Cinta dan Realitas



Mel…..
Melinda terkejut dengan teriakan yang begitu kencang ditengah Sogo yang lengang itu. Suara yang dulu begitu akrab ditelingah dan selalu dirindukan bertahun lamanya. Melinda menoleh kearah datangnya suara itu. Ternyata wajah yang pernah menghias mimpinya dimasa lalu.  Leny, temannya ketika di SMA dua puluh empat tahun yang lalu. Melinda melihat Leny, perempuan itu sudah tidak sama dengan yang dai kenal dulu. Kini dia tampak lebih matang, lebih cantik dan terawat. Dia mendekati Leny dan mencium pipinya. Dia memandang wajah leny dengan kerinduan dan dia melihat itu masih sama, mata yang ikut tertawa dan ada kenakalan kanak-kanak bila sedang bergembira. Mata yang selalu sulit buat dia untuk menolak bila meminta sesuatu.  
                “Sama siapa Mel?
Leny memegang kedua tangan Melinda dan terlihat gembira sekali. Kelihatan bagaimana dia sangat merindukan Melinda yang tiba-tiba menghilang dari hidupnya.
                “kamu kemana aja sih? Kok menghilang begitu saja dan nggak pernah kontak-kontak!.
Melinda hanya tersenyum dan diam-diam menikmati suara Leny yang nyerocos tanpa bisa dihentikan seperti kereta ketika bertanya atau bercerita. Dia sadar betapa lama sekali tidak mendengar suara cempreng yang selalu mengusik ketenangan hatinya.
“Aku sama mamaku. Iya, aku pindah Jakarta dan memang waktu itu nggak sempat kasi tahu kalo pindah.Kamu sendiri sama siapa? Melinda berusaha mengalihkan pertanyaan Leny.
                “Tuh, sama Andy dan anak-anak”Jawab Leny sambil menunjuk kearah pakaian Giordano.

Melinda seketika serasa melihat hantu di siang bolong. Apa benar itu anak Leny? dia masih tidak mempercayai apa yang dilihatnya. Shit, kenapa aku tidak tahu kalau dia anak Leny!
                “Itu, yang pake kaos pink anakku yang paling gede Cindy namanya”.
Melinda masih bengong dan tidak percaya dengan apa yang dilihat. Pikirannya segera melayang ke beberapa hari yang lalu ketika di sebuah karoke Happy Puppy, dia mengecup bibir Cindy yang ternyata anak Leny. Perempuan yang mengisi hari-harinya ketika SMA dan masih bersemayam dihatinya hingga kini. “Oh, my God. Pantas saja kenapa kalau melihat dan bersama Cindy aku selau merasa seperti dengan Leny. Aku harus cepat-cepat pergi dari sini, sebelum Cindy melihat”.
                “Ayo, aku kenalin ke anakku dan Andy pasti senang ketemu kamu”.
Melinda melihat mamanya juga sedang mencari cari dia dan dia merasa ini kesempatan untuk melarikan diri.
“Lain kali aja Len, tuh mamaku sudah cari-cari aku! Jawab Melinda sambil melambaikan tangannya ke mamanya.
                “Kapan-kapan kamu main dong kerumah, oya berapa pin BB mu?
Melinda memberikan pin BBnya kepada leny dan buru-buru pergi. Tiba-tiba ada perasaan yang tidak nyaman menyeruak dalam hatinya. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Melinda berjalan menghampiri mamanya yang sedang mencari dirinya.
                “Ayo ma, kita keluar dan makan aja dulu!”
                “Iya, mama juga sudah lapar”
Melinda dan mamanya keluar dari Sogo. Melinda masih tidak mempercayai apa yang dilihatnya barusan. Melinda masih ingat dia bertemu dengan Cindy ketika ada acara di sebuah organisasi LGBT enam bulan yang lalu. Waktu itu Melinda dikenalkan oleh Lily sahabatnya yang juga pernah jadi mantannya di suatu waktu yang lalu. Sejak itu mereka sering bertemu dan jalan bareng-bareng dengan teman komunitas. Cindy menunjukan secara terbuka kalau dia menyukai Melinda. Waktu itu Lily sudah mengingatkan dia kalau Cindy menyukai dia dan dia juga memberitahu kalau Cindy masih muda dan lebih cocok jadi anaknya daripada pacaranya. Melinda hanya tertawa mendengar nasihat Lily.
“Emang siapa yang melarang? Emang nggak boleh pacaran dengan anak yang lebih muda usianya? Lagian siapa yang mau pacaran sama Cindy. Kamu nggak sedang kena syndrome merasa kalah bersaing dengan yang muda khan! .
“Kamu pikir aku tidak tahu gelagatmu?  Jangan-jangan kamu beneran sedang jatuh cinta dengan Cindy ya?
                “Kamu nggak sedang jealous khan?

Melinda memang tidak menyangka kalau Cindy masih berusia 20 tahun karena wajahnya terlihat Dewasa. Gayanya juga tidak sepeti ABG, cara berpikirnya juga beda dan sangat matang untuk pemikiran seusianya.   Sedangkan Melinda sendiri wajahnya terlihat lebih muda dari usianya. Cara berpakaiannya masih trendy seperti anak muda dan selalu gaul menempatkan diri. Gayanya sporty dan keren. Kadang selintas mirip gaya boyband dari Korea dengan model potongan rambut pendek dan unisex. Melinda memang tidak menghindari Cindy meskipun tahu kalau Cindy menaruh harapan kepada dia. Melinda merasa suka dengan Cindy, ketika bersama dengannya, dia merasa seperti bersama Leny. Cara dia ketawa juga sama, bicaranya yang suka ceplas ceplos dan kadang kalau cerita tidak bisa berhenti. Melinda sadar kalau perbedaan usai yang jauh bisa menjadi kendala dan dia sendiri tidak yakin apakah dia bisa menjalin hubungan dengan Cindy. Bersama Cindy dia seperti mengalami Dejavu, seakan-akan bersama dengan Leny.

Selama ini dia berusaha menahan diri agar tidak melakukan sesuatu yang diluar batas. Meskipun Melinda tahu kalau dia bisa saja dengan gampang megajak Cindy bercinta. Ada sesuatu yang membuat dia merasa kembali dimasa bersama Leny. Melinda merasa bahagia dan menjadi muda. Kecerian masa muda seperti berputar dan berulang di usianya sudah tidak muda lagi. Hidupnya kembali ceria dan penuh warna. Mereka berdua sering bbm an, sering telpon dan dan janjian ketemu makan siang atau makan ice cream di zagrandi, tempat dimana dia dan Leny sering makan ice cream bersama. Melinda tidak menyangka kalau Cindy cerita tentang mamanya itu adalah Leny.
                “Kamu kenapa Mel?Tanya Mamanya membuyarkan pikiran Melinda yang melayang.
                “Nggak apa apa Ma! Habis makan kita pulang ya ma”
Mama Melinda hanya mengangguk dan melanjutkan makannya. Sedangkan Melinda pikirnnya masih tertuju kepada Cindy dan Leny. Dua perempuan beda jaman, serupa tapi tak sama. Satu dari masa lalu dan satu dari masa sekarang.

******

Melinda pulang ke rumah mamanya dan masuk ke kamarnya. Kamarnya tidak berubah dan masih sama seperti dulu. Sebelum dia tinggalkan ke Jakarta. Dia membuka lemari belajarnya yang dibuat sendiri oleh Papanya. Dia mengambil salah foto SMA yang ditempelkan didinding lemari belajarnya. Melinda melihat foto dirinya bersama Leny ketika mereka piknik bersama di Batu-Malang. Leny terlihat tertawa lebar sambil memeluk dirinya. Pikiran Melinda segera melayang ketika masih SMA. Ketika dia pertama kali masuk di SMA Katholik terbaik di Surabaya. Dia mendapat kemudahan untuk masuk sekolah karena dia atlet Basket yang sedang bersinar. Semua pecinta basket di Surabaya mengenalnya, bagaimana aksinya yang agresif dilapangan dan selalu menjadi top scorer dis etiap pertandingan basket. Begitu masuk di SMA hampir semua anak pemain basket di Sekolah sudah mengenalnya. Dia langsung menjadi terkenal dan menjadi team inti pemain basket.

