Happy Endings


Sari menatap ijasah yang baru diterimanya, dia merasakan kebahagian yang luar biasa. Ada perasaan bahagia yang menyergap hatinya. Perjuangan dan pengorbanan yang dilakukan untuk mendapat ijasah ini rasanya tidak sia-sia. Wajah ibunya tiba-tiba terbayang, Sari mengusap air mata harunya. ‘Aku sudah lulus bu’.  Masih jelas dalam ingatannya bagaimana ketika dia ingin mengambil pendidikan menjadi Satpam dan menyampaikannya kepada ibunya.
“Bu, aku ingin ikut kursus menjadi Satpam”
Sari menanti jawaban ibunya, Dia melihat ibunya yang sedang memisahkan sayur-sayur yang akan dijual besok pagi di pasar.
“Kalau kamu memang ingin menjadi satpam ya, ikut aja. Gratis ya?
“Ya, itu bu, bayarnya 3 juta! Sari maksudnya mau jual sepeda motor peninggalan bapak kalau Ibu mengijinkan. Nanti kalau Sari sudah bekerja khan bisa beli yang baru. Itupun masih kurang, motor itu kalau dijual harganya 2 juta. Kalau aku ikut pelatihan nanti Ibu kulakan sayur sama siapa ya, bu? Sebab pelatihannya itu satu bulan bu. Apa aku cari kerja yang lain aja ya bu”Kata Sari tanpa berhenti mengungkapkan kegelisahannya.

Sari masih berkecamuk pikirannya, memikirkan keinginannya untuk ikut pelatihan jadi satpam.  Sambil membantu ibunya memilah-milah sayur dagangan pikirannya terus berputar mencari cara untuk bisa mendaftar ikut pelatihan.  Dia melihat ibunya tidak menanggapi ceritanya dan malah berdiri masuk kedalam kamar. Sari masih meneruskan pekerjaannya. Dia merasa bersalah karena harus membebani pikiran ibunya. Dia merasa selama ini ibunya sudah bekerja keras untuk menyekolahkannya. Bahkan ketika sakit aja dia masih berjualan, takut aku dan adikku tidak bisa sekoalh. ‘Mungkin aku harus menunda keinginanku ini sampai benar-benar punya uang yang cukup’
“Ini Sar, kalung ibu kamu jual aja, ibu juga nggak pernah pake. Lumayan, kalo sejuta aja pasti dapet”
Sari terkejut ketika ibunya memberikan kalung satu satunya peninggalan ayahnya. Dia jadi merasa bersalah karena itu adalah kenangan terakhir ayah buat ibu.
“Tapi bu, ini khan peninggalan ayah, dan hanya ini yang kita punya”.
“Iya, nggak apa-apa! Ayahmu kalau hidup pasti juga akan setuju”.
Sari tidak tahu harus berkata apa, hatinya jadi terenyuh melihat pengorbanan ibunya untuk keinginannya. Dia memeluk ibunya dan menangis terseduh.
“Makasih ya, Bu! Nanti kalo Sari punya uang pasti akan Sari ganti”
“Sudah, masak satpam menangis dan cengeng”Kata Ibunya sambil mengusap lembut bahu Sari.
“Sari, janji bu kalo Sari bekerja, Sari akan mengganti dan membahagiakan ibu”
“Iya, ibu percaya”Kata ibunya dengan tersenyum lembut.

Sari merasa bersyukur memiliki ibu yang begitu baik dan penuh pengertian. Ibunya tidak pernah mengeluh meskipun keadaan hidup mereka yang pas-pasan. Apalagi sejak Ayahnya meninggal 5 tahun yang lalu karena kecelakaan. Waktu itu dengan kuat dan tegar dia mengambil alih tanggung jawab keluarga. Sari yang masih SMP dan adiknya masih SD, sudah dapat membayangkan kesulitan yang akan dihadapi. Sari mulai merasakan ketakutan akan tidak bisa melanjutkan sekolah. Untung ibunya adalah wanita tangguh. Dia memutuskan untuk berjualan sayur di pasar, kalau selama ini ibunya hanya berjualan di depan rumah kali ini dia mulai berjualan dipasar. Sari selalu menemani ibunya kulakan sayur di pasar induk. Sejak itu Sari selalu membantu ibunya, kalau dia libur sekolah, dia juga membantu Ibunya berjualan di pasar.   

******
Sari duduk dalam angkot dengan perasaan lega. Ini saatnya untuk memulai mencari pekerjaan. Dia tadi sudah mendapat beberapa referensi untuk lowongan sebagai satpam perempuan. Diantaranya lowongan pekerjaan di sebuah dept store. Memang yang melamar menjadi satpam perempuan tidak terlalu banyak dan teman seangkatannya ingin melamar lowongan di Bank. Dia merasa optimis kalau akan diterima bekerja, semangatnya menggebu-gebu. Ditengah kebahagiannya itu ada perasaan getir mengingat dia tidak lagi bisa merayakan kegembiraannya bersama Luna. Gadis cantik anak majikan ibunya dahulu. Ibunya dulu memang bekerja mencucikan pakaian dan bersih-bersih di rumah Luna mulai dari Sari kecil. Sari sering ikut Ibunya ke rumah Luna dan mereka selalu bermain bersama. Ibu Luna juga membantu biaya pendidikan Sari.  Kedekatan mereka menimbulkan perasaan tersendiri buat mereka berdua. Luna yang lebih terbuka dan berani mengekpresikan perasaannya bisa membuat Sari terpikat. Luna selalu mengajak Sari kemana saja dia pergi. Mereka saling jatuh cinta dan mengecup indahnya percintaan. Mereka sama-sama mengeksplore perasaan cintanya, mengeksplore tubuh mereka. Sama-sama mencari arti perasaan mereka berdua di internet. Ketika mereka tahu bahwa perasaan mereka itu dinamakan lesbian, mereka sepakat untuk menjadi sepasang kekasih. Mereka berjanji untuk saling mencintai dan terus bersama. Di masa SMP itu adalah masa-masa yang paling indah buat Sari. Ketika ayahnya meninggal dengan setia Luna menemani dan membesarkan hatinya. Tidak hanya itu Luna sering memberi Sari uang untuk membayar uang sekolah atau membeli buku.

Waktu terus berjalan Luna makin berubah ketika dia mulai masuk SMA. Luna mulai berusaha untuk merubah Sari seperti yang diinginkannya. Dia kadang malu dengan keadaan Sari yang memang secara ekonomi jauh dibawah Luna. Luna selalu membelikan pakaian, sepatu dan lainnya agar bisa menyandinginya bila bepergian. Luna juga membelikan Sari Blackberry meskipun Sari tidak menginginkannya. Luna juga mengajari Sari menyetir mobil dan membiayai mengurus SIM. Mengajaknya makan di restoran mahal. Sari sering merasa tidak nyaman dengan apa yang dilakukan Luna kepadanya. Sari sering mengeluh dan keberatan soal ini tapi Luna selalu berhasil meluluhkan hati Sari dengan kemanjaannya. Sari sering kesal dengan sikap Luna yang seperti ingin merubah dirinya. Pernah Sari bertanya kepada Luna “Kamu malu ya punya pacar aku?
“Nggak!”
“Lalu kenapa kamu selalu menyuruh aku memakai ini, itu dan mendadani aku seperti teman-temanmu yang butchie itu”.
“ya, khan biar kamu gaul, sayang”
“Maksudmu, aku nggak gaul? Kampungan!”
“Aduhhh kamu ini sensi amat sih!”
Mereka sering bertengkar soal ini dan puncaknya ketika Sari memberitahu kalau dia mau menjadi Satpam.
“Kamu sudah gila ya? Jadi satpam? Apa nanti kata teman-temanku? Masa aku pacaran sama satpam? Aku bisa kok kasi kamu pekerjaan di kantor papa atau mama. Berapa sih gaji satpam?

