Darsi
berasal dari Tuban, wajahnya putih dan manis. Dia terlihat lembut, ramah dan
menyenangkan, rambutnya panjang, badannya lebih tinggi dari Siti. Orang tuanya
seorang Nelayan dan dia sendiri SMA tidak lulus karena tidak ada biaya sehingga
dia nekat ke Surabaya untuk mencari kerja, untuk membantu keluarganya dan membiayai
adik adiknya sekolah. Dia bekerja di kedai juice ini karena ajakan temannya
yang sudah bekerja terlebih dahulu dan mengatakaan kalau Boss nya mencari orang
untuk cabang yang baru. Meskipun Darsi belum pernah bekerja tetapi dia sudah
bertekad untuk bekerja dan membantu perekonomian keluarga. Meskipun dalam hati
kecilnya dia juga merasa takut untuk pergi ke Surabaya sendirian. Sedangkan
Siti dari Banyuwangi, wajahnya lebih gelap, orangnya tangguh dan lebih berani
dibandingkan Darsi. orang tuanya seorang petani yang lebih sering gagal panen
daripada berhasilnya. Dia lulus SMP sudah datang ke Surabaya untuk menjadi
pembantu. Siti pernah lari dari rumah majikannya karena hampir diperkosa
tuannya. Tanpa uang sepeserpun dia mencari pekerjaan dan hampir menjadi
gelandangan. Nasib baik masih berpihak padanya, dia ditolong seorang nenek yang
tinggal sendirian dan diperbolehkan tinggal dirumahnya dengan syarat membantu
sang nenek membersihkan rumah. Dia terus mencari kerja, apapun dia lakukan
mulai jadi buruh cuci sampai pernah ikut jualan Koran segala. Sampai akhirnya dia
mendapat pekerjaan sebagai pramusasi di sebuah depot di mall. Karena dia selalu
ingat pembeli didepotnya dan semua kesukaannya dia ditawari bekerja pada kedai
juice. Semua pengalaman itu membuat Siti menjadi wanita yang tangguh dan selalu
berusaha melindungi dirinya.
Sejak awal bekerja mereka berdua sudah merasa
cocok karena sama sama merantau bekerja untuk membantu keluarga. Ketika senggang
mereka sering bercerita tentang keadaan dan keluarga mereka masing masing,
tidak jarang mereka saling membantu bila salah satu diantara mereka perlu uang
untuk dikirim ke kampung.
“Sit, hari ini kita ngerjain bareng bareng aja
ya, biar nggak capek!Kata Darsi.
Siti
hanya mengangguk dan hanya menatap Darsi yang terlihat kelelahan.
“Aku aja yang ngerjain kamu duduk aja, nunggu
aku disini!Kata Siti
Siti
selalu merasa nggak tega melihat Darsi yang kadang terlihat lemah dan membuat
Siti selalu ingin melindungi.
“Nggak usah, aku kuat kok! Jawab Darsi dan
berdiri.
Siti pun
ikut berdiri dan mereka mulai mengumpulkan semua buah dan menghitung gelas yang
tersisa, menghitung uang yang mereka terima, mengeringkan meja dan mengumpulkan
kulit buah kedalam plastic, menaruh alat juice dan alat alat lainnya kedalam
ember. Setelah mengunci laci mereka berdua bersama sama ketempat menyuci
piring.
“Mbak tak tinggal nyuci yo! teriak Siti kepada
penjaga counter es krim disebelah mereka. “Iyo!Sahut si mbak sebelah, yang
terlihat juga sedang menghitung uang dan memeriksa catatan.
Mereka
berdua mendorong troli yang berisi ember dan alat alat yang harus dicuci. Mall
sudah mulai sepi, banyak toko yang sudah tutup dan mereka berdua hari ini
memang agak telat mencuci peralatan dibandingkan biasanya. Tempat cuci sudah
sepi hanya tinggal mereka berdua saja yang belum mencuci. Siti menurunkan semua
peralatan dan Darsi mengeluarkan air dari kran. Entah adri mana tiba tiba Darsi
iseng mencipratkan air ke Siti yang lagi serius menyabuni peralatan.
“e..iki
kok golek perkoro! Katanya sambil berusaha mengelap dengan pundaknya karena
tangannya sedang penuh sabun.
Melihat
hal itu Darsi jadi merasa bersalah dan dia langsung mengambil tissue dari
sakunya dan membersihkan wajah Siti dengan lembut dan penuh kasih sayang. Siti
yang sedang mencuci jadi tertegun dan menghentikan kegiatan mencucinya. Dia
menatapa Darsi dengan takjub, meskipun mereka cukup dekat selama ini tetapi
mereka tidak pernah membahas soal cinta atau pacar mereka atau hal hal yang
berhubungan dengan perasaan. Dan tiba tiba malam ini Darsi mengelap wajahnya
dengan penuh kasih sayang. Perasaan sayang Siti kepada Darsi yang selama ini
dia tekan dan pendam dalam dalam karena takut merusak hubungan baik mereka,
menjadi tak terbendung lagi. Siti menatap Darsi dengan penuh cinta tanpa
berusaha menutupinya lagi. Lalu diciumnya Darsi dengan penuh perasaan, Darsi
yang selama ini selalu merasa aman di dekat Siti, hanya diam pasrah dan
memejamkan matanya. Darsi yang tidak pernah merasakan ciuman selama ini,
tubuhnya menjadi lemas, semua perasaannya bercampur aduk. Dia mencoba membalas
ciuman Siti. Siti yang mendapat balasan ciuman dari Darsi makin bersemangat,
segera tangan memegang belakang kepala Darsi.
“Apa-apaan ini!
Sebuah
teriakan keras dari arah belakang. Terlihat Mujiono, Supervisor mereka berdua
yang selama ini selalu berusaha mengejar Darsi untuk dijadikan pacarnya. Dengan
wajah merah padam mengeluarkan amarahnya. Dia berjalan mendekat dan mendorong
Siti, sambil berkata
“Bangsat kamu Sit! Ternyata kamu Lesbian ya!
Karena
dorongan yang keras itu Siti jadi terjerembab jatuh, Darsi yang melihat itu
segera menolong Siti. Siti langsung berdiri, Mujiono menarik lengan Darsi untuk
menjauhi Siti. Siti yang sudah terbiasa hidup keras dijalan langsung marah
melihat tangan Darsi yang oleh Mujiono. Dia menggegam pisau buah ditangannya
dengan mata merah menyalah penuh kemarahan seperti Harimau yang diganggu dan
siap menerkam lawannya.
“Mau, apa kamu? Lepaskan, Darsi! Katanya sambil
mengacungkan pisau yang dipegangnya.
Mujiono
langsung dapat merasakan hawa membunuh yang begitu besar dalam diri Siti. Dan
tiba tiba dia menjadi ciut nyalinya seperti seorang pengecut. Mujiono segera
mundur dan melepaskan Darsi.
“Awas kamu ya! Aku tidak akan membiarkan hal
ini, lihat saja nanti! Ancam Mujiono dan berbalik pergi.
Sementara
Darsi menangis ketakutan terduduk ditembok. Siti langsung sadar mendengar
tangis Darsi dan dia langsung melepaskan pisaunya dan mendekati Darsi. Dia
jongkok di depan Darsi dan berusaha menenangkan Darsi. Siti memeluk Darsi.
“Wes nggak opo opo! Ojo nangis!Kata Siti
berusaha menenangkan Darsi.
Darsi
masih menagis dalam pelukkan Siti. Siti berusaha menenangkan Darsi.
“Wes, yo! Ayo kita pulang aja!Ajak Siti.
Siti
membereskan semua peralatan dan kembali ke counter mereka. Darsi matanya masih
sembab, Mall sudah mulai gelap. Setelah menyimpan semua peralatan dan
menguncinya, Siti mengambil tas dan jaket mereka. Siti menggandeng tangan Darsi
keluar dari Mall. Untung masih ada angkot yang ngetem.
“Kamu sebaiknya tinggal ditempat kostkua aja,
biar aku tidak kuatir”Kata Siti.
Siti
kuatir kalau Mujiono akan menunggu Darsi di kostnya. Darsi yang sedang bingung
dan takut hanya mengangguk, menuruti semua kemauan Siti. Siti masih menggegam
tangan Darsi, dia tidak peduli dengan orang-orang yang duduk diangkot.
Sesampai
di Kost, Siti memberi Darsi pakaian buat tidur dan menyuruhnya untuk
membersihkan diri terlebih dahulu. Mereka berdua segera naik keranjang setelah
membersihkan diri. Siti memeluk Darsi dan tiba tiba merasa ingin menangis
didalam pelukkan Siti yang nyaman.
“Sit, aku takut! Gmana kalau kita dikeluarkan
dari pekerjaan! Apa yang harus kukatakan sama ibu dan bapak di desa!
Siti membelai dengan lembut kepala Darsi. Dia
merasa bersalah dengan Darsi yang telah membuatnya ketakutan.
“Tenang ya, Sih! Kamu nggak usah kuatir! Kita
akan mencari jalan keluarnya bersama! Pekerjaan tidak hanya disitu aja, Sih!
Pasti ada pekerjaan kalau kita mau mencari”
Siti
terus berpikir keras, memikirkan segala kemungkinan. Kenapa cinta harus datang
disaat yang seperti ini. kenapa aku tadi begitu gegabah? Kata kata itu terus
muncul dalam pikiran Siti. Aku harus bisa melindungin Darsi, apapun yang
terjadi!Kata Siti dalam hati. Bagaimanapun dia sangat bahagia ditengah
kegalauannya, melihat Darsi tidur dalam pelukkannya.
Siti
terbangun menjelang pagi, dia merasa senang Darsi masih tidur dalam
pelukkannya. Dia mencium kening Darsi dengan lembut. Darsi mengeliat dan
terbangun. Siti tersenyum melihat Darsi yang masih mengantuk, dia membelai
rambut Darsi yang panjang. Darsi merasa nyaman dan senang dengan belaian Siti.
Siti menciumnya seklai lagi, kali ini dia mencium bibir Darsi dengan lembut.
Darsi pun membalas ciuman Siti. Mereka bercinta dengan sepenuh hati dan
perasaan. Semua rasa tertumpah menjadi satu, mereka menyatu dalam rasa dan
cinta.
Pagi itu
Siti bangun dengan perasaan berbunga bunga, dia tidak lagi memikirkan kejadian
pertengkaran semalam dengan Mujiono. Hari ini Siti masuk shift siang dan Darsi
off. Siti segera beranjak dari tempat tidurnya, dia hanya tersenyum melihat
Darsi yang masih tertidur tanpa pakaian hanya menggunakan celana dalam. Siti
segera mengambil kain sarung dan menutupi tubuh Darsi.
Siti
mengenakan kaosnya dan celana pendek, dia mengambil peralatan mandinya dan
handuk. Tempat kost Siti tidak terlalu besar, ada banyak kamar disini seperti
bekupon atau rumah burung dara. Siti merasa beruntung karena dapat menyewa
sekamar sendiri dan tidak harus berbagi. Diluar sudah ramai teman teman kostnya
yang rata rata juga penjaga toko, ada yang sedang bercanda, nonton tv, ada yang
sedang masak.
“Krinan yo mbak!Tanya salah seorang teman
kostnya.
“Iyo, pegel!Jawab Siti sambil terus ke kamar
mandi.
Setelah
selesai mandi Siti membeli indomie di warung depan dan memasaknya untuk dia dan
Darsi.
Begitu
membuka kamarnya, Siti melihat Darsi telah bangun dan duduk di tepi ranjang.
Darsi masih kelihatan ngantuk.Wajah Darsi memerah ketika Siti menantapnya, dia
merasa malu dengan kejadian tadi pagi dan dia langsung sadar hanya mengenakan
kaos dan celana dalam. Darsi berusaha menarik kaosnya dan menutupi celana
dalamnya yang kelihatan. Siti senang melihat sikap Darsi yang malu malu dan
kikuk seperti itu. Baru kali ini Siti melihat Darsi yang berbeda dari biasanya.
Siti hanya tersenyum melihat sikap Darsi. Dia segera meletakan mangkok yang
telah berisi mie di lantai. Siti mencarikan celana pendek dan memberikan ke
Darsi .
“Maem,
yuk! Ajak Siti sambil mencari sendok di lemari.
“Aku belum mandi!Jawab Darsi agak malu karena
telat bangun.
“Makan dulu ae, sebelum mandi! Biar nggak masuk
angin!Kata Siti.
Mereka
makan dalam diam, seakan berbicara hanya dengan pikiran dan perasaan masing
masing.
“Sih, gmana kalo kamu pindah kost kesini aja?
ato kita bisa cari kost baru bareng? Tanya Siti kepada Darsi.
Darsi
kelihatan ragu dengan ajakan Siti. Dia memikirkan apa uangnya cukup untuk
membayar kost. Rupanya Siti dapata membaca pikiran Darsi dan kegalauannya akan
uang.
“Nggak usah kuatir, nanti kita khan bisa patungan.
Kamu kasi aja uang yang biasa kamu bayar buat kost yang lama! Nanti sisanya
biar aku yang tomboki!Kata Siti menenangkan.
Siti
mengangguk dan kelihatan sudah tenang. Dia meneruskan makannya dan ketika
pandangan matanya bertemu dengan Siti dia mendadak jadi salah tingkah dan malu.
Melihat hal itu membuat Siti makin senang dan gemas dengan Darsi. Setelah
selesai makan Darsi langsung mandi dan merekapun segera ketempat kost Darsi
untuk mengambil barang barang Darsi. Siti merasa bahagia karena dia akan tinggal
bersama Darsi. Segala gunda gulana yang dia rasakan semalam jadi hilang. Dia
sudah tidak peduli dengan ancaman Mujiono. Setelah memberekan lemari agar bisa
muat pakaian Darsi, Siti siap siap untuk berangkat kerja. Sebelum berangkat
Siti memeluk dan mencium Darsi terlebih dahulu. Mereka berciuman lama sekali.
Siti merasa malas meninggalkan Darsi sendirian di kost. Dia merasa ingin bolos
dan berkasih kasihan dengan Darsi di rumah.
“Wes, ayo berangkat! Nanti telat”Kata Darsi
sambil menyuruh Siti segera berangkat.
Siti
tersenyum mendengar perintah Darsi. Dia
mengambil jaketnya dan berangkat. Hari ini cuaca panas sekali tetapi hati siti
sedang berbunga bunga. Dia dari tadi senyum senyum mengingat percintaannya
dengan Darsi, sampai hampir lupa menyetop angkot yang lewat karena keasikan
melamunkan Darsi. Siti berlari dan berteriak mengejar angkotnya, untung
sopirnya mendengar dan berhenti, dia langsung naik ke angkot.
Siti
segera turun dari angkot begitu nyampai di depan mall. Dia berjalan memasuki
mall dan menuju ke foodcourt. Hari senin biasanya tidak terlalu ramai mallnya.
Dia melihat Ayu sedang ngobrol sama mbak tri penjaga counter es krim. Siti
segera membuka jaketnya dan menyimpannya di lemari.
“Sit, iku ono jadwal baru! Kata Ayu.
Siti
segra memeriksa jadwal dan dia melihat nama Darsi tidak ada disitu dan diganti
dengan Ida. Siti langsung merasa marah dengan apa yang dilihatnya.
“Kurang ajar, ini rupanya ancaman dia
semalam!Katanya dalam hati.
“Siapa yang kassi jadwal ini?Tanya Siti kepada
Ayu
“Mas Muji tadi! Kamu tahu kenapa kok Darsi mau
dipindah?Tanya Ayu.
Siti
hanya menggelengkan kepala, meskipun dia tahu penyebabnya. Dia masih terus
berpikir bagaimana caranya menghadapi Mujiono ini.
“Apa aku harus menghadap bu Linda?pikir Sti.
Tapi itu juga bahaya, bagaimana kalau bu Linda tahu dan akan mengeluarkan kita
berdua.
Tiba-tiba
Siti teringat akan cerita yang beredar di teman teman penjaga counter tentang
Mujiono. Bagaimana dia suka korupsi kecil kecilan dan pelecehan yang dia
lakukan terhadap rekan kerjanya di mall yang lain. Siti pernah tahu kalau
Mujiono sudah punya isteri dan anak. Selama ini Siti memang tidak peduli dengan
apa yang dia lakukan karena merasa tidak ingin mencari perkara dan usil. Siti
merasa ini saat yang tepat menggunakan pengetahuannya untuk menekan Mujiono.
Kalau perlu dia akan mengajak teman teman dari mall lain untuk melaporkan
Mujiono ke bu Linda pada saat meeting bersama. Siti terus memikirkan segala
kemungkinan yang akan terjadi. Dia merasa harus siap menghadapi Mujiono, apapun
yang terjadi. Dia harus bisa membela cintanya yang baru dimulai.
Siti
berusaha untuk tetap tenang dan berkonsentrasi dalam bekerja. Dia tidak sabar
ingin ketemu dan menyelesaikan masalah ini dengan Mujiono. Sudah jam Sembilan
malam, sebentar lagi pasti Mujiono datang. Siti segera membereskan semua buah
buah dan menghitung gelas yang laku terjual dan mencocokkan dengan uang yang
diterima. Dari jauh Siti sudah melihat Mujiono datang mendekat. Dada siti ingin
meledak karena marah tapi dia berusaha menenangkan diri. Siti segera mengambil
jadwalnya dari dalam laci.
“Mas, ini maksudnya apa? Tanya Siti sambil
memberikan jadwal bulan depan ke Mujiono.
Mujino
terlihat berusaha menutupi ketakutannya terhadap Siti. Bagaimanapun dia tahu
kalau Siti orang Madura yang berani melakukan apa saja. Mujiono masih ingat
kejadian semalam bagaimana Siti berdiri dan membawa pisau dan sekarang dengan
beraninya menatap Mujiono menantang keputusan Mujiono. Mujiono yang diserang
tiba tiba jadi gelapan.
“lho khan biasa kalau ada Mutasi!Jawab Mujiono
berusaha tenang meskipun kelihatan kalau tidak bisa tenang.
“Sampeyan jangan macam macam ya! Kamu pikir aku
nggak tahu kejahatan kamu! Kalau aku laporkan ke bu Linda kamu pasti akan
dikeluarkan! Ancam Siti.”Kalau aku laporkan keisterimu tentang mbak yayuk, kamu
pasti akan dibunuh mertuamu!Ancam Siti lagi.
Tiba
tiba Mujiono tersadar kalau Siti mengenal isterinya yang juga di Banyuwangi.
Dia menjadi kecut teringat mertuanya yang seorang dukun di desa dan pernah
mengancamnya kalau macam macam di Surabaya akan membuat dia menjadi kembang
amben ato sakit yang tidak akan ada obatnya.
“Kenapa aku begitu bodoh mengganggu Siti!Pikir.
“Mujiono lagian Darsi juga tidak terlalu suka sama aku dan masih banyak
perempuan lain yang lebih menarik daripada sama lesbian”Kata Mujiono dalam
hati. “Sebaiknya aku membiarkan mereka saja daripada aku yang celaka”.
Mujiono
segera mengambil jadwal kerja dari tangan Siti. Dan menyimpannya dalam sakunya.
“Iya nanti aku ganti!Kata Mujiono pendek tanpa
berani menantap wajah Siti.
Siti
merasa ancamannya berhasil dan sedkiti tenang. Padahal sebetulnya dia tidak
mengenal isteri Mujiono Cuma tahu desas desusnya aja dari teman yang lain. Siti
merasa beruntung selalu mendengar temannya kalau sedang bergosip meskipun tidak
pernah ikut bergosip.
Malam
itu Siti pulang dengan tenang dan gembira. Dia senang karena tahu Darsi berada
di kost dan akan menyambutnya.
ditulis oleh Poedji
Nice.... sayangnya kenyataan yang ada ga pernah selalu berakhir indah seperti cerita ini.. yang pasti setuju dengan inti ceritanya, we can do anything if we have faith in our heart... :)
ReplyDeletebahagianya darsi & siti....
ReplyDeletedi tunggu cerita² selanjutnya ya kak....
'Susan Adeline'