Mencintaimu lebih dari yang Kamu tahu


Aku nggak tahu sejak kapan aku jatuh cinta dengannya. Aku bertemu dengan dia ketika ikut sebuah pelatihan gender dan kami sekamar selama dua minggu. Dia seorang dokter yang bertugas di daerah Banten. Dia manis sekali dengan jilbabnya, mungkin dia lebih cantik dari Ineke koesherawati. Selama sepuluh hari bersamanya kami sering berdikusi tentang masalah-masalah perempuan dan bermacam-macam. Aku juga tahu kalau dia mempunyai pacar yang sudah pacaran sejak mereka SMA. Sejak pulang dari pelatihan itu kami masih sering berhubungan. Aku sering mengunjunginya di Banten dan menginap dirumahnya, atau kita jalan bareng ke Jakarta. Semakin lama aku semakin suka dengan dia dan perasaan itu bukan sekedar suka tetapi sudah menjadi rasa sayang dan rasa cinta. Ya, aku jatuh cinta dengan dia. Kalau berjalan berdua, dia selalu menggandengaku. Aku tidak tahu bagaimana perasaannya kepadaku. Dia menganggap aku sebagai apa? Sahabat, saudara, atau yang lainnya. Aku tidak berani bertanya apa yang dia rasakan atau dia menganggapku sebagai apa. Aku hanya menikmati kebersamaan kami.


Aku sendiri dari pondok pesantren dan menjadi salah satu pengasuhnya. Aku juga aktifis perempuan muslim. Aku belum pernah jatuh cinta atau menjalin hubungan dengan siapapun. Meskipun banyak teman cowok yang tertarik ketika aku kuliah di Mesir tetap saja aku tidak ingin pacaran. Aku pernah suka dengan cewek Turki yang juga feminis. Tetapi itu hanya sekedar suka dengan semangatnya untuk mendobrak pemikiran Islam yang kolot. Aku suka dengan pikirannya yang liar dan cerdas. Bila meliaht dia aku jadi ingat dengan Irshad Manji. Tetapi aku tidak tertarik menjadikannya sebagai pacar karena lebih menyenangkan berdebat dengan dia daripada bermesraan dengan dia. Kadang kita bisa seharian mentafsirkan kitab bersama sama dan berdebat tanpa henti. Aku kagum dengan apa yang telah dibacanya sampai aku merasa harus banyak belajar dan membaca lagi. Yang paling aku suka dia tidak pernah meremehkan ketidaktahuanku. Aisyah namanya dan aku tidak pernah tertarik dengan dia. Beda dengan Irma yang lembut tapi tangguh. 

Wajahku sendiri biasa saja atau bisa dimasukan dalam kategori standart. Gayaku katanya agak berantakan dan kadang seperti laki-laki. Karena aku pake jilbab aja, aku jadi kelihatan seperti perempuan, begitu kata teman-temanku. Irma sering geleng geleng kepala melihat penampilanku. Bahkan dia sering membetulkan jilbabku yang katanya berantakan. Atau kadang dia complain karena jilbab dan bajuku yang nggak matching. Atau dia ngomel ngomel karena aku pake sandal jepit ke mall. Dia ketawa ngakak ketika sandal jepitku putus dan akhirnya aku dibeliin sepatu kain yang berbunga bunga lagi. Berhubung itu pemberiannya maka aku pun selalu memakainya dan mencintainya, meskipun teman temanku satu pondok mentertawakan sepatuku yang bunga-bunga dan full colour itu. aku memang terkenal cuek dan seenaknya. Aku juga sering diajak jalan Irma bareng dengan pacarnya. Pacarnya memang sangat mencintai Irma dan cenderung posesif karena takut kehilangan Irma. Pacarnya suka cemburu tidak hanya dengan laki-laki tapi juga dengan perempuan. Tapi mungkin karena wajahku yang standart dan aku menggunakan jilbab jadi dia merasa aman. Jadi kalau Irma pergi denganku dia merasa tenang dan aman. Mereka berpacaran sudah cukup lama dan pacarnya ingin segera menikah tapi Irma masih ingin sekolah lagi.

Kadang aku merasa cemburu kalau harus bepergian bertiga, meskipun Irma lebih memilih menggandeng aku dari pada Arif pacarnya. Aku juga nggak tahu kenapa Irma kadang sering sekali bersikap mesra denganku. Kadang kalau tidur dia sering meluk aku. Hatiku tiba-tiba menjadi tertusuk dan sakit ketika tahu dia dilamar kekasihnya. Irma sms memintaku datang ketempatnya dan mengatakan ada yang penting. Aku segera saja berangkat keesokan harinya dengan kereta pagi. Hatiku langsung rumuk redam ketika dia memberitahu kalau Arif akan melamarnya. Untuk menutupi perasaanku, aku langsung memeluknya agar dia tidak melihat kesedihanku. Ingin sekali waktu itu aku melarangnya dan mengatakan betapa aku mencintainya. Tetapi ternyata aku seorang pengecut yang tidak berani menyatakan perasaanku. Aku menutupi perasaaku dengan segala macam pertanyaan tentang persiapan yang akan dilakukan. Aku berusaha sekuat tenaga menunjukan ekspresi gembiraku dan menekan dalam dalam perasaanku yang hancur. Pupus sudah harapanku untuk bersamanya. Apakah benar aku ingin bersamanya?

Sudah hampir dua bulan ini aku menemani mencari dan membuat souvenir, undangan, pakaian dan semua perlengkapan lainnya. Hampir setiap akhir pekan aku datang ke Banten membantu membuat souvenir atau mencari perlengkapan lainnya. Aku merasa senang melakukannya berdua dengan Irma. Seakan-akan ini adalah persiapan pernikahan kami. Kemarin dia mengajakku untuk mencoba pakaian untuk akad nikah dan pestanya. Irma selalu meminta aku memilihkan semua gaun pernikahannya. Padahal aku kuatir dengan pilihanku karena kadang seleraku agak kacau. Tetapi aku selalu suka melihat dia cantik. Aku begitu terpukau melihatnya mencoba kebaya berwarna kuning emas pilihanku. Dia begitu cantik dan anggun sekali. Membuatku makin jatuh hati dan makin cinta oleh kecantikannya.
 “Jelek ya mbak?Tanyanya penasaran
“Nggak cantik kok!”Jawabku
“Habis mbak Alip, bengong terus sih!

Aku hanya tersenyum dan berpuran-pura membetulkan pakaiannya. “Bagaimana aku bisa mengatakan kepadamu betapa hatiku tergetar melihatmu menggunakan pakain ini”.
Aku meyadari kalau aku benar-benar jatuh cinta dengan Irma, meskipun tiap tengah malam aku selalu berdoa istikharah agar diberi jalan apa yang harus kulakukan dengan perasaanku ini. tetapi tetap saja aku tidak memperoleh jawaban dan hatiku semakin hari semakin galau. Aku seperti terpaku dengan perasaanku ini. ingin aku mengalihkan pikiranku dan perasaanku dari Irma. Tapi semakin aku berusaha semakin kuat perasaanku kepada dia. Aku semakin sering merindukan dia dan ingin bertemu dengan dia.

“Ayo, mbak! Sekarang mbak Alip yang coba pakaiannya”Kata Irma
Aku memang ditugasi sebagai salah satu pagar ayu oleh Irma. Sebetulnya aku nggak nyaman dengan kebaya tapi demi dia, aku bersedia melakukannya. Ternyata dia mengikutiku sampai ke ruang ganti dan membuatku makin salah tingkah. Padahal dulu ketika satu kamar dengan dia aku biasa saja dan tidak pernah canggung kalau harus ganti pakaian didepannya. Entah kenapa sekarang aku jadi malu berganti pakaian didepannya.
Irma berdiri didepanku, membetulkan pakianku dan kerudungku. Aku memejamkan mata dan menikmati semuanya dalam diam. Tiba-tiba aku merasakan kecupan dipipiku. Aku langsung membuka mataku dan melihat Irma tersenyum didepanku. Mendadak wajahku memanas, aku yakin mukaku pasti memerah. Untung wajahku hitam sehingga tidak akan terlihat kalo wajahku memerah.
“Makasih ya mbak, sudah menemani aku dan membantu mempersiapkan semuanya”
Aku hanya mengangguk dan berusaha tersenyum. Meskipun aku tidak tahu senyumku itu getir atau asam.

*****
Aku memandang wajah mbak Alip yang tiba-tiba jadi salah tingkah karena aku cium pipinya. Dia selalu mengatakan kalau dia jelek tetapi entah kenapa aku selalu dapat melihat kecantikan yang terpancar dalam dirinya.  Aku tidak tahu bagaimana perasaanyan padaku. Aku sendiri tidak tahu kenapa aku jadi jatuh cinta dengan mbak Alip. Ada perasaan yang berbeda ketika bersama dengan mbak alip daripada ketika bersama dengan mas arief. Memang aku berpacaran dengan mas Arif sejak SMA. Aku dulu jatuh cinta dengan Mas Arif karena dia begitu popular dan ganteng, ada perasaan ingin mendapatkan dia dan menaklukannya. Tetapi selama berpacaran dengan mas Arif kami tidak pernah berciuman atau melakukan sesuatu seperti layaknya orang pacaran. Ketika aku diterima kuliah kedokteran dan dia harus bekerja. Perlahan tapi pasti sikapnya jadi berubah dan dia menjadi posesif. Keposesifannya semakin lama semakin parah. Dia selalu takut akan aku tinggalkan atau aku terpikat dengan dokter muda lainnya. Mas arif selalu memeriksa HPku membaca semua sms ku. Sehari dia bisa sms aku seratus kali dan bila tidak aku balas dia bisa marah-marah. Kadang tiba-tiba dia bisa muncul di rumah sakit hanya sekedar mengecek aku.

Aku tahu sikapnya itu karena dia sangat mencintaiku dan takut kehilangan diriku. Mas Arief seorang laki-laki yang baik dan gentlemen. Dia tidak pernah sekalipun mengambil kesempatan untuk melakukan tindakan yang tidak sopan meskipun kesempatan itu ada. Dia sangat menghormati diriku dan menjaga diriku sebagai seorang perempuan. Dia menjaga kesucianku bagaikan seorang kesatria yang gagah berani. Dia bagaikan seorang malaikat yang tidak pernah tergoda sedikitpun untuk menikmati tubuhku. Sampai aku merasa kuatir dan curiga, apakah dia seorang gay? Aku sampai minta temanku yang gay untuk melihat dia, apakah dia gay atau bukan. Kata temanku mas Arif bukan gay dan aku jadi berpikir lain. apakah dia aseksual? Kadang aku tergoda untuk telanjang atau memperkosa dia. Tetapi niat itu akhir-akhir ini hilang lenyap begitu saja sejak bertemu mbak Alip.

Sekarang ini aku jadi menikmati kedekatanku dengan mbak Alip. Sejak kepulangan dari tempat kursus aku jadi sering merindukan mbak Alip. Apakah selama dua minggu bersama bisa merubah perasaan seseorang.  Kami berdua jadi sering mengunjungi atau bertemu, entah aku yang ke Cirebon atau dia yang ke Banten. Pernah kami pergi berdua ke pulau seribu, ke jogja atau ke bandung. Aku jadi menikmati kedekatanku dengan mbak Alip. Bersama dia aku jadi sering tertawa dan bergembira. Atau kadang kita bercerita tentang pergerakan perempuan, tentang hak-hak seksual perempuan. Atau mbak Alip meminta aku memeriksa salah satu murid di pondok dia mengajar atau mengajarkan tentang kesehatan seksual atau reproduksi kepada anak didiknya. Aku jadi suka dekat secara fisik dengan mbak Alip. Pernah ketika tidur bersama wajahnya begitu dekat dan ingin sekali aku menciumnya, aku juga merasakan kalau mbak Alip juga mempunyai keinginan yang sama tetapi kami berdua sama-sama tidak berani dan mbak Alip membalikkan badanya dan mengatakan sudah mengantuk. Aku bahkan suka sekali memeluk mbak Alip dari belakang kadang aku dapat mendengar degup jantungnya yang berdetak lebih cepat. Aku selalu berharap dia membalikan badan dan menciumku. Tetapi dia tidak pernah melakukan itu.

 Aku kadang merasa dia mencintaiku tapi kenapa ketika aku memberitahu tentang lamaran mas arif,  dia seperti mendukungnya. Padahal aku berharap dia akan melarangku dan mengatakan cinta kepadaku. Aku masih ingat dengan jelas kejadian itu. aku sengaja sms dia mengatakan ingin ketemu dan ada sesutau yang ingin aku bicarakan. Dia pun langsung datang ke tempatku praktek. Waktu itu aku mengajaknya makan siang di sebuah restoran favorite kami di Banten.
“Ada apa Ir, kok kamu nyuruh aku datang?Tanya mbak Alip setelah menyelesaikan pesanan makanan kami.
“Mas Arif akan melamarku mbak”Kataku sambil memperhatikan mbak Alip.
“Wah selamat ya”Katanya sambil berdiri dan memelukku.
“Makasih mbak”Kataku sambil membalas pelukkannya.
Entah kenapa ada perasaan kecewa dengan reaksi mbak Alip. Ingin sekali aku berharap dia kecewa, sedih atau melarangku, atau apa saja yang mengatakan dia cinta denganku. Aku jadi seperti blank dan kosong ketika dia yang mulai sibuk bertanya-tanya tentang rencana pernikahanku. Aku sendiri jadi tidak bersemangat dan sedih. Akhirnya aku memutuskan menerima lamaran dan rencana pernikahan itu.

Besok adalah hari pernikahanku, hari yang ditunggu-tunggu bagi sebagian gadis-gadis. Tetapi aku seprti ingin menundanya agar aku bisa berlama-lama dengan mbak Alip. Pernikahan ini seperti penjara buatku dan aku yang memilih dengan sukarela penjaraku sendiri. Aku tidak bisa lagi mengelak atau menundanya, hubungan kami sudah lama sekali dan kedua keluarga kami sudah saling tahu dan merestui hubungan kami. Mereka menganggap kami berdua adalah jodoh dan pasangan sejati. Dulu ketika aku belum bertemu dengan mbak Alip, aku juga berpikir seperti itu. tetapi aku sering berpikir kalau aku memang berjodoh dan dia soulmate ku kenapa tidak ada sparkling didalam dadaku seperti ketika aku bersama dengan mbak Alip.

Beberapa hari ini hubungan kami semakin dekat, aku menikmati hari-hariku mempersiapkan pernikahan bersama mbak Alip. Aku seperti akan menikah dengan dia. Hampir semua perlengkapan nikahku dia yang memilihkan, mulai dari souvenir, undangan, pakaian, makanan. Bahkan aku tidak pernah minta pendapat mas Arif. Untung mas Arif tidak protes karena dia terlalu bahagia bisa menikahi diriku. Semakin dekat hari nikahku, aku semakin gelisah dan bersedih. Itu tandanya aku tidak akan bisa bebas bersama mbak Alip. Kupandangi mbak alip yang sedang bersiap ke peraduan menemaniku tidur. Aku tidak tahu kenapa tiba tiba aku jadi ingin menangis. Kesedihan yang menusuk nusuk didalam hatiku. Airmataku pun tak terbendung mengalir begitu saja.
“Kamu kenapa Yuk? Tanya mbak Alip yang sudah duduk diranjangku dan berusaha menghapus airmataku. Aku langsung bangun dari tidurku dan memeluk mbak alip. Aku menangis dalam pelukkannya. Mbak alip hanya diam dan memelukku erat erat. Dia membiarkanku menangis tanpa banyak bertanya. Aku menikmati pelukkannya dan belaiannya tangannya di rambutku.

Aku merenggangkan pelukkanku, kutatap wajah mbak alip. Entah darimana datangnya keberanianku, aku langsung mencium bibir mbak alip. Mbak Alip membalas ciumanku, Kami berciuman lama sekali. Semua terasa begitu indah dan jantung tak hentinya bersorak sorai merayakan kemenangan. Aku melepaskan ciumanku.
“Mbak, bercintalah denganku mbak”Pintaku sambil melepaskan kaosku.
“Astagfirullah, jangan Ir”Katanya sambil mengenakan kembali pakaianku.
“Kenapa mbak? Apakah mbak Alip takut dosa?Tanyaku meminta jawaban.
“Ini bukan masalah dosa Ir”Jawabku sambil membelai pipinya dengan sayang
“Lalu apa mbak?
“Aku tidak ingin merusak hidupmu, perkawinanmu, Ir! Sekali kita bercinta, kamu tidak akan bisa kembali lagi Ir!
“Mbak, aku juga tidak ingin kembali. Aku ingin bersamamu” Apa mbak Alip tidak mencintaiku? Tanyaku sambil merebahkan diri dalam pelukkannya.
Sudah lama aku ingin tidur dalam pelukkan mbak Alip seperti ini. Kenapa baru sekarang ketika pernikahanku tinggal beberapa hari lagi.
“Mbak, jadikan aku kekasihmu mbak”Pintaku kepada mbak Alip.”Kita bisa melakukannya dengan diam-diam mbak”lanjutku.
Jangan jadikan aku kekasihmu karena itu tidak mungkin , namun pagiku akan benar benar pagi bila kaubiarkan tanganku membelai anak rambutmu yg menggelincir indah dilehermu walaupun cuma satu kerdipan mata ....... Aku tidak mungkin menjadikanmu kekasihku Ir meskipun aku sangat menginginkanmu. Aku tidak bisa membagimu dengan orang lain meskipun itu suamimu sendiri. Tapi kata-kata itu tak keluar dari mulutku. Aku hanya memeluknya erat-erat dan meneteskan airmata.
Aku tidak tahu harus sedih atau gembira, semua datang secara bersamaan. Ternyata Irma mencintaiku dan menginginkanku tetapi aku juga harus kehilangan dirinya. Besok dia telah resmi menjadi isteri orang dan aku tidak ingin merusak kebahagian Irma.
“Aku tidak ingin terjadi sesuatu denganmu Ir”kataku sambil membelai rambutnya yang panjang tergerai. “Aku tidak ingin menjadi kekasihmu bukan karena aku tidak mencintaimu tetapi aku terlalu mencintaimu dan sayang sama kamu”lanjutku. “Sudah, kamu jangan menangis dan sebaiknya kamu tidur supaya besok kalau dirias kamu kelihatan cantik”Kataku dan mencium keningnya. Kupeluk dia erat-erat karena ini akan menjadi pelukkan pertama dan terakhir yang akan kurasakan bersama dia.
“Kenapa mbak Alip tidak pernah mengungkapkan perasaan mbak ke aku dari dulu?Tanya Irma
“Karena aku sendiri bingung dengan apa yang kurasakan dan tidak tahu harus bagaimana, aku takut kalau aku bilang cinta ke kamu tapi aku tidak yakin apakah aku akan bisa berpacaran dengan kamu”. Aku juga tahu kalau hubunganmu dengan Arif sudah begitu lama, aku tidak yakin apakah kamu bisa memutuskan hubunganmu dengan dia, dan apakah aku siap. Kita juga beda kota”
“Aku khan bisa jadi dokter di Cirebon”Sahut Irma
“Aku sendiri tidak yakin Ir, dengan pekerjaanku sebagai pengajar dan pengawas di pondok, apakah aku bisa menjalin hubungan denganmu. “mungkin aku terlalu banyak pertimbangan dan pengecut, tidak berani memperjuangkan cintaku” Maafkan aku ya”kataku dengan perasan menyesal.
“Kita khan bisa lari bersama kemana gitu”Sahutnya lagi
“Itu yang aku tidak punya cukup keberanian untuk melakukannya”Jawabku. “sudah ya, sebaiknya kamu bobo, besok jam 4 pagi khan harus sudah dirias,  aku nggak mau matamu bengkak gara-gara sekarang”Kataku dan kucium wajahnya dengan lembut. Irma langsung mencium bibirku dengan lembut. Kami berciuman lama sekali, darahku rasanya mengalir dengan cepat. Semua terasa begitu indah dan menggetarkan. Aku menghentikan dan memeluknya erat-erat sebelum aku menginginkan lebih dari sekedar ciuman. Semalaman aku terjaga tidak ingin melewatkan sedetikpun menikmati pelukkan kami. Ada perasaan menyesal kenapa tidak dari dulu aku mengatakan cinta kepada Irma. Sudahlah cinta memang tidak harus memiliki, meskipun dulu aku benci sekali dengan jargon itu. aku berpikir kalau cinta ya harus memiliki dan berani untuk memperjuangkannya. Tetapi pada kenyataannya aku sendiri tidak berani memperjuangkan cintaku sendiri. Pikiranku terus melayang dengan kata seandainya ini dan seandainya itu tetapi tidak satupun memecahkan masalahku. Sampai terdengar ketukan kamar pintu oleh ibu Irma.

“Ir… bangun!
“Iya bu!sahutku
Aku menciumi wajah Irma untuk terakhir kalinya, “bangun yuk!Kataku
Dia makin memeluk erat diriku,”aku tidak ingin bangun, aku ingin bersamamu terus mbak”Katanya sambil menangis.
“hee..sudah ya, nggak baik menangis dihari baik”Kataku. “Aku ingin kamu tahu, Ir..meskipun aku tidak menjadi kekasihmu, aku akan tetap selalu mencintaimu”Kataku
“Makasih mbak, aku pun akan selalu mencintaimu, meskipun tubuhku dimiliki orang lain tapi hatiku dan cintaku hanya untuk mbak”katanya dan memelukku dengan erat seakan takut kehilangan diriku.
“Ir… ayo cepet mandi, sholat!”Teriak ibu Irma dari luar.
“Iya..bu”Kata Irma sambil melepaskan pelukan dan turun dari ranjang. Kulihat dia mengikat rambutnya dan berjalan keluar dengan buru buru. Aku hanya dapat menghela nafas dan ada yang hilang dalam hatiku. Jujur aku ingin menangis dan melarikan diri. Aku rasanya tidak ingin menyaksikan akad nikah Irma yang akan dilangsungkan beberapa jam lagi. Tapi aku tidak mungkin melarikan diri begitu saja. aku tidak ingin membuat Irma bersedih dan bingung karena aku tidak ada. aku tidak ingin membuat kekacauan di hari pernikahannya. “Ya, Allah! Kuatkan diriku mengahadapi ini semua”

******
Kupandangi Irma dari kejauhan, yang berdiri disebelah Arief menerima ucapan selamat dari teman-temannya. Dengan kebaya warna kuning emas dan rias pengantin dia terlihat semakin cantik. Tuntas sudah semuanya, aku berusaha sekuat tenaga agar airmataku tidak keluar. Aku berusaha menyibukkan diriku dan membantu semuanya meskipun itu bukan tugas dan pekerjaaan. Hanya untuk melupakan perasaanku yang sedang galau. Aku memutuskan untuk pulang ke Cirebon mala mini juga. Aku tidak ingin melihat Irma sekamar denga Arief dan besok pagi aku harus melihat dia telah disetubuhi oleh Arif. Tiba-tiba hatiku menjadi sangat sakit sekali dan aku sudah tidak dapat menahan perasaanku yang hampir tumpah ruah. Aku memberitahu ibunya Irma kalau aku hendak pulang dan pamit. Ibunya masih bertanya kenapa tidak pulang besok pagi,  aku beralasan kalau besok ada acara di pondok. 
Dia memelukku dan berkata “Makasih ya Lip, untuk semua yang telah kamu lakukan”
“iya, sama-sama bu”Jawabku sopan.
“Ibu tahu bagaiaman perasaanmu dan ibu berterimakasih buat pengorbananmu”
 Aku terkejut mendengar kata-katanya dan tidak mengerti apa maksud ucapan ibunya itu. Apakah ibunya tahu tentang perasaan kami berdua. Tetapi aku hanya beridam dan mendengarkan apa yang beliau katakan.
“Ibu, ada satu permintaan Lip, semoga kamu mau mengabulkannya”
“InsyaAllah, Bu”Jawabku
“Sebaiknya, untuk sementara kamu jangan menemui atau berhubungan dengan Irma dia, sampai dia hamil dan melahirkan cucu buat Ibu”
Aku menatap wajah Ibunya Irma dengan takjub dan tidak percaya dengan apa yang barusan aku dengar. Hatiku semakin sakit, ini seperti kejatuhan tangga dan dimarahi tetangga. Aku hanya mengangguk, mencium tanggannya dan berpamitan. Aku berusaha menguatkan diriku dan berjalan dengan tegap. Aku tidak ingin jatuh dan menjadi lemah dihadapan ibunya. Meskipun kakiku seras lemas dan tak bertenaga. Aku mengganti pakaianku dan menitipkan kepada seorang teman. Aku segera keluar dari gedung pertemuan itu. sesampai diluar airmataku langsung keluar tak terbendung. Sekali lagi aku menatap ke gedung pertemuan itu sebelum pergi selama-lamanya dari kehidupan Irma, “Selamat tinggal kekasihku” semoga kamu bahagia!” Bila kita berjodoh maka kita akan bersatu suatu hari nanti”

ditulis oleh Poedjiati Tan

1 comment:

  1. Cinta ditolak itu menyakitkan, tp ternyata lebih sakit lagi kalo kita tidak pernah punya keberanian untuk mengungkapkan rasa cinta itu..

    ReplyDelete