Mendengar kata kata Luna yang spontan, dada Sari langsung ingin meledak. Dia benar-benar merasa tersingung, harga dirinya sudah terusik. Mukanya merah padam menahan marah. Sari berusaha menahan diri agar tidak bersikap kasar terhadap Luna.
“Seharusnya kamu tahu dari dulu kalau aku memang anak seorang babu, penjual sayur! Aku tidak pernah merayu kamu dan minta jadi pacar aku!
“Sar.. aku tidak bermaksud seperti itu. Apa kamu tidak ingin kuliah? Aku yakin mamaku mau kok membiayai kuliah kamu! Kata Luna dengan lembut dan memegang tangan Sari.
Luna melihat perubahan wajah Sari dan merasa bersalah. Dia berusaha memeluk Sari dan merebahkan kepalanya di bahu Sari yang sedang duduk di sebelahnya. Tapi Sari sudah terlanjur terluka hatinya. Dia merasa jadi kekasih yang terbeli. Dia tidak ingin menjadi parasit. Sari menarik tangganya dan berdiri. Dengan bergetar menahan emosi yang bergejolak dalam dadanya.
“Aku tidak ada bedanya dengan gigolo atau perempuan simpanan”
Luna langsung berdiri mengahadap kolam renang dan menggelengkan kepalanya. Dia merasa tidak mengerti dengan jalan pikiran Sari. Dia ingin mengangkat derajat Sari dan menjadi sederajat dengan dirinya.
“Kenapa sih kamu susah sekali menerima bantuanku? Kenapa sih kamu sombong sekali!”
“Kenapa kamu mau mengatakan, Sudah miskin sombong pula! Iya aku memang sombong dan hanya itu yang aku punya. Aku tidak mau selamanya jadi pengimis dan dibiayai kamu! Aku sudah capek dengan sikapmu selama ini. Aku berusaha menuruti semua yang kamu mau. Tetapi aku tidak mau jadi parasit, aku bisa berdiri dengan kedua kaki dan tanganku sendiri. Dan aku terima kasih atas semua yang telah kamu berikan selama ini. Aku memang tidak bisa mengganti semua yang telah kamu dan keluargamu berikan kepadaku. Aku cuma tidak ingin menjual cinta dan tubuhku.”
Luna diam saja mendengar perkataan Sari. Sedikitpun tidak menunjukan reaksi. Sari yang melihat Luna hanya diam, memutuskan untuk pergi. Dia mengambil Blackberrynya di kantong sakunya.
“Maafkan aku Luna!Kata Sari sambil meletakkan Blackberry pemberian Luna di meja.
Sari berjalan dipinggri kolam renang dan meninggalkan Luna yang masih berdiri terpaku di depan kolam renang rumahnya yang indah dan besar.

Luna tidak berusaha mencegah kepergian Sari. meskipun dia masih mencintai Sari dan merasa ada yang hilang dari hatinya. Tiba tiba dia merasakan kesepian, merasakan hatinya yang kosong. Luna mengusap airmatanya, bagaimanapun Sari adalah cinta pertamanya. Bersama Sari, dia merasakan percintaan dan menikmati indahnya cinta. Sari telah menjadi sahabat dan orang yang selalu ada buat dia. Tetapi perasaan malu dan egonya lebih menguasai hati dan pikirannya. Apalagi ketika dia ingat kata-kata Francis, “Apa nggak ada yang lain, pacarmu kok nggak banget gitu. Itu pacarmu ato sopirmu sih!” Sejak itu Luna jadi sering malu mengajak Sari bepergian dan berusaha merubah penampilan Sari. Kalau dibandingkan Francis yang seperti bintang K-Pop, memang Sari jauh berbeda. Apalagi Francis menaruh perhatian kepada Luna. Dia pernah mencium Luna ketika mereka sedang menonton Bioskop.

Sari berjalan dengan gontai menuju rumahnya. Tetapi tekadnya telah bulat. Dia tidak ingin hidupnya tergantung oleh kebaikan Luna. Dia ingin membantu ibunya dengan keringatnya sendiri, dari hasil kerjanya sendiri. Bukan dari belas kasihan orang lain. Aku pasti bisa!” katanya dengan penuh keyakinan. Dia tidak mempedulikan perasaan hatinya yang terluka dan kehilangan. Tekadnya untuk membantu Ibunya lebih kuat daripada perasaan cintanya kepada Luna. Hujan rintik mengantar kepergian Sari dari rumah Luna. Hatinya sedih dan terluka tapi dia tahu ini yang terbaik buat mereka berdua. Sari terus berjalan membiarkan rintik hujan pelan-pelan membasahi dirinya. Sayup sayup terdengar lagu Chaka khan dari warung rokok diujung jalan seakan mewakili isi hatinya.

Sendiri sendiri ku diam, diam dan merenung
Merenungkan jalan yang kan membawaku pergi
Pergi tuk menjauh, menjauh darimu
Darimu yang mulai berhenti, berhenti mencoba
Mencoba bertahan, bertahan untuk terus bersamaku

Ku berlari, kau terdiam, ku menangis, kau tersenyum
Ku berduka, kau bahagia, ku pergi, kau kembali
Ku mencoba meraih mimpi, kau coba tuk hentikan mimpi
Memang kita takkan menyatu

*****
Sudah tiga minggu Sari diterima bekerja di Dept Store. Dia menjalani tugasnya dengan senang. Salah satu tugasnya adalah memeriksa SPG yang hendak keluar meningalkan dept store atau berganti shift. Ada salah satu SPG yang berusaha menggoda Sari ketika pertama kali mereka bertemu. Waktu itu Sari merasa kalau Risa adalah L tetapi dia tidak ingin main tebak.
“Baru ya?Tanyanya ketika Sari sedang memeriksanya.
“Iya”Jawab Sari datar sambil berusaha menjalankan tugasnya dan mengabaikan senyum manis Risa dengan bola matanya yang nakal.
“Kenalkan Risa”Katanya sambil mengulurkan tangannya.
“Sari”Jawab Sari dan membalas uluran tangan Risa.
“Ayo sudah jangan godain anak baru!Kata Rini teman Risa dan menarik tangan Risa yang masih mau menggoda Sari.
Sejak itu bila Sari bertugas memeriksa SPG selalu saja Risa menggoda dan berusaha mencari perhatian Sari. Pernah ketika sedang memeriksa Risa sengaja meniup wajah Sari. Muka sari langsung merah padam, atau dilain waktu dia dengan sengaja menyentuhkan sekilas payudaranya ke wajah Sari atau berbisik minta diperiksa bagian dalam. Sari hanya menanggapinya dengan tersenyum meskipun kadang dia suka dengan sikap Risa yang nakal dan lucu.

Risa, perempuan manis, easy going, selalu sigap membantu pembeli, ramah dan memilik senyum yang manis dan susah untuk diabaikan. Kadang ketika dia bertugas memeriksa SPG dan Risa masuk shift yang berbeda dengannya membuat Sari rindu dan menunggu. Tetapi Sari tahu kalau dia tidak ingin mempertaruhkan pekerjaannya. Apalagi dia belum melewati masa percobaan. Sementara Sari tidak ingin terlibat percintaan dia ingin mencari uang dan bekerja dengan sunguh-sungguh. Dia ingin membantu Ibunya mencari uang.
“hei.. nunggu Risa ya?Sapa Yani rekan satpam dan seniornya.
“Nggak mbak!Jawab Sari gelapan.
“Kamu ati-ati sama Risa!”
“Kenapa mbak?
“Dia itu Lesbian, denger-denger dia pernah pacaran sama Jujuk, anak interior yang dipanggil si Juki itu”.
“Oya, Trus kenapa putus?Tanya Sari penasaran.
“Si Juki itu cinta mati sama Risa dan dia orangnya pencemburu. Kadang kalo Risa melayani customer laki-laki dia bisa langsung nggak suka dan marah-marah! Kadang itu si Juki itu suka bentak-bentak dan kalo berantem rame banget sampe si Risa jadi malu. Untung tidak ketahuan atasannya, bisa dipecat mereka. Aku pernah juga melerai si Juki ketika mau menampar Risa”
“Oya, sampe main tangan mbak?
“Iya, bahkan dia nggak suka kalo ada yang deketin Risa, nggak peduli cewek atao cowok pasti deh di terror atau cari masalah. Makanya kamu ati-ati ya, jangan sampe urusan dengan si Juki deh, bikin malu!”
“Iya, makasih mbak atas nasihatnya, saya akan hati hati!jawab Sari

Sari memang tahu kalo ada butchie di bagian desain Interior tapi dia tidak pernah bertemu langsung atau ngobrol dengan dia. Selain itu tugas dia lebih banyak di basemant atau mengerjakannya di malam hari dan dia tidak pernah mendapat tugas malam hari. Mungkin aku sebaiknya tidak menanggapi godaan Risa daripda aku kena masalah dan ribut dengan si Juki. Sari tidak ingin reputasinya sebagai orang baru menjadi rusak hanya karena urusan perempuan dan cinta.

*****

Sari menyusuri jalan trotoar dan berhenti menunggu angkot lewat. Malam ini dia mendapat shfit kedua dan tak satupun angkot terlihat lewat. Sari menengadahkan kepalanya melihat mendung bergelayut yang siap mencurahkan hujannya. Ketika sedang menanti angkot tiba-tiba ada sebuah motor mendekat. Sari mundur dan dikira orang yang sedang menjemput para pekerja mall.  Sari terkejut ketika pengendara motor itu membuka helm teropongnya yang ternyata Risa.
“Hei.. yuk aku antar aja, mau hujan lho!Kata Risa
“Nggak usah makasih, rumahku jauh!Jawab Sari berusaha menolak dengan halus.
“nggak apa-apa, sekalian biar aku tahu rumahmu”Katanya sambil langsung menyodorkan helmnya ke Sari. “Ayo buruan, sebelum diusir polisi”Katanya lagi. Dengan terpaksa Sari naik motor Risa dan duduk dibelakangnya.

Risa menjalankan motornya dengan piawai menyalip, angkot, mobil, bis. Dia menyetir dengan mengebut berkejaran dengan hujan rintik yang mulai menguyur dan membuat Sari harus berpegangan dengan erat. Sari memberikan instruksi jalan menuju ke rumahnya. Dalam hati Sari menganggumi cara Risa menyetir motornya. Semakin mendekati arah menuju rumahnya, Sari jadi gelisah. Dia terus berpikir, bagaimana nanti kalau Risa melihat keadaannya? Ah..biarlah dia tahu mungkin akan lebih baik dan aku jadi tahu bagaimana kepribadiannya.
“Sekarang kita kemana?
Sari yang sedang sibuk dengan pikiran dan perasaannya, langsung tersadar dengan pertanyan risa.  
 “oh.. Lurus trus pertigaan belok kiri!”
Hujan gerimis semakin rapat menurunkan airnya. Sari terus menatap melihat jalan menuju ke rumahnya. “Depan pohon jambu itu berhenti ya” Risa mengehentikan motornya di depan rumah Sari.
Dan hujan langsung turun dengan lebatnya. Mereka berdua buru buru masuk ke dalam rumah. Ibu Sari sudah terlelap, hanya adik Sari yang sedang belajar di ruang tamu. Begitu melihat Sari datang bersama temannya, dia langsung membereskan bukunya dan masuk kedalam kamar.

Risa menantap sekeliling rumah Sari yang kecil. Dia melihat sayur yang sipa dijual besok pagi.
“Maaf ya, rumahku kecil dan jelek. Ibuku pedagang sayur dipasar jadi ini dagangan buat besok pagi”
“Hei, kenapa kamu mesti minta maaf, emang kamu salah apa? Ibuku juga pedagang, dia berjualan nasi pecel kalau pagi di pasar”
“ya nggak enak aja sih! Aku ambilin minum ya?
“Nggak usah!”
Mereka berdua menatap keluar melihat hujan yang begitu lebat. Risa melipat tangannya dan merapatkan jaketnya. Jaketnya agak basah terkena hujan. Sari masuk ke dalam kamarnya, mengambil kaos kering dan handuk kecil, sambil dia sendiri mengganti seragam satpamnya.
“Kamu ganti baju dulu aja, daripada nanti masuk angin”Kata Sari sambil menyodorkan kaos.
Risa kelihatan ragu menerima kaos Sari. Dia merasa nggak enak. Rupanya Sari melihat keraguaan pada diri Risa.
“Bersih kok ini!Kata Sari. “Tuh masuk aja ke kamarku ganti disana”
Risa hanya tersenyum dan melangkah menuju kamar Sari. Setelah selesai berganti pakaian Risa kembali ke ruang tamu.
“kelihatannya akan lama ini hujannya. Bagaimana kalau kamu menginap disini aja?
“Aku nggak enak sama ibu dan bapakmu”
“Nggak apa-apa kok, ibuku pasti nggak keberatan, apalagi ayahku pasti tambah nggak keberatan”
“Kok, bisa?
“Iya, sebab ayahku sudah meninggal”
“Oh..maaf ya!”
“Nggak apa-apa”

Sari mendengar langkah ibunya yang keluar dari kamar.
“Sudah pulang kamu Sar?Tanya ibunya dari dalam. “Eh..ada tamu!”
“Iya, bu ini Risa. Tadi nganterin Sari pulang trus kehujunan”
Risa langsung mendekati ibu Sari dan mengulurkan tangannya. “Risa, bu!”
“Maf ya neng, rumahnya berantakan dan kecil”
“Nggak apa-apa bu”
“Sari, buatin teh anget biar neng Risa nggak kedinginan. Neng Risa nginap aja, ini khan sudah hampir jam 12. Nggak baik pulang malem-malem. Tidur disini seadanya yang penting aman.”
“Aduh, bu!” saya jadi ngerepotin nih!”
“Teman satu kerjaan ya?
“Iya, bu saya SPG disana”
“Asli sini ato kost? Apa nggak ada yang cari nanti?
“Saya kost sendiri, orang tua saya di desa”
“Ya, sudah cepet istirahat aja”.
“Sari, motornya dimasukin aja”
“Iya bu!” Kata Sari sambil mengambil payung.
“Sini, aku yang payungi”Kata Risa sambil mengambil payung dari tangan Sari.

Diam-diam Sari dan Risa menikmati kedekatan mereka. Sari menunjukan kamar mandi dan meminjami celana pendek untuk tidur. Mereka tidur berdua di ranjang Sari yang sempit. Jantung Sari jadi berdebar debar, baru pertama ini dia tidur dengan perempuan lain selain Luna. Apalagi di ranjangnya sendiri. Selama ini Luna tidak pernah mau tinggal di rumahnya dengan berbagai macam alasan. Yang katanya Panas, banyak nyamuk, ada tikus, ada kecoa dan berbagai macam alasan. Kalau mandi tidak ada air panasnya. Sekarang tiba-tiba ada Risa disampingnya yang begitu dekat. Sari dapat merasakan kulit Risa yang bersentuhan dengan tangannya. Sari tidak tahu kenapa dia dari tadi rasanya ingin tersenyum terus. Dia dapat mencium bau wangi dari rambut Risa.

Begitupula dengan Risa yang merasakan senang bisa tidur bersama dengan Sari. Jantungnya berdetak dengan cepat, seakan-akan takut kalau Sari akan mendengar detak jantungnya. Sejak pertama melihat Sari, dia sudah langsung suka. Apalagi melihat sikapnya yang berusaha biasa tapi kadang mencuri pandang dan memerah wajahnya ketika kepergok melihat. Risa  terus berusaha menahan diri untuk tidak memeluk tubuh Sari. Meskipun dia ingin sekali memeluk Sari dan berciuman dengan Sari. Dia kadang membayangkan bercinta dengan Sari bila malam tiba. Dan kini Orang yang selalu dibayangkan ketika mastrubasi berada disampingnya. Begitu dekat, bahkan hangat tubuhnya bisa dirasakan oleh kulitnya. Dia tidak ingin dikira sebagai cewek murahan yang begitu gampang tidur dan bercinta dengan perempuan mana saja.  

