Cinta Tak Harus Pergi

Ari hatinya berbunga-bunga, dia sudah tidak sabar menemui Dini. Cita-citanya untuk mempunyai tempat tinggal sendiri hampir terwujud. Ia ingin segera mengajak Dini untuk tinggal bersama. Kerja keras selama enam tahun menabung dan bantuan Ayahnya, akhirnya uangnya cukup untuk membeli apartmen sederhana, yang sedang ada program cicilan selama tiga tahun sambil menunggu apartemennya di bangun. Ari sengaja tidak memberitahu Dini karena dia ingin ini sebagai kejutan dan menjadi lamaran buat Dini.

Merek memang sudah sering membicarakan untuk bisa tinggal bersama. “Gimana kalau kita tinggal disini aja bersama Papa!Tanya Dini waktu itu. “Jadi kita khan nggak perlu beli rumah!Lanjut Dini.
“Tapi aku pengen punya rumah sendiri, kalau tinggal sama papa kita nggak bisa bercinta di sembarang tempat!Jawab Ari sambil tersenyum.
“Ihhh, emang kamu mau bercinta sembarangan?Tanya Dini
“Ya nggak.. maksudku kita nggak bisa bercinta di ruang tamu, di dapur, di kamar mandi! Apalagi ini di kampung yang padat dan jendela rumahmu segede layar tancap, bisa ditangkap Cak Bakri hansip kampung tuh!Kata Ari sambil ketawa
“Nggak apa-apa ditangkap siapa tahu kita dikawinkan!Lanjut Dini dengan nakal
Dan mereka ketawa ngakak bersama.

Ari terus memandang brosur apartemen di tangannya dengan senyum-senyum, membayangkan mereka tinggal di apartemen dan bisa melakukan apa saja yang mereka inginkan. Ari tak sabar ingin segera mengajak Dini untuk ke kantor pemasaran-nya, memilih nomor dan arah hadap-nya. Ari sudah membayangkan mereka akan bersama seperti yang mereka cita-citakan sejak lama. Membayangkan mereka memasak bersama, nonton bersama, mempunyai rak buku yang banyak, bisa bercinta di setiap ruangan.

Hari ini Ari sudah berjanji ketemu dengan Dini di Tunjungan Plasa. Dia ingin menyampaikan berita yang menggembirakan ini. Ari ingin mengajak-nya makan malam yang romantis lalu memberitahu soal ini. Ari melihat jam di laptopnya, sudah saatnya berbenah dan berangkat. Dia tidak ingin Dini menunggu terlalu lama. Semoga jalanan lancar hari ini!Doa Ari dalam hati.

****
Tunjungan Plasa tidak terlalu ramai kalau hari biasa. Ari berjanji ketemu di foodcourt atas, tempat biasa mereka makan. Ari terlihat begitu bahagia. Wajahnya berseri-seri, senyumnya selalu tersungging. Dia berjalan dengan agak cepat karena tak sabar ingin bertemu dengan Dini. Dini sudah sms kalau dia sudah sampai di foodcourt.  Ari menaiki escalator sambil setengah berlari. Dia tidak ingin kekasihnya menunggu terlalu lama.

Ari mengatur nafas ketika sampai di foodcourt. Dia menyapu seluruh tempat duduk foodcourt mencari kekasihnya. Akhirnya dia melihat Dini yang menggunakan pakaian berwarna biru mudah. Dengan senyum tersunging dia segera menghampiri Dini yang duduk sambil memainkan Hpnya.
“Hi, maaf ya sudah menunggu!Kata Ari dengan senyum manisnya. “Kamu kenapa? Sakit?Tanya Ari yang melihat wajah Dini begitu muram dan menyentuh kening Dini dengan punggung tangannya.
“Nggak apa-apa kok!Jawab Dini singkat.
“Kamu ada masalah apa sayang? Papa?Tanya Ari dan Dini hanya menggelengkan kepalanya sambil menunduk.
“Ayo dong sayang cerita, aku tahu kamu pasti sedang memikirkan sesuatu! Aku sudah mengenalmu sejak kita kanak-kanak!Tanya Ari penuh perhatian.
“Apa kamu tidak bosan sama aku, Ri?Tanya Dini lirih
“Nggak? Kenapa kamu tanya seperti itu? Kamu bosan sama aku?Tanya Ari mulai penasaran dan merasa ada yang aneh.
“Apa kamu tidak ingin dengan orang lain yang lebih baik dari aku?Tanya Dini kembali
“Kamu ada apa sih sayang? Aku cuma ingin sama kamu cintaku! Jawab Ari yang mulai tidak sabar dengan sikap Dini.
“Kamu khan selama ini tidak pernah dengan orang lain dan selalu dengan aku dari kita masih kecil. Bagaimana kamu tahu kalau aku yang terbaik buat kamu?Tanya Dini sambil menatap Ari.
“Aku tidak ingin dengan orang lain karena menurutku kamu yang terbaik buatku! Apakah kamu ingin dengan orang lain? Apa kamu jatuh cinta dengan orang lain?Tanya Ari dengan sedikit emosi.
Dini terdiam dan air matanya menetes. Ari yang melihat Dini menitikan air mata jadi berubah sikapnya. “Din, ada apa sih kamu ini? Cerita dong Din! Bukankah kita selalu berbagi dan tidak ada yang disembunyikan!Kata Ari dengan lembut dan memegang tangan Dini.
“Aku ingin pergi Ri!Kata Dini lirih.
“Kamu mau pergi kemana? Ayo nanti aku antar!jawab Ari berusaha sabar menghadapi Dini
“Tapi aku ingin pergi sendiri, pergi yang jauh dan menyendiri!Jawab Dini sambil menghapus airmatanya
“Aku khan bisa mengantar dan menemani kamu Din!Jawab Ari
“Justru itu, kamu selalu ada buat aku dari kita kecil. Aku takut bagaimana kalau salah satu dari kita pergi?Jawab Dini kembali.
“Kamu ngomong apa sih, sayang!Jawab Ari
“Aku ingin pergi Ri, dan aku nggak mau kamu ikut!Jawab Dini dengan terbata-bata
“Maksud kamu apa? Kamu ingin kita putus?Tanya Ari yang mulai tidak sabar dan nadanya kembali meninggi. Dini kembali menundukan kepalanya dan air matanya menetes makin deras. “Jadi benar kamu ingin putus dengan aku? Kamu mau jalan dengan siapa Din?Tanya Ari dengan marah.
“Nggak begitu Ri!Jawab Dini dengan mengusap air matanya. “Aku cuma ingin kita bisa saling mengenal diri kita masing-masing Ri!Jawab Dini

Ari makin kesal dengan jawaban Dini dan dia langsung menggebrak meja melampiaskan kekesalannya. Hatinya seperti tercabik cabik ketika dia hendak memberikan kejutan untuk masa depan mereka tapi Dini malah memberikan kejutan yang benar-benar membuyarkan angannya dan tidak pernah dia bayangkan. Ari tidak pernah membayangkan harus berpisah dengan Dini. Selama ini hidupnya cuma ada Dini dan tidak pernah ada orang lain.

Dini menjadi takut melihat perubahan sikap Ari. Selama ini Ari tidak pernah kasar dengan dirinya dan tidak pernah semarah ini. Dini tahu kalau dia sudah melukai Ari dengan sangat. Ingin rasanya dia berlari memeluk Ari. Tapi dia sadar bahwa ini adalah yang terbaik buat mereka berdua. Ari masih muda dan masih punya kesempatan bersama orang lain.
“Aku balik aja Ri, aku nggak ingin dilihat orang!Jawab Dini sambil berdiri tanpa menunggu jawaban Ari. Dia berusaha menyembunyikan kesedihannya dan takut kalau tangisnya akan meruntuhkan pendiriannya.
“Din, kita belum selesai bicara!Sahut Ari dengan kesal dan berusaha memelankan suaranya dan memegang tangan Dini.
“keputusanku sudah bulat Ri!jawab Dini “Aku ingin sendiri!Lanjut Dini
“Kenapa Din? Apa salahku?Tanya Ari menuntut penjelasan. Beberapa orang sudah mulai memperhatikan mereka.
“Aku ingin pergi Ri! Kalau kamu memang mencintaiku, biarkan aku pergi!Kata Dini kembali dengan airmata yang menetes dan wajah yang tampak kuyu. Ari melepaskan genggaman tangannya dan Dini meninggalkan Ari sendiri.

Ari ingin memaksa penjelasan tetapi dia sadar kalau mereka di tempat umum. Akhirnya Ari membiarkan Dini pergi. Sementara Ari tertunduk, air matanya menetes satu persatu. Brosur apartemen di saku celananya diambil dan diremas. Hatinya benar-benar hancur berkeping keping. Badanya lemas tak bertenaga, jiwanya mendadak kosong pergi bersama Dini. Berkali-kali dia memukul meja dan ingin berteriak sekencang kencangnya, menangis sekeras-kerasanya. Kepalanya mendadak cenut-cenut, kejadian ini benar-benar mengejutkan Ari. Selama ini mereka tidak pernah bertengkar atau marahan. Semuanya baik-baik saja, bahkan beberapa hari yang lalu mereka masih bercinta dengan menggila seperti biasanya.

****

Tahun 1995, Pertemuan pertama yang mengugah
Ari yang berdiri di depan kelas karena di hukum terpesona melihat seorang gadis di depan pintu bersama kepala sekolah dan seorang laki-laki. Pak Sutiono segera keluar dan berbicara dengan kedua orang itu. Pak Sutiono masuk diikuti gadis itu. Mata Ari bertemu dengan mata gadis itu dan mendadak dia tertegun melihat mata yang indah itu. Tiba-tiba ada keinginan untuk duduk satu bangku bersamanya. Selama ini Ari memang duduk sendirian karena sering mengajak ngobrol teman sebangkunya.
 
“Anak-anak perkenalkan ini teman baru kalian dia pindahan dari Jakarta! Namanya Dini Wulandari!Kata Pak Sutiono.
Dini yang berambut pendek terlihat senyum sedikit dan menunduk. Dia terlihat malu diperkenalkan di depan teman-teman kelas 3A. Pak Sutiono terlihat bingung mau menempatkan dimana, lalu dia menoleh ke belakang. “Ari! Kamu ajak Dini duduk bersamamu! Dan Awas kalau kamu ganggu dia! Kamu bantu dia belajar ya!Kata Pak Sutiono.
Senyum lebar langsung tersunging di bibir Ari, keinginannya duduk bersama gadis itu terkabul.
“Saya janji akan membantu Dini, Pak!Jawab Ari.
“Ya, sudah kamu duduk sana!Kata Pak Sutiono.
Ari berjalan sambil mengajak Dini ke tempat duduk mereka. “Kamu mau duduk sebelah mana?Tanya Ari meminta Dini memilih.
“Sini aja!Jawab Dini.
“Kenalkan namaku Ariana Kartasasmita!Kata Ari sambil mengulurkan tangannya memperkenalkan dirinya.
Dengan tersenyum Dini membalas uluran tangan Ari. “Kamu sudah tahu namaku khan! “Oya kenapa kamu dihukum?Tanya Dini.
“Biasa, aku selalu dihukum sama Pak Sutiono!Jawab Ari sambil cengengesan bengal.
“Kamu anak paling nakal di kelas ya?Tanya Dini
“Aku, anak paling pinter di kelas ini!Jawab Ari dengan gaya tengilnya.
“Biasanya anak yang nakal itu nggak pinter!Jawab Dini
“Dini, aku itu bukan nakal! Aku cuma bosan dengan pelajarannya karena aku sudah bisa!Jawab Ari nggak mau kalah.
“Aku khan belum tahu kamu pinter apa nggak! Tapi yang aku tahu kamu dihukum di depan kelas!Jawab Dini dengan tersenyum.
“hahaha iya ya! ya udah kamu buktikan aja nanti, aku bisa mengajari kamu pelajaran yang sudah diberikan ato nggak!Jawab Ari dengan percaya diri.
“Awas ya kalau kamu nggak pinter! Aku minta pindah nanti!Jawab Dini sambil ketawa
“hahaha iya!Jawab Ari ketawa juga
“Ari!....Jangan ngajak Dini bercanda!Tegur Pak Setiono dari depan
“Nggak pak!Jawab Ari dan mereka berdua langsung menahan ketawannya

Dini merasa senang punya teman sebangku Ari. Dia merasa Ari anak yang menyenangkan dan banyak omong. Dia merasa diterima dan tidak merasa sendirian di kelas yang baru. Waktu Istirahat Ari mengajak Dini berkeliling sekolah, mentraktir dia makan bihun goreng dan pentol. Lalu memperkenalkan ke teman-teman yang lain. Dini sadar kalau Ari populer di Sekolah. Hampir semua anak mengenal dia. Dan ternyata rumah mereka berdekatan beda beberapa gang saja. Tubuhnya yang jangkung dan kuat diatas rata-rata anak SD Negeri Simokerto. Apalagi dia terkenal pemberani, berani melawan kakak kelas yang menganggu anak-anak kelas 3.

~~~~~~~~~

 “Kamu pulang sama siapa?Tanya Ari ketika bel terakhir sekolah berbunyi.
“Sendiri!Jawab Dini.
“Ayo, aku boncengin naik sepeda!Ajak Ari
Dini mengangguk dan mengikuti Ari menuju tempat parkir sepeda. Ari mengikatkan tasnya di depan stir sepedanya dan dia meminta tas Dini untuk diletakan di depan. Kakinya yang panjang dengan muda dia mengendalikan sepedanya. Dini ternyata memilih berdiri daripada duduk di boncengan. Dia berdiri di injakan kaki sepeda dan memegang pundak Ari. Ari senang sekali dan merasa mendapatkan teman yang cocok dengan dia.
“Mau nggak kalau kita lihat orang mancing dulu?Tanya Ari kepada Dini
“Iya, dimana?Tanya Dini
“Deket kok, disana ada yang jualan legen sama gorengan enak!Jawab Ari sambil mengayuh sepedanya dengan kencang dan kadang sambil melepas tangannya.
“Ati-ati Ri! Nanti jatuh!Kata Dini sambil mencengkeram bahu Ari kuat-kuat.
“hahaha tenang aja! Aku akan ati-ati dan menjaga kamu!Jawab Ari
Entah kenapa Dini merasa senang dan merasa aman bersama Ari. Dia jadi lupa kesedihannya pindah ke Surabaya. Dia jadi melupakan kesedihannya ditinggal mamanya yang meninggal tiga bulan yang lalu.
“Kita sudah nyampe!Kata Ari membuyarkan lamunan Dini.
Dini turun dari sepeda Ari dan Ari menyandarkan sepedanya di bawah pohon waru. Mereka berdua duduk di kursi kayu panjang mengahdap kali. Ari memesan dua cangkir es legen dan mengambi tahu isi serta haici dan diberikan ke Dini.

“Kamu kenapa kok pindah ke Surabaya?Tanya Ari sambil meminum es legennya.
“Mamaku meninggal 3 bulan yang lalu dan di Jakarta Papa sendirian, makanya Papa memutuskan pindah kerja di Surabaya tinggal di dekat rumah nenek!Jawab Dini dengan wajah yang sedih.
“Maaf ya kalau membuat kamu sedih! Kamu nggak usah kuatir, aku berjanji akan selalu menemani kamu!Kata Ari sambil melingkarkan tangannya di pundak Dini dan dengan reflek Dini merebahkan kepalanya di bahu Ari.

Sejak itu mereka berdua selalu bersama. Sepulang sekolah kadang Dini di rumah Ari atau Ari di rumah Dini. Ibuknya Ari yang seorang penjahit senang akhirnya Ari mempunyai teman. Mereka kadang berdua membantu Ibuknya Ari mengesum jahitan atau kadang pergi berdua mengantar jahitan yang sudah jadi atau membeli benang. Ibuknya Ari merasa kasihan dengan Dini yang sudah ditinggalkan ibunya. Papanya Dini pernah ke rumah mereka untuk berkenalan dengan orang tua Ari karena anaknya sering di sana.

Ari selalu suka bersama dengan Dini, ada perasaan yang sulit dia jelaskan. Bila di dekat Dini dia merasa bahagia. Dia selalu ingin menggandeng, memeluk atau kadang cuma memandang aja. Dan dia juga merasa tidak suka kalau ada yang menggoda Dini atau dijodoh-jodohin dengan cowok. Meskipun mereka belum bisa mengartikan perasaan mereka dan tidak tahu apa yang mereka rasakan. Mereka hanya mengikuti apa yang mereka rasakan saja. meskipun kadang ada kebingungan dengan apa yang mereka rasakan

Mereka selalu bermain bersama, entah itu cari ikan di selokan, cari kecebong waktu musim hujan, main layangan, adu jangkrik, main kelerang, main lompat tali, main keong, mengambil mangga di kampung sebelah. Pernah ketika sedang mengambil mangga di kampung sebelah, Ari yang membawa ketepel berusaha menembak mangga dengan ketepelnya. Tapi sayang batunya malah kena anak laki-laki dari kampung itu dan marah. Mereka berdua lari sekencang-kencangnya kembali ke rumah Ari. Mereka berdua bersembunyi di kolong ranjang. Dan anak itu teriak-teriak di depan rumahnya.
“Untung ibuk sedang keluar!bisik Ari
“Gimana ini kalau anak itu masih di luar dan Ibuk datang, atau gmana kalau dia masuk ke dalam!Tanya Dini ketakutan
Dan benar beberapa saat mereka mendengar pintu di buka dan ada orang masuk ke dalam rumah. Mereka seperti tercekat dan menahan nafas ketika pintu kamar dibuka. Mereka menelungkupkan wajahnya.
“Ari...Dini..!ngapain kalian di bawah ranjang seperti itu!Kata Ibuk yang kaget melihat mereka di bawah ranjang.
Ari yang kaget segera mendongak dan kepalanya membentur ranjang. “Aduh..Ahh ibuk bikin kaget aja!Jawab Ari sambil mengajak Dini keluar dan mengusek-usek kepalanya yang kebentur.
“Makanya kalau ngumpet jangan di bawah ranjang!Kata Ibuk

Pernah ketika Ari mengajak main masak-masakan dan Dini menolaknya. “Nggak mau ahh, kalau kamu yang jadi bapaknya terus! Gantian aku yang jadi bapaknya kamu yang jadi Ibunya!Kata Dini.
“Iya deh! Aku yang masak, kamu yang jadi Bapaknya!Kata Ari mengalah.

Ari selalu menuruti semua keinginan Dini dan tidak pernah menolak permintaannya. Begitu pula dengan Dini yang selalu perhatian dengan Ari. Suatu hari ketika mereka sedang mencari ikan sepulang sekolah. Ari tercebur di kali dan seragamnya basah semua. Mereka berdua tertawa melihat Ari yang basah kuyub. Lalu Ari tersadar kalau Ibuknya bisa marah karena seragamnya basah semua. “Waduh, aku bisa dimarahi Ibuk!Kata Ari sambil melihat seragamnya.
“Kita pulang ke rumahku aja dulu, kita cuci dan keringkan dengan kipas angin!Kata Dini
“Iya deh!Jawab Ari. Sampai di rumah Dini, Dini langsung mencuci dan mereka mengerikannya di kipas angin.  

Mereka bermain bersama, belajar bersama bahkan mandipun bersama saling menyiram air dan lomba membuat gelembung dari sabun. Kadang mereka ikut ibuknya Ari belanja perlengkapan untuk menjahit. Ibuknya Ari juga sayang dengan Dini dan selalu merasa kasihan melihat Dini yang sudah tidak memiliki ibu. Melihat perkembangan fisik Ari dan Dini, ibunya Ari membelikan miniset buat mereka berdua. Mereka berdua mulai malu dengan pertumbuhan payudaranya, terutama Ari. Dia jadi malu bertelanjang badan di depan Dini.

Mereka selalu satu kelas ketika naik kelas 4, 5 dan 6. Mereka selalu menjadi juara kelas secara bergantian. Kadang Dini juara satu, Ari juara dua atau sebaliknya. Menjelang ujian akhir mereka rajin belajar berdua saling membantu mengahafal dan latihan soal-soal ujian. Akhirnya mereka lulus dengan nilai yang sama dan menjadi juara kelas kembar. Mereka juga berjanji untuk masuk SMP di tempat yang sama.

~~~~~~~~
Ketika liburan kelulusan SD, Dini datang ke rumah Ari pagi-pagi dengan menangis dan membangunkan Ari yang masih tidur.
“Ri..bangun ri!Kata Dini sambil menangis dan membangunkan Ari.
“Ada apa Din?Tanya Ari kaget dan langsung terbangun dari tidurnya.
Ri, aku mengeluarkan darah! Pipisku ada darahnya!Kata Dini dengan ketakutan.
“O..kamu itu sendang menstruasi namanya! Itu biasa terjadi pada perempuan yang memasuki akil balik! Nggak apa-apa! Kamu bukan sakit!Jawab Ari menenangkan Dini. “Kita tunggu ibuk pulang dari pasar ya! Biar nanti Ibuk yang menjelaskan”Lanjut Ari
“Apa kamu juga sudah menstruasi?Tanya Dini
“Belum, mungkin tidak lama lagi!Jawab Ari

Mereka berdua menunggu Ibuk pulang dari pasar dengan perasaan gelisah. Dini masih gelisah dan kuatir. Dia merasa tidak nyaman, bolak balik ke kamar mandi. Kuatir kalau akan keluar darah lagi.
“Wah, sudah pada bangun ya!Sapa Ibuk yang sudah datang dari pasar.
“Buk! Dini sudah mentruasi!Kata Ari langsung. “Dia takut buk!Lanjut Ari
“Wah! Anak Ibuk sudah jadi dewasa!Kata Ibuk Ari sambil tersenyum dan meletakan belanjaannya. Ibu masuk keladam kamarnya dan keluar membawa pembalut.
‘Kamu sudah pakai pembalut belum?Tanya Ibuk
Dini hanya menggelengkan kepalanya. “Begini caranya memakai pembalutnya ya!Kata ibuk sambil mencontohkan dan menempelkan di celana dalam. ‘Sekarang kamu pakai dulu ke kamar mandi!Perintah Ibuk. Dini langsung ke kamar mandi.

“Kita harus buat selamatan sekarang! Ayo bantu ibuk, kita buat bubur ya!Kata ibuk sambil mengeluarkan bahan dari lemari. Selama membuat bubur Ibuk memberikan penjelasan seputar menstruasi dan memberi tahu apa yang harus diperhatikan dan tidak boleh dilakukan. Mereka berdua hanya manggut-manggut mendengar penjelasan Ibuk. “Nanti Dini harus kasi tahu papanya ya, kalau sudah mens!dan minta dibeliin pembalut!Kata Ibuk
“Iya, tante!Jawab Dini yang sudah mulai lega dengan penjelasan ibuk.

******
Ketika Cinta Menyapa,
Mereka berdua tumbuh menjadi gadis yang sehat, cantik dan cerdas. Mereka Masuk di SMP Negeri favorit dan ternama di Surabaya. Meskipun tidak satu kelas tetapi mereka selalu bersama ketika istirahat. Waktu istirahat mereka saling mengunjungi ke kelas dan bersama-sama ke kantin atau mengobrol bersama teman-teman yang lain. penampilan Dini terlihat lebih kalem dan feminim dibandingkan dengan Ari. Ari menjadi pemain basket andalan di sekolahnya, sedangkan Dini ikut menjadi cheerleader. Pulang pergi ke sekolah mereka selalu bersama, kadang berboncengan naik sepeda, kadang naik sepeda sendiri-sendiri.

Mereka sering naik sepeda bersama keliling kota Surabaya, kadang ke pantai kenjeran memancing ikan atau duduk melihat pantai. Kadang ke jalan Semarang mencari buku bekas, ke Gramedia membaca buku berjam-jam. Ke Ampel melihat kampung arab, ke Jembatan merah. Mereka selalu mencari hal-hal baru yang belum mereka kunjungi. Kalau sore mereka sering ke Taman remaja karena dekat dengan rumah. Mereka hanya duduk berdua di taman sambil berpelukan kadang melihat acara waria show.

Mereka berdua sadar kalau mempunyai perasaan satu sama lain. tetapi mereka tidak berani membicarakannya dan merasa ragu dengan apa yang mereka rasakan. Tapi perasaan ingin selalu berdekatan dan merindukan semakin lama semakin kuat. Kadang Ari merasa ingin mencium Dini ketika mereka berdekatan. Kadang dia membelai wajah Dini dan Dini menikmati apa yang dilakukan Ari.

Suatu siang ketika mereka usdah kelas 3 SMP. Mereka sedang rebahan di kamar Dini yang sepi sehabis pulang sekolah.
“Din, apa kita lesbian ya?Tanya Ari. “Aku tadi denger penjelasan Pak Adi dipelajaran biologi”Lanjut Ari sambil menantap Dini yang di sebelahnya. Sebetulnya dia ragu ingin membahas hal ini dengan Dini tapi Ari merasa bahwa dia harus mengungkapkan apa yang dia rasakan.
“Nggak tahu ya Ri, mungkin!Jawab Dini. “Yang aku tahu, aku suka berada di dekat kamu Ri!Jawab Dini sambil tersenyum dan membalas tatapan Ari.

Ari merasa senang sekali dengan jawaban Dini. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ada perasaan hasrat yang mengebu-gebu dalam dirinya. Hasrat remaja yang mulai berkembang menyeliputi seluruh dirinya. Mereka saling menatap dalam diam dan merasakan getar-getar cinta yang diam-diam makin bertalu menggetarkan hati.

“Din, boleh nggak aku mencium kamu?Tanya Ari
Wajah Dini seketika memerah, meskipun dia selalu bersama dengan Ari dari kecil. Sebenarnya Dini sudah lama ingin berciuman dengan Ari. Teman-teman dia di kelas kadang bercerita kalau mereka sudah ciuman dengan pacarnya.  Dini menganggukan kepalanya dan memejamkan matanya. Mereka berciuman untuk pertama kalinya. Wajah Dini masih memerah karena ciuman itu. Ari membelai wajah Dini dengan penuh cinta. “Aku cinta kamu Din!Kata Ari dengan lembut. “Aku juga cinta kamu Ri!Jawab Dini dan membelai wajah Ari. Mereka kembali berciuman dengan lembut meskipun belum terlalu mahir. Mereka terus berciuman merasakan sensasi yang mengalir dari mulut ke seluruh tubuh. Merasakan hangatnya aliran cinta yang mengetarkan.

~~~~~~
2002 Tahun Penemuan Komunitas
Mereka sudah masuk SMA komplek, SMA paling ngetop di Surabaya. Ari semakin terkenal sebagai pemain Basket. Tubuhnya yang tinggi tegap dan wajahnya yang cakep. Sedangkan Dini tumbuh menjadi gadis yang cantik dan kalem. Sudah banyak gosip yang mengatakan mereka lesbian. Mereka mendiamkan semua omongan itu. Tetapi teman-teman mereka tidak pernah berani bertanya. Apalagi mereka berdua selalu juara kelas dan Dini selalu memenangkan lomba olipiade Matematika.

“Din, kita ke warnet yuk!Ajak Ari sepulang sekolah.
“Emang mau cari apa di Internet?Tanya Dini
“Kamu baca koran nggak tadi pagi? Ternyata ada perkumpulan L di surabaya.
“Oya, yuk!Kata Dini semangat.

Mereka berdua masuk ke warnet dan memilih duduk yang agak pojok sehingga tidak terlihat orang lain. Ari segera searching dan mencari alamat situs yang sudah dia catat tadi pagi. Dengan semangat mereka membaca semua kontennya. Dan mereka juga mencari situs-situs lesbian lainnya. Mereka berdua menikmati pencariannya dan sesekali mereka berciuman. “Mending kita pulang dan bercinta”Bisik Ari di telinga Dini
“Ihh kamu! Yuk!Kata Dini sambil tertawa.

Mereka bergegas membayar dan pulang ke rumah Dini. Sejak ciuman pertama mereka waktu SMP, mereka jadi sering di rumah Dini yang sepi. Dari ciuman bibir mereka terus melanjutkan mengeksplore tubuh mereka. Mereka juga mulai mencari buku-buku lesbian, komik porno lesbian dan Ari selalu menemukan semuanya. Mereka membaca bersama dan kadang terangsang bersama dan dilanjutakan saling mencumbu. Ketika Ari ingin memasukan jarinya ke v Dini, dia bertanya apakah Dini mau? Dini hanya mengangguk dan mengarahkan tangan Ari ke v nya.  “Apakah aku juga boleh memasukan jariku ke punyamu?Tanya Dini setelah dia orgasme. Ari mengangguk dan membimbing tangan Dini ke v nya. Sejak itu mereka terus bercinta setiap ada kesempatan.

~~~~
 Mereka buru-buru masuk kamar dan mengunci semua pintu. Dini melepaskan pakaiannya dan menggoda Ari. Dini melepaskan pakian Ari dengan tubuh telanjang. Dan ketika tangan Ari hendak memegang tubuh Dini, “Eits..nggak boleh! Kamu diem aja!Kata Dini dengan nakal dan dia mendorong Ari ke tempat tidur. Dini duduk di atas tubuh Ari dan menggodanya, menggesekan payudaranya ke wajah Ari. “Sudah terangsang belum?Tanya Dini dan menciumi leher Ari.
“Mmm sudah mulai panas sih!Kata Ari dengan gaya berpikir.
“Ihh.. kok panas sih?Tanya Dini “Nggak percaya aku!Lanjut Dini
“hahhaha!Ari tertawa melihat Dini
“Coba diperiksa v nya sudah basah belum!Kata Dini sambil memasukan jarinya ke dalam celana Ari. “Ihhh..sudah banjir ini!Kata Dini. Lalu tiba-tiba Ari menangkap Dini dan mengubah posisi Dini jadi di bawah Ari.
“Emang kamu belum basah ya?Tanya Ari sambil meraba v Dini dan mulai memainkan klitnya dan menciumi payudara Dini dengan lembut. Dini mulai mengerang dan tidak tahan dengan sentuhan Ari yang selalu dia sukai.

Mereka bercinta tanpa henti, jiwa dan tenaga muda yang menggebu-gebu seakan tak pernah puas meskipun hampir tiap hari bercinta. Mereka seperti kecanduan bercinta dan selalu menginginkan percintaan yang tanpa henti. Mereka berdua saling menyukai, mencintai dan saling tergila-gila. Mereka seperti belahan jiwa yang sudah dipertemukan sejak kecil.  Ari begitu menganggumi tubuh Dini yang seksi dan indah. Meskipun setiap hari melihat Dini telanjang, dia masih saja terkagum-kagum dengan keindahan payudaranya, tubuhnya dan semua yang ada pada Dini.

Begitupula dengan Dini yang selalu menyukai tubuh Ari yang berotot dan liat. Meskipun dia seperti tomboy tetapi hatinya lembut dan tidak pernah merasa risih bila Dini menyentuh payudara atau Vnya. Dini selalu merasa nyaman dengan Ari. Dia selalu senang bila dipeluk Ari. Dini selalu mengatakan pada Ari kalau dia tidak mau Ari menjadi stone butch atau jadi cowok. Tapi Ari sendiri juga tidak suka, dia selalu menikmati sentuhan dan cumbuan Dini. Mereka berdua memang saling melengkapi dan cocok.

*****
“Kita mau ikut kumpul teman-teman nggak, besok?Tanya Ari ketika mereka berdua di kamar sepulang sekolah.
“Mmmh, aku agak malas! Kita sudah terlalu sering bareng temen-temen L! Kita harus memikirkan ujian akhir kita lho Ri!Kata Dini
“Iya ya!Jawab Ari yang merasa senang dan enjoy bareng teman-teman L dan sudah hampir setahun lebih mereka sering pergi bareng atau mengadakan acara.
“Kamu nggak suka yang kumpul-kumpul dengan teman-teman?Tanya Ari.
“Bukan nggak suka sih, cuman kadang aku agak nggak nyaman dengan sikap si Ericka yang suka sok-sok an! Kamu jangan marah ya, padahal dia khan tau aku sama kamu tapi masih berani ngajak aku lho!Kata Dini
“Kurang ajar!Kata Ari yang sontak jadi kesal.
“Sudah..!nggak usah kesel khan aku juga nggak mau sama dia!Kata Dini menenangkan Ari. “Kita itu nggak pernah membicarakan masa depan kita lho, ri! Kamu mau kuliah dimana? Dan kamu juga pernah tanya aku mau kuliah dimana? Kamu akhir-akhir ini sibuk banget lho Ri! Basket, temen-temen L, sampai rasanya kamu nggak ada waktu lagi buat aku!Kata Dini dengan nada yang agak merajuk.
“Sayangku, kekasihku yang seksi! Jangan ngambek dong! Kamu tahu khan tidak ada orang lain dalam hidupku yang paling penting selain kamu! Maafkan aku ya, kalau aku jadi kurang perhatian sama kamu!Kata Ari sambil memeluk Dini dari belakang dan mencium tengkuk dan leher Dini. “Kamu tahu khan, aku sangat mencintai kamu, Diniku sayang!Kata Ari
Dini membalikan badannya dan menangis dalam pelukan Ari.
“Lho, kenapa kok jadi nangis? Oya mau mens ya?Tanya Ari sambil membelai rambut Dini dengan sayang.
“Jujur, aku takut kehilangan kamu lho Ri! Apalagi nanti kalo kita kuliah. Kamu pasti banyak yang naksir, mana kamu atlet basket pula! Pasti banyak femme ato andro yang suka kamu!Kata Dini
“Hahahhaa sayangku Dini yang cantik! Gimana aku bisa terpikat dengan perempuan lain kalau hati dan perasaanku, kamu miliki!Kata Ari. “Jadi kamu pengen kuliah apa cintaku?Tanya Ari berusaha mencairkan suasana dan menenangkan Dini.
“Aku pengen kuliah farmasi di Unair! Kamu mau kuliah apa?Tanya Dini
“Aku mau kuliah teknik Industri di ITS!Kata Ari.
“Jadi kita nggak satu kampus dong!Kata Dini dengan agak kuatir
“Khan aku bisa antar jemput kamu sayang! Lagian khan di ITS nggak ada cewek yang se cakep kamu!Kata Ari sambil menggoda Dini
“Gombal!Kata Dini sambil bermanja dalam pelukan Ari.
“Bercinta yuk!Bisik Ari
“Yuk!Balas Dini. “Ini ngajak bercinta kok kayak mau ngajak ke mall ya!Lanjut Dini “Nggak romantis nih!Kata Dini dengan manja.
“Ya, udah kamu mau yang gimana?Tanya Ari sambil menciumi Dini dan tangannya mulai merabai tubuh Dini. Dini segera melepasi kancing seragam Ari dan kaos singletnya. Ari pun segera melepasi baju Dini dan branya. “Indahnya payudaramu cintaku! Begitu sempurna!Kata Ari sambil menciuminya dengan lembut dan penuh kasih sayang.

Dini selalu menikmati belaian Ari dan ciumannya di payudaranya.  Dia selalu suka kelembutan Ari dan cara Ari mengangumi tubuhnya. Mereka bercinta seperti tidak pernah bercinta sebelumnya. Saling mencumbu dan memuaskan, merasakan orgasme yang berkali-kali seperti tak pernah puas dan tak pernah bisa berhenti. Sampai mereka kelelahan dan tertidur dalam pelukan.

******
2014, Ketidaktahuan yang menyakitkan
Ari pulang dengan perasaan yang remuk redam. Dia seperti kehilangan semua. Berjalan seperti tanpa jiwa dan rasa. Dia menjalankan motornya sambil menangis. Tak peduli hujan yang sedang mengguyur. Dia terus melajukan motornya sambil air mata menetes bersama-sama dengan hujan. Semua usaha selama ini mejadi sia-sia dan tak berarti. Hampir sebagian besar hidupnya dia lalui bersama dengan Dini dan kini tiba-tiba harus terengut.

Ari teringat bagaimana ketika mereka kuliah, dan sama-sama berjanji untuk lulus secepatnya agar bisa mendapatkan pekerjaan dan memulai membangun impian untuk hidup bersama. Ari menjadi lulusan termuda dan terbaik ketika S1 dan langsung mendapatkan beasiswa untuk kuliah S2. Begitupula dengan Dini yang juga menjadi lulusan terbaik dan melanjutkan profesi apoteker. Ketika Lulus Ari langsung diterima bekerja di Unilever sedangkan Ari membuka apotek dan sebelumnya bekerja di perusahaan farmasi.

Mereka sepakat Ari yang membeli rumah atau apartemen dan Dini yang akan membeli isi untuk rumahnya. Mereka berdua sudah membayangkan rumah seperti apa yang mereka inginkan. Mereka berdua sering melihat desain interior ruma bersama-sama sambil membayangkan rumah mereka sendiri. Kedua orang tua mereka sudah mengetahui hubungan mereka. Meskipun mereka tidak pernah membicarakannya secara khusus atau bertanya secara langsung. Hanya Papanya Dini yang berbicara secara khusus dengan Ari. Dia minta Ari menjaga baik-baik Dini. Waktu itu Ari rasanya sangat bahagia dan ingin berjingkrak-jingkrak kegirangan. Dia merasa telah direstui oleh Papanya Dini.

Papanya Dini sempat bertanya apa rencana mereka berdua? Ari menjelaskan kalau dia akan bekerja keras untuk membeli rumah atau apartemen untuk mereka tinggali. Papanya berjanji akan ikut membantu keuangan kalau seandainya uang mereka kurang. Tapi mereka berdua merasa lebih baik mereka mengumpulkan uang terlebih dahulu dan mewujudkan keinginan mereka. Ari juga menunda keinginannya untuk membeli mobil. Dia tahu kalau dia naik jabatan menjadi Manager akan mendapatkan mobil Dinas.

Ari menghentikan motornya dipinggir jalan, dia menyeka air matanya yang menganggu pemandangannya dan menarik nafas dalam-dalam. Ada yang sangat sakit sekali di dadanya sampai menembus ke punggungnya. Badanya mulai mengigil antara panas di dalam dan dingin di luar. Kepalanya mulai berdenyut-denyut, dia segera menjalankan motornya dan pulang. Dia tidak ingin jatuh di jalan dan menyusahkan orang lain.

~~~~~
“Nggak bawa jas hujan? Kok basah kuyub gitu?Tanya Ibuk ketika melihat Ari masuk ke dalam rumah.
“Iya!Jawab Ari tanpa berani menatap Ibuknya dan langsung masuk ke kamar mandi
Ari mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Dia ingin menghilangkan rasa yang begitu menyesakan dadanya. Airmatanya kembali meleleh tanpa bisa dicegah. Dia tidak mengerti kenapa Dini tiba-tiba ingin meninggalkannya. Dia berusaha mengingat apakah ada perubahan sikap Dini akhir-akhir ini.

Dini memang terlihat lebih pendiam dari biasanya belakangan ini. Ari mengira dia sedang banyak pekerjaan. Biasanya kalau dia banyak pekerjaan memang cenderung jadi pendiam dan sibuk dengan pikirannya. Dan biasanya dia tidak suka diganggu kalau seperti itu. Ari sudah mengenal kebiasaan Dini soal itu dan dia biasanya tidak mau mengganggu Dini. Apakah ada orang lain dalam kehidupan Dini? Kenapa tadi dia mengatakan, aku harus mencoba bersama orang lain? Apakah dia sudah tidak mencintaiku lagi? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berkecamuk dalam kepala Ari.

“Sudah makan Ri?Tanya Ibuk ketika Ari keluar dari kamar mandi
“Sudah buk!Jawab Ari
“Kamu nggak apa-apa? Kok keliatan lemas gitu?Tanya Ibuk kembali
“Nggak buk, mau tidur aja capek!Jawab Ari sambil masuk kamarnya.
Ari merebakan tubuhnya di ranjang, mendadak tubuhnya menjadi ringan tak bertenaga. Dia mengambil HP nya, ingin sekali dia wa Dini seperti yang biasa mereka lakukan. Dia memandang foto Dini di Hpnya dan kembali airmatanya berderai. Apa yang harus aku katakan kepada ibuk dan bapak, dan bagaimana aku menjelaskan kepada Papanya Dini.
Ari tertidur karena kelelahan dengan beban perasaan yang tak pernah dia duga.

~~~~~
“Ri..Kamu nggak kerja ya?tanya Ibuk membangunkan Ari. Biasanya kalau Ibuk pulang pasar, Ari sudah mau berangkat kerja dan sudah selesai sarapan. Tapi hari ini Ibuk melihat Ari belum bangun dari tidurnya.
“Badanmu kok panas sekali?Tanya Ibuk ketika membangunkan Ari. “Ibuk telpon Dini ya?Kata Ibuk yang hendak keluar.
“Nggak usah buk! Dini lagi repot!Jawab Ari yang menyembunyikan wajahnya dari Ibuk
“O..ya udah kamu nggak usah masuk kerja aja!Kata Ibuk “Mungkin kehujanan semalam jadinya kamu masuk angin gini! Ibuk kerokin ya?Tanya ibuk kembali
“Nggak usah buk, bentar lagi juga enakan!kata Ari.

Ari merasa bersalah dengan Ibuknya, dia tidak tahu harus mengatakan apa tentang Dini. Pasti nanti Ibuk bertanya kenapa Dini kok tidak datang kalau aku sakit. Biasanya memang kalau aku sakit Dini yang selalu memberikan obat atau membuatkan aku obat herbal untuk diminum. Tidak hanya dia, tapi kalau Ibuk sakit, Dini juga yang memberikan obat buat Ibuk. Kakak Ari, dua orang cowok sudah menikah dan tinggal bersama keluarganya, Mereka berdua yang sering menemani Ibuk dan ibuk sangat sayang dengan mereka berdua.

~~~~~~

“Kok Dini belum kesini?Tanya Ibuk ketika kami makan malam bersama.
“Iya lagi di luar kota!Jawab Ari berbohong
“Sudah kamu kasi tahu kalau kamu sakit?Tanya Ibuk.
Ari menggelengkan kepalanya dengan lesu dan nggak tahu harus ngomong apa.
“Orang lagi di luar kota di kasi tau ya percuma malah bikin kuatir Dini!Kata Bapak
“Sampai kapan dia pergi? Kemana sih? Acara apa?Tanya Ibuk dengan pertanyaan memberondong. “Lho bukannya kemaren kamu keluar sama Dini waktu kehujanan itu?Lanjut Ibuk.
“Sudahlah buk! Nggak usah ngurusi urusan anak muda!Sahut Bapak. “Ya pasti, Ari sudah kasi tahu Dini!Lanjut Ayah.
“Kamu sudah enakan belum?Tanya Ibuk kembali
Ari mengangguk, “Sudah lumayan!Jawab Ari.
“Kalian nggak sedang berantem khan?Tanya Ibuk kembali.

 Mungkin Ibuk curiga melihat sikap Ari yang tidak bersemangat. Biasanya meskipun sedang sakit tidak pernah selesu ini.Ari hanya menggelengkan kepalanya. Dia mencoba mengingat kapan terakhir kali mereka bertengkar. Rasanya dia tidak pernah mempunyai memori tentang bertengkar dengan Dini. Ari baru sadar kalau selama ini mereka tidak pernah bertengkar secara serius, paling hanya Dini yang ngambek dan itupun tidak pernah lebih dari 24 jam, dan sudah baikan kembali.

*****
Dini memeluk gulingnya erat-erat, airmatanya meleleh. Menyakiti Ari sama dengan menyakiti diri sendiri. Dini hanya merasa bahwa ini yang terbaik buat mereka berdua. Ari berhak mendapatkan orang lain yang sempurna. Dia tidak ingin membuat Ari sedih atau kecewa terhadap dirinya. Ari masih muda, keren dan mempunyai masa depan yang cerah. Dini percaya pasti banyak perempuan yang mau dengan dirinya. Dia masih mempunyai waktu yang panjang untuk memulai relasi baru.

Dini berdiri di depan kaca dan melepas kaosnya, dia memandang tubuhnya. Dia memegang kedua payudaranya. Sudah dua minggu ini dia gelisah dan tahu kalau payudaranya ada benjolannya. Dia sudah berkonsultasi dengan temannya yang dokter dan menyarankan untuk periksa secara lengkap. Dan hasilnya memang di kedua payudaranya ada tumor. Dini jadi ingat mamanya yang meninggal karena kanker payudara waktu dia kecil.

Dini merasa sedih, dia merasa sudah menjaga diri dan menghindari makan makanan yang bisa memicu atau menyebabkan kanker. Dia tidak pernah makan fried chicken atau fastfood tapi ternyata, dia kena juga tumor seperti Mamanya. Dini merasa takut sekali dan tidak berani memberitahu Papanya ataupun Ari. Dia tidak ingin Ari sedih. Dini masih ingat bagaimana Ari sangat mengagumi payudaranya yang indah katanya. Bagaimana Ari menciuminya atau membelainya.

Dini takut kalau dia harus kehilangan kedua payudaranya. Dia menatap bayangan tubuhnya sambil membayangkan dirinya tidak memiliki payudara lagi. Dia tidak ingin Ari kasihan dengan dirinya dan merasa terpaksa dengan dirinya. Dini tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya bercinta tanpa payudara. Dia merasa keputusannya itu sudah tepat untuk memutuskan Ari. Meskipun itu juga menyakitkan dirinya sendiri. Tetapi akan menyakitkan bila melihat tatapan mata Ari yang kecewa melihat dia tidak memiliki payudara.

Dini selalu senang melihat tatapan Ari yang menganggumi payudaranya atau tubuhnya. Dia senang bila Ari memuji tubuhnya yang indah. Ada perasaan bangga dalam dirinya dan senang bisa membuat Ari terangsang atau tergoda dengan tubuhnya. Dia selalu menikmati kalau Ari meremas payudaranya dengan lembut atau memainkan putingnya. Airmata Dini meleleh memikirkan akan kehilangan payudara dan juga kehilangan Ari, orang yang sangat dia cintai.

Orang yang membuat dia jatuh cinta dari pertama kali melihat ketika masuk kelas 3 SD. Dini tidak pernah bisa jatuh cinta dengan orang lain selain Ari. Dia merasa Ari adalah jodohnya, orang yang memang diciptakan untuk dirinya. Selama ini dia tidak pernah berpisah atau jauh dengan Ari. Mereka selalu bersama-sama. Banyak sekali kenangan yang mereka miliki dan semua seperti sudah menjadi bagian dari kehidupan dirinya.

Dini mengenakan bajunya kembali dan kembali naik ke atas ranjangnya. Dia berencana besok akan memberitahu papanya. Karena operasi harus mendapatkan tanda tangan keluarga dan Dini tidak boleh menandatangani sendiri surat pernyataan itu. Sebetulnya dia tidak ingin memberitahu ayahnya karena dia tidak ingin ayahnya sedih. Dia masih ingat dengan jelas bagaimana papanya sedih ketika mamanya meninggal. Sampai sekarang aja papanya tidak pernah menikah lagi.

******
Dini sengaja bangun pagi-pagi untuk berbicara dengan papanya sebelum berangkat mengajar. “Pa, Dini mau bicara?Kata Dini ketika papanya sedang membaca koran.
“Ada apa Din?Tanya Papanya sambil melipat koran dan minum kopinya.
“Pa, Dini.. minggu depan mau operasi?Kata Dini pelan dan melihat reaksi papanya
“Operasi apa?Tanya Papanya dengan bingung
“Anu, pa! Payudara Dini ada benjolannya!Jawab Dini kalem.
Papanya Dini langsung terkejut mendengar berita itu. dia seperti dejavu ketika isterinya menderita kanker payudara. Wajahnya mendadak menjadi pucat.
“Bukan kanker kok pa!Kata Dini seperti tahu kecemasan papanya.
“Kenapa kamu baru ngomong sekarang Din? Trus apa kata dokter?Tanya papanya dengan kuatir.
“Iya katanya ada beberapa benjolan di kiri dan kanan!Jawab Dini
“Trus kamu diantar Ari waktu periksa?
Dini menggelengkan kepalanya dengan pelan. “Nggak Dini pergi sendiri pa!
“Lho kenapa Ari nggak mengantarmu? Apa dia tahu?Tanya papanya
“Dini sengaja tidak memberi tahu!Jawab Dini dan “Dini sudah memutuskan Ari!”Lanjut Dini sambil menghapus air matanya.
“Kenapa? Apa Ari tidak bisa menerima keadaanmu?Tanya papanya dengan perasaan jengkel
“Bukan pa, Ari tidak tahu mengenai sakitnya Dini! Dini tidak ingin membuat Ari sedih!Jawab Dini
“Tapi kamu khan nggak bisa memutuskan Ari begitu saja tanpa penjelasan!Kata Papanya
“Jadi kapan kamu harus operasi?Tanya papanya “Nanti papa ambil uang buat bayar rumah sakit”Lanjut papanya.
“Empat hari lagi pa, dan Dini sudah bayar semuanya!Jawab Dini
“Ya, sudah kamu istirahat aja di rumah nggak usah ngantor”Kata papanya. “Gimana perasaanmu? Apakah kamu takut?Tanya papanya
“Iya, pa! Dini takut!Jawab Dini.
Papanya langsung memeluk Dini dan membelai anaknya dengan penuh kasih sayang. “Nggak usah kuatir! Papa akan selalu ada buat kamu!Kata Papanya menenangkan
“Iya, Pa!Jawab Dini sambil mengusap air matanya.

*****
Pak Drajat, Papanya Dini sengaja mampir ke rumah Ari sebelum berangkat ke kantor. Dia ingin meluruskan masalah Dini dengan Ari. Dia tahu kalau anaknya sangat mencintai Ari dan membutuhkan dukungan Ari untuk melalui ini semua. Pak Drajat juga percaya kalau Ari sangat mencintai Dini dan dia percaya kalau Ari akan bisa menerima Dini apapun yang terjadi.

“tok..tok..tok...
“O..Pak Drajat! Mari masuk pak!Jawab Ibuknya Ari. “Tumben pagi-pagi, mampir?
“Iya, Arinya ada?Tanya Papanya Dini
“Ada, sedang sakit mulai kemarin!Jawab Ibuknya Ari. “Sebentar saya panggilkan Ari!
Papanya Dini sadar, Ari sakit pasti karena Dini yang sudah memutuskan hubungan mereka.

“Ri, ada papanya Dini tuh di depan!Panggi Ibuk
Ari langsung bangun dari tidurnya dengan semangat. Dia merasa ada harapan untuk kembali dengan Dini. Ari tahu kalau papanya Dini suka dengan dirinya.

“Dini, nggak apa-apa om?Tanya Ari begitu ketemu dengan Pak Drajat
“Ri, Om minta maaf ya kalau Dini sudah menyusahkan kamu! Dan bertindak gegabah! Apa yang dia lakukan itu karena cintanya sama kamu!Jelas Pak Drajat.
“Iya, Om!
“Sebetulnya, Dini itu sedang sakit!Kata Pak Draja menjelaskan
“Sakit apa om? Kok Ari nggak tahu?Tanya Ari dengan perasaan kuatir dan merasa bersalah.
“Payudaranya ada benjolannya dan dia kan di operasi 4 hari lagi!Kata Pak Drajat.

Ari sangat terkejut dengan berita ini. Dia merasa malu tidak mengetahui keadaan Dini. Ari merasa bersalah karena tidak tahu soal sakitnya Dini. Perasaan Ari menjadi campur aduk dan airmatanya langsung meleleh.

“Dia sengaja tidak ingin memberitahu kamu! Om juga tidak tahu kenapa dia tidak ingin kamu tahu! Dia cuma bilang tidak ingin membuat kamu sedih! Tapi om yakin kalau Dini membutuhkan doronganmu Ri! Apakah kamu mau menerima Dini dengan keadaannya seperti ini. Kalau kamu tidak bisa menerima, Om juga tidak bisa memaksa!Kata Pak Drajat.
“Sekarang Dini ada dimana om?Tanya Ari
“Ada di rumah sedang istirahat, tapi dia seperti sedang sedih!Jawab Pak Drajat
“Kamu temani aja Ri, pasti Dini sedang takut!Suruh Ibuk kepada Ari.
“Iya Buk!Jawab Ari
“Saya minta maaf Bu Pardi, kalau anak saya merepotkan Ari!Kata Pak Drajat.
“Iya nggak apa-apa, Pak Drajat! Biasa anak muda kurang panjang pikirannya!Jawab Ibuk
“Kalau gitu, saya permisi dulu!Kata Pak Drajat.
“Oiya, monggo!Jawab Ibuk
“Titip Dini ya Ri!Kata Pak Drajat sebelum keluar.
“Baik Om!Jawab Ari

*****
Ari mendadak langsung jadi sehat dan mandi dengan cepat. Dia bersiap ke rumah Dini.
“Ri, kamu yang sabar ya sama Dini! Hati-hati kalau bicara! Biasanya orang yang sakit itu sensitif!Nasehat Ibuk sebelum Ari ke rumah Dini. “Nanti kamu ajak sini aja nginep sini! Biar kalo kamu besok berangkat kerja, Dini ada yang jaga!Lanjut Ibuk
“Iya Buk! Makasih ya Buk!Jawab Ari sambil memeluk ibuknya.

Ari bergegas keluar, dia sudah tak sabar ingin menemui Dini dan ingin rasanya dia berlari. Sudah dua hari dia tidak komunikasi dengan Dini dan itu benar-benar menyiksa dia seperti orang gila. Ari sudah bertekat bulat untuk meluluhkan hati Dini agar mau menerima dirinya.

Ari sudah sampai di depan rumah Dini. Dia membuka pagar rumah dan membuka pintu rumah.
“Din!Panggil Ari.
Dini yang sedang rebahan di dalam kamarnya merasa terkejut dengan suara panggilan yang selalu akrab di telingganya. “Nggak mungkin Ari!Dia khan harusnya di kantor!Batin Dini. Dini beranjak dari tempat tidurnya dan keluar dari kamar.
“ahh!Teriak Dini yang hampir menabrak Ari yang berada di depan kamarnya. Ari pun kaget dengan Dini yang berada di depannya.
“Din..!Kata Ari langsung memeluk Dini dengan penuh kerinduan. Dini tak kuasa menolak pelukan Ari. Dia sendiri merasakan kerinduan yang mendalam dan tangisnya langsung pecah dalam pelukan Ari. Ari pun menangis dan menciumi rambut Dini.

“Kenapa kamu lakukan itu sayang! Aku sudah tahu semuanya dari Papa! Tadi pagi papa ke rumah memberitahu keadaanmu!Kata Ari sambil membelai kepala Dini.

Ari mengajak duduk Dini di ranjang. Dengan dua telapak tangannya dia memegang wajah Dini. Ditatapnya wajah Dini yang kelihatan pucat dan matanya membengkak karena menangis.
“Kenapa kamu menjauhkan aku dari dirimu sayang?Tanya Ari
“Aku tidak ingin membuat kamu sedih dan kecewa sama aku Ri!Jawab Dini dengan airmata yang masih mengalir. “Aku tidak tahu apakah aku masih akan punya payudara lagi atau tidak nanti!Jawab Dini dengan menangis.
“Ohhh Dini kekasihku! Kamu tahu khan aku mencintai dari kamu masih belum mempunyai payudara! Apa kamu lupa kalau aku jatuh cinta dengan kamu dari pertama kali kamu memasuki ruangan kelas!Jawab Ari
“Iya tapi aku juga tahu kalau kamu selalu mengagumi payudaraku, kamu selalu mengatakan indah dan seksi. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kalau apa yang indah ini tidak indah lagi! Aku takut kamu tidak menyukaiku lagi Ri, lebih baik aku kehilangan kamu sekarang daripada nanti karena itua akan menyakitkan buat aku!Kata Dini.
“Din, kalau seseorang itu benar mencintai dia akan menerima apa adanya pasangannya itu dan dia tidak akan pergi begitu saja. Dan aku sangat mencintaimu. Mencintaimu secara keseluruhan, kamu punya payudara atau tidak, aku tetap akan mencintaimu sayang! Aku mencintaimu bukan karena fisikmu sayang! Aku mencintaimu karena aku memang mencintaimu! Dan itu ada di dalam sini!Kata Ari sambil meletakan tangan Dini di dada Ari. “Din, ijinkan aku untuk selalu bersamamu apapun yang terjadi! Biarkan aku selalu disampingmu menemanimu dan membahagiakanmu Din! Jangan minta aku pergi dari kehidupanmu ya Din! Karena itu menyakitkan dan meruntuhkan hidupku!

Tangis Dini langsung pecah, Dia melihat ketulusan cinta Ari. Dini langsung memeluk Ari, menangis di dada Ari dan memeluknya erat-erat, seakan-akan ingin menyatu dengan tubuh Ari. Aripun ikut menagis dan memeluknya dengan penuh perasaan, sambil mencium kepala Dini. Perasaan Dini bercampur aduk jadi satu. Tetapi ada kelegaan dalam hatinya karena Ari tetap akan mencintainya dan menerima dirinya meskipun tanpa payudara sekalipun.

“Makasih cintaku!Kata Dini sambil melepaskan pelukkannya. Ditatapnya wajah Ari dan dibelainya. Lalu Dini melepaskan kaosnya di depan Ari.
“Apa yang kamu lakukan Din?Tanya Ari
“Aku ingin kamu membelai dan mencumbunya sebelum para dokter membedahnya. Aku takut nanti tidak akan sama lagi seperti sekarang!Kata Dini dan menangis kembali.
“Sayangku Dini, kamu tahu khan kita selalu bercinta dengan berbagai cara dan kita berdua selalu menikmatinya. Kamu juga ingat khan waktu kamu nggak ingin bercinta, akupun tidak pernah memaksa!Jadi ada payudara atau tidak, kita akan selalu bisa menikmati percintaan kita karena kita memang saling mencintai dan memiliki hati masing-masing!kata Ari sambil memakaikan kaos Dini kembali dan memeluknya sambil mengajaknya berbaring. Ari tahu kebiasaan Dini yang suka dipeluk bila sedang gelisah atau sedang ada masalah tanpa melakukan apa-apa.


Dini merasakan kebahagiaan yang tak terkira dengan pelukan Ari dan pengertiannya terhadap dirinya. Terlebih lagi akan cintanya yang begitu besar terhadap dirinya. Dirinya menjadi tenang dan merasa siap menghadapi operasi beberapa hari lagi. Semua keraguan dan ketakutan mengahadpi operasi itu mendadak sirna. Meskipun dia sadar bahwa operasi itu hanya mengangkat benjolan dan bukan mengangkat payudaranya. Tapi dia tetap merasa kuatir dan dia juga tahu kalau payudaranya tidak akan sama lagi seperti sekarang. Tapi Dini sudah iklas dan pasrah dengan keadaan itu. dan dia bersyukur masih memiliki orang-orang yang mencintai dirinya. 

1 comment: