Perempuan dalam lift


Hari ini Nana kelihatan capek sehabis pulang dari kantornya. Wajahnya kelihatan kuyu, tidak seperti biasanya yang selalu cerah. Sebagai seorang notaris dia banyak melayani klien yang akad kredit hari ini dan itu menguras tenaganya, membacakan satu persatu akta perjanjian. Setelah memarkirkan mobilnya di basement dia berjalan pelan menuju lift apartemennya. Di lobby terlihat sepi hanya ada satpam yang kelihatan asik dengan hp nya sambil sekali kali mendongakan wajahnya melihat sekeliling loby. Nana memencet tombol naik di lift dan melihat angka lift yang masih dilantai atas, dua lift masih rusak, sehingga harus menunggu agak lama. Akhirnya lift datang juga dan Nana segera naik kedalam lift, mengeluarkan kartu akses dari dompetnya dan menekan angka 5, tiba-tiba pintu lift terbuka. Nana agak terkejut memandang seorang wanita dengan tas Louis Vuitton ditangan berwarna orange, dengan dandanan sederhana tapi terlihat elegant.
Kulitnya putih bersih rambutnya diikat sebagian dan yang lain teruarai. Wajahnya sangat cantik dan sempurna bagaikan sebuah lukisan. Hidungnya yang mancung, Wajahnya halus dengan make up minimalis dan bibirnya dipoles lipstick terlihat manis. Dia mengenakan rok terusan tanpa lengan berwarna putih tulang, dengan kalung mutiara di lehernya dia kelihatan anggun.  Nana dapat mencium bau parfum Chanel No.5 yang klasik. Dari penampilan dia terlihat percaya diri dan seperti bukan orang Indonesia. Nana masih berdiri dekat tombol lift, Dia tersenyum kepada Nana. Nana masih tertegun dan segera membalas senyumnya. Perempuan itu mengeluarkan kartu aksesnya dari dompetnya yang juga Louis Vuitton. Perempuan itu menempelkan kartu akses dan tubuhnya begitu dekat dengan nana, Nana dapat merasakan buah dadanya menyentuh tubuhnya. Nana menahan nafasnya dan memejamkan mata, menikmati moment yang langkah. Tiba-tiba Nana terkejut ketika dia merasakan sesuatu yang hangat dibibirnya. Segera dia membuka matanya, Perempuan itu hanya tersenyum manis dan mengerlingkan matanya. Nana hanya dapat membuka mulutnya, Bengong, kaget dan tiba tiba dia jadi membeku.  Belum sempat dia bereaksi pintu lift telah terbuka. Perempuan itu menahan pintu lift menunggu Nana keluar. Nana segera tersedar dan keluar dari lift dengan masih tak percaya seperti kena gendam. Dia memandang sekali lagi kedalam lift dan perempuan itu tersenyum manis kepadanya. Nana segera berjalan kearah apartemennya dengan perasaan yang tak menentu seperti orang habis kena hipnotis ketika sampai di depan pintu dia baru tersadar.
“Dilantai berapa ya dia tinggal?
Cepat cepat Nana berjalan kembali ke lift tetapi sayang ternyata lift sudah kembali semua ke lantai dasar. Nana berjalan kembali ke apartemennya dan tanpa sadar dia tersenyum sambil memegang bibirnya. Ini adalah pengalaman pertama dicium wanita cantik yang tak dikenalnya.
Semalaman Nana tidak bisa tidur memikirkan perempuan itu. dia terus terbayang wajahnya, bau parfumnya, senyumnya yang cantik. Siapakah dia dan tinggal di lantai berapa? Nanapun tertidur dengan penasaran.

Nana terbangun dengan kaget karena dia ada janji dengan direktur sebuah pengembang yang ingin menggunakan jasanya untuk proyek apartement dan supermall di daerah utara. Kabarnya komplek ini adalah yang terbesar dan terbaik.
“Kalau aku bisa mendapatka kerjasama ini, aku akan membesarkan kantor notarisku dan menambah beberapa karyawan”Pikir Nana.
Kerjasama ini bagi Nana sama nilainya dengan kerja selama 4 tahun. Oleh karena itu Nana ingin menyiapkan semuanya dan berharap bisa mendapat kerjasama ini. Setahu Nana grup pengembang ini menggunakan jasa notaris Budi dimana dulu Nana pernah magang sebelum menjadi Notaris.
Nana hari ini mengenakan celana panjang dan blaser putih, dia ingin terlihat segar, bersih dan professional. Nana segera keluar dan jalan menuju lift. Dia masih berharap ketemu perempuan yang semalam ditemui di lift. Ketika menunggu di depan lift dia jadi deg deg-an, menunggu pintu terbuka. Ketika pintu terbuka.
“pagi bu! Sapa seorang cleaning servis yang sedang membersihkan kaca di dalam lift. “Pagi!sahut Nana dengan kecewa karena dia berharap bertemu dengan perempuan itu.
Nana segera menekan tombol LG. Sesampai di lobby dia segera keluar, ketika melewati meja reception dia ingin bertanya nama perempuan itu kepada petugas yang jaga. Nana mengurungkan niatnya karena dia tidak ingin kelihatan konyol menanyakan sesuatu yang dia sendiri sulit menjelaskan siapa perempuan itu. Nana segera jalan ke arah gedung perkantoran diseberang apartemennya dan melewati mall terlebih dahulu.  Dia memasuki lobby gedung perkantoran yang luas dan antri untuk pemeriksaan security dan mengisi buku tamu.

Depan lift terlihat ramai orang orang yang akan naik. Begitu lift terbuka Nana segera masuk, berdesakan dengan orang yang akan naik. Nana memencet lantai 35 dan menunggu karena hampir tiap lantai selalu ada yang turu.  Sampai lantai 35, Nana segera keluar dan berjalan ke reception.
“Pagi, mbak saya mau ketemu Pak Adi!
Dua orang reception yang tadi ngobrol, terkejut dengan sapaan Nana.
“Maaf dari mana bu? Tanya salah seorang reception yang kelihatan sigap dan tahu akan pekerjaannya.
“Katakan dari Notaris Nana! Kata Nana.
“Silahkan tunggu sebentar Bu! Kata reception dan mempersilahkan Nana menunggu diruang tunggu sebelah reception.
Ruangganya tidak terlalu besar tapi tampak terawatt dan manis. Ada beberapa lukisan di dinding yang berwarna putih dan bunga diujung meja.
“Siang Bu Nana!Sapa Pak Adi yang mengenakan pakaian lengan panjang berwarna biru dengan dasi berwarna biru tua.
 Nana segera berdiri dan menyalami Pak Adi Manager Legal di perusahaan ini. Orangnya kelihatan menyenangkan belum terlalu tua, kelihatan percaya diri dan bahagia.
“Siang, Pak Adi! Jawab Nana. Lalu mereka duduk kembali.
“Nanti kita akan ketemu Bu Irene, Beliau adalah anak terakhir Pak Teddy yang menangani mega proyek ini. Bu Irene baru satu tahun di sini sebelumnya beliau di Amerika. Sehabis lulus dari UCLA, Ibu bekerja di perusahaan Donald Trump selama dua tahun dan sekarang menangani proyek ini”Cerita Pak Adi panjang lebar.
Nana hanya manggut manggut mendengarkan cerita Pak Adi. Nana bertanya tanya kapan dia akan bertemu bu Irene kok diajak ngobrol terus.
 “Bu Nana kenal Bu Irene darimana ya? Tanya Pak Adi.
Nana yang ditanya jadi gelapan dan bingung. Dia menggelengkan kepalanya.
 “Saya belum pernah ketemu Bu Irene selama ini”Jelas Nana.
Nana berusaha mengingat mungkin dia pernah bertemu atau berkenalan dengan Irene. Tetapi tampaknya dia tidak bisa menggali ingatannya.
“Soalnya Bu Irene yang meminta saya untuk menggunakan jasa Bu Nana dalam proyek kita yang baru ini”Kata Pak Adi lagi sambil berusaha mengorek apakah mereka sudah mengenal sebelumnya.
Nana hanya menggelengkan kepalanya karena tidak berhasil mengingat.
“Baiklah, mari kita temui Bu Irene sekarang”Ajak Pak Adi ke Nana.
 Nana segera berdiri mengikuti Pak Adi yang berjalan kedepan. Mereka menaiki tangga menuju lantai atas. Di lantai atas terlihat luas ada beberapa ruangan dengan sekat sekat. Pak Adi menegtuk pintu dan masuk kedalam ruangan Bu Irene. Irene sedang berbicara dengan seserorang  di Hpnya. Dia duduk membelakangi pintu dan menghadap ke luar. Dari ruangan Irene bisa melihat pemandangan kota dengan jelas. Irene akhirnya menudahi pembicaraan di telponnya. Sementara Nana dan Pak Adi duduk diruang tamu Irene. Irene membalikkan kursinya dan berdiri. Nana tersentak melihat Irene yang berdiri berjalan menuju kearahnya. Untung dia sedang duduk kalau tidak dia sudah terjatuh karena kaget.
“Hi, rupanya kita belum berkenalan dengan baik semalam!Kata Irene sambil menunjukkan senyumnya.
Wajah Nana langsung menunjukkan perubahan yang cepat dari pucat ke merah melihat Irene, perempuan dalam lift yang telah menciumnya semalam.
 “Oh, My God! Dia perempuan dalam lift semalam!   


Ditulis oleh : Poedji


2 comments:

  1. wah....kayaknya kalo di dunia nyata jrg ada yg seperti ini....1001...hehehe....
    tapi ceritanya bgs...4 jempol bwt kk....
    di tunggu yg lainya kak....:)

    'Susan Adeline'

    ReplyDelete