“Kenapa kamu kok menghindari aku akhir-akhir ini?Tanya Risa tiba-tiba memecahkan kebekuan diantara mereka.
“Nggak kok, aku cuma ingin konsentarsi dalam bekerja”
“Pasti kamu sudah mendengar ceritaku dengan Juki ya”
“Pacarmu ya dia?
“Bukan, Mantan. Aku memang pernah sama dia tapi nggak sampe satu tahun aku putus dengan dia. Aku nggak suka sikapnya yang psosesif dan suka yang aneh-aneh”
“Aneh-aneh yang gimana?
“Ya, dia suka melarang aku, suka mengancam aku, suka mensilet tangannya bila marah, mengancam bunuh diri, banting barang-barang. Pernah  mau mengancam aku melaporkan ke HRD. Bahkan suka main tangan.” Dan setelah itu dia selalu minta maaf, menangis minta ampun. Dan sikapnya jadi sangat baik banget, memanjakan aku, kasi hadiah. Tapi begitu cemburu langsung membabi buta. Bahkan ketika aku melayani pembeli pun dia bisa cemburu.”
“Trus bagaimana kamu bisa putus?
“Aku mengancam dia, melaporkan ke orang tuanya. Aku tahu kalo keluarganya tidak tahu kalau dia L. Itupun tidak langsung membuatku putus dengan lancar. Aku sampai pindah kost beberapa kali. Dia masih saja berusaha mengajakku balik dan selalu mengancam siapapun yang dekat denganku”.
“Kenapa ya, aku kok selalu pacaran dengan orang yang salah, semuanya sepertinya nggak ada yang bener. Mungkin aku salah bergaul ya!”Kata Risa seakan akan pada dirinya sendiri. Sari hanya mendengarkan cerita Risa. Sementara suara hujan yang menghantam atap asbes rumahnya masih terdengar dengan kencang.
“Kamu sendiri sudah pacaran berapa kali?Tanya Risa
“Aku.. baru sekali”Jawab Sari dengan malu malu. Dia tahu kalo Risa enam tahun lebih tua darinya dan sudah beperngalaman.
“Masak sih baru sekali, dengan siapa?
“Dengan temanku mulai dari kecil, dia anak majikan ibuku”
“Wah kamu hebat ya! Bisa menaklukan anak boss!
“Bukan menaklukan tapi aku yang ditaklukan dan dibeli”Kata Sari dengan getir.
Ada nada yang terluka dan marah dalam suara Sari. Risa tahu kalau itu tidak menyenangkan Sari.
“Maaf ya kal aku menyinggung perasaanmu.”kata Risa sambil menggenggam tangan Sari yang berada disebelah tangannya.
“Kita tidur aja yuk, besok aku mau bantu ibu ke pasar mumpung masuk siang. Kamu besok masuk apa?
“Masuk siang juga, iya nanti aku ikut ke pasar ya”
“beneran mau ikut ke pasar?
“Iya”Kata Risa dan membalikkan tubuhnya menghadap ke Sari.
Risa menyusupkan kepalanya dalam dada Sari dan mengambil tangan Sari untuk memeluknya. Sari bagaikan kerbau yang dicocok hidungnya. Dia memeluk tubuh Risa dengan lembut dan mencium kening Risa.
****

Sari merasakan kebahagian yang luar biasa melihat Risa yang tanpa malu dan cekatan membantu ibunya melayani pembeli. Bahkan sampai digoda langganan ibu Sari.
“e.. bu karso punya mantu ya, sudah cantik pinter jualan lagi”
“ahhh bu Siti bisa aja, nggak berani saya ngambil mantu seperti neng Risa ini takut ditolak. Ini teman anak saya!”
Risa yang mendengar itu hanya tersenyum manis dan menatap Sari dengan penuh arti. Sari yang mendengar percakapan itu jadi merah padam mukanya dan pura-pura sibuk membersihkan sampah.
“Bu Siti mau beli apa?Tanya Risa ramah.
“Mau beli wortel sama kol deh”
Risa mengambilkan permintaan bu Siti, “mau masak apa bu?
“Masih belum tahu, ditumis mungkin”Jawab bu Siti sambil melihat lihat sayuran lainnya.
“ditambahin jamur dan baby corn ini aja bu! Pasti akan lebih enak”Kata Risa
“Iya deh, boleh! Wah.bu karso beruntung ya ternyata si eneng pinter jualan juga”
Melihat kepandaian Risa berjualan membuat Sari makin jatuh cinta. Baru kali ini ada seorang perempuan yang mau membantu ibunya berjualan di pasar dan begitu dekat. Dia merasa bahwa perempuan ini yang cocok menjadi pasangannya. Dia tidak harus berpura pura dan bisa menjadi dirinya sendiri. Apalagi dia melihat Risa sama sekali tidak canggung atau gerah berbaur dengan suasana pasar yang ramai. Hatinya benar-benar diliputi kebahagiaan. Sedangkan Risa merasa seperti membantu ibunya sendiri. Dia dulu juga sering membantu ibunya berjualan di pasar sebelum hijrah ke kota.
“Sudah kalian pulang dulu aja, nanti terlambat kerja”Kata Ibu Sari ketika pasar sudah mulai sepi pembeli.
“Iya, bu”Kata Sari sambil mengajak Risa pulang.
“Saya amit dulu ya bu”Kata Risa sambil mencium tangan ibu Sari.
“Makasih ya neng, semoga nggak kapok membantu ibu. Sering-sering nginep di rumah, nanti ibu masakan makanan kesukaanmu”
“Iya bu, nggak usah repot-repot, nanti Risa aja yang masakin buat ibu”
“Ya udah, pulang cepet, ati-ati di jalan”
“Iya bu”Kata Sari dengan perasaan bahagia dan mencium tangan ibunya sebelum balik.

Mereka berdua berjalan beriringan menuju tempat parkir motor. Dengan perasaan riang.
“Makasih ya Ri, kamu sudah mau ikut membantu berjualan. Ibu kelihatan suka lho sama kamu”
“Iya sama-sama, tapi sayang”Kata Risa dengan wajah yang serius.
Sari langsung gelisah melihat ekspresi Risa. Dia takut kalau Risa merasa terpaksa dan tidak suka dengan apa yang barusan terjadi.
“Sayang Kenapa Ri?Tanya Sari penasaran
“Iya Sayang aja, Kalo ibunya suka tapi anaknya nggak suka!”
Muka Sari langsung merah padam dan senyum tersipu sendiri. Dia memang tidak terbiasa dengan godaan seperti itu. Selama ini dengan Luna mereka hanya menjalani kebersamaan mereka tanpa pernah ada rayuan atau godaan yang menjurus kepercintaan. Saripun tidak terbiasa merayu atau mengatakan sesuatu yang menggoda Luna. Dia merasakan semuanya dalam diam. Dia hanya menikmati semua percintaan dan kemanjaan Luna ketika bersama.
“Sar, aku nanti langsung balik ke kost ya, soalnya khan belum bawa seragam”
“Iya, oya boleh aku minta tolong sesuatu?Tanya Sari
“Apaan?
“Sebaiknya kalau ditempat kerja kita menjaga jarak aja ya!”
“Kenapa? Kamu takut sama si Juki?
“Bukan, aku tidak ingin ada isu atau kejadian yang tidak enak. Aku khan masih dalam masa percobaan dan kerja belum tiga bulan. Khan nggak enak kalau sudah jadi pembicaraan. Aku harap kamu tidak tersinggung dan mengerti keadanku. Aku ingin membantu ibuku mencari uang”.
“Iya, aku ngerti kok, kamu nggak usah kuatir asal kamu janji sesuatu sama aku”
“Apa?Tanya Sari penasaran.
“Kamu tidak menolak kalau aku ajak jalan atau aku ke rumahmu”
“Iya”Kata Sari dengan bahagia.