Teman sebangkunya pertama kali adalah Leny. Melinda merasa cocok dengan Leny karena dia orangnya polos, ceplas-ceplos, lucu, baik dan pikirannya masih seperti kanak-kanak. Kadang Leny bisa berkata sesuatu yang membuat orang tertawa tapi dia sendiri tidak mengerti maksudnya. Melinda tahu kalau Leny suka kepadanya tetapi dia ragu sukanya itu suka seperti suka kepada lawan jenis atau suka karena merasa cocok dalam pertemanan. Melinda membiarkan saja perasaan itu dan dia sendiri suka dengan Leny karena Leny seperti selalu melayani dirinya, memujanya dan seperti anjing kecil yang setia ikut majikannya kemana saja. Leny selalu mencatatkan pelajaran yang diterangkan atau ditulis. Kadang membelikan Melinda jajan atau makanan. Leny sendiri anak orang kaya, orang tuanya pedagang grosir di Pasar Turi. Sedangkan Melinda keluarganya pas-pasan, ayahnya bekerja sebagai pegawai biasa yang masih menggunakan sepeda untuk ke tempat kerja. Karena prestasi Melinda di Olahraga dia bisa ikut membantu perekonomian keluarga dan membayar uang sekolahnya sendiri.

Melinda yang tidak punya saudara perempuan merasa suka kedekatannya dengan Leny.  Makin lama keduanya makin akrab. Setiap hari mereka selalu bersama, kalau istirahat mereka bermain basket bersama. Kalau pulang sekolah Leny selalu mengajak Melinda pulang kerumahnya yang kebetulan rumahnya dekat dengan sekolah. Mereka makan siang bersama di rumah Leny yang sepi itu. Mendengarkan music atau nonton film laser disc yang pada waktu itu hanya orang kaya saja yang mempunyainya. Kamarnyapun ber-ac dan ranjangnya bukan ranjang kapuk seperti di rumah Melinda tetapi ranjang pegas. Kadang mereka tidur siang bersama atau kadang mereka mengerjakan tugas bersama. Leny bukan anak yang terlalu pandai di sekolah dan Melinda adalah anak yang cerdas sehingga Melinda sering membantu Leny dalam pelajaran sekolah. Mereka seperti dua orang yang tak terpisahkan. Kemana Melinda pergi disitu selalu ada Leny. dia seperti pengikut setia Melinda dan mengidolahkan Melinda. Tetapi yang suka dengan Melinda tidak hanya Leny. Banyak teman-teman cewek yang suka dengan Melinda. Selain badannya yang tinggi dan tegap wajahnyapun cantik kalau jadi perempuan dan ganteng kalau jadi laki-laki. Berhubung rambutnya yang selalu cepak, dia terlihat ganteng. Banyak teman cowok yang merasa cemburu dengan Melinda di sekolah. Tetapi Melinda orangnya pintar bergaul sehingga akhirnya semua cowok jadi suka dengannya. Bahkan Melinda sering diajak ikut berjudi kecil kecilan dibelakang sekolah dan Leny yang jadi pengawas bila ada guru atau suster yang lewat. Melinda juga diajak ikut nonton berantem atau kegiatan teman-teman cowok lainnya.

Melinda pernah membuat guru bahasa Inggris yang magang menangis dan keluar dari kelas. Dengan isengnya dia yang mempunyai bola yang bisa bunyi nyet..nyet, dibunyikan setiap Bu Indra berbicara. Dan ketika Bu Indra meminta bola itu, Melinda melemparkannya ke teman cowoknya yg lain sehingga Bu Indra seperti kucing yang mengejar bola dan membuat satu kelas ribut,  mentertawakan Bu Indra. Tidak hanya itu Melinda juga pernah membakar celana seragam temannya yang duduk di depannya. Dengan menggunak korek gas dia menyalakan korek itu dan mendekatkan dipantat temannya dan temannya itu akan berteriak kepanasan, pernah karena jaraknya terlalu jauh antara api dan celana, celana itupun terbakar dan menjadi gaduh di kelas. Seketika Melinda ikut panic dan merasa bersalah dengan Yudi yang pantat celananyaterbakar. Meskipun Melinda bandel di sekolah, tidak ada guru yang berani menegur kecuali Bu Bernadette, kepala sekolah yang dianggap galak oleh Melinda. Pernah suatu hari ketika Melinda mengambil sepatu temannya yang dilepas dan dengan gaya shooting basket untuk dimasukan ke tong sampah di depan kelas. Tetapi naas waktu itu Bu Bernadette lewat dan mengenai beliau. Sehingg ketika mengambil Rapor, Ayah Melinda dipanggil ke kantor dan kena omel oleh Kepala Sekolah. Pak Jaya, Ayah Melinda selalu mengerti anaknya sehingga dia tidak memarahi Melinda. Kebandelan  Melinda membuat dia makin popular dan disukai teman-teman di Sekolah. Hanya karena dia cerdas dan jagoan basket yang sering mengharumkan nama sekolah di luar maka dia tidak dikeluarkan dari sekolah.

Karena kepopuleran dan kecerdasannya itu akhrinya dia dipilih teman-teman untuk menjadi Ketua Osis di Sekolah. Sejak ada dia di Sekolah team basketnya menjadi maju pesat. Melinda membantu melatih team basket sekolah. Ketika pertandingan basket antar sekolah teamnya sering juara. Hal ini membuat dia juga disayangi oleh para guru-guru. Semua anak selalu berusaha untuk menjadi temannya entah itu adik kelas atau kakak kelas. Karena kedekatannya dengan Melinda, Leny pun ikut popular di Sekolah. Bahkan ada anak cewek adik kelas yang naksir Melinda dan bertanya terus terang ke Leny. Apakah dia pacarnya Melinda? Ketika Leny menjawab bukan, dia langsung minta didekatkan kepada Melinda. Dengan emosi Leny melaporkan hal itu ke Melinda.
“Mel, iku lho onok arek kelas 1 seng naksir sama kamu”
Leny merasa kesal karena cewek itu terlihat manis dan berani mengatakan perasaannya sedangkan dia sendiri tidak pernah berani mengungkapkan perasaannya kepada Melinda.
                “O, ya”
Melinda dengan kalem dan cuek sambil tetap membaca novel Barbara Cartland. Dia sama sekali tidak terusik dengan cerita Leny karena baginya yang lebih penting adalah kedekatannya dengan Leny daripada yang lainnya. Melihat Melinda yang cuek dan masih membaca, membuat Leny menjadi  lebih sewot.
“Kamu itu, mbaca thok ae! Wajah macho tapi bacaane kok kayak gini”Katanya sambil menarik novel Melinda dan dibawa pergi ke kantin.
Melinda segera mengikuti Leny yang berjalan ke kantin. Dan duduk di meja kantin sedangkan Leny ke tempat penjual makanan. Dia membeli es kelapa dua gelas, satu buat Melinda dan satu buat dirinya sendiri.
                “Makasih! Kamu kenapa sih. Kamu nggak cemburu khan?
Sambil menyeruput es degannya Melinda mengamati wajah Leny. Diam-diam Dia suka sekali ketika Leny memperlihatkan ketidaksukaannya kepada adik kelas mereka yang naksir Melinda. Dia makin yakin kalau Leny menyukainya dan tidak hanya sekedar suka tapi mencintainya.itu membuat dia senang dan ada ketenangan menyelimuti hatinya, hidupnya semanis es degan bersirup merah yang dia minum.

Ketika libur kenaikan ke kelas 3 Melinda mengajak teman-teman satu kelas untuk pergi belibur ke Batu-Malang. Melinda langsung membagi tugas siapa saja yang bertugas mencari sewa bis, sewa vila dan konsumsi. Semua temannya suka dengan rencana itu. Melinda bisa mengatur agar temannya yang tidak mampu juga bisa ikut tanpa bayar. Tidak semua ikut dalam Bis, ada yang naik motor sehingga nanti mempermudah kalau mau belanja atau lainnya. Ada juga yang bawa mobil sendiri, acara itu benar-benar, membuat semua temannya gembira. Pembagian kamar, ada yang satu kamar berempat, berenam dan hanya Melinda yang cuma sekamar dengan Leny. Tidak astupun dari mereka yang protes karena hanya Melinda yang cuma sekamar berdua dengan Leny. Bahkan ada yang lebih memilih tidur di ruang tamu rame-rame beralaskan karpet.

Di tengah malam yang dingin ketika mereka berdua sedang di kamar dan sudah mulai siap tidur. Leny mengatakan kepada Melinda kalau dia kedinginan. Leny menatap Melinda dengan tatapan yang mengingkan pelukan. Tiba-tiba Melinda jadi membeku terpana dan tak bergerak sedikitpun. Diam-diam dia menjadi takut dengan apa yang dihadapi. Dia tiba-tiba tersadar dengan kenyataan dan merasa dia bukan siapa-siapa. Dia menjadi takut tidak bisa membahagiakan Leny yang sudah terbiasa hidup berlebihan. Melinda takut meraih cinta dengan keadaan keluarganya yang pas-pas an. Dia harapan satu-satunya keluarga yang bisa memperbaiki ekonomi keluarga. Dia tidak ingin mengecewakan papanya, dia masih ingat bagaimana papanya harus kerja lembur hanya untuk membelikan dia sepatu basket. Dia tidak ingin konsentrasinya hilang dan terganggu dengan berpacaran. Bukan dia tidak mencintai Leny, tapi dia tahu kalau dia sangat mencintai Leny dan kalau sampai mala mini dia bercinta dengan Leny, dia merasa tidak akan bisa melepaskan Leny.

Leny masih menunggu dan berharap Melinda akan memeluknya dan menghangatkan dia. Leny menatap Melinda yang diam dan terlihat aneh wajahnya. Dia memegang kedua tangan Melinda dan terus berharap Melinda akan memeluknya.
                “Mel, aku kedinginan!
Melinda tetap diam, dia menjadi bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dia ingin sekali memeluknya, menciumnya tetapi ada perasaan takut. Takut kalau dia akan melukai Leny dan tidak dapat membahagiakan dia. Melinda memandangi wajah Leny yang mulai memucat karena kedinginan. Dia tahu kalau dia sangat menyayangi Leny lebih dari apapun.  Melinda bangun mengambil selimut, menyelimuti Leny dan dia membalikkan badan tidur. Leny tidak menyangka reaksi Melinda, dia menatap Melinda yang memunggunginya dan tidur.  Hati Melinda seperti ditusuk dan wajahnya memanas seperti ditampar. Leny merasa malu sekali dan sakit atas sikap Melinda. Dia merasa telah ditolak oleh Melinda. Dia membalikkan badannya mengahdap ke tembok, air matanya mengalir. Penolakan yang tak pernah terpikirkan dan membanting harga diri Leny. Dia merasa kedekatannya selama ini tidak memberikan arti dan rasa buat Melinda. Leny selama ini berharap Melinda akan menyatakan cintanya kepada dia. Malam ini Leny seakan mendapatkan jawabannya. Dia tidak pernah menginginkanku, lalu aku ini dianggap apa? Pembantunya? Orang yang melayani dia! Air mata Leny makin mengalir, hatinya sakit sekali dan kecewa. Aku telah mempermalukan diriku sendiri, sungguh bodoh aku!

Melinda merasa gelisah dengan perasaannya, kenapa dia tidak berani memeluk leny? Melinda membalikkan badan, menatap punggung Leny dengan gelisah. Dia tahu kalau Leny sedang menangis dan terluka. Dia ingin sekali memeluknya dan menenangkan Leny. Hati Melinda ikut hancur melihat orang yang dicintainya sedang sedih dan menangis, dan dia sendiri yang telah melukainya. Melinda hanya bisa menangis dan menyesal. Maafkan aku sayang! Aku tidak bermaksud melukaimu. Tetapi kata-kata itu tidak pernah terucap, mulut Melinda seperti terkunci. Tangan Melinda terjulur dan ingin membelai rambut Leny tetapi dia urungkan itu. Dia takut nanti akan melukai Leny lebih dalam. Lebih baik kamu terluka sekarang dan kita belum melakukan apa-apa. Semoga kelak kamu tahu kalau aku mencintaimu dan ini untuk kebaikan kita bersama.  Melinda keluar dari kamar tidur, dia tidak tahan melihat Leny yang sedang sedih dan menangis. Dia memilih bergabung dengan Andy dan teman-teman lain main gaple di luar untuk menghilangkan rasa sedihnya. Ditinggal Melinda sendiri dikamar membuat Leny makin sedih, kesal, malu dan kecewa. Besok lebih baik aku pindah kamar saja, atau mengajak yang lain untuk tidur di kamar ini.

Sejak kejadian malam itu Leny jadi menjauh dari Melinda. Leny mulai mendekati Andy yang memang tertarik dengannya sejak mereka kelas satu. Dengan sengaja di depan Melinda, Leny bersikap mesra dan kadang menggandeng Andy. Mengambilkan Andy makan atau membuatkan kopi, tanpa menawari Melinda. Dia ingin sekali melihat Melinda cemburu atau marah. Kadang mereka pergi berdua naik motor mancing ikan atau ke kota.  Melinda berusaha menyembunyikan kecemburuannya, kesedihannya dan kadang ketika sedang mandi, dia menangis dan menumpahkan kesedihannya. Dia jongkok memeluk lututnya meredam rasa sakit dihatinya yang menghujam begitu dalam, dia biarkan dirinya menggigil kedinginan karena rasa sakit itu lebih kuat daripada rasa dingin.

Melihat Melinda yang cuek dan tidak bereaksi atas kedekatanya dengan Andy, membuat Leny semakin terpuruk dalam jurang kekecewaannya. Mungkin ini adalah akhir dari kedekatanku dengan dia, aku mengahrapkan orang yang salah. Leny akhirnya membiarkan dirinya diterima oleh Andy. Dia menerima pernyataan cinta Andy dan menjadi kekasihnya. Sepulang dari Batu Leny dan Andy makin lengket. Leny benar-benar meninggalkan Melinda. Mereka jadi saling diam, berbicara seperlunya dan Leny memilih pindah duduk dengan Andy. Selama ini mereka selalu bersama dan kini Leny selalu bersama dengan Andy. Bahkan kadang mereka sering bolos berdua. Melinda sebetulnya ingin menanyakan hal itu tapi dia tidak cukup punya keberanian dan hanya dapat berdiam diri. Melinda merasakan sakit yang mendalam melihat kebersamaan Andy dan Leny. Melinda melampiaskan perasaannya dengan berlatih basket lebih giat lagi. Bahkan akhirnya Melinda menerima tawaran berlatih di Jakarta dan melanjutkan sekolah kelas 3 di Rangunan Jakarta. Bahkan dia tidak sempat mengucapkan perpisahan dengan Leny, orang yang dia cintai. Melinda merasa lebih baik seperti itu daripada harus ada yang terluka.

*****
Ketika sedang memeriksa angka-angka di depan laptopnya, BB Melinda berbunyi. Ternyata dari Leny yang ingin mengajaknya makan siang. Melinda tidak menolak ajakan itu asal hanya mereka berdua dan mereka berjanji ketemu di Sutos. Melinda membereskan pekerjaannya dan langsung meluncur ke Sutos. Mereka berjanji bertemu di Restoran Betawi. Melinda naik ke lantai dua begitu memarkirkan mobilnya di parkiran Sutos. Dia melihat BBM nya, Leny memberitahukan kalau dia sudah menunggu di dalam restoran. Meskipun hari Senin tapi jam makan siang Sutos ramai pengunjungnya. Banyak orang yang makan siang di sini dan terlihat beberapa kelompok ibu-ibu yang asik bercengkrama sambil makan siang. Melinda terus saja berjalan melewati beberapa restoran. Restoran Betawai terletak agak di belakang, Melinda melihat Leny di dalam Restoran. Leny mengenakan kaos berwarna biru, rambutnya panjang dan dikeriting. Melinda masih merasakan getaran hatinya bila melihat Leny, perempuan yang pernah menempati hatinya di masa lalu. Melinda juga mendengar dari teman-teman kalau Leny pernah menggugurkan kandungannya ketika kelas 3 tidak beberapa lama setelah kepergiannya.Waktu mendengar itu hati Melinda jadi hancur berkeping-keping dan ada perasaan marah yang luar biasa. Tetapi Melinda juga sadar kalau dia yang menolak Melinda dan membiarkan Melinda bersama dengan Andy. Sejak itu dia berusaha untuk melupakan Leny.

                “Hi! Sori nunggu. Sudah pesan makan?
                “Belum, aku masih nunggu kamu”
Leny memanggil pelayan restoran. Dia mulai memilih makanan buat mereka berdua. Leny masih sama seperti dulu dan melayani Melinda seperti biasa. Leny rupanya masih ingat apa kesukaan Melinda.
                “Kamu baik-baik khan Len? Gimana kabarnya Andy?
 “Andy, sudah berubah tidak seperti dulu lagi, dia sekarang sudah sugih dan beda dengan dulu. Andy sekarang suka menggunakan obat-obatan dan suka main dengan ayam-ayam china”
Wajah Leny terlihat muram dan kusut seperti menahan beban yang sudah lama ditanggung. Nada suaranya terdengar lesu dan pasrah. Cerita Leny berhenti ketika pelayan mengantar makanannya.
                “Apakah kamu mencintai Andy?
Leny menantap wajah Melinda lekat lekat dan air matanya meleleh keluar. Pertanyaan itu seperti menusuk jantung Leny. Melihat Leny menitikkan air mata Melinda jadi salah tingkah dan serba salah. Melinda menggenggam tangan Leny, dan berusaha menguatkan Leny. Leny mengusap air matanya dengan tissue yang ada di meja.
                “Aku senang bisa ketemu kamu”Kata Leny sambil berusaha menghentikan tangisnya.
                “Iya, aku juga senang ketemu kamu”.
Melinda merasa senang bisa bertemu berdua dengan Leny.  Ada sebersit kekuatiran dalam hatinya, mengingat kedekatannya akhir-akhir ini dengan Cindy. Melinda makan dengan diam dan merasakan getaran hatinya yang terus bergejolak tak menentu.
“Kamu masih sama seperti 24 tahun yang lalu, tapi sekarang lebih gemuk dan keren”Kata Leny sambil menatap Melinda penuh kerinduan.
Melinda yang melihat tatapan Leny masih sama seperti dulu menjadi bergetar hatinya. Ternyata cinta itu masih ada di sana, dan Melinda jadi sadar dia menyukai Cindy karena dia merasakan kehadiran Leny dalam diri Cindy.

Melihat Leny yang sedang bersedih membuat dia jadi teriris-iris haatinya. Kenapa seperti ini? aku meninggalkanmu supaya kamu bisa bahagia.Ternyata aku salah, apakah kalau kamu bersamaku, kamu akan bahagia sayang? Melinda ingin memeluk dan menenangkannya. Melinda menggenggam tangan Leny, mengecupnya dengan lembut dan merasakan betapa dia sangat merindukan Leny.
“Mel, kamu dulu kenapa kok pergi nggak pamitan ke aku?Tanya Leny tiba-tiba sambil menatapnya.
Melinda yang mendapat pertanyaan mendadak seperti itu menjadi gelagapan. Dia tidak tahu apakah dia harus menceritakan yang sebenarnya atau tidak.
                “Mel, kamu tahu nggak seh, kalo aku itu suka kamu?
Melinda menganggukan kepalanya dan menunduk. Hati Melinda seperti tertusuk tusuk dan dia masih saja merasakan kecemburuan yang terpendam itu. Kecemburuan terhadap Andy dan yang membuat dia harus pergi ke Jakarta.
                “Tapi kamu khan sudah sama Andy”
“Iya, karena kamu tidak mau sama aku! Kamu tahu nggak kalo aku sama Andy itu karena aku ingin membuat kamu cemburu, tetapi kamu sepertinya tidak peduli. Kamu tidak pernah berusaha mendapatkanku, melarangku atau memintaku kembali ke kamu. Kamu hanya diam seakan-akan tidak terjadi apa-apa dan tidak ada rasa diantara kita.”Jawab Leny dengan perasaan kecewa, dan menerawang seakan memutar kilas balik.
                “Apa benar kamu pernah menggugurkan kandungan ketika kita kelas 3?
Mendapat pertanyaan seperti itu seperti membuka luka lama Leny. Kejadian yang membuat dia terjebak dalam situasi yang tidak menyenangkan. Dia menjadi pasrah dan menerima semuanya. Melupakan perasaannya, melupakan cintanya dan yang ada hanya kemarahan dan penyesalan. Memang dia yang salah karena marah dengan Melinda dan melampiaskan kemarahannya dengan ceroboh. Leny  kembali menitikan air matanya. Leny menarik nafas dalam-dalam seakan ada beban berat yang menimpah dirinya.
“Aku sebetulnya tidak mencintai Andy, tapi aku tahu kalo dia mencintaiku. Dia begitu baik dan lembut sama aku, aku seperti terhibur dengan perhatiannya dan mengobati rasa kecewaku sama kamu. Kami memang berciuman dan melakukan lebih dari itu, tapi nggak tahu kenapa selalu saja wajahmu yang terbayang. Setiap kali dia menciumku, aku selalu membayangkan, kamu yg menciumku. Aku nggak pernah mau kalo diajak bercinta sama dia. Tapi ketika kamu pergi dan tanpa kasi tahu, aku jadi marah dan seketika itu juga aku mengajak Andy bercinta. Gara-gara itu aku jadi hamil dan aku nggak pengen dikeluarkan dari sekolah. Kita berdua sama bingungnya dan menggunakan segala cara supaya keguguran tapi tetap saja tidak bisa. Akhirnya Andy menemukan dokter yang mau mengaborsi. Aku takut sekali waktu itu, aku takut kalau meninggal. Tapi untunglah semua berjalan baik dan aku tidak meninggal. Sejak itu Andy berjanji tidak akan meninggalkan aku apapun yang terjadi. Dia juga sama takutnya dengan aku. Dia berjanji akan menikahi aku, begitu lulus SMA dia memilih bekerja dan nggak kuliah. Aku waktu itu kuliah dan semester terakhir dia melamarku dan kami menikah. Sebetulnya aku pengen mencari kamu tapi aku malu, aku tahu kamu pasti tahu kalau aku menggugurkan kandungan. Aku rasanya malu sekali sama kamu, harapanku untuk bersama makin hilang dan musnah. Kamu pasti akan menganggap aku rendah dan bukan perempuan baik-baik. Aku menjadi bahan pembicaraan di sekolah, semua teman menyindir dan mencemooh aku. Apalagi sudah tidak ada kamu di Sekolah, selama ini mereka tidak berani menyentuh aku karena ada kamu yang selalu melindungiku. Aku menjalani semuanya dan berharap cepat lulus” 
“Maafkan aku ya Len. Aku nggak pernah berpikir merendahkanmu atau apa! Kamu tahu ketika kamu dekat dengan Andy, aku merasa sakit dan patah hati. Apalagi ketika kamu sudah tidak mau duduk disebelahku, hidupku jadi hampa dan sepi. Aku sangat kehilangan dirimu dan merindukanmu. Merindukan kebersamaan kita Setiap hari melihat kamu sama Andy, aku jadi malas ke sekolah. Apalagi kalau kalian berdua bolos, hatiku rasanya sakit sekali. Aku pengen marah tapi nggak tahu harus marah dengan siapa. Aku tidak bisa apa-apa dan tidak punya keberanian untuk merebutmu. Cerita Melinda akhirnya keluar juga dari mulutnya yang selama ini terkunci rapat.
“Kenapa kamu nggak pernah mengatakannya, Mel?
“Karena aku takut Len, aku nggak bisa memberikanmu apa-apa dan aku sendiri masih nggak tahu masa depanku seperti apa?
Melinda merasa menyesal, kenapa tidak dari dulu mengatakan ini. kenapa harus menunggu 24 tahun baru mengatakan ketika semua sudah terlambat.
“Dan aku pikir Andy orangnya baik dan cocok buat kamu, itu sebabnya aku memilih pindah Jakarta. Aku tidak tahan melihat kedekatan kalian, Setiap kalian berdua bolos, aku langsung ingin marah dan terbakar rasa cemburu. Waktu di Jakarta, aku masih berharap kalau aku sukses aku bisa kembali dan mengajakmu bersamaku. Aku langsung down dan hatiku hancur berkeping keeping ketika aku diberitahu kamu menggugurkan kandungan, habis sudah harapanku untuk bersamamu. Aku berusaha membunuh cintaku kepadamu”.
“Apakah kamu bisa membunuh cintamu kepadaku?Tanya Leny sambil menyentuh pipi Melinda dengan lembut.
Melinda hanya menggelengkan kepalanya dengan lemah. Dia mengambil tangan Leny dan menciumnya dengan lembut.
“AKu tidak pernah bisa membunuh cintaku kepadamu, Len! Aku selalu merindukanmu dan selalu saja teringat kamu, bagaimanapun kerasanya aku melupakanmua tetap saja aku ingat kamu”
Mendengar perkataan Melinda, Leny jadi merasa bahagia dan segala duka nestapa yang dialaminya selama ini lenyap bagaiakan embun pagi yang menguap di kala siang.
“Aku beberapa kali menjalin hubungan dengan perempuan tetapi tidak pernah bertahan lama karena entah bagaimana aku selalu teringat kamu”
Melinda tidak berani mengatakan kalau enam bulan terakhir ini hatinya tertambat kepada Cindy. Melinda tidak berani menceritakan kalau dia menemukan diri Leny di dalam Cindy.
“Aku sendiri pernah jalan dengan seorang permpuan yang sangat mirip dengan kamu. Dia pegawaiku sendiri tetapi aku sadar kalo aku hanya mencari bayang-bayangmu. Apalagi sekarang ini, Andy yang telah berubah dan sedang puber kedua. Akhirnya aku memilih menjalani saja hidupku dan merawat anak-anakku”.
“Maafkan aku ya Len!”Kata Melinda dan mencium tangan Leny.
“Seandainya dulu kamu seberani sekarang tentu sekarang ini kita sudah menjadi pasangan yang bahagia”Kata Leny dengan tertawa sedih. “Sekarang ini aku harapanku cuma dua, Andy menjadi sadar atau mati sekalian karena narkoba ato penyakit”.
“Kenapa kamu tidak bercerai saja dengan dia?
“Apa kalo aku cerai kamu mau sama aku?
Melinda yang dapat pertanyaan seperti itu langsung terbatuk batuk karena kaget.
“Aku tidak mau bercerai Andy, karena apa yang dia dapatkan saat ini karena kerja kami berdua dan Papaku yang memberi modal buat dia”Kata Leny dengan sedikit emosi. “Aku tahu kalau Andy sekarang ini punya perempuan simpanan dan kalau aku cerai dengan dia, tentu yang akan menikmati perempuan simpanannya itu.Aku harus bisa bertahan demi anak-anakku. Terus terang sejak aku tahu Andy seperti itu, aku jadi takut. Aku takut akan tertular penyakit, aku takut kalau aku kena AIDS! Aku langsung check up dan periksa kesehatan, waktu itu aku mengajak Andy tapi dia tidak mau. Aku tahu dia pasti takut ketahuan kalau menggunakan Narkoba. Kami bertengkar hebat waktu itu dan berakhir aku dihajar hingga babak belur oleh dia dan hampir mati. Waktu aku pingsan Andy ketakutan dan sejak itu, aku tidak pernah menegur perilakunya, kami tidak lagi berhubungan seks dan kehidupan kami baik tapi juga tidak baik.Akhirnya kami mencari kebahagian kami sendiri-sendiri dan berusaha saling menutupi di depan anak-anak”.
Melinda merasa kasihan dengan Leny dan terbersit perasaan bersalah dengan Leny. Seandainya dulu dia berani mengungkapkan perasaaannya apakah kejadiannya akan seperti ini? pertanyaan itu terus menghantui pikiran Melinda sampai ketika mereka harus berpisah.

******
Hari ini Melinda menemui Leny di Apartemen Sheraton. Sebetulnya Melinda merasa ragu untuk bertemu berdua di sebuah apartemen tanpa ada orang lain. Melinda kuatir dia tidak bisa menahan diri untuk memeluk atau mencium Leny. Tapi dia juga tidak punya kemampuan menolak permintaan Leny. Leny cuma mengatakan ingin bertemu dengan dia, pembicaraan mereka belum selesai kemarin dan kebetulan hari ini sabtu, mereka berdua sama-sama tidak bekerja sehingga lebih banyak waktu untuk ngobrol. Apalagi hari ini Andy ke Jakarta sehingga Leny lebih leluasa soal waktu. Melinda hanya bisa menyetujui permintaan Leny tanpa banyak menyelah. Antara perasaan takut dan senang bertemu dengan Leny berdua. Takut tidak bisa melepaskan Leny dan ingin memilikinya dan perasaan senang punya kesempatan berdua saja dengan Leny. Hati Melinda berdebar-debar selama perjalanan menuju Apartemen Sheraton. Apalagi mereka berdua telah sama-sama mengungkapkan perasaan masing-masing. Perasaan cinta yang terpendam selama 24 tahun dan masih menyala hingga saat ini.

Pikiran Melinda tidak bisa lepas dari bayangan Leny, Wajah Leny makin cantik dan terawat. Kalau dulu dia cuek dengan penampilan dan cara berpakaian yang seadanya kini dia sangat memperhatikan penampilannya. Wajahnya terlihat makin putih lembut dan bersih. Tubuhnya tampak seksi dan terawat tidak seperti dulu yang sering bau matahari karena selalu diajak main basket Melinda. Kini aroma parfum mahal yang sangat harum tercium bila duduk didekatnya, rambutnyapun tergerai dengan indah seperti lukisan perancis. Tangannya begitu lembut dan halus. Ada getaran halus yang terus menyergap hati Melinda ketika membayangkan berdekatan dengan Leny. Apakah aku bisa menolak Leny kalau dia menciumku? Gumam Melinda. Dia menggelengkan kepalanya berusaha mengusir pikiran-pikiran nakalnya. Duh, kenapa aku juga harus memulai sesuatu yang complicated begini sih. Melinda sadar dia menuju sesuatu yang berbahaya dengan menerima ajakan Leny untuk bertemu berdua di apartemennya.

Leny sudah menunggu di Lobby Apartemen dan mereka berdua naik menuju apartemen Leny. Leny dengan berani menggandeng tangan Melinda tanpa ada keraguan dan rasa takut diketahui orang. Sedangkan Melinda merasa grogi dengan sikap Leny yang menunjukkan kemesraannya didepan public. Ternyata Apartemen Leny terletak di penthouse dan sangat mewah. Begitu menutup pintu Leny langsung memeluk Melinda dengan erat. Melinda yang mendapat pelukkan mendadak terkejut dan berusaha menguasai diri dan membalas pelukkannya.
“Aku kangen kamu Mel!” sudah lama aku ingin memelukmu seperti ini”
“Iya, aku juga kangen Len”
Melinda mencium dengan lembut kening Leny dan membiarkan Leny merebahkan kepalanya di dadanya.
“Hey, aku beli makanan buat kamu”Kata Leny sambil melepaskan pelukkannya dan menggandeng tangan Melinda menuju ruang keluarga. Melinda bagaikan kerbau yang dicocok hidungnya mengikut saja apa yang dimaui Leny.
“Kamu duduk sini dulu aja ya, aku ambil makanannya”
Melinda mengawasi Leny yang melenggangg ke dapur dan mengeluarkan minuman jus. Leny meletakan kroket kesukaan Melinda di atas piring kecil. Dia memotong sedikit dan menyuapkan ke mulut Melinda. Melinda merasa kembali ke masa lalu ketika mereka masih bersama. Leny memang kadang sering menyuapkan makanan ke mulutnya dan Melinda selalu membuka mulutnya tanpa melihat apa yang disuapkan ke mulutnya. Lalu Leny berdiri kembali dan mengambil nasi tambak bayan, nasi campur kesukaan Melinda. Dia membuka bungkusnya dan meletakan diatas piring. Melinda masih menghabiskan suapan terakhir kroketnya.  
“Siapa yang tinggal di sini Len?Tanya Melinda sambil menerima piring yang berisi nasi campur dari tangan Leny.
“Nggak ada sih, ini cuma kalau ada tamu atau saudara aja, atau kalau anak-anak libur dan kita tinggal disini”.
“Jangan-jangan, kamu ngajak pegawaimu itu kesini juga ya?
“Kamu nggak sedang cemburu khan Mel?
“Namanya Anik pegawaiku itu. Dia waktu itu magang di tempatku dan aku hanya sekali saja bercinta dengan dia waktu kami keluar kota. Sekarang dia sudah nggak di Surabaya, dia dapat beasiswa sekolah di Sidney.
Melinda hanya tersenyum tipis mendengar cerita Leny, sebetulnya dia tidak ingin meminta Leny untuk menceritakan semua itu. pertanyaan tadi hanya terlepas begitu saja. Leny membereskan bekas makanan mereka dan menuangkan jus di gelas Melinda. Leny duduk disebelah Melinda dan merebahkan dirinya ke dalam pelukkan Melinda.
“Mel, kamu ingat nggak dulu kita pernah sewa laser disc dan nonton film ghost dan aku menangis”
“Iya, aku ingat” waktu itu kamu meluk aku seperti ini dan membasahi bajuku dengan air matamu”
“Kenapa waktu cepat berlalu ya, seandainya malam itu di Batu aku tidak minta kamu peluk, tentu hubungan kita masih akan baik-baik ya”
“Entahlah, Mel. Semua sudah terjadi dan tidak perlu disesali lagi” Kamu jangan sedih ya”
Melinda membelai rambut Leny dan mencium keningnya. Leny mendongakan kepalanya dan mencium bibir Melinda. Mereka berciuman dengan lembut melepasakan kerinduan yang telah membatu, berusaha meleburkannya dalam kehangatan ciuman. Sementara lagu Unchained Melody masih mengalun menambah rasa cinta mereka. Leny berusaha melepaskan pakaian Melinda dan tiba-tiba Melinda jadi tersadar. Dia segera menghentikan usaha Leny untuk mengajak bercinta.
“Jangan Len!
“Kenapa? Apakah kamu sudah tidak mencintaiku lagi?
“Bukan itu Len, bagaimanapun kamu isterinya Andy!” aku tidak bisa berhubungan dengan isteri orang”
Wajah Leny berubah menjadi merah padam dan air matanya keluar seketika.
“Kenapa kamu selalu menolak aku Mel? Apakah aku tidak cukup cantik buatmu? Tidak dulu tidak sekarang”
“Bukan begitu Len” aku.. aku hanya tidak ingin merusak rumah tanggamu”
“Rumah tanggaku sudah rusak sejak dulu Mel”
“Kalau kita bercinta, aku takut, aku tidak bisa melepaskanmu Len!”Aku takut, kalau ingin memilikimu”
“Mel, kamu bisa memilikiku dan aku juga ingin menjadi milikmu Mel!”
“Bagaimanapun kamu itu punya keluarga secara legal, Len!”  Kalau Andy tahu dia pasti akan menceraikanmu dan menjadikan ini sebagai alasan!”
Leny terdiam dan sadar apa yang dikatakan Melinda itu benar.
“Bukankah kita bisa melakukannya dengan diam-diam Mel”
“Aku merasa tidak nyaman Len dan aku di Surabaya ini tidak lama” Setelah tugasku selesai aku akan kembali lagi ke Jakarta”.
“Apa kamu ada pacar di Jakarta?”
“Aku nggak punya pacar Len” Aku mencintaimu Len, sangat mencintaimu tapi aku tidak bisa kalau harus berelasi dengan kamu sementara kamu masih isterinya Andy”
“Apakah kamu mau berelasi dengan aku kalau aku cerai dengan Andy?
“Len, aku juga tidak mau kamu bercerai dengan Andy, gara-gara aku” Kamu sendiri khan yang mengatakan kalau kamu bercerai dengan Andy, kamu akan rugi”
Leny tertunduk terdiam kenapa semua jadi begini. Apakah aku tidak berhak untuk bahagia? Leny menghembuskan nafasnya seakan akan ingin melepaskan beban berat yang dirasakan.
“Sudahlah Len, jangan sedih ya” aku akan selalu ada buat kamu dan cintaku tidak akan berubah” Aku bahagia mengetahui kalau kamu masih mencintaiku dan tidak berubah sedikitpun”
“Aku juga bahagia Mel, tahu kalau kamu mencintaiku dan aku yang bodoh kenapa waktu itu tidak mengatakan apa yang kurasakan kepadamu”
“Kamu jangan menyalahkan diri terus seperti itu, Len” Hidup ini terus berjalan, kamu tidak bisa hidup di masa lalu terus”
“Iya, apalagi aku punya anak yang butuh perhatianku” o ya, kapan-kapan aku kenalkan dengan anak-anakku ya! Anakku ada dua, semuanya cewek, namanya Cindy dan Cynthia.
Melinda langsung merasa jengah dan tidak enak hati mendengar Leny menceritakan anaknya. Apakah aku harus menceritakan soal Cindy kepada Leny? Melinda terus menimbang-nimbang. Bagaimana reaksi Leny kalau mengetahui kedekatannya dengan Cindy. Sebaiknya aku membereskan dulu dengan Cindy baru menceritakannya ke Leny. Ya, besok senin aku akan berbicara dengan Cindy.
“Kamu kok jadi bengong sih Mel”
“iya, aku dengerin, ini sudah sore, apa nggak sebaiknya kita pulang. Kasihan khan anak-anak mu menunggu dirumah”
“iya, ayo kita balik!”
Leny membereskan piring dan gelas di dapu dan Melinda membantu membuang sampah-sampah sisa makanan.
“Mel, apa kamu mau kita bertemu lagi?
“Iya, tapi minggu ini aku tidak bisa”
Mereka berdua berjalan bergandengan menuju tempat lift dan berpisah di tempat parkir dan saling berjanji untuk tetap berhubungan.
        
******
Cindy merebahkan dirinya dengan malas, hatinya sedang galau dan bersedih. Dia tidak tahu kenapa Melinda tiba-tiba memutuskan hubungan dan tidak ingin bertemu dengan dia. Padahal minggu lalu mereka masih bertemu bahkan pergi karaoke bersama. Cindy masih ingat betapa menyenangkan saat itu karena Melinda mengecup bibirnya. Meskipun itu bukan ciuman yang romantic tetapi itu sudah membahagiakan bagi Cindy. Dia berharap itu sebagai awal sebuah hubungan dengan Melinda. Tetapi kenapa tiba-tiba kemarin Melinda mengatakan dan menganggap dia seperti anaknya. Cindy merasa terbanting dengan pernyataan itu. selama ini Melinda tidak pernah menganggapnya saperti anak kecil dan menganggapnya seperti perempuan dewasa. Sikap Melinda yang menganggapnya sama itu membuat dia makin jatuh cinta dan suka dengan Melinda. Tiga bulan terakhir ini mereka sering keluar makan bersama, nonton atau karaoke bersama-sama. Entah itu cuma berdua atau bersama teman-teman komunitas. Cindy memandangi foto mereka berdua di blackbeery nya, memandangi saat-saat indah bersama mereka. Cindy masih penasaran dengan perubahan sikap Melinda yang tiba-tiba itu. Cindy terus berusaha mengingat dan mencari tahu apa yang membuat Melinda berubah.

Cindy merasa kalau dia telah jatuh cinta dengan Melinda. Dia merasa nyaman berada di dekat Melinda yang dewasa dan lembut. Selama ini Cindy selalu menjalin dengan teman sebayanya dan dia merasa mereka cenderung hanya untuk senang-senang dan seks saja. Mereka tidak pernah serius dan hanya memikirkan hura-hura saja. tetapi ketika bertemu dengan Melinda, Cindy merasa menemukan sosok yang matang, dewasa dan sudah mapan. Padahal waktu itu Cindy sedang pdkt dengan Dian dan mereka sudah pernah bercinta tetapi ketika Dian mengajak Cindy jadi gf nya, Cindy masih ragu-ragu dan belum memutuskan. Ketika berkenalan dengan Melinda, Cindy langsung tahu bahwa perempuan seperti ini yang dia cari dan inginkan menjadi pasangan. Cindy merasa Melinda tidak seperti teman-teman L yang dia kenal selama ini. Melinda orangnya perhatian, tidak sok macho, tidak suka melarang larang, dia selalu mendukung dan memberikan masukan buat masa depan Cindy. Cindy selalu merasa dihargai pendapatnya dan tidak pernah menganggap Cindy seperti anak kecil meskipun perbedaaan usia mereka cukup jauh. Cindy merasa dia telah menemukan pasangan yang cocok buat dia. Tetapi harapannya itu pupus sudah sekarang. Melinda sudah mengatakan dengan tegas kalau dia hanya ingin bersahabat dengannya. Cindy masih ingat kat-kata Melinda kemarin.  “Kamu akan menemukan orang yang tepat suatu saat, Cin! Kamu masih muda dan jalanmu masih panjang, banyak hal yang akan kamu lalui dan alami. Banyak yang seperti aku diluar sana, dan yang jauh lebih muda, lebih baik dan lebih segalanya dari aku”.

“Cin..! Teriak Leny memanggil Cindy.
Cindy cepat-cepat menghapus air matanya ketika mendengar teriakan mamanya dan telah masuk ke dalam kamarnya.
“Kamu nggak kuliah?
“Nggak ada kuliah ma, hari ini”
Cindy berbohong karena dia sedang malas ke kampus. Perasaannya sedang galau dan merasa patah hati. Leny membuka tirai di kamar Cindy.
“Mandi Cin, meskipun nggak ada kuliah ya tetap harus mandi, trus sarapan”
“Iya”
Dengan malas-malasan Cindy bangun menuju ke kamar mandi. Leny menarik selimut Cindy dan melipatnya, ketika sedang melipat selimut, dia melihat sekilas Blackberry  Cindy, ada foto yang seperti dia kenal. Leny mengambil BB Cindy dan betapa kagetnya dia seakan disambar geledek di pagi hari. Leny melihat foto Cindy bersama Melinda. Foto mereka tampak ceria dan wajah mereka saling menempel. Leny seakan tidak percaya dengan apa yang dilihat. Dia mencoba melihat foto-foto yang lain.
“Ya, Tuhan..ada apa ini? Leny dengan gusar menatap BB Cindy. Dia seakan tidak percaya dan masih tidak yakin dengan apa yang dilihat. Dia terus melihat BB Cindy dan menemukan foto-foto lain, ada foto Cindy yang sedang berciuman dengan perempuan. Dia juga membaca BBM Cindy.
“Oh, Tuhan kenapa kau biarkan Cindy menjadi Lesbian Tuhan! Leny merasa sedih dan menitikan air mata. “Kenapa dia juga jatuh cinta dengan Melinda” Apakah ini kutukanku atau karmaku”

Leny tidak menyadari kalau Cindy telah selesai mandi dan berdiri menatap Leny yang menangis melihat BBnya. Cindy tidak tahu harus marah atau takut, dia tidak suka melihat mamanya membaca BBnya tapi dia juga tidak enak hati untuk marah ketika melihat mamanya menangis. Dia merasa kuatir kalau mamanya tahu dia Lesbian. Hatinya langsung berdebar-debar, Shit!” kenapa tadi tidak aku simpan lebih dulu” Cindy merasa tercekat hatinya.
“Ma..”Panggil Cindy pelan.
“Apa ini Cin?
Leny menunjukan foto Cindy yang sedang ciuman dengan perempuan.
“Shit” Cindy tiba-tiba menjadi frezz dan hatinya serasa berhenti berdetak. “Nggak mungkin aku berbohong kalau sudah seperti ini” Cindy merasa lemas, tulangnya seakan copot semua. Meskipun mamanya tidak pernah complain dengan teman-temannya yang butchi ketika diajak main ke rumah. Bukan berarti mama akan menyetujui dia menjadi lesbian. Mama juga tidak pernah melarang kalau ada temannya yang menginap dirumah tetapi setelah ini, mama tentu akan lebih selektif dengan temanku. Mama hanya complain kalau nilai sekolahnya jelek. Cindy tidak bisa memprediksi sikap mamamya. Cindy duduk disebalah mamanya dan menunduk terdiam. Menunggu tindakan mamanya terhadap dia.
“Sejak kapan kamu jadi lesbian hah!”
Suara Leny seakan menggelegar memenuhi seluruh ruangan kamar yang sepi. Entah kenapa Leny merasa tidak suka Cindy menjadi lesbian. dan yang lebih tidak suka lagi ketika dia melihat foto Cindy dengan Melinda. Membaca bbm Melinda dan Cindy yang mesra seperti orang pacaran. Apakah aku cemburu dengan anakku sendiri?. Tiba-tiba hati Leny menjadi kacau antara anak dan kekasihny. Dia juga merasa dikhianati dan dibohongi oleh Melinda. Kenapa dia tidak mengatakan waktu kita ketemu kemarin. Ada rasa marah dalam dada Leny terhadap Melinda. Dia merasa dipermainkan oleh Melinda. Ingin rasanya sekarang dia pergi menemui Melinda dan marah dengan dia. 

“Kamu tahu nggak sih, kalau jadi lesbian itu tidak baik?
Leny tidak tahu kenapa dia berkata seperti itu padahal dia sendiri tahu kalau dia sendiri juga lesbian. Cindy hanya terdiam dan tidak berani membantah kata-kata mamanya.
“Bagaimana kalau papamu tahu, dia pasti marah besar dan kamu pasti akan dikawinkan dengan laki-laki”
“Ma, tolong jangan kasi tau papa, mama”
Cindy tiba-tiba merasa takut dan  ngeri. Cindy menangis bersimpuh dihadapan Leny.
“Ma, Cindy sendiri tidak tahu kenapa Cindy bisa seperti ini ma!”Jelas Cindy sambil menangis dihadapan Leny. “Ampuni Cindy ma”
Melihat anaknya yang dicintai menangis dan bersimpuh dihadapannya, Leny hatinya menjadi luluh dan kasihan. Dia memeluk Cindy erat-erat dan menangis bersama anaknya itu. Kenapa jadi seperti ini Tuhan”
“Ini siapa Cin? Apa dia pacarmu?
Leny ingin tahu sejauh mana hubungan Cindy dengan Melinda, Dia menunjukkan foto Cindy dengan Melinda. Dengan takut-takut Cindy menjelaskan.
“Bukan, ma” Cuma teman”
“Kamu nggak usah bohong kalo teman kenapa bbm mu mesra begini?
Cindy pun menangis kembali, antara hatinya yang hancur dan perasaan takut karena mamanya telah mengetahuinya. Cindy hanya bisa pasrah dengan nasibnya dan berharap mamanya mau melindungi dan mengerti keadaannya.
“Cindy memang suka sama dia, Ma. Pertama Cindy mikir dia juga suka tapi kemarin dia bilang kalo Cindy terlalu muda dan dia minta Cindy untuk mencari orang lain yang lebih baik dari dia”
Cindy bercerita dengan menangis, suaranya terdengar sedih dan seperti orang patah hati. Leny yang mendengarnya jadi lega dan juga kesal dengan Melinda. Kenapa kemarin sabtu dia tidak menceritakannya. Kenapa dia harus membuat patah hati anakku. Aku harus menemui Melinda segera. Dia merasa kasihan dengan Cindy yang harus merasakan patah hati. Dia tahu bagaimana rasa sakit itu. Kenapa dia harus merasakan seperti yang aku rasakan dahulu dengan orang yang sama. Sebaiknya aku lebih memperhatikan dia agar tidak salah langkah seperti aku.

  
*****
Melinda membaca bbm nya, Leny minta ketemu dan penting. Dia tiba-tiba merasa cemas dan kuatir. Apakah Leny telah mengetahui persoalan Cindy? Melinda jadi tambah merasa bersalah. Dia tahu kalau Cindy patah hati dengan dirinya dan tentu Leny tidak akan suka dengan hal itu. Aku harus menjelaskan semuanya kepada Leny. Melinda mengemasi barangnya, Leny sudah menunggunya di apartemennya. Perasaan Melinda jadi tidak enak, dia ingin segera bertemu dengan Leny dan akan mengahadapi segala konsekuensinya. Dia tidak ingin membuat hati Leny terluka kembali. Dia sudah banyak menanggung beban dan penderitaaan. Melinda melajukan kendaraannya menuju Tunjungan Plasa. Hatinya jadi tidak tenang menghadapi Leny. Dulu kalau Leny marah dia biasanya lebih banyak diam dan membiarkan kemarahan Leny keluar semua. Biasanya Leny tidak pernah lama marah dengan dirinya.

Leny sudah menunggu Melinda di Lobby. Begitu melihat Melinda dia langsung berdiri dan berjalan menuju lift. Tidak ada sapaan atau genggaman tangan buat Melinda. Di dalam lift pun susana masih tetap dingin seperti di kutub utara. Melinda hanya diam saja dan mengikuti langkah Leny keluar dari lift. Sesampai dalam apartemen Leny hanya duduk diam tak berbicara.
“Len, ada apa?
Melinda berusaha mendekati Leny dan meraih tangannya. Leny menarik tangannya dan mengeluarkan air matanya. Melihat Leny menangis dia jadi tambah merasa bersalah. Lebih baik Leny marah-marah ke dia daripada harus mendiamkan dia dan menangis.
“Len, please jangan begini”
“Kenapa kamu tega menyakiti hati Cindy? Apa tidak cukup aku saja yang kau sakiti?
Akhirnya keluar juga kata-kata Leny dengan isak tangis yang pecah. Melinda berusaha memeluk Leny yang sedang menangis, Leny berusaha melepaskan pelukkannya tetapi dekapan Melinda lebih kuat dan akhirnya dia pasrah dan menangis dipelukkan Melinda.
“Maafkan aku Len!” Aku tidak bermaksud melukai Cindy. Aku tidak tahu kalau Cindy itu anakmu. Maafkan aku tidak menceritakan ini kepadamu” aku ingin menceritakan ini tapi aku menunggu waktu yang tepat untuk menceritakannya.
“Apa kamu menyukai Cindy?
“Aku menyukai Cindy karena aku seperti melihat dirimu, aku seperti menemukan orang yang aku cintai. Tapi aku tahu diri Len, dia masih terlalu muda untukku. Aku tidak mungkin pacaran dengan perempuan yang lebih cocok jadi anakku.
“Aku tidak ingin anakku jadi Lesbian, Mel”
Mendengar pernyataan Leny, Melinda langsung melepaskan pelukkannya dan menatap wajah Leny.
“Kenapa kamu berkata seperti itu? apa aku nggak salah dengar?
Leny menggelengkan kepalanya, “aku tidak ingin dia menderita Mel”
“Maksudmu bagaimana?
“Iya, aku tidak ingin dia menjadi lesbian”
“Dia itu lesbian, Len” kamu mau atau tidak dia itu sudah jadi lesbian” Dia sudah pernah bercinta dengan perempuan dari dulu”
Leny seperti terkejut mendengar apa yang dikatakan Melinda. Dia selama ini tidak pernah tahu keadaan Cindy dan pergaulan Cindy.
“Len, biarkan dia menjadi apa yang dia inginkan, kamu hanya perlu mengarahkan dan mendampingi dia” kamu tentu tidak ingin dia bernasib sama seperti kamu khan?
Leny mengangguk pelan dan menyadari kebenaran ucapan Melinda. Bukankah dia ingin Cindy bahagia.
“Bagaimana kalau Andy sampai tahu? Dia pasti akan marah”
“Itu tugasmu yang menjaga agar Andy tidak mengetahuinya” Bagaimana kalau kamu mengirim dia sekolah di luar negeri aja!” Biarkan dia berkembang dan terbuka pikirannya sekaligus member pendidikan yang terbaik buat dia. Tapi kamu harus memberitahu dia tentang hal ini, agar dia lebih bertanggung jawab dengan masa depannya.”
Sekali lagi Leny mengangguk dan menyetujuhi pemikiran Melinda.
“Iya, nanti aku akan bicara dengan dia dan mencoba lebih dekat dan terbuka dengan dia. Tapi aku tidak ingin menceritakan hubunganku dengan kamu ke Cindy”
“Kanapa?
“Bagaimanapun, aku ibunya dan aku ingin dia tetap menghormatiku dan Andy sebagai orang tuanya”
“Iya, cintaku, aku mengerti”
Melinda mengecup kening Leny dengan perasaan lega dan hatinya menjadi plong. Sekarang dua masalah selesai sekaligus. Leny yang mendengar Melinda memanggilnya cintaku jadi berbunga-bunga hatinya. Dia kini merasa tidak sendirian lagi dan merasa telah menemukan cintanya. Meskipun hubungan mereka tidak seperti layaknya pasangan kekasih tetapi itu sudah cukup buat Leny. Begitu pula halnya dengan Melinda, meskipun dia tidak tahu sampai kapan dan akan seperti apa hubungannya dengan Leny, dia tidak peduli. Apa yang dia dapat saat ini sudah lebih dari yang dia harapkan.
  


0 comments: