Aku
nggak tahu sejak kapan aku jatuh cinta dengannya. Aku bertemu dengan dia ketika
ikut sebuah pelatihan gender dan kami sekamar selama dua minggu. Dia seorang
dokter yang bertugas di daerah Banten. Dia manis sekali dengan jilbabnya,
mungkin dia lebih cantik dari Ineke koesherawati. Selama sepuluh hari
bersamanya kami sering berdikusi tentang masalah-masalah perempuan dan
bermacam-macam. Aku juga tahu kalau dia mempunyai pacar yang sudah pacaran
sejak mereka SMA. Sejak pulang dari pelatihan itu kami masih sering
berhubungan. Aku sering mengunjunginya di Banten dan menginap dirumahnya, atau
kita jalan bareng ke Jakarta. Semakin lama aku semakin suka dengan dia dan
perasaan itu bukan sekedar suka tetapi sudah menjadi rasa sayang dan rasa cinta.
Ya, aku jatuh cinta dengan dia. Kalau berjalan berdua, dia selalu
menggandengaku. Aku tidak tahu bagaimana perasaannya kepadaku. Dia menganggap
aku sebagai apa? Sahabat, saudara, atau yang lainnya. Aku tidak berani bertanya
apa yang dia rasakan atau dia menganggapku sebagai apa. Aku hanya menikmati
kebersamaan kami.
Aku
sendiri dari pondok pesantren dan menjadi salah satu pengasuhnya. Aku juga
aktifis perempuan muslim. Aku belum pernah jatuh cinta atau menjalin hubungan
dengan siapapun. Meskipun banyak teman cowok yang tertarik ketika aku kuliah di
Mesir tetap saja aku tidak ingin pacaran. Aku pernah suka dengan cewek Turki
yang juga feminis. Tetapi itu hanya sekedar suka dengan semangatnya untuk
mendobrak pemikiran Islam yang kolot. Aku suka dengan pikirannya yang liar dan
cerdas. Bila meliaht dia aku jadi ingat dengan Irshad Manji. Tetapi aku tidak
tertarik menjadikannya sebagai pacar karena lebih menyenangkan berdebat dengan
dia daripada bermesraan dengan dia. Kadang kita bisa seharian mentafsirkan
kitab bersama sama dan berdebat tanpa henti. Aku kagum dengan apa yang telah
dibacanya sampai aku merasa harus banyak belajar dan membaca lagi. Yang paling
aku suka dia tidak pernah meremehkan ketidaktahuanku. Aisyah namanya dan aku
tidak pernah tertarik dengan dia. Beda dengan Irma yang lembut tapi
tangguh.
Wajahku
sendiri biasa saja atau bisa dimasukan dalam kategori standart. Gayaku katanya
agak berantakan dan kadang seperti laki-laki. Karena aku pake jilbab aja, aku
jadi kelihatan seperti perempuan, begitu kata teman-temanku. Irma sering geleng
geleng kepala melihat penampilanku. Bahkan dia sering membetulkan jilbabku yang
katanya berantakan. Atau kadang dia complain karena jilbab dan bajuku yang
nggak matching. Atau dia ngomel
ngomel karena aku pake sandal jepit ke mall. Dia ketawa ngakak ketika sandal
jepitku putus dan akhirnya aku dibeliin sepatu kain yang berbunga bunga lagi.
Berhubung itu pemberiannya maka aku pun selalu memakainya dan mencintainya,
meskipun teman temanku satu pondok mentertawakan sepatuku yang bunga-bunga dan full colour itu. aku memang terkenal
cuek dan seenaknya. Aku juga sering diajak jalan Irma bareng dengan pacarnya.
Pacarnya memang sangat mencintai Irma dan cenderung posesif karena takut
kehilangan Irma. Pacarnya suka cemburu tidak hanya dengan laki-laki tapi juga
dengan perempuan. Tapi mungkin karena wajahku yang standart dan aku menggunakan
jilbab jadi dia merasa aman. Jadi kalau Irma pergi denganku dia merasa tenang
dan aman. Mereka berpacaran sudah cukup lama dan pacarnya ingin segera menikah
tapi Irma masih ingin sekolah lagi.
Kadang
aku merasa cemburu kalau harus bepergian bertiga, meskipun Irma lebih memilih
menggandeng aku dari pada Arif pacarnya. Aku juga nggak tahu kenapa Irma kadang
sering sekali bersikap mesra denganku. Kadang kalau tidur dia sering meluk aku.
Hatiku tiba-tiba menjadi tertusuk dan sakit ketika tahu dia dilamar kekasihnya.
Irma sms memintaku datang ketempatnya dan mengatakan ada yang penting. Aku
segera saja berangkat keesokan harinya dengan kereta pagi. Hatiku langsung
rumuk redam ketika dia memberitahu kalau Arif akan melamarnya. Untuk menutupi
perasaanku, aku langsung memeluknya agar dia tidak melihat kesedihanku. Ingin
sekali waktu itu aku melarangnya dan mengatakan betapa aku mencintainya. Tetapi
ternyata aku seorang pengecut yang tidak berani menyatakan perasaanku. Aku
menutupi perasaaku dengan segala macam pertanyaan tentang persiapan yang akan
dilakukan. Aku berusaha sekuat tenaga menunjukan ekspresi gembiraku dan menekan
dalam dalam perasaanku yang hancur. Pupus sudah harapanku untuk bersamanya.
Apakah benar aku ingin bersamanya?
Sudah
hampir dua bulan ini aku menemani mencari dan membuat souvenir, undangan,
pakaian dan semua perlengkapan lainnya. Hampir setiap akhir pekan aku datang ke
Banten membantu membuat souvenir atau mencari perlengkapan lainnya. Aku merasa
senang melakukannya berdua dengan Irma. Seakan-akan ini adalah persiapan
pernikahan kami. Kemarin dia mengajakku untuk mencoba pakaian untuk akad nikah
dan pestanya. Irma selalu meminta aku memilihkan semua gaun pernikahannya.
Padahal aku kuatir dengan pilihanku karena kadang seleraku agak kacau. Tetapi
aku selalu suka melihat dia cantik. Aku begitu terpukau melihatnya mencoba
kebaya berwarna kuning emas pilihanku. Dia begitu cantik dan anggun sekali. Membuatku
makin jatuh hati dan makin cinta oleh kecantikannya.
“Jelek
ya mbak?Tanyanya penasaran
“Nggak cantik kok!”Jawabku
“Habis mbak Alip, bengong terus sih!
Aku
hanya tersenyum dan berpuran-pura membetulkan pakaiannya. “Bagaimana aku bisa mengatakan kepadamu betapa hatiku tergetar
melihatmu menggunakan pakain ini”.
Aku
meyadari kalau aku benar-benar jatuh cinta dengan Irma, meskipun tiap tengah
malam aku selalu berdoa istikharah
agar diberi jalan apa yang harus kulakukan dengan perasaanku ini. tetapi tetap
saja aku tidak memperoleh jawaban dan hatiku semakin hari semakin galau. Aku
seperti terpaku dengan perasaanku ini. ingin aku mengalihkan pikiranku dan
perasaanku dari Irma. Tapi semakin aku berusaha semakin kuat perasaanku kepada
dia. Aku semakin sering merindukan dia dan ingin bertemu dengan dia.
“Ayo, mbak! Sekarang mbak Alip yang coba
pakaiannya”Kata Irma
Aku
memang ditugasi sebagai salah satu pagar ayu oleh Irma. Sebetulnya aku nggak
nyaman dengan kebaya tapi demi dia, aku bersedia melakukannya. Ternyata dia mengikutiku
sampai ke ruang ganti dan membuatku makin salah tingkah. Padahal dulu ketika
satu kamar dengan dia aku biasa saja dan tidak pernah canggung kalau harus
ganti pakaian didepannya. Entah kenapa sekarang aku jadi malu berganti pakaian
didepannya.
Irma
berdiri didepanku, membetulkan pakianku dan kerudungku. Aku memejamkan mata dan
menikmati semuanya dalam diam. Tiba-tiba aku merasakan kecupan dipipiku. Aku
langsung membuka mataku dan melihat Irma tersenyum didepanku. Mendadak wajahku
memanas, aku yakin mukaku pasti memerah. Untung wajahku hitam sehingga tidak
akan terlihat kalo wajahku memerah.
“Makasih ya mbak, sudah menemani aku dan
membantu mempersiapkan semuanya”
Aku
hanya mengangguk dan berusaha tersenyum. Meskipun aku tidak tahu senyumku itu
getir atau asam.
*****
Aku
memandang wajah mbak Alip yang tiba-tiba jadi salah tingkah karena aku cium
pipinya. Dia selalu mengatakan kalau dia jelek tetapi entah kenapa aku selalu
dapat melihat kecantikan yang terpancar dalam dirinya. Aku tidak tahu bagaimana perasaanyan padaku. Aku
sendiri tidak tahu kenapa aku jadi jatuh cinta dengan mbak Alip. Ada perasaan
yang berbeda ketika bersama dengan mbak alip daripada ketika bersama dengan mas
arief. Memang aku berpacaran dengan mas Arif sejak SMA. Aku dulu jatuh cinta
dengan Mas Arif karena dia begitu popular dan ganteng, ada perasaan ingin
mendapatkan dia dan menaklukannya. Tetapi selama berpacaran dengan mas Arif
kami tidak pernah berciuman atau melakukan sesuatu seperti layaknya orang
pacaran. Ketika aku diterima kuliah kedokteran dan dia harus bekerja. Perlahan
tapi pasti sikapnya jadi berubah dan dia menjadi posesif. Keposesifannya semakin
lama semakin parah. Dia selalu takut akan aku tinggalkan atau aku terpikat
dengan dokter muda lainnya. Mas arif selalu memeriksa HPku membaca semua sms
ku. Sehari dia bisa sms aku seratus kali dan bila tidak aku balas dia bisa
marah-marah. Kadang tiba-tiba dia bisa muncul di rumah sakit hanya sekedar
mengecek aku.
Aku tahu
sikapnya itu karena dia sangat mencintaiku dan takut kehilangan diriku. Mas Arief
seorang laki-laki yang baik dan gentlemen. Dia tidak pernah sekalipun mengambil
kesempatan untuk melakukan tindakan yang tidak sopan meskipun kesempatan itu
ada. Dia sangat menghormati diriku dan menjaga diriku sebagai seorang
perempuan. Dia menjaga kesucianku bagaikan seorang kesatria yang gagah berani.
Dia bagaikan seorang malaikat yang tidak pernah tergoda sedikitpun untuk
menikmati tubuhku. Sampai aku merasa kuatir dan curiga, apakah dia seorang gay?
Aku sampai minta temanku yang gay untuk melihat dia, apakah dia gay atau bukan.
Kata temanku mas Arif bukan gay dan aku jadi berpikir lain. apakah dia
aseksual? Kadang aku tergoda untuk telanjang atau memperkosa dia. Tetapi niat
itu akhir-akhir ini hilang lenyap begitu saja sejak bertemu mbak Alip.
Sekarang
ini aku jadi menikmati kedekatanku dengan mbak Alip. Sejak kepulangan dari
tempat kursus aku jadi sering merindukan mbak Alip. Apakah selama dua minggu
bersama bisa merubah perasaan seseorang. Kami berdua jadi sering mengunjungi atau
bertemu, entah aku yang ke Cirebon atau dia yang ke Banten. Pernah kami pergi
berdua ke pulau seribu, ke jogja atau ke bandung. Aku jadi menikmati kedekatanku
dengan mbak Alip. Bersama dia aku jadi sering tertawa dan bergembira. Atau
kadang kita bercerita tentang pergerakan perempuan, tentang hak-hak seksual
perempuan. Atau mbak Alip meminta aku memeriksa salah satu murid di pondok dia
mengajar atau mengajarkan tentang kesehatan seksual atau reproduksi kepada anak
didiknya. Aku jadi suka dekat secara fisik dengan mbak Alip. Pernah ketika
tidur bersama wajahnya begitu dekat dan ingin sekali aku menciumnya, aku juga
merasakan kalau mbak Alip juga mempunyai keinginan yang sama tetapi kami berdua
sama-sama tidak berani dan mbak Alip membalikkan badanya dan mengatakan sudah
mengantuk. Aku bahkan suka sekali memeluk mbak Alip dari belakang kadang aku
dapat mendengar degup jantungnya yang berdetak lebih cepat. Aku selalu berharap
dia membalikan badan dan menciumku. Tetapi dia tidak pernah melakukan itu.
Aku kadang merasa dia mencintaiku tapi kenapa
ketika aku memberitahu tentang lamaran mas arif, dia seperti mendukungnya. Padahal aku berharap
dia akan melarangku dan mengatakan cinta kepadaku. Aku masih ingat dengan jelas
kejadian itu. aku sengaja sms dia mengatakan ingin ketemu dan ada sesutau yang
ingin aku bicarakan. Dia pun langsung datang ke tempatku praktek. Waktu itu aku
mengajaknya makan siang di sebuah restoran favorite kami di Banten.
“Ada apa Ir, kok kamu nyuruh aku datang?Tanya
mbak Alip setelah menyelesaikan pesanan makanan kami.
“Mas Arif akan melamarku mbak”Kataku sambil
memperhatikan mbak Alip.
“Wah selamat ya”Katanya sambil berdiri dan
memelukku.
“Makasih mbak”Kataku sambil membalas
pelukkannya.
Entah
kenapa ada perasaan kecewa dengan reaksi mbak Alip. Ingin sekali aku berharap
dia kecewa, sedih atau melarangku, atau apa saja yang mengatakan dia cinta
denganku. Aku jadi seperti blank dan
kosong ketika dia yang mulai sibuk bertanya-tanya tentang rencana pernikahanku.
Aku sendiri jadi tidak bersemangat dan sedih. Akhirnya aku memutuskan menerima
lamaran dan rencana pernikahan itu.
Besok
adalah hari pernikahanku, hari yang ditunggu-tunggu bagi sebagian gadis-gadis.
Tetapi aku seprti ingin menundanya agar aku bisa berlama-lama dengan mbak Alip.
Pernikahan ini seperti penjara buatku dan aku yang memilih dengan sukarela
penjaraku sendiri. Aku tidak bisa lagi mengelak atau menundanya, hubungan kami
sudah lama sekali dan kedua keluarga kami sudah saling tahu dan merestui hubungan
kami. Mereka menganggap kami berdua adalah jodoh dan pasangan sejati. Dulu
ketika aku belum bertemu dengan mbak Alip, aku juga berpikir seperti itu.
tetapi aku sering berpikir kalau aku memang berjodoh dan dia soulmate ku kenapa
tidak ada sparkling didalam dadaku
seperti ketika aku bersama dengan mbak Alip.
Beberapa
hari ini hubungan kami semakin dekat, aku menikmati hari-hariku mempersiapkan
pernikahan bersama mbak Alip. Aku seperti akan menikah dengan dia. Hampir semua
perlengkapan nikahku dia yang memilihkan, mulai dari souvenir, undangan,
pakaian, makanan. Bahkan aku tidak pernah minta pendapat mas Arif. Untung mas
Arif tidak protes karena dia terlalu bahagia bisa menikahi diriku. Semakin
dekat hari nikahku, aku semakin gelisah dan bersedih. Itu tandanya aku tidak
akan bisa bebas bersama mbak Alip. Kupandangi mbak alip yang sedang bersiap ke
peraduan menemaniku tidur. Aku tidak tahu kenapa tiba tiba aku jadi ingin
menangis. Kesedihan yang menusuk nusuk didalam hatiku. Airmataku pun tak
terbendung mengalir begitu saja.
“Kamu
kenapa Yuk? Tanya mbak Alip yang sudah duduk diranjangku dan berusaha menghapus
airmataku. Aku langsung bangun dari tidurku dan memeluk mbak alip. Aku menangis
dalam pelukkannya. Mbak alip hanya diam dan memelukku erat erat. Dia membiarkanku
menangis tanpa banyak bertanya. Aku menikmati pelukkannya dan belaiannya
tangannya di rambutku.
Aku merenggangkan
pelukkanku, kutatap wajah mbak alip. Entah darimana datangnya keberanianku, aku
langsung mencium bibir mbak alip. Mbak Alip membalas ciumanku, Kami berciuman
lama sekali. Semua terasa begitu indah dan jantung tak hentinya bersorak sorai
merayakan kemenangan. Aku melepaskan ciumanku.
“Mbak,
bercintalah denganku mbak”Pintaku sambil melepaskan kaosku.
“Astagfirullah, jangan Ir”Katanya sambil
mengenakan kembali pakaianku.
“Kenapa mbak? Apakah mbak Alip takut dosa?Tanyaku
meminta jawaban.
“Ini bukan masalah dosa Ir”Jawabku sambil membelai
pipinya dengan sayang
“Lalu apa mbak?
“Aku tidak ingin merusak hidupmu, perkawinanmu, Ir!
Sekali kita bercinta, kamu tidak akan bisa kembali lagi Ir!
“Mbak, aku juga tidak ingin kembali. Aku ingin
bersamamu” Apa mbak Alip tidak mencintaiku? Tanyaku sambil merebahkan diri
dalam pelukkannya.
Sudah lama aku ingin tidur dalam pelukkan mbak Alip
seperti ini. Kenapa baru sekarang ketika pernikahanku tinggal beberapa hari
lagi.
“Mbak, jadikan aku kekasihmu mbak”Pintaku kepada
mbak Alip.”Kita bisa melakukannya dengan diam-diam mbak”lanjutku.
Jangan
jadikan aku kekasihmu karena itu tidak mungkin , namun pagiku akan benar benar
pagi bila kaubiarkan tanganku membelai anak rambutmu yg menggelincir indah
dilehermu walaupun cuma satu kerdipan mata ....... Aku
tidak mungkin menjadikanmu kekasihku Ir meskipun aku sangat menginginkanmu. Aku
tidak bisa membagimu dengan orang lain meskipun itu suamimu sendiri. Tapi
kata-kata itu tak keluar dari mulutku. Aku hanya memeluknya erat-erat dan
meneteskan airmata.
Aku tidak tahu harus sedih atau gembira, semua
datang secara bersamaan. Ternyata Irma mencintaiku dan menginginkanku tetapi
aku juga harus kehilangan dirinya. Besok dia telah resmi menjadi isteri orang
dan aku tidak ingin merusak kebahagian Irma.
“Aku tidak ingin terjadi sesuatu denganmu Ir”kataku
sambil membelai rambutnya yang panjang tergerai. “Aku tidak ingin menjadi kekasihmu
bukan karena aku tidak mencintaimu tetapi aku terlalu mencintaimu dan sayang
sama kamu”lanjutku. “Sudah, kamu jangan menangis dan sebaiknya kamu tidur
supaya besok kalau dirias kamu kelihatan cantik”Kataku dan mencium keningnya.
Kupeluk dia erat-erat karena ini akan menjadi pelukkan pertama dan terakhir
yang akan kurasakan bersama dia.
“Kenapa mbak Alip tidak pernah mengungkapkan
perasaan mbak ke aku dari dulu?Tanya Irma
“Karena aku sendiri bingung dengan apa yang
kurasakan dan tidak tahu harus bagaimana, aku takut kalau aku bilang cinta ke
kamu tapi aku tidak yakin apakah aku akan bisa berpacaran dengan kamu”. Aku
juga tahu kalau hubunganmu dengan Arif sudah begitu lama, aku tidak yakin
apakah kamu bisa memutuskan hubunganmu dengan dia, dan apakah aku siap. Kita
juga beda kota”
“Aku khan bisa jadi dokter di Cirebon”Sahut Irma
“Aku sendiri tidak yakin Ir, dengan pekerjaanku
sebagai pengajar dan pengawas di pondok, apakah aku bisa menjalin hubungan
denganmu. “mungkin aku terlalu banyak pertimbangan dan pengecut, tidak berani
memperjuangkan cintaku” Maafkan aku ya”kataku dengan perasan menyesal.
“Kita khan bisa lari bersama kemana gitu”Sahutnya
lagi
“Itu yang aku tidak punya cukup keberanian untuk
melakukannya”Jawabku. “sudah ya, sebaiknya kamu bobo, besok jam 4 pagi khan
harus sudah dirias, aku nggak mau matamu
bengkak gara-gara sekarang”Kataku dan kucium wajahnya dengan lembut. Irma
langsung mencium bibirku dengan lembut. Kami berciuman lama sekali, darahku
rasanya mengalir dengan cepat. Semua terasa begitu indah dan menggetarkan. Aku
menghentikan dan memeluknya erat-erat sebelum aku menginginkan lebih dari
sekedar ciuman. Semalaman aku terjaga tidak ingin melewatkan sedetikpun
menikmati pelukkan kami. Ada perasaan menyesal kenapa tidak dari dulu aku mengatakan
cinta kepada Irma. Sudahlah cinta memang tidak harus memiliki, meskipun dulu
aku benci sekali dengan jargon itu. aku berpikir kalau cinta ya harus memiliki
dan berani untuk memperjuangkannya. Tetapi pada kenyataannya aku sendiri tidak
berani memperjuangkan cintaku sendiri. Pikiranku terus melayang dengan kata
seandainya ini dan seandainya itu tetapi tidak satupun memecahkan masalahku.
Sampai terdengar ketukan kamar pintu oleh ibu Irma.
“Ir… bangun!
“Iya bu!sahutku
Aku menciumi wajah Irma untuk terakhir kalinya,
“bangun yuk!Kataku
Dia makin memeluk erat diriku,”aku tidak ingin
bangun, aku ingin bersamamu terus mbak”Katanya sambil menangis.
“hee..sudah ya, nggak baik menangis dihari
baik”Kataku. “Aku ingin kamu tahu, Ir..meskipun aku tidak menjadi kekasihmu,
aku akan tetap selalu mencintaimu”Kataku
“Makasih mbak, aku pun akan selalu mencintaimu,
meskipun tubuhku dimiliki orang lain tapi hatiku dan cintaku hanya untuk mbak”katanya
dan memelukku dengan erat seakan takut kehilangan diriku.
“Ir… ayo cepet mandi, sholat!”Teriak ibu Irma dari
luar.
“Iya..bu”Kata Irma sambil melepaskan pelukan dan
turun dari ranjang. Kulihat dia mengikat rambutnya dan berjalan keluar dengan
buru buru. Aku hanya dapat menghela nafas dan ada yang hilang dalam hatiku.
Jujur aku ingin menangis dan melarikan diri. Aku rasanya tidak ingin
menyaksikan akad nikah Irma yang akan dilangsungkan beberapa jam lagi. Tapi aku
tidak mungkin melarikan diri begitu saja. aku tidak ingin membuat Irma bersedih
dan bingung karena aku tidak ada. aku tidak ingin membuat kekacauan di hari
pernikahannya. “Ya, Allah! Kuatkan diriku mengahadapi ini semua”
******
Kupandangi Irma dari kejauhan, yang berdiri
disebelah Arief menerima ucapan selamat dari teman-temannya. Dengan kebaya
warna kuning emas dan rias pengantin dia terlihat semakin cantik. Tuntas sudah
semuanya, aku berusaha sekuat tenaga agar airmataku tidak keluar. Aku berusaha
menyibukkan diriku dan membantu semuanya meskipun itu bukan tugas dan
pekerjaaan. Hanya untuk melupakan perasaanku yang sedang galau. Aku memutuskan
untuk pulang ke Cirebon mala mini juga. Aku tidak ingin melihat Irma sekamar
denga Arief dan besok pagi aku harus melihat dia telah disetubuhi oleh Arif.
Tiba-tiba hatiku menjadi sangat sakit sekali dan aku sudah tidak dapat menahan
perasaanku yang hampir tumpah ruah. Aku memberitahu ibunya Irma kalau aku
hendak pulang dan pamit. Ibunya masih bertanya kenapa tidak pulang besok
pagi, aku beralasan kalau besok ada
acara di pondok.
Dia memelukku dan berkata “Makasih ya Lip, untuk semua yang
telah kamu lakukan”
“iya, sama-sama bu”Jawabku sopan.
“Ibu tahu bagaiaman perasaanmu dan ibu
berterimakasih buat pengorbananmu”
Aku terkejut
mendengar kata-katanya dan tidak mengerti apa maksud ucapan ibunya itu. Apakah
ibunya tahu tentang perasaan kami berdua. Tetapi aku hanya beridam dan
mendengarkan apa yang beliau katakan.
“Ibu, ada satu permintaan Lip, semoga kamu mau
mengabulkannya”
“InsyaAllah, Bu”Jawabku
“Sebaiknya, untuk sementara kamu jangan menemui
atau berhubungan dengan Irma dia, sampai dia hamil dan melahirkan cucu buat
Ibu”
Aku menatap wajah Ibunya Irma dengan takjub dan
tidak percaya dengan apa yang barusan aku dengar. Hatiku semakin sakit, ini
seperti kejatuhan tangga dan dimarahi tetangga. Aku hanya mengangguk, mencium
tanggannya dan berpamitan. Aku berusaha menguatkan diriku dan berjalan dengan
tegap. Aku tidak ingin jatuh dan menjadi lemah dihadapan ibunya. Meskipun
kakiku seras lemas dan tak bertenaga. Aku mengganti pakaianku dan menitipkan
kepada seorang teman. Aku segera keluar dari gedung pertemuan itu. sesampai
diluar airmataku langsung keluar tak terbendung. Sekali lagi aku menatap ke
gedung pertemuan itu sebelum pergi selama-lamanya dari kehidupan Irma, “Selamat
tinggal kekasihku” semoga kamu bahagia!” Bila kita berjodoh maka kita akan
bersatu suatu hari nanti”
ditulis oleh Poedjiati Tan
Cinta ditolak itu menyakitkan, tp ternyata lebih sakit lagi kalo kita tidak pernah punya keberanian untuk mengungkapkan rasa cinta itu..
ReplyDelete