*****
Sari menunggu angkot dipinggir jalan, beberapa angkot telah lewat dan dia tidak menghentikan. Sari berharap Risa akan datang menyamperin dirinya seperti kemarin. Tetapi dia sadar kalau ini sudah terlalu malam, pasti Risa sudah pulang. Dia tadi masih ada briefing setela ada kasus seorang perempuan yang mengambil underwear. Akhirnya Sari menghentikan angkot yang lewat. Dia takut kalau tidak akan ada angkot lain yang akan lewat.

Selama di angkot sari terus memikirkan Risa. Tiba-tiba dia merasakan kerinduan. Rindu dengan tatapan nakalnya atau senyumnya yang manis. Tadi selama di store, dia sama sekali tidak berani memandang Risa. Dia takut kalau perasaannya akan terlihat dan semua orang akan mengetahui. Dia berusaha berhati hati dalam bersikap. Tapi hari ini Sari bahagia sekali karena dia mendapatkan gaji pertamanya. Dia mendekap erat-erat tas ranselnya, rasanya tak sabar untuk memberikan gajinya kepada ibunya.

Aku hari ini benar-benar sudah jadi orang mandiri, mempunyai penghasilan sendiri. Ingin rasanya menunjukkan kepada Luna kalau dia bisa mencari uang dari hasil keringatnya sendiri bukan dari hasil meminta. Sari juga ingin mentraktir Risa dari hasil kerjanya. Tapi yang terpenting memberikannya ke ibu. Sari segera menyetop angkot yang ditumpangi ketika melewati depan jalan gang rumahnya.
“stop..stop..bang!teriak Sari.
Setelah membayar dia berjalan memasuki gang rumahnya. Dia berjalan dengan ringan dan bahagia. Ingin rasanya berlari agar segera sampai rumah.
“Bu..!”panggil Sari ketika memasuki rumah sambil mencari ibunya di kamar.
“Ibu, dimana yu?Tanya Sari kepada adiknya
“Di dapur”jawab Ayu sambil tetap mengerjakan tugas sekolahnya.
“Bu..!”
“Sudah makan Sar?Tanya Ibunya ketika melihat Sari masuk di dapur.
“Bu, Sari sudah gajian”Kata Sari sambil mengeluarkan amplop gajinya yang masih tertutup rapat.
“Alhamdulilah..!”Kata Ibunya dengan bahagia dan terharu.
Ibunya membuka amplopnya dan mengambil beberapa ratus dan mengembalikannya ke Sari.
“Ini sisanya buat kamu aja, khan kamu juga perlu buat naik angkot dan makan. Ingat untuk menabung, khan katanya mau beli motor”
“Iya bu, besok akan Sari tabung”
“Ya sudah, cepet mandi trus istirahat! Besok masuk pagi khan”

Sari mengambil handuk sambil bersiul-siul, hatinya sedang bahagia. Hidupnya seakan berubah menjadi sesuatu yang indah. Dia sudah melupakan kesedihannya dan kerinduannya terhadap Luna. Sudah tiga bulan dia tidak bertemu dengan Luna dan dia sudah dapat mengatasi perasaan terlukanya terhadap Luna. Dia sudah bisa memaafkan sikap Luna kepada dirinya. Pekerjaannya melupakan kesedihannya terhadap Luna. Apalagi ketika bertemu dengan Risa yang mencuri perhatiannya. Apalagi kejadian kemarin yang makin memantapkan hatinya untuk memulai hidupnya dengan Risa. Tapi dia tidak ingin buru buru menjalin hubungan. Dia ingin pelan pelan dan mengenal lebih baik dahulu.

Tapi baru kali ini dia merasakan getar yang luar biasa dan menjadi salah tingkah ketika di depan perempuan. Apalagi ketika semalam memeluknya, dia dapat merasakan kalau jantungnya berdetak kencang dan dia juga dapat merasakan kalau v nya menjadi basah hanya dengan memeluknya saja. Dari pertama ketemu ketika memeriksa tubuhnya dia sudah merasakan ada aliran listrik yang menjalari dirinya. Padahal begitu banyak SPG yang diperiksa dan banyak yang seksi dengan pakaiannya yang press body tapi dia tidak pernah tergetar seperti memerisa Risa. Perasaan sukanya makin bertambah ketika melihat keramahan dan kesungguhannya dalam melayani pembeli. Baru kali ini Sari dapat merasakan tergetar dan rindu ingin menatap wajah seseorang.

Apalagi ketika dia terlelap dalam pelukkan. Sari terus menatap wajah Risa dengan perasaan tidak percaya kalau Risa berada dalam pelukkannya. Ketika terbangun pagi hari dan melihat Risa masih dalam pelukkannya. Sari merasa sangat bahagia dan senang. Dia mencium pelan wajah Risa dan berharap Risa tidak terbangun. Belum pernah dia merasakan kesenangan dan bahagia seperti itu. Meskipun dia sering tidur bersama dengan Luna tetapi dia tidak pernah merasakan kebahagian ketika menatap wajahnya. Semuanya seperti biasa tidak ada percikan api yang membakar atau menggetarkan.

Bersama dengan Luna memang menyenangkan dan sudah terbiasa. Mungkin karena mereka selalu bersama sejak kecil dan hubungan mereka karena rasa ingin tahu dan mencoba mengeksplore seksual mereka. Mereka sama-sama ingin merasakan bagaimana rasanya berciuman dan terus berlanjut sampai merasakan semuanya dan menikmati hubungan seks mereka. Tetapi sungguh berbeda dengan apa yang dirasakan dengan Risa. Dia seperti tersihir dengan pesona Risa yang menggetarkan hatinya. Selama ini dia belum pernah jatuh cinta dengan perempuan. Hidupnya selalu dikuasai oleh Luna. Kemanapun dia pergi selalu ada Luna di sana. Hanya ketika SMA mereka jarang bersama karena  tidak satu sekolah. Di sekolah Sari ada yang suka dan tertarik dengan Sari yang berbadan tegap dan menjadi team volly. Tapi Sari tidak terlalu menyukai karena sikapnya yang terlalu centl menurut Sari. Selain itu Sari merasa kalau dia sudah bersama Luna dan tidak ingin menyakiti hati Luna.

Sari merebahkan dirinya di ranjang dan menciumi bantalnya yang masih ada sisa bau Risa di sini. Di dekapnya erat erat bantalnya sambil membayangkan Risa dalam pelukkannya. Dia tertidur dengan senyum yang masih tersungging dibibirnya. Terlelap dengan dinginnya malam dan penuh kehangatan cinta dan kebahagian dalam dadanya.

*****
Sari membuka lockernya setelah mengiuti apel pagi. Dia menemukan sepucuk surat di dalam lockernya.

Hi, semalam kok lama sih! Aku tungguin kamu nggak muncul-muncul sampai aku diusir polisi. Apa kamu sudah pulang duluan? Nanti setelah off, aku tunggu di parkiran Mc.D ya. Aku tunggu lho!
Risa

Dengan perasaan bahagia, dia melipat surat Risa dengan rapi dan memasukan ke dalam dompetnya. Sari keluar dengan langkah ringan dan berbunga-bunga. Ketika dia melewati Risa, tatapan mereka bertemu. Risa menganggukan wajahnya ketika mata mereka bertemu. Sari mengerti dengan yang dimaksud Risa. Dia segera mengangguk dan berlalu menempati posnya di depan pintu masuk. Sekarang masih jam 10 dan Sari tidak sabar untuk bertemu dengan Risa secara bebas. Dia ingin mengajak makan atau nonton Risa di mall lain. Membayangkan akan pergi bersama dengan Risa, Sari jadi deg-deg an dan gelisah. Dia jadi grogi sendiri karena selama ini dia tidak pernah berkencan dengan perempuan lain selain dengan Luna. Dan kalau keluar dengan Luna selalu banyak sekali aturan yang harus dialakukan. Sari selalu merasa tidak menjadi dirinya bila keluar dengan Luna.

