfumnya yang begitu wangi. Amy menatap wajahnya yang suringah, Beginikah wajah orang jatuh cinta? Batinnya.  Dia segera mencuci muka dan menggosok giginya. Amy memutuskan untuk tidak mandi karena terlalu malam dan dingin. Dia segera naik ke atas ranjang. Dia menyentuh tembok membayangkan July di sebalah kamar.
“Sedang apa kamu disebelah? Apa kamu juga memikirkan aku?” batin Amy
Amy membayangkan wajah July yang putih, bersih dan cakep. Senyumnya yang manis dan hangat. Amy masih teringat cerita July soal pernikahannya. Berarti dia masih istri orang, bagaimana kalau suaminya tahu dengan hubungan mereka? Tiba-tiba Amy tersadar.
“Aku kan tidak melakukan apa-apa dengan July! Duh, kenapa aku jadi geer begini ya! Belum tentu juga July suka dengan dirinya. Mungkin aja dia lagi kesepian dan tidak punya teman. Tetapi kenapa tadi dia seperti hendak menciumku? Apakah ini cuma perasaanku saja?” pikir Amy dengan terus mencoba menganalisa apa yang terjadi.
Di kamar July juga sedang memikirkan Amy, “Ahh kenapa aku jatuh cinta pada saat-saat seperti ini? Apakah Amy pelarian dari rasa kesepianku? Tidak, aku memang langsung jatuh cinta melihat Amy pertama kali. Wajahnya begitu polos dan lucu tapi ada kekuatan dalam dirinya. July juga yakin kalau Amy suka dengan dirinya. July tersenyun-senyum sendiri mengingat wajah Amy yang memerah karena malu.
Tiba-tiba July mendapatkan Line dari Anik dan seketika senyumnya pudar dan perasaannya jadi merasa kacau.
“Kamu besok bisa ke kantor, ada surat yang perlu kamu tanda tangani untuk kelengkapan pengajuan gugatan cerai!” tulis Anik.
July segera membalas Line Anik, “Nggak bisa lusa ya? Aku lagi di Puncak dan rencananya sore baru balik.”
“Wah kalau ditunda berarti prosesnya juga tertunda, katanya kamu pengen cepet-cepet cerai! Kamu di puncak sama siapa? Tumben!” balas Anik.
Iya, deh aku pulang pagi-pagi langsung ke kantormu.  Sama Amy, besok aja aku ceritain hehehe,” balas July.
“Gebetan baru ya hahaha, okay deh besok aku tunggu,” balas Anik.
July merasa resah.
“Sebaiknya aku tinggal Amy disini aja biar dia bisa refreshing atau ajak pulang ya?” pikir July.
“Apa aku etis ya meninggalkan dia sendirian disini?” batin July.
July bangkit dari tidurnya dan keluar dari kamarnya. Dia mencoba mengetuk kamar Amy tapi tidak ada jawaban. Dia coba mendekatkan telinga ke pintu kamar  dan dia mendengar dengkur halus Amy.
“Ahh, dia sudah tidur rupanya! Ya sudah besok pagi aja!” batin July.

*****

July mondar-mandir di depan kamar Amy, dia resah menunggu Amy keluar. Dia merasa nggak enak kalau harus membangunkan Amy. July melihat jam tangannya sudah jam 7 pagi. Anik minta dia datang sebelum jam sepuluh supaya anak buahnya bisa langsung berangkat ke pengadilan agama. Akhirnya dia memutuskan untuk berangkat tanpa Amy.  July segera menulis pesan di WA buat Amy.
Pagi Amy, maaf ya aku semalam dihubungi pengacaraku untuk ke kantornya pagi ini sebelum jam 10. Aku nggak enak mau banguni kamu. Maafin aku ya… nanti pak Samin akan ngantar kamu cari angkot, atau aku kirim sopir aja ya buat jemput kamu.
Segera setelah mengirim WA July berangkat. Perasaannya campur aduk jadi satu. July merasa bersalah meninggalkan Amy dan juga bete harus menghadapi proses perceraian. Dia belum memberitahu orang tuanya kalau dia sudah melayangkan gugatan cerai Andre. Tapi orang tuanya sudah tahu kalau July sudah tidak tahan dengan Andre dan ingin bercerai. Orang tuanya hanya bisa pasrah dengan keinginan July. July merasa hidupnya sudah seperti dalam penjara dan dia sudah tidak tahan dengan semua perkawinan palsu ini.
Ketika sudah di tol, WA Amy masuk. July segera mencari tempat untuk menepi yang aman. Dia membaca wa Amy.
Pagi, maaf ya kalau aku bangun kesiangan. Iya, nggak apa-apa nanti aku bisa pulang naik angkot aja, aku sudah biasa kok. Kamu nyetirnya ati-ati ya!
Hati July lumayan lega membaca WA Amy. July segera membalas WA.
Makasih ya Amy atas pengertianmu. Nanti aku akan balas kebaikan dan pengertianmu sama aku.
Dalam hati July berjanji akan membalas kebaikan hati Amy dan membuatnya senang. Dia tahu pasti Amy kecewa dengan kepergiannya.
*****

“Gimana liburannya kemarin?”
tanya Anto menggoda Amy.
“Kok kamu tau?” tanya Amy kaget.
“Kan kamu kemarin nunggu di halte depan, ya keliatan kamu dijemput siapa,” jawab Antok masih dengan wajah menggoda.
“Hayo kemana kemarin?” kembali Antok menggoda.
“Pengen tau aja atau pengen tau banget,” balas Amy.
Idih, sudah pinter jawab dia!” kata Antok.
Pembicaraan mereka terhenti ketika mereka sama-sama melihat sosok July yang masuk ke dalam cafe mereka.
“Cie, udah disamperin nih,” goda Antok sambil meninggalkan Amy.
“Hi,” sapa July dengan senyum manisnya.
“Hi juga, mau pesen?” tanya Amy dengan salah tingkah.
“Iya, pesan yang manisnya kayak kamu apa ya?” tanya July sambil menatap Amy lekat-lekat.
Muka Amy yang langsung memerah dengan godaan July. 
“Kamu kalo gitu makin cakep lho dan makin manis! Aku lama-lama bisa kena kencing manis nih!” kata July.
“Ihhh kamu nih, aku lama-lama bisa dipecat nih, kalo kamu nggak pesen,” tukas Amy.
Heheheh, iya, deh! Aku pesen white latte ya, kamu selesai jam berapa?” tanya July.
“Jam dua,” jawab Amy.
“Baiklah, aku tunggu disana ya! Atau kamu mau aku nunggu di lain tempat?” tanya July.
“Aku khan nggak boleh mengusir customer, apalagi customer yang spesial,” jawab Amy dengan senyum membalas menggoda July.
“Aku spesial ya?” tanya July sambil mengedipkan matanya. Dan kembali Amy memerah mukanya.
July dengan sabar menanti Amy yang kurang setengah jam lagi selesai. Dia duduk sambil mengawasi Amy dari jauh. Dia semakin yakin dengan perasaannya sendiri. Kemarin seharian dia tidak menghubungi Amy dan ada perasaan rindu yang tak tertahankan. Setiap saat dia selalu melihat hpnya dan ingin menelpon Amy. Tetapi dia mencoba menahan diri. Ketika Amy WA memberitahu kalau sudah sampai kost dia rasanya senang sekali.
July memutuskan dia ingin serius dengan Amy dan memulai hidup baru dengan Amy. Tetapi dia ingat nasehat Anik kemarin untuk tidak berhubungan dulu dengan Amy karena bisa memperburuk keadaan.  July tidak bisa menahan dirinya untuk tidak bertemu dengan Amy. Ada magnit yang begitu kuat seperti kunang-kunang yang selalu tertarik dengan lampu petromak dan tidak peduli meskipun dia akan mati terbakar.  Cahaya itu begitu menarik perhatian seperti Amy yang menarik seluruh hatinya. Dia hanya ingin bersama Amy, menikmati senyumnya, matanya yang selalu berbinar-binar bila menatap dirinya. Wajahnya yang malu-malu dan gayanya yang kadang lugu, kadang tengil, semuanya ada pada Amy.
“Hei, kamu kok melamun sih,” kata Amy.
“Iya, ngelamunin kamu kok tambah cakep aja,” jawab July dengan spontan.
“Sejak kapan sih kamu suka gombal gitu?” kata Amy.
“Tumben, kok sudah kesini? Nggak kerja?” lanjut Amy.
“Kangen kamu jadi nggak bisa kerja,” jawab July sambil senyum-senyum.
“Ishhh, apaan sih,” kata Amy.
“Aku ke sini mau minta maaf sama kamu, ninggalin kamu kemarin dan mau kasih kamu hadiah nih,” kata July yang memberikan Amy sebuah laptop Macbook air.
“Apaan ini?” tanya Amy membuka tas besar dengan lambang Apple di depan.
Amy seakaan tak percaya apa yang dilihat dalam tas kanvas hitam.
“Kamu serius ini buat aku?” lanjut Amy dengan tak percaya dan mengeluarkan  laptop tipis.
“Aduhhh ini kan mahal banget, bagaimana aku sanggup membayarnya?” kata Amy masih dengan tak percaya dan membelai laptop baru sambil masih tak percaya.
“Ihh, emangnya aku tukang kredit,” jawab July yang berpindah tempat duduk dan mengajarkan Amy menggunakan laptop barunya.
“Dengan laptop ini, kamu bisa mulai belajar menulis, khan katanya kamu ingin belajar menulis,” kata July sambil menoleh ke arah Amy.
“Hey, kamu kenapa? Kok jadi nangis,” tanya July.
“Makasih ya, selama ini tidak ada yang peduli sama aku dan baru kamu yang ingat dengan apa yang aku inginkan,” kata Amy terharu.
Sudah nggak usah sedih! Oya, aku juga mau ikutkan kamu workshop menulis kalau kamu mau,” kata July sambil menatap Amy.
“Wah, mau banget! Kapan dan dimana?” tanya Amy dengan semangat dan exicted.
“Tapi ini seperti camp penulisan lho, selama satu mingguan kalau nggak salah dan kalau tulisanmu bagus langsung diterbitkan sama penerbit,” kata July sambil memperlihatkan brosurnya di Iphone dia.
“Wah mahal amat, uangku nggak cukup deh,” kata Amy ketika melihat investasi workshop menulis.
“Nggak apa-apa, nanti aku yang daftarin biar kamu bisa ikut,” jawab July.
“Duh, aku jadi merepotkan kamu! Dan ini lima hari, bagaimana ya dengan kerjaku disini?” gumam Amy dengan galau.
“Ya, kamu minta ijin aja, mumpung masih bulan depan,” usul July.
“Iya, nanti aku coba bicara dengan supervisorku,” jawab Amy.
“Nih, aku juga beliin buku tentang menulis buat kamu, jadi kamu bisa belajar dulu sebelum ikut workshop,” kata July.
“Iya, makasih banget ya! Aku akan belajar dan mulai menulis,” jawab Amy dengan ceria dan mata berbinar-binar.
Amy benar-benar tidak menyangka dengan apa yang didapatnya. Dia tahu kalau laptop Macbook harganya mahal dan pasti dia tidak sanggup membelinya. Sudah lama Amy ingin membeli laptop dan dia sudah menabung, sebetulnya tinggal dua bulan lagi dia bisa membeli laptop yang tiga jutaan. Tetapi sekarang dia mendapatkan laptop Mac yang ngetop itu. Dia sering melihat pengunjung cafe membawa laptop Mac, tapi dia tidak berani bermimpi untuk membelinya. Karena dia harus tahu diri. Amy berjanji pada July dan dirinya sendiri kalau dia akan menjadi penulis terkenal. Dan buku pertamanya akan kupersembahkan buat July.

*****


Keluarga Andre mendadak heboh ketika surat gugatan cerai sampai ke tangan Andre. Andre pulang dengan marah besar, dia membanting semua barang yang ada di rumah.dia berteriak-teriak memanggi July. Dengan takut-takut mbak Sum memberitahu kalau non July tidak ada di rumah dan Andre makin marah. Untungnya July sedang tidak ada di rumah sehingga tidak menerima kemarahan Andre. Andre segera melaporkan surat gugatan cerai ke mamanya. Mama dan papanya segera datang ke rumah Andre.  Papa Andre sangat marah melihat apa yang telah dilakukan Andre dengan menghancurkan semua barang-barang.
“Nih akibatnya kalau mama terlalu memanjakan Andre!” kata papanya Andre sambil melihat ke sekeliling.
“Papa ini bagaimana sih, bukannya membela Andre, malah marahin anak sendiri!” kata mamanya berusaha menenangkan Andre.
“Sudah sepantasnya July menuntut cerai Andre! Apa yang sudah dilakukan Andre ke July? Mana tanggung jawabnya sebagai laki-laki dan suami? Papa malu dengan keluarga July!” bentak papanya dengan marah.
“Papa selama ini kurang apa sama kamu? Semua hura-huramu siapa yang bayar? Kamu harus ingat papa sudah tidak lagi jadi menteri dan KPK memasang matanya lebar-lebar mencari kesalahan papa! Kamu selesaikan sendiri masalahmu dan jangan pernah berharap papa dan mama membantumu!” kata papanya dengan tegas.
“Ayo ma kita pulang!” ajak papanya Andre. Mama Andre tidak berani membantah suaminya. Sebab selama ini papanya tidak pernah marah atau berbicara keras dengan Andre atau mamanya. Andre terkesima dengan apa yang dikatakan papanya.
Andre, Papa mau kamu mulai membenahi dirimu dan mulai kerja! Urus perusahaanmu atau Papa jual, biar kamu jadi gelandangan!” kata papanya sebelum pergi.
Andre terdiam dan syok. Dia tidak menyangka papanya akan marah pada dirinya.
“Dasar perempuan sialan!” teriak Andre dengan marah, setelah papa dan mamanya pulang.
Dia tidak tahu harus melakukan apa dengan masalah yang dia hadapi. Mungkin aku harus tanya dengan pengacara papa.
“Sialan, kenapa harus menuntut cerai tanpa ngomong dulu!” gerutu Andre dengan kesal.
Dan tiba-tiba dia menangis meraung-raung seperti anak kecil yang mainannya hendak diambil. Dengan menangis Andre, berjalan ke arah lemari mengambil XO dari dalam, dia menenggaknya sambil menyumpahi July. Dia berusaha menghubungi HP July, namun tidak aktif. Dia ingin mengebel orang tua July, tapi dia tidak cukup bernyali melakukan.
Dengan terhuyung-huyung Andre masuk ke kamar, dia ingin membuang dan membakar pakaian July.
Biar kapok dan dapat pelajaran karena menentang aku!” teriak Andre.
Tetapi betapa terkejutnya Andre, ketika melihat lemari pakaian July telah kosong dan semua barang-barang July tidak ada.
“Jadi kamu sudah merencanakan ini semua dan kamu mau menipu aku!” teriak Andre marah dan melempar botol minumannya ke foto pernikahan mereka yang terpampang megah di dinding kamar mereka.
“Bangsat!!!” teriaknya.

*****

July sudah menyiapkan dirinya, dia tahu kalau Andre akan murka dengan tuntutannya. July tahu bagaimana sifat Andre, laki-laki yang selalu ingin mendominasi pasangannya dan menguasainya seperti semua perempuan adalah properti untuk dirinya. July telah mempelajari kebiasaan-kebiasaan Andre. Dia selalu mengikuti musim balapan yang biasanya Andre akan pergi hingga seminggu.
Untung keluarga July juga orang keluarga kaya sehingga tidak tergantung secara ekonomi. July dinikahkan dengan Andre agar bisnis keluarganya makin berkembang dan berkibar meskipun itu harus mengorbankan July. Mereka tidak menyangka dibalik wajah ganteng dan kalemnya, Andre bisa begitu kasar pada July. Setelah July hampir mati, keluarga July sadar bahwa nyawa anaknya lebih penting daripada semua harta yang mereka punya. Sejak itu keluarganya membebaskan semua keinginan July. Mereka memberikan July perusahaan sendiri dan ketika July membeli apartemen mereka tidak keberatan.
July membeli apartemen atas nama mamanya karena dia tidak ingin menjadi masalah bila harus bercerai. Dia selalu mendiskusikan semua keputusan bisnis ataupun rencanannya dengan Anik. July banyak belajar bagaimana harus melindungi dirinya secara finasial ataupun bagaimana harus menghadapi Andre. Dia sudah mengumpulkan semua bukti kekerasan. Dia sudah merencanakan perceraiannya sejak dia hampir mati ketika diperkosa dalam keadaan hamil. Dia merasa beruntung Anik segera menemui dirinya di rumah sakit ketika tahu dia hampir mati.
July masih ingat ketika itu Anik bertanya apakah dia masih mencintai Andre. Kala itu dia langsung dengan sinis menjawab bahwa tidak ada cinta untuk Andre, yang ada tinggal rasa jijik dan keinginan untuk membunuh Andrer jika bisa.
“Lalu apa rencanamu sekarang?” tanya Anik waktu itu.
“Aku sudah nggak tahan Nik! Aku ingin berpisah segera dari dirinya!” jawab July
“Ya, kalau kamu sudah sembuh kita rencanakan dengan baik dan nggak boleh buru-buru!” jawab Anik.
Hampir dua tahun mereka merencanakan hidup July agar bisa mandiri dan bisa bertahan. Mereka mengatur strategi meskipun Anik selalu kuatir dengan keselamatan July. Anik kuatir kalau Andre kalap dan kembali melakukan kekerasan seksual terhadap July. Anik selalu jantungan bila July telpon, khawatir bila terjadi sesuatu dengan July. Ketika July kembali dipukul oleh Andre, Anik yang mengantar dia ke rumah sakit untuk diperiksa dan mendapatkan rekam medis guna keperluan pelaporan jika dibutuhkan suatu saat. Hal ini untuk mendukung hasil visum yang bisa dilakukan jika July akan melaporkan ke polisi.

*****

Amy yang sedang bersiap mencuci pakaian karena masuk siang, kaget ketika melihat HPnya berbunyi dan melihat namanya July tertera. Dia segera menaruh cuciannya dan mengangkat HPnya.

“Halo!” kata Amy seketika dengan penasaran.
“Kamu mau nggak nemeni aku ke Jogja?” tanya July dari seberang sana.
“Kapan?” tanya Amy.
“Sekarang!” jawab July.
“Sekarang?” tanya Amy balik dan merasa heran.
“Iya sekarang, kita naik mobil ke Jogja dan nanti kita berhenti beberapa tempat,” sahut July dengan semangat.
“Berapa lama?” tanya Amy kembali.
“Ya paling cepet seminggu dan paling lama dua minggu!” jawab July.
“Nggak apa-apa ninggal kerjaan segitu lama?” tanya Amy belum yakin.
“Aduh Amy, kamu itu masih muda.. mana jiwa petualanganmu?” kata July diseberang sana tak sabar.
“Baiklah!” kata Amy masih tidak percaya dengan ucapannya yang mengiyakan ajakan July.
Jadi kamu mau?” tanya July dengan senang.
“Iya mau!” jawab Amy dengan tersenyum senang membayangkan dua minggu bersama July.
“Baik aku berangkat sekarang, aku jemput kamu di kos ya!” kata July.
“Oya, kirim alamat kosmu ya!” lanjutnya.
“Iya, nanti aku tunggu di seberang jalan besar aja, biaa kamu tidak usah masuk gang,” jawab Amy.
“Baiklah, aku akan jalan sepuluh menit lagi!” kata July.
Amy dengan senang segera mencari pakaian yang terbaik dia punya. Ada perasaan senang yang tak bisa dia jelaskan.
Oya, aku harus memberitahu pak Heru!” batin Amy sembari mencari alasan apa ya untuk ijinnya ini.
“Duh, aku harus cari kerja di mana ya kalau dikeluarkan? Biarin ahh,” gumam Amy.
Amy membuka laptopnya dan mengirim email ke pak Heru.
Dengan hormat,
Siang pak heru, sebelumnya saya minta maaf kalau saya tidak bisa masuk kerja selama dua minggu karena saya harus ke Jogja ada urusan keluarga.
Terima kasih atas pengertiannya
Salam Hormat,
Amy Sudjono
Amy segera mengirimkan emailnya dan melanjutkan packing sebelum pergi mandi.

******
Dengan perasaan gembira mereka melaju memasuki jalan tol cipali yang panjang. Sebelum berangkat mereka sempat berbelanja ke supermarket membeli camilan dan minuman untuk di jalan. Mereka juga mampir di drive thru di Mc.D untuk membeli makan mereka selama perjalanan.
“Kamu sudah lapar belum?tanya Amy ketika sudah jam satu lebih.
“Lumayan!” jawab July sambil tetap melihat ke jalan
“Aku ambilkan burgernya ya,” kata Amy sambil mengambil Mc.D yang mereka beli.
“Mau aku suapin atau makan sendiri?” lanjut Amy sambl membuka bungkus Mc.D dan melipat kertasnya agar mudah di pegang.
July mengambilnya, mengigitnya dan memberikan kembali ke Amy.
“Kamu makan itu juga aja jadi biar gampang nanti kalau habis baru buka lagi!” kata July.
“Iya,” kata Amy sambil mengigit burgernya dan memberikan kembali ke July.
Amy mengambil minum dan memberikan ke July.
“Makasih ya,” jawab July lembut.
July senang sekali dia bisa melarikan diri dari semua persoalan dan bersama Amy. Dia tahu kalau Andre sedang mencari dirinya beberapa hari ini dan dia sudah meminta satpam agar Andre tidak diijinkan masuk ke dalam kantornya. Dia tahu kalau Andre sedang marah besar. Dia mendengar cerita dari PRT di rumah kalau Andre murka. Mbak Isa memang sangat baik dengan dirinya dan selalu memberitahu apapun yang terjadi di rumah. Dia berjanji dengan mbak Isa bila dia cerai dengan Andre, dia bisa ikut bersamanya. Beberapa hari yang lalu mbak Isa memberitahu keadaan di rumah. Dia juga memberitahu kalau papa dan mamanya Andre datang dan papanya marah pada Andre.
July merasa tenang dan senang ketika tahu papanya Andre menolak ikut campur dengan urusan mereka. July selalu kuatir kalau papanya menggunakan pengaruhnya mempersulit perceraiannya dengan Andre atau hubungan keluarga mereka jadi memburuk. Sebernarnya itu yang paling dia takutkan daripada Andre.

****

“Kita sudah masuk cirebon nih. Kita bermalam disni saja ya,” kata July.
“Ternyata cepat juga perjalanan kita ya. Sekarang masih sore dan terang, tapi sudah sampai Cirebon,” lanjut July.
“Iya,” jawab Amy.
“Kita nginap di Cirebon dulu dan baru besok pagi kita lanjutkan kembali. Sekarang kita cari hotel, ajak July.
“Iya, daripada kemalaman di jalan dan susah cari hotel nantinya,” timpal Amy sambil berharap bisa sekamar dengan July kali ini.
Tolong kamu cari di Google, ada hotel apa saja di kota Cirebon ini,” pinta July kepada Amy sambil memberikan Iphonenya.
Amy membuka Iphone July dan mulai searching hotel di Cirebon.
“Ada hotel Santika nih,” kata Amy dan memberitahukan nama jalannya.
July menekan GPS di mobilnya menuju hotel Santika. Mereka masuki parkiran hotel Santika. Begitu turun July menggerak-gerakan badannya yang pegel nyetir seharian. Lalu mereka masuk ke dalam menuju meja receptionist.
“Kamu mau satu kamar atau dua kamar?” tanya July hati-hati.
“Satu kamar saja biar nggak boros,” jawab Amy seakan-akan mencari alasan kenapa mereka harus satu kamar.
“Untuk berapa malam bu?” tanya petugas hotel.
“Satu malam saja,” jawab July sambil mengawasi Amy yang terlihat canggung.
“Ini yang dua ranjang tidak ada,” jawab receptionist hotel.
“Nggak apa-apa mas,” jawab Amy reflek dan membuat July tersenyum.
Amy yang sadar langsung memerah wajahnya.
“Daripada kita repot keluar lagi cari hotel,” kata Amy berusaha menjelaskan menutupi keinginannya untuk bisa seranjang dengan July.
“Ini mau dibayar tunai atau menggunakan kartu kredit?” tanya receptionist kembali.
“Tunai,” jawab July yang tidak ingin menggunakan kartu kreditnya, sehingga dapat terlacak nantinya dia sedang berada dimana.
“Baik, ini kunci kamarnya di lantai tiga. Sarapan mulai jam enam pagi di dekat kolam renang,” jelas receptionist sembari menyerahkan kunci kamar sambil menjelaskan.
Mereka segera menuju lift dan berjalan di lorong lantai tiga mencari kamar yang dituju. Jantung Amy berdebar-debar membayangkan akan seranjang dengan Amy. Wajahnya terlihat bahagia dan sedikit tegang. Amy yang tidak pernah menginap di hotel, senang melihat kamar yang luas dan bersih. Dia menuju jendela dan melihat pemandangan di luar yang menghadap kolam renang. July meletakan koper ditempatnya dan membukanya.
“Kamu mau makan di luar, di restoran atau kita pesan di kamar?” tanya July.
Terserah, kamu maunya dimana?” tanya Amy balik.
“Aku males turun, kita pesan di kamar saja ya,” jawab July.
“Iya,” jawab Amy sambil menyalakan TV.
“Ya udah kamu yang pesan ya, aku mau mandi dulu,” kata July.
“Iya,” kata Amy sambil melihat menu makanan.
“Kamu mau makan apa? Ini ada sup buntut, soto, nasi goreng, bakmi gorang,” teriak Amy dari luar kamar mandi.
“Bakmi goreng aja,” jawab July dari dalam kamar mandi.
Amy segera memesan bakmi goreng buat July dan nasi goreng buat dia sendiri, serta hot lemon tea.
“Amy tolong, aku ambilkan celana dalam di koper sama kaos warna hitam,” teriak July.
“Iya,” jawab Amy dan berdiri dari tempat tidur.
Amy membuka koper dan mencium celana dalam July yang wangi.
“Ada nggak?” tanya July dari dalam
“Ada,” teriak Amy dan Amy cepat-cepat mengambil celana dalam dan kaos hitam.
July membuka pintu kamar mandi dan tubuhnya terbalut handuk. Amy melihat betapa putihnya July dan terlihat belahan dadanya. Tubuh Amy jadi panas dingin melihat pemandangan di depannya. Dan cepat cepat memberikan dan berbalik kembali. Dia tidak ingin July melihat perubahan wajahnya.
“Sudah
selesai. Kamu mandi dulu deh,” kata July ketika dia selesai dan keluar dari kamar mandi.
Amy melihat July tanpa celana pendek, kakinya yang jenjang terlihat seksi sekali, dan kaos hitam dengan belahan leher yang lebar sehingga terlihat samar-sama payudaranya. July tidak mengenakan bra dan Amy mendadak jadi ingin mencium leher July yang jenjang itu. Amy buru-buru mengambil kaos dan masuk ke kamar mandi sambil mengatur getaran didadanya.
“Duh, kenapa aku jadi begini ya,” batin Amy.
Dia segera mengguyur kepalanya dengan air shower mendinginkan kepalanya yang sudah sangat menginginkan July. Ketika sudah tenang, baru dia menggosokan sabun dan berharap ketika keluar nanti perasaannya sudah tenang kembali.
Ketika Amy keluar dari kamar mandi, makanan sudah datang dan July sudah mengenakan celana pendek.
“Ayo makan dulu,” ajak July.
Mereka berhadap-hadapan sambil makan.
“Kamu mau coba ini nggak, lumayan enak,” kata July sambil menyuapkan bakmi goreng ke mulut Amy.
“Iya, ini nasi goreng
nya juga enak,” ucap Amy dan gantian menyuapi July dengan nasi goreng.
“Besok kita lanjut ke Semarang dan mungkin perjalanan sekitar lima jam. Jadi, kalau kita berangkat jam 9 sehabis sarapan, sekitar jam duaan kita sudah sampai Semarang. Nanti kita bisa berhenti makan di Pekalongan. Siapa tahu kamu mau belanja batik di Pekalongan,” July menjelaskan rencana perjalanan mereka besok.
“Iya,” balas Amy sambil tersenyum.
Dia merasakan bahagia, senang, dan entah apalagi namanya. Semua seperti mimpi bisa bersama July dalam perjalanan ini.
Begitu selesai makan July membereskan piring dan meletakan di depan kamar mandi. Amy berdiri di depan jendela melihat pemandangan di luar yang begitu indah seperti hatinya yang begitu indah. July mendekati Amy yang berdiri di depan jendela dan melihat bayangan mereka berdua. Badannya yang lebih tinggi dari Amy terlihat dengan jelas dalam bayangan kaca. Dia menaruh tangannya di pundak Amy.
“Makasih ya kamu sudah menemani aku,” kata July.  
“Aku yang makasih, rasanya aku belum pernah merasakan sebahagia ini dalam hidupku,” kata Amy menyandarkan tubuhnya ke tubuh July dan  mengambil kedua tangan July untuk memeluk tubuhnya.
July langsung memeluk Amy erat dan mencium telinga Amy dari belakang. Amy langsung membalikan tubuhnya dan mencium July. Matanya terpejam dan merasakan bibir July yang lembut menyentuh bibirnya. Dia dapat merasakan tubuhnya menjadi ringan melayang, semua sendinya seperti berpacu merasakan sensasi yang tak pernah dia rasakan. July mengajak Amy ke tempat tidur, dia merebahkan Amy dan memandang wajah Amy yang lugu. Dia mencium pipinya dengan lembut dan penuh perasaan, mencium lehernya dan tangannya mulai meraba payudaranya dengan lembut.
Tangan July masuk ke dalam kaos Amy dan merabai tubuh Amy. July mencium puting Amy dan seketika tubuh Amy menjadi bergetar dan merinding. Dia menutup wajahnya dengan telapak tangan. July melepaskan kaos Amy sebelum dia sendiri melepaskan kaosnya. Amy melihat tubuh July yang indah dan menyentuh kulitnya yang halus. July menciumi seluruh tubuh Amy dengan kelembutan dan penuh cinta. Dia tahu Amy tidak pernah bercinta sebelumnya dan dia tidak ingin terburu-buru, dia ingin menikmati semua sentuhannya sampai dia benar-benar siap untuk menikmati puncak cinta mereka.
Tubuh Amy makin bergetar hebat, July terus menciumi Amy dan merabai tubuhnya. Finding your secret pleasur is like find a treasure of love. Itu yang July lakukan kepada Amy. Sampai akhirnya mereka berdua menyatukan rasa cinta mereka dalam lenguhan panjang dan cengkeraman kuat Amy ke tubuh July. Mereka seperti tak ingin berhenti menjelajahi malam dengan penuh cinta dan saling menemukan rahasia kenikmatan masing-masing. Berbagi kasih sayang dan keindahan. Menyatukan diri dalam gelora dan kenikmatan. Dan berakhir dalam pelukan malam yang penuh cinta.

****

July memandangi Amy yang masih terlelap meskipun matahari telah menunjukan dirinya. Dia melihat wajah polos dan sederhana tapi penuh dengan kejutan. Dia tidak menyangka meskipun Amy belum pernah bercinta tapi bisa membuat dirinya kelabakan. July senang sekali bisa bersama Amy dan benar-benar merasakan kebahagian yang luar biasa. Dia rela melakukan apa saja agar bisa bersama dengan Amy.
July tak tega membangunkan Amy yang masih nyenyak. Meskipun sudah hampir jam delapan pagi. July tiba-tiba merasa lapar sehabis semalaman bercinta dengan Amy. Dia segera mandi dan membereskan kopernya. Ketika selesai mandipun Amy masih tertidur pulas. “Mungkin aku terlalu memforsir sehingga dia kecapekan, tapi dia yang tidak mau berhenti! July terus tersenyum teringat bagaimana hot nya mereka berdua semalam.
Dengan pelan-pelan July menutup kopernya dan ternyata membuat Amy terbangun.
“Hey, jam berapa ini?” tanyanya kaget melihat July yang sudah rapi.
“Aduh maaf ya, kok kamu nggak bangunin aku sih,” lanjut Amy sambil mencari-cari kaos dan celana dalamnya.
“Pagi cantikku,” sapa July mendekati Amy dan mencium pipinya.
“Duh, aku masih bau,” jawab Amy malu.
“Iya, bau V, Hahahaha,” goda July.
“Ihhh, nakal kamu,” kata Amy sambal menepuk lengan July lembut.
“Aku mandi dulu ya, kamu turun sarapan dulu aja nanti aku susul,” kata Amy.
Mending aku liat kamu mandi aja deh, daripada sarapan sendiri,” kata July yang mengikuti Amy ke kamar mandi.
“Nanti nggak jadi sarapan dan kamu harus mandi lagi lho. Memangnya semalam masih kurang ya?” kata Amy mendorong July keluar kamar mandi.
Hahahaha, iya deh,” kata July tertawa.

*******

Setelah sarapan dan check out mereka melanjutkan perjalanan menuju kota Semarang dan berencana singgah di Pekalongan. Selama perjalanan mereka berpegangan tangan. Mereka seperti dua remaja yang sedang jatuh cinta dan tak bisa terpisah sedikitpun. Kadang July mencuri cium Amy.
“Ihhh bahaya tahu! Liat jalan gih,” kata Amy sambil menepuk paha July.
“Iya, cantikku,” kata July dan mengambil tangan Amy lalu menciumnya dan meletakannya di pahanya.
Amy merasa telah menemukan dirinya. Dia sadar kenapa selama ini dia tidak pernah tertarik dengan cowok. Dia jadi ingat dulu waktu SMP dia pernah suka dan kagum dengan teman di sekolahnya yang jagoan basket. Anaknya tinggi dan gagah, tapi dia tidak pernah berpikir apa-apa dan menganggap hanya sebagai kagum biasa. Dan kesulitan hidup membuat dia melupakan semua rasa. Dia harus selalu waspada agar tidak diperkosa pamannya, atau waspada agar tidak dicemburui encingnya. Berpikir ke siapa lagi dia harus meminta uang untuk membeli buku. Kadang waktunya habis untuk bekerja serabutan, mulai dari mencucui baju, setrika, atau bantu panen. Semua dia jalani dengan tabah dan dengan satu cita-cita bisa cepat lulus dan bekerja di Jakarta.
Ada seorang bibinya yang sangat baik dengan dirinya, tapi sayang bibinya juga harus meninggalkan dirinya karena sakit. Kembali dia harus pergi dan mencari tumpangan diantara sanak family.  Kini dia seperti menemukan kebahagian yang selama ini tidak pernah dia rasakan.
“Ya Tuhan, apakah semua ini jawaban dari semua doa-doaku, batin Amy.

******
Setelah makan garang asem Masduki dan belanja batik di Pekalongan, mereka melanjutkan ke Semarang. July membelikan berapa kain batik untuk Amy dan juga membeli batik yang sama kembaran. July seperti ingin memanjakan Amy dengan membelikan semua yang dia lihat cantik untuk Amy. Untung Amy yang mencegah agar July tidak terlalu royal terhadap dirinya.
Mereka melanjutkan perjalanan dan sampai di Semarang hampir jam empat sore.
“Kita menginap dua malam ya di Semarang, bisa jalan-jalan dulu di Semarang baru lanjut ke Jogja, kata July.
“Iya, kita mo nginep di mana?” tanya Amy.
“Apa mau di Santika lagi?” lanjut Amy.
“Boleh,” jawab July.
“Iya, ini dekat dengan kota, jadi bisa jalan-jalan,” kata Amy.
“Apapun yang kamu minta aku akan turuti cantikku,” jawab July.
“Di jalan apa hotelnya?” tanya July.
“Jalan Pandanaran, dekat mall Citraland,” jawab Amy.
July segera mensetting GPSnya menuju hotel Santika. Akhirnya mereka sampai ke hotel Santika. Mereka segera turun dan menuju meja receptionist
“Nanti, minta yang ranjangnya satu aja ya,” bisik Amy.
Hehehe iya, aku juga maunya tidur sama kamu cantikku,” kata July tersenyum.
Setelah mendapatkan kunci kamar mereka segera naik ke atas. Sesampai di kamar mereka langsung berciuman seperti lama tak pernah bertemu. Mereka kembali menyatukan rasa cinta mereka, menelusuri jejak rasa yang tertinggal semalam. Berkali-kali mereka menyatu dan merayakan gegap cinta yang tak terbendung. Dan mereka terlelap dalam pelukan dengan sisa-sisa getaran yang samar masih terasa.

*****
July terbangun ketika HPnya berdering terus menerus. Dia melihat HPnya dan ternyata dari Anik. Cepat-cepat dia mengangkat HPnya.
“Halo.
“Kamu di Semarang ya Jul?” tanya Anik langsung telepon tersambung.
“Kok kamu tahu?” tanya July keheranan.
“Iya, Andre kemari dan marah-marah. Dia menunjukan foto kamu bersama Amy dan dia mengancam akan mempublikasikan dirimu. Dia juga mengancam akan menyuruh FPI menyerang kamu. Duh, kenapa sih kamu nggak nurut apa kataku?” kata Anik nyerocos.
“Iya Nik, maaf,” kata July merasa bersalah.
Amy segera bangun dan merasa kalau July sedang ada masalah besar. Dia hanya mendengar dan menunggu July selesai bicara dengan Anik.
“Ada apa?” tanya Amy begitu July selesai berbcara dan menutup teleponnya.
“Andre tahu kalau kita berada di Semarang,” jawab July.
“Aduh, bagaimana kok dia bisa tahu?” tanya Amy.
“Aku sendiri yang nggak tahu. Tapi sepertinya dia menyuruh orang untuk membuntuti kita,” jawab July.
“Trus gimana rencana kita?” tanya Amy dengan kuatir dan takut.
“Sudah, nggak apa-apa,” jawab July berusaha menenangkan Amy dengan memeluknya erat-erat.

*****
Amy bangun dengan terkejut, ketika di dalam kamar ada seorang perempuan dan dia tidak melihat July.
Siapa kamu?” tanya Amy sambil menarik selimut, karena dia sedang tidak mengenakan pakaian sama sekali.
“Tenang saja, aku Anik pengacara dan sekaligus teman July,” jawab Anik tenang sambil melihat keluar jendela.
“Jul!” teriak Amy mencari July.
“July sudah balik Jakarta naik pesawat dan aku diminta menemani kamu balik Jakarta,” jawab Anik dengan dingin.
“Sebaiknya kamu segera bersiap untuk balik ke Jakarta, kata Anik kemudian.
Dengan perasaan tak menentu, Amy segera turun dari ranjang dan masuk kamar mandi. Dia masih bingung dengan keadaan yang tiba-tiba ini. Amy mengkhawatirkan keadaan July yang harus balik tiba-tiba ke Jakarta. Setelah selesai mandi dan memberekan semua barang-barangnya. Anik memberikan sebuah surat kepada Amy.
“Ini ada surat dari July,” kata Anik sambil menyerahkan surat.
Dear Amy,
Maafkan aku ya kalau harus meninggalkan kamu sendirian. Tapi aku percaya kamu di tangan yang baik untuk mengantarmu pulang ke Jakarta.
Terima kasih ya Amy, kamu sudah memberikan hari yang sangat membahagiakan. Bahagia yang sudah lama tidak pernah aku rasakan. Dan aku minta maaf kalau kamu harus terseret dalam masalahku sekarang ini. Mungkin aku bukan pasangan yang baik buat kamu dan mungkin kamu akan lebih baik dan bahagia bila bersama orang lain. Aku tidak tahu sampai kapan urusan perceraianku akan selesai. Aku tidak ingin kamu terlibat dan hubungan kita terekspos keluar sehingga membahayakan kamu dan aku. Jadi sebaiknya kita tidak berhubungan lagi, karena itu yang terbaik buat kamu dan aku.
July A
Airmata Amy langsung keluar dan tiba-tiba tubuhnya jadi lemas dan perutnya menjadi mual. Dia cepat-cepat ke kamar mandi dan muntah. Anik yang dari tadi mengawasi lansgung kaget. Dia membaca surat July yang terjatuh dan menggelengkan kepalanya. Anik jadi merasa kasihan dengan Amy.
“Kamu sakit?” tanya Anik sambal memberikan air minum kepada Amy.
Amy hanya menggelengkan kepalanya dan menangis.
“Pasti kamu senang kan melihat aku seperti ini,” kata Amy dengan nada kesal dan sinis.
“Kamu pikir aku senang? Pagi-pagi dari Jakarta ke Semarang dan harus mengatar kamu pulang naik mobil! Apa kamu pikir aku nggak ada kerjaan?” kata Anik kesal.
Tapi Anik sadar kalau Amy sedang shock dan tidak siap menghadapi kenyataan. Lalu dia berusaha lebih lembut dengan Amy.
“Kalau kamu sudah siap, kita bisa jalan sekarang,” kata Anik dengan agak lembut.
Amy hanya mengangguk dan memasukan semua barangnya.
Selama dalam perjalanan Amy diam saja sambil masih menangis. Dan wajahnya terlihat pucat, beberapa kali dia minta Anik berhenti dan dia muntah. Anik menyuruh Amy duduk di belakang dan tiduran. 
“Bagaimana kalau kita ke dokter dulu?” tanya Anik.
“Nggak usah, kita cepat balik saja,” jawab Amy dengan lemas.
“Ya sudah, kamu coba tidur aja ya,’ kata Anik dengan lembut dan memberikan air minum.
Anik kembali menjalankan mobilnya. Dia menyetir dengan lebih lambat karena tidak ingin Amy tambah mual atau jatuh. Untuk menghilangkan rasa sepi, Anik menyalakan radio. Terdengar suara Isyana menyanyikan lagu Tetap dalam Jiwa.
Tak pernah terbayang akan menjadi seperti ini pada akhirnya
Semua waktu yang pernah kita lewati bersamanya telah hilang dan sirna
Hitam Putih perlu
Janji kita menunggu
Tapi kita tak mampu
Seribu satu cara kita lewati tuk dapati semua jawaban ini
Bila memang harus berpisah
Aku akan tetap setia
Bila memang ini memang ujungnya
Kau kan tetap ada di dalam jiwa
Tak bisa tuk teruskan
Dunia kita berbeda
Bila memang ini ujung nya
Kau kan tetap ada di dalam jiwa
Memang tak mudah tapi ku tetap menjalani kosong nya hati
Dulula mimpi kita yang pernah terjadi tersimpan tuk jadi history
Hitam putih perlu
Janji kita menunggu
Tapi kita tak mampu
Seribu satu cara kita lewati tuk dapati semua jawaban ini
Bila memang harus berpisah
Aku akan tetap setia
Bila memang ini memang ujungnya
Kau kan tetap ada di dalam jiwa
Tak bisa ntuk teruskan
Dunia kita berbeda
Bila memang ini ujung nya
Kau kan tetap ada di dalam jiwa
Amy makin menangis mendengar lagu Isyana yang seperti mengerti perasaannya.
“Ya, duniaku dengan July memang berbeda, sangat berbeda. Siapa aku ini, gadis desa yang terlalu tinggi bermimpi. Apa salah aku merasakan cinta, aku tidak ingin jatuh cinta. Tapi dia datang dengan sendirinya dan aku tak kuasa menolak rasa itu. Kenapa rasanya sakit sekali, sakit yang amat dalam dan menusuk,” rintih Amy pelan.
Amy memegang perutnya, dadanya semua terasa sakit dimana-mana. Airmatanya terus keluar dan kepalanya berdenyut-denyut. Semua perjalanan manis mereka mendadak tersapu bersih tak tersisa, yang ada hanya rasa sakit. Mendadak semua terasa gelap dan dia tidak tahu bagaimana dia bisa melewati ini semua. Semua harapan seakan ikut pergi bersama dengan July.
******
July ditemani rekan kerja Anik menemui Andre dengan pengacaranya. Pertemuan diadakan di kantor Anik. Begitu bertemu, Andre sudah emosi dan hendak memaki July, tapi pengacaranya berusaha menenangkan Andre.
“Kamu menggugat aku cerai dengan alasan kekerasan, padahal kamu itu lesbian,” serang Andre.
“Ternyata aku selama ini dibohongi sama keluargamu,” kata Andre kembali.
July berusaha tenang dan otaknya terus berpikir mencari kata yang tepat. Dia tidak ingin tersulut emosi sehingga tidak bisa menjawab tuduhan Andre.
“Sudah selesai kamu ngomong? Sudahlah Ndre! Perkawinan kita ini cuma perkawinan bisnis. Aku memang lesbian dan kamu seks manik! Aku nggak peduli kok kalau kamu mau bilang kepada dunia bahwa aku lesbian! Tapi apa kamu nggak takut kalau aku bilang ke media, anak menteri ternyata seorang seks maniak. Bagaimana kira-kira reaksi papamu? Apa perlu juga aku bilang ke KPK darimana uang yang suka kamu hambur-hamburkan itu? Apa kamu mau papa kamu masuk penjara?” kata July dengan tenang.
“Apa maksudmu Jul? Kamu mau mengancam aku?” tanya Andre dengan marah.
“Aku tidak mengancam. Aku  cuma mau bercerai dari kamu dan tidak ingin ribut-ribut dengan kamu. Dan kita bisa melanjutkan hidup kita masing-masing. Dan kamu tidak perlu khawatir, aku tidak akan menuntut harta gono-gini atau minta dinafkahi kamu,” kata July dengan tenang.
“Aku rasa tidak ada lagi yang perlu dibahas dan aku mau pulang,” kata July berdiri meninggalkan ruang meeting.
Anik yang mendengarkan dari ruang sebelah salut dengan ketenangan July. July masuk ke ruangan Anik dengan gemetar dan langsung meminum air dari gelas Anik di meja.
“Keren kamu Jul,” kata Anik.
“Aku rasanya mau pingsan Nik. Tadi aku berusaha untuk tetap kuat dan tegar memperjuangkan nasibku sendiri,” kata July setelah bisa menenangkan dirinya.
“Iya, dan kamu hebat,” kata Anik.
Dan aku minta, untuk menghindari masalah lebih berat, sebaiknya kamu tidak terlihat bersama perempuan manapun untuk sementara ini,” lanjut Anik.
July hanya mengangguk dan merasakan sakit karena harus berpisah dengan Amy. Dia terus memikirkan keadaan Amy.
“Bagaimana keadaan Amy, Nik?” tanya July.
“Dia shock dan sampai muntah-mutah waktu kemarin pulang dari Semarang,” jelas Anik.
“Dia sepertinya sangat mencintaimu dengan sunguh-sungguh. Terus terang aku kasihan dengan dia. Masih muda tapi sudah merasakan sakitnya cinta,” kata Anik.
Iya. Dan aku yang membuat dia seperti itu. Dia baru pertama bercinta dan merasakan cinta dengan aku Nik,” kata July sambil menghapus air matanya.
“Sabar ya Jul, cinta memang perlu diuji. Kalau dia memang cinta sejatimu, aku percaya kalian akan bisa bersatu kembali. Dan kalau dia mencintaimu dengan sungguh-sungguh, aku percaya dia akan selalu menanti kamu,” kata Anik.
“Nik, aku mau minta tolong sama kamu,” kata July.
“Apa?tanya Anik.
“Aku yang membuat dia keluar dari pekerjaannya. Aku ingin kamu tolong carikan pekerjaan buat dia, kasihan,” kata July.
“Minggu depan dia akan ikut kursus menulis. Tolong usahakan buku yang ditulis bisa diterbitkan. Jika perlu kita yang akan membiayainya,” kata July.
“Iya, itu bisa diatur. Yang penting kamu jangan sekalipun menemui dia, menelpon atau mengirim pesan lewat WA, SMS, FB atau apapun. Kamu harus bisa menghilang dari dia,” pesan Anik.
“Berapa lama ini harus kujalani Nik?” ratap July.
“Paling cepat satu tahun, tapi kalau melihat gayanya Andre dia pasti akan mengulur-ulur waktu,” kata Anik.
“Iya, dia pasti tidak ingin melihat aku bercerai dengan gampang,” jawab July.
“Kamu yang sabar ya,” kata Anik.

*****
Amy benar-benar patah hati dan terpuruk dengan apa yang dialami. Dia sudah tiga hari tidak keluar dari kosnya. Beberapa kali dia mencoba telpon July tapi nomernya tidak aktif.  Hari ini dia diajak teman-temannya hang out, semua orang tertawa tetapi entah kenapa dia tidak bisa merasakan apa-apa dan selalu teringat dengan July. Memikirkan dia sedang apa sekarang? Apakah diajuga memikirkan dirinya? Apakah kamu juga merindukan diriku seperti aku merindukan dirimu? Seandainya bulan bisa kutitipkan pesan kepadamu, memberitahukan betapa aku merindukanmu.
Jalanan telah sepi. Amy melihat HPnya, sudah jam 1 malam. Dia membuka aplikasi whatsapp. Tidak ada wa dari July. Biasanya dia yang paling ribut bertanya sudah sampai rumah belum? Pulang naik apa? Dengan siapa? Naik taksi apa? Dan dia selalu menunggu wa Amy sampai di rumah.
Amy menatap jalana Jakarta yang tak pernah lengang. Dia melihat abang penjual bakmi menggoreng sementara para sopir taksi menunggu sambil berbincang. Ada yang hilang dalam diri Amy. Tak ada lagi sapaan wa dari July dan tiba tiba hidupnya menjadi sepi. Dulu dia sering lupa membalas wa July. Kadang kalau dia hang out dengan teman-temannya, dia juga lupa memberi kabar.
July sering marah dan kesal karena kelakuannya. Tapi Amy tahu July tak pernah lama bila marah dengan dirinya. Kini semua telah pergi, July sudah tak ada lagi. Dan Ami benar-benar merindukan July. Rindu dengan semua perhatian dan kecerewetannya.
Dia membuka wa July tapi dia tidak lagi bisa melihat, nomer July telah hilang, foto yang selalu mengobati rindunya menjadi putih. Amy mengelap airmatanya yg meleleh, ada yang terasa sakit, menusuk di dadanya. Dia mencari foto-foto mereka berdua. Aku merindukanmu, Jul!

*****
Amy masih mengantuk karena semalam tidak bisa tidur, tapi telponnya terus berbunyi. Amy mengangkat dengan semangat dan berpikir itu dari July.
“Halo selamat siang, ini dengan ibu Amy?” tanya penelpon dari seberang.
“Iya, dengan siapa ini?” tanya Amy
“Saya mau memberitahukan bahwa pelatihan menulisnya dimulai hari Minggu besok,” jawab penelpon.
Amy jadi teringat kalau July telah mendaftarkan dirinya ke pelatihan menulis.
Mungkin dengan menulis aku bisa melupakan masalahku dan menuliskannya menjadi buku, batin Amy. Ya, aku tidak boleh terpuruk, aku harus bisa membuat July bangga dengan diriku.
“Iya, mbak bisa SMS alamatnya?” kata Amy langsung.
“Iya mbak nanti saya akan SMS alamat dan informasi lainnya,” kata mbak yang menelpon.

******

Saat Ini dan Sekarang
Amy mecoba mengatur perasaannya, perasaan yang tak pernah berubah selama dua tahun ini. July telah banyak mengubah hidupnya. Dia sekarang jadi penulis dan sebentar lagi buku ketiganya akan terbit. Dia juga bekerja di penerbitan buku sesuai dengan cita-citanya. Dia masih ingat ada seorang perempuan teman kantornya yang berusaha mendekati dirinya, tapi Amy merasa bahwa cinta dan dirinya hanya untuk July.
Waktu buku pertamanya terbit, dia menangis terharu dan membayangkan seandainya ada July, mereka bersama akan merayakan buku pertamanya. Merayakan kelahirananak pertama mereka. Tetapi sayang, July tidak hadir hingga ‘anak ketiga mereka lahir. Dan sekarang tiba-tiba dia sudah berada dihadapannya.
“Bagaimana kabarmu?” tanya July.
“Kamu jahat dan keterlaluan,” jawab Amy langsung seakan-akan ingin menumpahkan semua kekesalan dan kemaahannya.
Entah bagaimana Amy jadi teringat Rangga dan Cinta dalam film AADC. Mungkin begini yang dirasakan Cinta ketika ketemu dengan Rangga setelah ditinggal begitu saja tanpa penjelasan. Dan dia masih ingat ucapak Cinta kepada Rangga ketika mereka bertemu. Seperti yang aku lakukan sekarang. Waktu menonton film itu aku bisa mengatakan Cinta kekanak-kanakan, ternyata aku sendiri melakukan hal yang sama.
“Iya, aku memang jahat dan aku minta maaf,” kata July.
“Tapi aku selalu mengikuti semua tentang kamu, aku juga membeli novel kamu. Makasih ya sudah mempersembahkan novel itu untuk aku. Aku bangga sekali dengan kamu Amy,” kata July dengan tulus.
Ada penyesalan, ada bahagia, ada bangga semua bercampur aduk menjadi satu. Amy tahu kalau July tulus dengan apa yang dikatakan.
“Dan, aku ingin kamu tahu, kalau aku selalu mencintaimu.Mencintaimu dari dua tahun yang lalu, kemarin, hari ini dan selamanya. Kamu yang selalu dihatiku dan aku cintai. Aku sadar mungkin apa yang aku katakan ini terlambat. Aku bisa mengerti kalau kamu tidak mau menerima diriku. Aku sudah siap bersamamu Amy. Mungkin ini berlebih kalau aku ingin mengajakmu pindah ke apartemenku,” kata July sambil memegang tangan Amy.
Amy tidak menyangka akan bertemu dengan July dan mendapatkan ajakan tinggal bersama dengan July. Dia seperti kehilangan kata-kata, seperti penulis yang kehilangan kalimatanya dan hanya menatap layar putih yang kosong.
“Bukankah ini yang selalu aku tunggu-tunggu dan aku harapakan? Kenapa aku jadi terdiam dan seperti orang bodoh?” batin Amy.
“Aku bisa mengerti kalau kamu menolak permintaanku. Memang ini semua salahku,” kata July dengan wajah sedih.
“Mungkin sudah terlambat buatku untuk meminangmu,” lanjut July.
“Baiklah kalau begitu, mungkin kita berjodoh di kehidupan yang akan datang,” kata July sambil memanggil waiters meminta bill.
Aku tidak tahu apakah aku akan berjodoh denganmu di kehidupan yang akan datang. Tapi aku ingin bersamamu saat ini dan esok yang akan kita lalui. Sudah terlalu lelah aku menunggu. Harus berapa purnama lagi aku menunggu?” kata Amy dengan pelan dan getir, air matanya menetes, entah karena bahagia atau sedih.
Oh, Amy kekasihku tercinta, tak salah dengarkah telingaku ini?” tanya July dengan bahagia.
July mengambil jemari Amy, menciumnya dan membawanya kedekapan dadanya.
Amy hanya menggelengkan kepalanya dan memberikan senyum yang manis buat July. Ada air mata bahagia yang menetes di mata Amy. July menciumi jemari Amy, tak peduli meskipun waiters sudah datang menunggu dia.
July dan Amy kembali menemukan cinta yang terpisah dan kembali mengikatkan dirinya. Berjanji untuk bersetia menjalani waktu dan merjaut mimpi yang terpenggal dan tertunda.




2 comments:

  1. Huaaaah akhirnya kakak update cerita juga
    Jangan ngilang kak,pembaca mu selalu menunggu.. :)

    ReplyDelete
  2. Ceritanya menyentuh bgt, walau kesan romantismenya agak berlebihan menurut saya, so far nice story.

    ReplyDelete