fruit of love


Darsi dan Siti hari ini bekerja sangat keras. Kedai juice yang mereka jaga benar benar ramai karena selain hari minggu di Mall ini ada acara lomba hari ini. Mereka bekerja tiada henti membikin juice. Mereka bekerja bahu membahu dan begitu kompak, kadang Darsi yang memotong dan mengupas buah dan siti yang memasukan di juicer dan menyaringnya, atau sebaliknya. Mereka melakukannya dengan cekatan. Sampai jam sepuluh malam pembeli terakhir dan mereka berdua duduk berdampingan merasa kelelahan. Darsi dan Siti sudah hampir dua tahun bekerja di kedai juice ini yang mempunyai cabang hampir di setiap mall. Mereka selalu merasa cocok bila bekerja dalam satu shift dibandingkan bekerja dengan Ayu yang menurut mereka berdua kerjanya sangat lelet dan tidak bisa saling membantu. Apalagi bila hari sabtu, minggu atau hari libur, mereka akan merasa capek sekali kalau harus berpasangan dengan Ayu. Darsi menyelonjorkan kakinya dan terlihat memijit betisnya karena pegal, sedangkan Siti berusaha memijiti lengannya yang pegal.


Darsi berasal dari Tuban, wajahnya putih dan manis. Dia terlihat lembut, ramah dan menyenangkan, rambutnya panjang, badannya lebih tinggi dari Siti. Orang tuanya seorang Nelayan dan dia sendiri SMA tidak lulus karena tidak ada biaya sehingga dia nekat ke Surabaya untuk mencari kerja, untuk membantu keluarganya dan membiayai adik adiknya sekolah. Dia bekerja di kedai juice ini karena ajakan temannya yang sudah bekerja terlebih dahulu dan mengatakaan kalau Boss nya mencari orang untuk cabang yang baru. Meskipun Darsi belum pernah bekerja tetapi dia sudah bertekad untuk bekerja dan membantu perekonomian keluarga. Meskipun dalam hati kecilnya dia juga merasa takut untuk pergi ke Surabaya sendirian. Sedangkan Siti dari Banyuwangi, wajahnya lebih gelap, orangnya tangguh dan lebih berani dibandingkan Darsi. orang tuanya seorang petani yang lebih sering gagal panen daripada berhasilnya. Dia lulus SMP sudah datang ke Surabaya untuk menjadi pembantu. Siti pernah lari dari rumah majikannya karena hampir diperkosa tuannya. Tanpa uang sepeserpun dia mencari pekerjaan dan hampir menjadi gelandangan. Nasib baik masih berpihak padanya, dia ditolong seorang nenek yang tinggal sendirian dan diperbolehkan tinggal dirumahnya dengan syarat membantu sang nenek membersihkan rumah. Dia terus mencari kerja, apapun dia lakukan mulai jadi buruh cuci sampai pernah ikut jualan Koran segala. Sampai akhirnya dia mendapat pekerjaan sebagai pramusasi di sebuah depot di mall. Karena dia selalu ingat pembeli didepotnya dan semua kesukaannya dia ditawari bekerja pada kedai juice. Semua pengalaman itu membuat Siti menjadi wanita yang tangguh dan selalu berusaha melindungi dirinya.

 Sejak awal bekerja mereka berdua sudah merasa cocok karena sama sama merantau bekerja untuk membantu keluarga. Ketika senggang mereka sering bercerita tentang keadaan dan keluarga mereka masing masing, tidak jarang mereka saling membantu bila salah satu diantara mereka perlu uang untuk dikirim ke kampung.
“Sit, hari ini kita ngerjain bareng bareng aja ya, biar nggak capek!Kata Darsi.
Siti hanya mengangguk dan hanya menatap Darsi yang terlihat kelelahan.
“Aku aja yang ngerjain kamu duduk aja, nunggu aku disini!Kata Siti
Siti selalu merasa nggak tega melihat Darsi yang kadang terlihat lemah dan membuat Siti selalu ingin melindungi.
“Nggak usah, aku kuat kok! Jawab Darsi dan berdiri.
Siti pun ikut berdiri dan mereka mulai mengumpulkan semua buah dan menghitung gelas yang tersisa, menghitung uang yang mereka terima, mengeringkan meja dan mengumpulkan kulit buah kedalam plastic, menaruh alat juice dan alat alat lainnya kedalam ember. Setelah mengunci laci mereka berdua bersama sama ketempat menyuci piring.
“Mbak tak tinggal nyuci yo! teriak Siti kepada penjaga counter es krim disebelah mereka. “Iyo!Sahut si mbak sebelah, yang terlihat juga sedang menghitung uang dan memeriksa catatan.

Mereka berdua mendorong troli yang berisi ember dan alat alat yang harus dicuci. Mall sudah mulai sepi, banyak toko yang sudah tutup dan mereka berdua hari ini memang agak telat mencuci peralatan dibandingkan biasanya. Tempat cuci sudah sepi hanya tinggal mereka berdua saja yang belum mencuci. Siti menurunkan semua peralatan dan Darsi mengeluarkan air dari kran. Entah adri mana tiba tiba Darsi iseng mencipratkan air ke Siti yang lagi serius menyabuni peralatan.
 “e..iki kok golek perkoro! Katanya sambil berusaha mengelap dengan pundaknya karena tangannya sedang penuh sabun.
Melihat hal itu Darsi jadi merasa bersalah dan dia langsung mengambil tissue dari sakunya dan membersihkan wajah Siti dengan lembut dan penuh kasih sayang. Siti yang sedang mencuci jadi tertegun dan menghentikan kegiatan mencucinya. Dia menatapa Darsi dengan takjub, meskipun mereka cukup dekat selama ini tetapi mereka tidak pernah membahas soal cinta atau pacar mereka atau hal hal yang berhubungan dengan perasaan. Dan tiba tiba malam ini Darsi mengelap wajahnya dengan penuh kasih sayang. Perasaan sayang Siti kepada Darsi yang selama ini dia tekan dan pendam dalam dalam karena takut merusak hubungan baik mereka, menjadi tak terbendung lagi. Siti menatap Darsi dengan penuh cinta tanpa berusaha menutupinya lagi. Lalu diciumnya Darsi dengan penuh perasaan, Darsi yang selama ini selalu merasa aman di dekat Siti, hanya diam pasrah dan memejamkan matanya. Darsi yang tidak pernah merasakan ciuman selama ini, tubuhnya menjadi lemas, semua perasaannya bercampur aduk. Dia mencoba membalas ciuman Siti. Siti yang mendapat balasan ciuman dari Darsi makin bersemangat, segera tangan memegang belakang kepala Darsi.
“Apa-apaan ini!
Sebuah teriakan keras dari arah belakang. Terlihat Mujiono, Supervisor mereka berdua yang selama ini selalu berusaha mengejar Darsi untuk dijadikan pacarnya. Dengan wajah merah padam mengeluarkan amarahnya. Dia berjalan mendekat dan mendorong Siti, sambil berkata
“Bangsat kamu Sit! Ternyata kamu Lesbian ya!
Karena dorongan yang keras itu Siti jadi terjerembab jatuh, Darsi yang melihat itu segera menolong Siti. Siti langsung berdiri, Mujiono menarik lengan Darsi untuk menjauhi Siti. Siti yang sudah terbiasa hidup keras dijalan langsung marah melihat tangan Darsi yang oleh Mujiono. Dia menggegam pisau buah ditangannya dengan mata merah menyalah penuh kemarahan seperti Harimau yang diganggu dan siap menerkam lawannya.
“Mau, apa kamu? Lepaskan, Darsi! Katanya sambil mengacungkan pisau yang dipegangnya.
Mujiono langsung dapat merasakan hawa membunuh yang begitu besar dalam diri Siti. Dan tiba tiba dia menjadi ciut nyalinya seperti seorang pengecut. Mujiono segera mundur dan melepaskan Darsi.
“Awas kamu ya! Aku tidak akan membiarkan hal ini, lihat saja nanti! Ancam Mujiono dan berbalik pergi.
Sementara Darsi menangis ketakutan terduduk ditembok. Siti langsung sadar mendengar tangis Darsi dan dia langsung melepaskan pisaunya dan mendekati Darsi. Dia jongkok di depan Darsi dan berusaha menenangkan Darsi. Siti memeluk Darsi.
“Wes nggak opo opo! Ojo nangis!Kata Siti berusaha menenangkan Darsi.
Darsi masih menagis dalam pelukkan Siti. Siti berusaha menenangkan Darsi.
“Wes, yo! Ayo kita pulang aja!Ajak Siti.
Siti membereskan semua peralatan dan kembali ke counter mereka. Darsi matanya masih sembab, Mall sudah mulai gelap. Setelah menyimpan semua peralatan dan menguncinya, Siti mengambil tas dan jaket mereka. Siti menggandeng tangan Darsi keluar dari Mall. Untung masih ada angkot yang ngetem.
“Kamu sebaiknya tinggal ditempat kostkua aja, biar aku tidak kuatir”Kata Siti.
Siti kuatir kalau Mujiono akan menunggu Darsi di kostnya. Darsi yang sedang bingung dan takut hanya mengangguk, menuruti semua kemauan Siti. Siti masih menggegam tangan Darsi, dia tidak peduli dengan orang-orang yang duduk diangkot.

Sesampai di Kost, Siti memberi Darsi pakaian buat tidur dan menyuruhnya untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Mereka berdua segera naik keranjang setelah membersihkan diri. Siti memeluk Darsi dan tiba tiba merasa ingin menangis didalam pelukkan Siti yang nyaman.
“Sit, aku takut! Gmana kalau kita dikeluarkan dari pekerjaan! Apa yang harus kukatakan sama ibu dan bapak di desa!    
 Siti membelai dengan lembut kepala Darsi. Dia merasa bersalah dengan Darsi yang telah membuatnya ketakutan.
“Tenang ya, Sih! Kamu nggak usah kuatir! Kita akan mencari jalan keluarnya bersama! Pekerjaan tidak hanya disitu aja, Sih! Pasti ada pekerjaan kalau kita mau mencari”
Siti terus berpikir keras, memikirkan segala kemungkinan. Kenapa cinta harus datang disaat yang seperti ini. kenapa aku tadi begitu gegabah? Kata kata itu terus muncul dalam pikiran Siti. Aku harus bisa melindungin Darsi, apapun yang terjadi!Kata Siti dalam hati. Bagaimanapun dia sangat bahagia ditengah kegalauannya, melihat Darsi tidur dalam pelukkannya.

Siti terbangun menjelang pagi, dia merasa senang Darsi masih tidur dalam pelukkannya. Dia mencium kening Darsi dengan lembut. Darsi mengeliat dan terbangun. Siti tersenyum melihat Darsi yang masih mengantuk, dia membelai rambut Darsi yang panjang. Darsi merasa nyaman dan senang dengan belaian Siti. Siti menciumnya seklai lagi, kali ini dia mencium bibir Darsi dengan lembut. Darsi pun membalas ciuman Siti. Mereka bercinta dengan sepenuh hati dan perasaan. Semua rasa tertumpah menjadi satu, mereka menyatu dalam rasa dan cinta.

Pagi itu Siti bangun dengan perasaan berbunga bunga, dia tidak lagi memikirkan kejadian pertengkaran semalam dengan Mujiono. Hari ini Siti masuk shift siang dan Darsi off. Siti segera beranjak dari tempat tidurnya, dia hanya tersenyum melihat Darsi yang masih tertidur tanpa pakaian hanya menggunakan celana dalam. Siti segera mengambil kain sarung dan menutupi tubuh Darsi.
Siti mengenakan kaosnya dan celana pendek, dia mengambil peralatan mandinya dan handuk. Tempat kost Siti tidak terlalu besar, ada banyak kamar disini seperti bekupon atau rumah burung dara. Siti merasa beruntung karena dapat menyewa sekamar sendiri dan tidak harus berbagi. Diluar sudah ramai teman teman kostnya yang rata rata juga penjaga toko, ada yang sedang bercanda, nonton tv, ada yang sedang masak.
“Krinan yo mbak!Tanya salah seorang teman kostnya.
“Iyo, pegel!Jawab Siti sambil terus ke kamar mandi.
Setelah selesai mandi Siti membeli indomie di warung depan dan memasaknya untuk dia dan Darsi.
Begitu membuka kamarnya, Siti melihat Darsi telah bangun dan duduk di tepi ranjang. Darsi masih kelihatan ngantuk.Wajah Darsi memerah ketika Siti menantapnya, dia merasa malu dengan kejadian tadi pagi dan dia langsung sadar hanya mengenakan kaos dan celana dalam. Darsi berusaha menarik kaosnya dan menutupi celana dalamnya yang kelihatan. Siti senang melihat sikap Darsi yang malu malu dan kikuk seperti itu. Baru kali ini Siti melihat Darsi yang berbeda dari biasanya. Siti hanya tersenyum melihat sikap Darsi. Dia segera meletakan mangkok yang telah berisi mie di lantai. Siti mencarikan celana pendek dan memberikan ke Darsi . 
 “Maem, yuk! Ajak Siti sambil mencari sendok di lemari.
“Aku belum mandi!Jawab Darsi agak malu karena telat bangun.
“Makan dulu ae, sebelum mandi! Biar nggak masuk angin!Kata Siti.
Mereka makan dalam diam, seakan berbicara hanya dengan pikiran dan perasaan masing masing.
“Sih, gmana kalo kamu pindah kost kesini aja? ato kita bisa cari kost baru bareng? Tanya Siti kepada Darsi.
Darsi kelihatan ragu dengan ajakan Siti. Dia memikirkan apa uangnya cukup untuk membayar kost. Rupanya Siti dapata membaca pikiran Darsi dan kegalauannya akan uang.
“Nggak usah kuatir, nanti kita khan bisa patungan. Kamu kasi aja uang yang biasa kamu bayar buat kost yang lama! Nanti sisanya biar aku yang tomboki!Kata Siti menenangkan.
Siti mengangguk dan kelihatan sudah tenang. Dia meneruskan makannya dan ketika pandangan matanya bertemu dengan Siti dia mendadak jadi salah tingkah dan malu. Melihat hal itu membuat Siti makin senang dan gemas dengan Darsi. Setelah selesai makan Darsi langsung mandi dan merekapun segera ketempat kost Darsi untuk mengambil barang barang Darsi. Siti merasa bahagia karena dia akan tinggal bersama Darsi. Segala gunda gulana yang dia rasakan semalam jadi hilang. Dia sudah tidak peduli dengan ancaman Mujiono. Setelah memberekan lemari agar bisa muat pakaian Darsi, Siti siap siap untuk berangkat kerja. Sebelum berangkat Siti memeluk dan mencium Darsi terlebih dahulu. Mereka berciuman lama sekali. Siti merasa malas meninggalkan Darsi sendirian di kost. Dia merasa ingin bolos dan berkasih kasihan dengan Darsi di rumah.
“Wes, ayo berangkat! Nanti telat”Kata Darsi sambil menyuruh Siti segera berangkat.
Siti tersenyum mendengar perintah Darsi.  Dia mengambil jaketnya dan berangkat. Hari ini cuaca panas sekali tetapi hati siti sedang berbunga bunga. Dia dari tadi senyum senyum mengingat percintaannya dengan Darsi, sampai hampir lupa menyetop angkot yang lewat karena keasikan melamunkan Darsi. Siti berlari dan berteriak mengejar angkotnya, untung sopirnya mendengar dan berhenti, dia langsung naik ke angkot.

Siti segera turun dari angkot begitu nyampai di depan mall. Dia berjalan memasuki mall dan menuju ke foodcourt. Hari senin biasanya tidak terlalu ramai mallnya. Dia melihat Ayu sedang ngobrol sama mbak tri penjaga counter es krim. Siti segera membuka jaketnya dan menyimpannya di lemari.
“Sit, iku ono jadwal baru! Kata Ayu.
Siti segra memeriksa jadwal dan dia melihat nama Darsi tidak ada disitu dan diganti dengan Ida. Siti langsung merasa marah dengan apa yang dilihatnya.
“Kurang ajar, ini rupanya ancaman dia semalam!Katanya dalam hati.
“Siapa yang kassi jadwal ini?Tanya Siti kepada Ayu
“Mas Muji tadi! Kamu tahu kenapa kok Darsi mau dipindah?Tanya Ayu.
Siti hanya menggelengkan kepala, meskipun dia tahu penyebabnya. Dia masih terus berpikir bagaimana caranya menghadapi Mujiono ini.
“Apa aku harus menghadap bu Linda?pikir Sti. Tapi itu juga bahaya, bagaimana kalau bu Linda tahu dan akan mengeluarkan kita berdua.
Tiba-tiba Siti teringat akan cerita yang beredar di teman teman penjaga counter tentang Mujiono. Bagaimana dia suka korupsi kecil kecilan dan pelecehan yang dia lakukan terhadap rekan kerjanya di mall yang lain. Siti pernah tahu kalau Mujiono sudah punya isteri dan anak. Selama ini Siti memang tidak peduli dengan apa yang dia lakukan karena merasa tidak ingin mencari perkara dan usil. Siti merasa ini saat yang tepat menggunakan pengetahuannya untuk menekan Mujiono. Kalau perlu dia akan mengajak teman teman dari mall lain untuk melaporkan Mujiono ke bu Linda pada saat meeting bersama. Siti terus memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi. Dia merasa harus siap menghadapi Mujiono, apapun yang terjadi. Dia harus bisa membela cintanya yang baru dimulai.

Siti berusaha untuk tetap tenang dan berkonsentrasi dalam bekerja. Dia tidak sabar ingin ketemu dan menyelesaikan masalah ini dengan Mujiono. Sudah jam Sembilan malam, sebentar lagi pasti Mujiono datang. Siti segera membereskan semua buah buah dan menghitung gelas yang laku terjual dan mencocokkan dengan uang yang diterima. Dari jauh Siti sudah melihat Mujiono datang mendekat. Dada siti ingin meledak karena marah tapi dia berusaha menenangkan diri. Siti segera mengambil jadwalnya dari dalam laci.
“Mas, ini maksudnya apa? Tanya Siti sambil memberikan jadwal bulan depan ke Mujiono.
Mujino terlihat berusaha menutupi ketakutannya terhadap Siti. Bagaimanapun dia tahu kalau Siti orang Madura yang berani melakukan apa saja. Mujiono masih ingat kejadian semalam bagaimana Siti berdiri dan membawa pisau dan sekarang dengan beraninya menatap Mujiono menantang keputusan Mujiono. Mujiono yang diserang tiba tiba jadi gelapan.
“lho khan biasa kalau ada Mutasi!Jawab Mujiono berusaha tenang meskipun kelihatan kalau tidak bisa tenang.
“Sampeyan jangan macam macam ya! Kamu pikir aku nggak tahu kejahatan kamu! Kalau aku laporkan ke bu Linda kamu pasti akan dikeluarkan! Ancam Siti.”Kalau aku laporkan keisterimu tentang mbak yayuk, kamu pasti akan dibunuh mertuamu!Ancam Siti lagi.
Tiba tiba Mujiono tersadar kalau Siti mengenal isterinya yang juga di Banyuwangi. Dia menjadi kecut teringat mertuanya yang seorang dukun di desa dan pernah mengancamnya kalau macam macam di Surabaya akan membuat dia menjadi kembang amben ato sakit yang tidak akan ada obatnya.
“Kenapa aku begitu bodoh mengganggu Siti!Pikir. “Mujiono lagian Darsi juga tidak terlalu suka sama aku dan masih banyak perempuan lain yang lebih menarik daripada sama lesbian”Kata Mujiono dalam hati. “Sebaiknya aku membiarkan mereka saja daripada aku yang celaka”.
Mujiono segera mengambil jadwal kerja dari tangan Siti. Dan menyimpannya dalam sakunya.
“Iya nanti aku ganti!Kata Mujiono pendek tanpa berani menantap wajah Siti.
Siti merasa ancamannya berhasil dan sedkiti tenang. Padahal sebetulnya dia tidak mengenal isteri Mujiono Cuma tahu desas desusnya aja dari teman yang lain. Siti merasa beruntung selalu mendengar temannya kalau sedang bergosip meskipun tidak pernah ikut bergosip.
Malam itu Siti pulang dengan tenang dan gembira. Dia senang karena tahu Darsi berada di kost dan akan menyambutnya.

ditulis oleh Poedji



2 comments:

  1. Nice.... sayangnya kenyataan yang ada ga pernah selalu berakhir indah seperti cerita ini.. yang pasti setuju dengan inti ceritanya, we can do anything if we have faith in our heart... :)

    ReplyDelete
  2. bahagianya darsi & siti....
    di tunggu cerita² selanjutnya ya kak....

    'Susan Adeline'

    ReplyDelete