****
Waktu serasa lambat, begitu selesai bertugas dan check clock. Sari buru buru ganti pakaian seragamnya. Sari berjalan menuju parkiran MC.D, dia tidak ingin Risa menunggu terlalu lama. Dari jauh Sari sudah melihat Risa menunggu diatas motornya.
“Hi, sudah lama ya nunggunya?
“Sudah mau kering seperti ikan asin ini aku!
Sari kembali salah tingkah ketika ditatap dengan nakal oleh Risa.
“Yuk, kita jalan ke mall lain aja”Ajak Risa sambil memberikan helmnya.
“Iya, sini aku aja yang nyetir”Kata Sari sambil mengambil alih sepeda motor Risa.
Risa menurut saja permintaan Sari. Dia memeluk tubuh Sari dari belakang. Sari merasakan hanggatnya tubuh Risa di punggungnya. Sari terus menjalankan motor Risa menuju mall yang lebih jauh jaraknya. Dia ingin berlama-lama merasakan pelukkan Risa.   

“Aku ingin mengajak kamu nonton”Kata Sari ketika sampai di mall yang mereka tuju.
“Mau nonton apa?Tanya Risa
“Apa aja yang bagus”
Mereka berjalan beriringan menuju ke dalam mall. Sari ingin menggandeng Risa tapi dia merasa tidak enak dan takut akan ditolak oleh Risa. Mereka naik lift langsung menuju XXI.
Antriannya lumayan panjang ketika mereka sampai disana.
“Kita mo nonton apa?Tanya Sari.
“Kita nonton yang 3D aja”
Ketika sampai di depan penjual tiket Sari mengeluarkan dompetnya. Risa juga mengeluarkan dompetnya dan memberikan uang ke Sari.
“Nggak usah, aku yang bayar aja”
Risa tidak ingin berdebat dengan Sari di depan penjual ticket.
“Kita khan sama-sama kerja dan punya kebutuhan”Kata Risa
“Iya, ini gaji pertamaku dan aku ingin berbagi dengan kamu. Nanti kalo nonton lagi kita bisa gantian ato bayar sendiri-sendiri”.    
“Makasih ya, kamu mau berbagi kebahagian dengan aku”Kata Risa sambil memegang lengan Sari.
Sari senang sekali, akhirnya Risa yang memulai menggandeng tangannya. Tapi kebahagian itu tiba-tiba pupus ketika dia melihat Bayaangan Luna bersama dengan Francis memasuki pintu. Risa langsung melihat pandangan mata Sari ke arah pintu masuk. Risa melihat pasangang L yang terlihat mesra bergandengan tangan.
“Siapa?Tanya Risa
“Luna, mantanku”
Risa dapat melihat kejengahan pada diri Sari. Risa tahu kalau Sari ingin menghindar dan takut bertemu.
“Kenapa kamu takut bertemu dengan dia? Atau kamu malu jalan dengan aku dan bertemu dia?
“Bukan, aku nggak takut cuma malas aja. Aku nggak ingin menjadi bahan hinaannya dia”
“Bagaiman kalau kita samperin aja sekalian dan tunjukkan kepada dia kalau kamu baik-baik tanpa dia”
Sari terkejut dengan ide Risa. “Iya, kenapa aku mesti merasa nggak enak dengan dia, bukankah dia yang memutuskan tidak mau denganku”Kata Sari dalam hati.
“Hi, Sar!”Tumben kamu mau nonton”Sapa Luna. “Sama siapa? Pacar baru ya?Lanjutnya
“Iya, Kenalkan Risa, pacarnya Sari”Kata Risa dengan berani dan percaya diri mengulurkan tangganya. “Sari banyak cerita soal kamu kok!”Lanjut Risa.
Luna dengan enggan mengulurkan tangannya. Sari dapat melihat rasa tidak suka pada wajah Luna dan diam diam Sari menyukainya. Sari juga dapat melihat mata jelalatan dari Francis ketika memandang Risa. Sari tahu kalau Francis adalah seorang player. Sudah banyak teman Luna yang memberitahu dirinya. Kalau Francis berusaha mendekati Luna. Risa memang lebih dewasa daripada Luna dan lebih berpengalaman menghadapi orang. Sedangkan Luna masih seperti ABG yang lebih suka hura-hura dan party. Wajah Risa manis dan terlihat sabar. Orang yang melihat wajahnya pasti langsung akan menyukainya apalagi kalau tersenyum. Melihat sikap Risa yang mesra dan perhatian kepada Sari membuat Luna merasa tidak suka. Sedangkan Sari hanya diam saja dan tidak melepaskan genggaman tangan Risa. Tanpa banyak kata Luna meninggalkan mereka.
“Maaf ya kalau aku lancang, mengatakan pacarmu”Kata Risa ketika Luna meninggalkan mereka.
“Nggak apa-apa, aku menikmati kok!
“Kamu lihat nggak wajah Luna tadi berubah”
‘Iya, aku suka. Rasanya baru kali ini aku melihat dia seperti itu”.
Tiba-tiba Risa membetulkan rambut Sari dan bersikap mesra kepada Sari. “Dia lagi ngelihatin kita”Kata Risa setengah berbisik. Lalu tiba-tiba Sari mencium tangan Luna dengan mesra. Sari ingin agar Luna tahu kalau dia sudah tidak memikirkan dia. Dan mereka berdua melihat Luna keluar dari bioskop dan Francis mengejarnya. Mereka berdua tertawa melihat hal itu.

****

“Bagaiamana kalau malam ini kamu menginap aja ke rumah? Tanya Sari ketika selesai nonton.
Risa menantap wajah Sari mencari kesungguhan di wajahnya. Risa tahu kalau Sari lebih muda 5 tahun dari dirinya. Bisa dikatankan kalau Sari adalah anak yang baru lulus SMA. Tetapi Risa dapat merasakan kedewasaan Sari dan dia adalah anak yang baik, berbakti kepada orang tua dan bukan tipe yang suka tebar pesona.
“Tapi aku belum bawa seragam. Kamu kalo mengantar aku ulang ambil seragam trus baru ke rumahmu”
“Kalo gitu kita langsung balik aja”
 Mereka berjalan bergandengan menuju parkiran motor. Senyum Sari terus tersungging, hatinya berbunga-bunga. Membayangkan Risa tidur dalam pelukkannya.

Sari kembali menyetir motor Risa. Risa memeluk rapat rapat tubuh Sari dan merebahkan kepalanya dipunggung Sari. Sari sendiri tidak tahu darimana datangya keberaniannya. Dia memegang tangan Risa yang berada diperutnya. Ada perasaan sayang dan cinta yang menyergap hatinya. Semua terasa begitu indah dan menyenangkan.
Setelah mengambil akaian seragam dan peralatan mandi, mereka langsung pulang menuju rumah Sari.
“Sar, kita berhenti beli martabak dulu yuk, buat ibu dan Ayu di rumah”
“Iya”
Sari merasa senang sekali ternyata Risa juga perhatian dengan ibu dan adiknya. Dia tidak menyangka kalau Risa begitu baik dan perhatian. Sari menghentikan di penjual martabak dekat rumahnya.
“Ibu, suka martabak, manis atau asin?
“Yang manis”
Sari sudah mau mengeluarkan uangnya,tetapi dilarang oleh Risa. Risa membeli dua martabak untuk mereka semua.
“Makasih ya”Kata Sari. “Aku tahu sekarang kenapa Juki tidak mau melepaskanmu. Kamu baik sih”
“Ihh..kamu kok nggak romantis sih, masak ngerayu cewek di tempat jual martabak!”
“hahahaha.. karena aku nggak biasa ngerayu cewek”
“Jadi dulu sama Luna ngapain aja?
Sari langsung terdiam dan mulai berpikir. “Mungkin sebaiknya aku menceritakan bagaimana hubunganku dengan Luna”katanya dalam hati
“Maaf ya, kalau kamu nggak mau cerita nggak apa-apa kok!Kata Risa buru-buru.
“Aku dengan Luna sudah bersama sejak kanak-kanak. Ibu dulu jadi tukang cuci dan bersihin rumahnya. Aku sering diajak ibu kesana membantu ibuku. Aku jadi sering bermain sama dia. Lalu ibunya Luna menyekolahkan aku ditempat yang sama dengan Luna. Sejak itu aku selalu bersama dia dan sering menginap di rumahnya. Ketika akil balig kami mulai merasakan ada sesuatu yang berbeda. Kami mulai belajar ciuman ketika SMP dan mulai mengeksplore tubuh kami. Kami berdua sama-sama merasa takut tapi juga ingin melakukan lebih jauh. Kami sama-sama mencari informasi di internet dan malah menemukan situs porno tentang lesbian. Kami membaca cerita porno lesbian bersama dan sama-sama bernafsu. Kami bercinta dengan segala macam model. Ketika kami sama-sama tidak virgin, kami berdua sama-sama menangis. Tetapi itu tidak membuat kami kapok dan saling berjanji untuk terus bersama. Setiap pulang sekolah kami selalu buru-buru pulang untuk bercinta, kalau aku terlambat pulang dia akan marah-marah. Tetapi dia mulai berubah ketika SMA dan ketika mulai menemukan komunitas L yang suka party. Pertama aku memang sering diajak, tapi aku nggak terlalu suka dengan party. Lalu dia mulai sering pergi sendiri dengan teman-temannya. Dia mulai malu pergi denganku dan berusaha merubah penampilanku seperti teman-temannya. Aku jadi tidak nyaman dan sering merasa tersiksa. Aku juga tahu kalau dia mulai banyak penggemarnya. Sampai akhirnya dia merasa malu karena aku melamar jadi satpam. Dia meminta aku tidak jadi satpam dan mau memasukan aku bekerja di orang tuanya. Tapi aku tidak ingin hidupku bergantung terus kepada dia. Kadang aku seperti merasa jadi isteri simpanan. Dia kalau ingin berhubungan seks, dia akan meminta aku untuk menginap di rumahnya. Tapi kalo dia sedang bersama yang lain, dia minta aku jangan datang. Pernah aku tidak mau datang, dia marah sekali. Aku jadi seperti gigolo saja, kapan dia pengen sex manggil aku untuk memuaskan dia. Dia tidak pernah menghargai aku dan semua selalu diukur dengan uang atau diselesaikan dengan uang. Bagaimanapun aku juga punya harga diri. Dan aku bisa mandiri kok, aku masih bisa bekerja dengan tenagaku sendiri. Aku tidak ingin dianggap sebagai property dia, milik dia yang bisa diapakan aja semau dia. Ya..begitulah kisahku”Kata Sari mengakhiri ceritanya bersamaan dengan penjual martabak yang datang membawa pesanan mereka.
“Ini mbak, martabaknya”Kata abang penjual martabak.
“Makasih ya sudah mau cerita”Kata Risa ditelinga Sari dan mencium punggungnya.
Sari merasa lega telah menceritakan semuanya ke Risa. Dia mengambil tangan Risa dan menciumnya dengan lembut. Malam ini adalah malam yang paling membahagiakan buat Sari dan Risa. Risa merasa kalau Sari juga jatuh cinta dengannya. Risa senang karena Sari mau terbuka dan menceritakan masa lalunya. Risa merasa baru kali ini dia menemukan seseorang yang baik dan tidak macam-macam seperti pasangannya yang lalu lalu.

*****
Sari kaget ketika masuk gang rumahnya terlihat Mobil Luna parkir di depan rumahnya. Sari menghentikan motor yang dia kendarai.
“Ada apa Sar?Tanya Risa
“Ada mobil Luna”Kata Sari sambil menunjukan mobil yang parkir di depan rumah.
“Jadi gimana? Mau balik ato pulang? Ya dihadapi aja, bagaimanapun dia pernah baik sama kamu khan. Kamu lihat apa maunya”.
Sari mengangguk dan mejalankan motornya kembali. Sampai depan rumah Sari memasukan motor ke dalam rumah dan minta Risa untuk masuk menemui ibunya. Sari keluar dan menemui Luna yang duduk di dalam maobilnya. Melihat Sari menghampirinya, Luna membuka pintu mobilnya dari dalam dan minta Sari masuk. Dengan enggan Sari masuk ke dalam mobil Luna. Sari merasa tidak suka dan tidak nyaman. Sari melihat Luna yang sudah banyak berubah. Dia merasa seperti tidak mengenal Luna lagi. Wajahnya dibalut make up ala gothic dan kukunya di cat hitam. Sari merasa asing dengan Luna. Luna bukan lagi Luna yang dia kenal sejak kecil, Luna yang pernah mengisi hari-harinya. Luna yang dia sayang dulu.

Sari juga melihat kalau Luna sekarang merokok. Mobilnya tercium asap rokok dan Sari juga melihat rokok Marlboro putih di dash board mobil Luna. Luna memang benar-benar berubah gaya hidupnya. Sari makin asing dan tidak mengenal lagi Luna. Dia seperti orang lain bagi Sari. Sari makin tidak suka ketika Luna menjalankan mobilnya.
“Kita mau kemana?tanya Sari dengan ketus.
“Kenapa?kamu takut sama pacarmu itu? Sejak kapan dia sudah tinggal di rumahmu? Hebat ya kamu sudah begitu gampang melupakan hubungan kita dan langsung punya pacar”Kata Luna dengan emosi dan marah.
Sari merasa tidak suka dengan sikap Luna yang seakan-akan dia masih miliknya. Tetapi Sari berusaha menahan diri dan tidak ingin terpancing kemarahan Luna. Dia ingin menyelesaiannya dengan baik-baik.
“Bukankah kamu malu dengan aku dan sudah tidak ingin berhubungan dengan aku. Kamu khan malu punya pacar satpam yang kere ini. Sudahlah hubungan kita sudah selesai beberapa bulan yang lalu. Bukankah kamu juga sudah dengan Francis!”
“Jadi ini caramu mau menyakiti aku?
“Sudahlah, Hubungan kita sudah selesai kok. Aku tidak perlu minta ijin mau jalan dengan siapa, begitu juga kamu. Kita jalani hidup kita masing-masing”Kata Sari dengan tenang.
“Apakah kamu sudah tidak mencintaiu lagi?Tanya Luna dengan menitikan air mata.
“Luna, kita sudah tidak bisa bersama lagi, perbedaan kita makin jauh dan aku tidak cocok buat kamu dan aku percaya, kamu akan lebih bahagia bersama orang lain daripada aku. Dan mari kita jalani hidup kita masing tanpa saling menyakiti”
Luna menghentikan mobilnya dipinggir jalan dan mulai menangis. Biasanya Sari akan memeluknya dan tidak tega melihat Luna menangis. Tetapi kali ini dia tidak ingin memberikan harapan buat Luna.
“Makasih untuk semua yang kamu berikan dan maafkan aku kalo tidak bisa memenuhi semua keinginanmu selama ini”
“Tapi aku masih mencintaimu, aku masih ingin bersamamu. Apakah sudah tidak ada cinta dihatimu?Tanya Luna dengan wajah memelas. “Aku merindukanmu Sar!Lanjutnya
“Luna, kamu tidak mencintaiku! Kamu cuma ingin memiliki aku aja. Sudahlah aku tidak ingin bertengkar dengan kamu. Aku ingin kita berpisah dengan bai baik. Dan kita jalani hidup kita masing masing.
“Sar, boleh aku meluk kamu untuk terakhir kali?
Sari kelihatan ragu dengan permintaan Luna. Belum sempat dia memutuskan Luna sudah memeluknya. Sari tidak mungkin menolaknya. Dan tiba tiba Luna berusaha menciumnya tapi Sari berhasil mengelak dan menghindar.
“Please, Lun! Jangan lakukan itu”
Wajah Luna memerah atas penolakan Sari. Dia merasa dilecehkan atas penolakan Sari. Dia yang selama ini tidak pernah ditolak tiba-tiba mendapatkan kenyataan Sari tidak menginginkannya dan menolaknya. Dia menjadi marah dan mengusir Sari dari mobilnya.
“Keluar kamu dari sini!”teriaknya dan mendorong Sari keluar.

Sari hampir terjatuh keluar dari mobil Luna. Luna segera menarik pintu mobilnya dan menjalankan mobilnya dengan kencang. Sari hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Luna yang masih saja kekanak-kanakan. Beda sekali dengan Risa yang begitu dewasa. Sari langsung teringat Risa yang sudah menunggunya di rumah. Dia langsung memanggil ojek yang berada disana dan minta diantar pulang. 

Sari membayar tukang ojeg begitu sampai di depan rumahnya. Dari halaman terdengar suara tawa ibunya yang begitu lepas dan ceriah. Baru kali ini Sari mendengar ibunya tertawa. Selama ini memang dia jarang melihat ibunya tertawa dengan lepas. Semua tenaga dan pikirannya tercurah bagaimana caranya mencari uang agar dapat menyekolahkan Sari dan Ayu. Sampai mereka lupa bagaimana rasanya bersenang-senang. Sari senang sekali karena Risa bisa membawa kecerian dalam rumahnya. Mungkin juga ibu sudah merasa lega karena dia sudah lulus sekolah dan mendapatkan pekerjaan. Sehingga bebannya mulai berkurang dan pemasukan juga bertambah dengan bekerjanya Sari.

Sari segera masuk dan disambut oleh mereka. “Ayo sini, sebelum habis lho!kata Risa. Sari segera duduk di lantai bergabung dengan mereka. Dia mengambil martabak asin beserta cabe hijaunya. Sari dapat melihat tatapan mata ibunya yang ingin bertanya soal Luna. Tapi ibu seperti menahan diri untuk bertanya karena ada Risa bersama mereka. Sari tidak tahu apakah ibunya mengetahui dia lesbian atau tidak. Tapi ibunya pernah menasehati dirinya soal Luna. Sari masih ingat waktu itu ibunya berkata “Kamu sebaiknya jangan terlalu dekat dengan Luna. Kamu harus tahu kita itu orang miskin. Ibu tidak ingin kalau keluarganya Luna tidak suka dengan kamu. Bagaimanapun dia itu anak bos dan kamu ini cuma pembantu. Ibu tidak ingin nanti kamu jadi kecewa dan sakit hati. Kamu harus tahu diri siapa kita dan siapa mereka. Cuma kamu dan ayu yang ibu punya. Kita itu tidak punya apa-apa dan siapa-siapa. Ibu tidak ingin terjadi sesuatu dengan kamu.”

Sari hanya diam saja waktu itu. Dia tidak berani bertanya maksud dari perkataan ibunya. Apakah ibunya mengetahui hubungan percintaannya dengan Luna atau hanya menganggap hubungan pertemanan saja. Waktu itu Sari hanya menjawab “Iya bu, Sari mengerti. Sari akan menjaga diri, ibu tidak usah kuatir”  dan memang hubungan mereka mulai renggang waktu itu. Luna mulai menemukan teman-teman L barunya dan dia juga mulai asik dengan dunia malam. Sedangkan Sari sibuk membantu ibunya berjualan atau kulakan di pasar. Dia menggunakan waktunya unuk belajar agar dapat lulus dengan nilai yang bagus. Sejak itu, ibu tidak pernah menyinggung soal Luna lagi. Kemarin ketika Risa datang menginap, Sari tahu kalau ibunya suka dengan Risa. Dia berkomentar kalau Risa itu baik, supel dan pintar jualan.

****
Sambil rebahan di ranjang Sari memandangi Risa yang sedang membersihkan wajahnya. Dari tadi senyumnya tak pernah lepas dari bibirnya. Kejadian yang tidak menyenangkan bersama Luna seakan menguap tak berbekas. Dia lebih menikmati kebersamaannya dengan Risa. Hatinya berbunga-bunga, baru kali ini ada perempuan cantik yang menginap di kamarnya yang sepi. Sari dapat mencium bau harum sabun dari tubuh Risa. Risa tidak sadar kalau dirinya sedang ditatap oleh Sari.
“Hei..ternyata aku diawasi ya!
“Habis enak ngeliatin kamu!Kata Sari dengan nakal.
“Makanan kali enak”
“Kalo boleh dimakan sudah aku makan”Kata Sari sambil tertawa
“Ihh..sadis!Katanya sambil mendekati Sari yang masih rebahan.
Sari menggeser tubuhnya agar Risa bisa duduk di ranjang. Risa duduk di ranjang sementara Sari masih menatap dengan penuh kekaguman. Risa mendekatkan kepalanya dan mencium bibir Sari. Sari membalas ciuman Risa dengan lembut. Jantungnya berdetak dengan cepat, aliran darah seakan mengalir dengan cepat keseluruh tubuh. Tangannya menyentuh wajah Risa, Risa merebahkan tubuhnya di sebelah Sari. Mereka berciuman dengan lembut dan lama.

Sari menantap wajah Risa dengan penuh kekaguman ketika mereka berhenti ciuman. “Kamu cantik sekali dan aku seperti kena sihirmu”. Wajah Risa memerah mendengar pujian Sari. Belum pernah dia ditatap penuh kekaguman oleh seseorang bahkan oleh pacar-pacarnya terdahulu. Mereka rata-rata kagum setelah Risa melepas pakaian. Mereka hanya kagum dengan tubuh Risa dan ingin berhubungan seks saja. Tetapi beda dengan Sari yang tidak mencari kesempatan dengan kebersamaan mereka. Risa dapat merasakan kalau Sari memang jatuh cinta dan tulus mencintainya. Meskipun baru beberapa hari ini mereka bersama. Risa dapat merasakan semua ketulusan dan kejujuran Sari.

“Hati-hati, nanti kamu jatuh cinta lho!Kata Risa menggoda
“Memang, aku sedang jatuh cinta sama kamu. Semoga cintaku tidak bertepuk sebelah tangan”
Risa tersenyum bahagia mendengar jwaban Sari, sekarang dia benar benar merasa yakin dengan jawaban Sari itu.
“Jadi kita bagaimana?Tanya Risa
“Kamu sudah tahu keadaanku dan keluargaku, apa kamu masih mau berelasi dengan diriku? Aku tidak ingin kamu nanti menyesal”Jawab Sari dengan serius.
“Keluargaku juga bukan orang kaya. Ibuku jualan nasi pecel di Kediri. Ayahku juga sudah meninggal. Ibu tinggal bersama kakak perempuanku yang janda. Suaminya menikah lagi. Kakak perempuanku buruh di pabrik rokok. Punya anak perempuan satu. Mau nggak aku ajak pulang ke kediri kalau ada waktu?
“Wah ya mau dong!”Kata Sari enuh semangat.
Tetapi tiba-tiba wajah Sari berubah, dan Risa langsung menangkap perubahan itu. Dia melihat ada keraguan di wajah Sari.
“Ada apa?Tanya Risa.
“emmm..Apa boleh kalau di tempat kerja kita pura-pura tidak pacaran?Tanya Sari dengan ragu ragu.
“Iya, memang sebaiknya begitu. Aku juga minta kamu tidak cemburu, marah atau terpancing emosi seandainya Juki melakukan sesuatu terhadap diriku. Kamu nggak usah membela aku ya! Aku bisa mengatasinya.”
“Apakah dia masih suka ganggu kamu?
“Nggak terlalu akhir-akhir ini, mungkin sudah bosan karena aku tidak menanggapi. Tapi kalu dia dengar aku jalan sama kamu, dia pasti akan cari perkara!”
“Iya sebaiknya kalau di tempat kerja kita backstreet aja”Kata Sari sambil tersenyum.

Sari kembali membelai wajah Risa, dia merasakan kebahagian yang sangat dalam. Semua teras seperti anugerah yang indah dan hidupnya seperti sempurna. Dia telah memilik pekerjaan dan sekarang memiliki pacar yang baik dan mengerti keadaannya. Dan yang paling membahagiakan adalah Ibunya juga menyukai Risa. Dia merasa bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan yang telah memberikan kebahagian dan keberuntungan seperti sekarang ini. “Ya, Tuhan semoga semua berjalan sesuai rencanamu. Amin” Doa Sari dalam hati.

1 comment: