Cinta dan Idealisme


Aku pertama kali bertemu dengannya ketika masih kelas satu SMA. Waktu itu aku suka sekali melihat wajahnya yang lembut, sabar dan kalem. Dia satu kelas dan satu bangku dengan kakakku.  Tapi waktu itu aku tidak mempunyai keberanian untuk mendekatinya. Aku hanya berani melihat dari jauh atau menyapanya saja. kadang aku pura-pura mencari kakakku di kelas mereka padahal aku tahu kakakku sedang berada di kantin. Hari ini di reuni akbar, aku melihat dia kembali, aku seperti tersihir olehnya. Dia kelihatan makin matang dan cantik setelah 20 tahun tidak bertemu. Dia menggunakan celana jeans biru dan hem warna putih karena memang dress codenya menggunakan pakaian atas warna putih. aku kebetulan datang sendiri di reuni ini karena kakakku sekarang tinggal di Belanda. Tanpa keraguan sedikitpun aku langsung menghampiri dan menyapa dia. Rupanya dia juga mengingat aku dan keberanianku semakin bertambah ketika melihat dia juga suka mengobrol denganku. Aku mengajaknya keluar karena disitu begitu ramai dan dia tidak menolak. Katanya “Dia khan waktu SMA tidak popular sehingga tidak banyak temannya tidak seperti kamu” aku hanya tertawa mendengar komentarnya. Dia dan aku memang beda dua tingkat. Waktu aku kelas satu dia sudah kelas tiga dan memang waktu itu aku trouble maker sehingga menjadi terkenal.


Kami mengobrol cukup lama di café dekat tempat pertemuan. Bercerita tentang guru guru di SMA dan kejadian-kejadian yang menghebohkan di SMA. Dia juga menanyakan kabar kakakku, Pitagirih Swastika yang telah menikah dengan orang belanda dan menetap di sana.
“Pita sudah berwarga negara Belanda ya sekarang?
“Sudah hampir 7 tahun, begitu lulus kuliah dia dapat beasiswa di Belanda dan ketemu dengan Paul  lalu menikahlah mereka.”
“Kamu sendiri kerja apa sekarang? Tanya Earlena
Aku kerja dibidang Hukum” kataku yang sebetulnya ingin mengatakan kalau aku bekerja untuk Human Right watch tapi entah kenapa aku takut dia tidak suka dan menjadi takut.
“Kamu sendiri kerja apa sekarang?
“Aku seorang dokter”
“Wah, bu dokter nih! Tolong periksa aku dong! Godaku
Tiba iba aku melihat semu merah yang cantik dikedua pipinya. Ini membuatku makin berani. Apakah dia juga suka denganku atau memang dia seorang pemalu. Kata Pita, Lena dulu pernah suka sama aku tapi dia tidak yakin. Apakah dia L? kalau L kenapa aku tidak mengetahuinya. Aku hampir mengenal teman teman L di Jakarta karena aku sering ikut kegiatan yang diadakan organisasi LGBT. Atau memang dia L yang tertutup sehingga aku tidak mengetahuinya. Aku harus menggalinya lebih dalam lagi supaya aku bisa lebih mengenalnya.
“Kamu dulu kuliah kedoteran dimana?
“Aku kuliah di Unair Surabaya” Kamu sendiri kuliah dimana?
“Aku Kuliah di UI” Keluargamu masih di Jakarta semua?
“Papaku sudah meninggal dan mamaku ikut adikku di Makasar karena dia habis melahirkan.”
Sebetulnya aku ingin bertanya apakah dia sudah menikah atau belum. Tapi aku tahu itu pertanyaan yang tidak sopan dan kadang bisa menyinggung perasaaan.
“Jadi kamu tinggal dengan siapa di Jakarta? Akhirnya pertanyaan itu yang keluar dari mulutku dan kulihat dia tersenyum.
“Kalau kamu ingin bertanya apakah aku sudah menikah atau belum? Jawabanku, aku belum menikah dan bagaimana dengan kamu sendiri? Katanya langsung to the point. Yang membuatku jadi salah tingkah.
“Aku juga tidak menikah”kataku dengan salah tingkah karena merasa ketahuan maksudku.
Kulihat sudah jam Sembilan malam lebih. “Kamu pulang naik apa?tanyaku
“Naik angkot”Jawabnya dan juga melihat jam tangganya yang sporty. “Sebaiknya kita balik sekarang aja ya, sudah malam dan aku dengar naik angkot tidak aman akhir-akhir ini”ujarnya.
“Bagaimana kalau aku antar aja? kataku menawarkan diri.
“Nggak, usah nanti ngerepotin kamu”
Nggak apa apa, aku sudah biasa” kamu tinggal dimana sekarang?
“Masih sama di Tomang”
Kami segera berdiri dan membayar minuman dan snack yang kami pesan. Ketika aku mengeluarkan uang, dia juga mengeluarkan uang. Akhirnya kami bagi dua, biar adil katanya. Aku mengantarnya sampai di rumahnya dan dia mengajak masuk ke dalam rumahnya.
“Nggak deh besok aja, sudah malam. Bagaimana kalau besok kita keluar? Kalau kamu nggak repot lho! Ajakku dan berharap dia mau.
Aku sebetulnya sedang cuti dua minggu jadi tidak banyak kegiatan”
Hatiku langsung girang mendengar jawabannya dan aku langsung menyambar kesempatan ini.
“Oke, aku jemput jam 6 sore ya besok! Oya, boleh minta nomer hp mu?
Kami bertukar nomer HP sebelum aku pamit pulang. Aku pulang dengan gembira, meskipun belum yakin apakah dia mau aku ajak nonton ini karena apa? Apakah karena dia tertarik denganku atau Cuma menganggap sebagai teman saja. tetapi kalau dari gaydarku yang selalu canggih, aku yakin 100% kalau dia L. apakah dia sudah punya pacar atau masih single? Kalau dia punya pacar, tentu dia tidak akan mau aku ajak nonton. Tetapi siapa tahu pacarnya sedang tidak di Jakarta. ‘Bodoh ah! Yang penting dia mau.

****

Palasara, nama yang aneh waktu aku tahu namanya dari Pita. Mereka semua memang memiliki nama-nama yang unik. Aku sudah tahu dari dulu kalau dia itu L dan aku juga tahu kalau dia tertarik denganku. Dulu aku selalu mengacuhkannya meskipun sebenarnya aku juga suka sama dia. Tapi aku terlalu gengsi karena menganggap dia masih kecil dan aku nggak ingin pacaran dengan adik kelas yang ngetop bandelnya. Diam diam aku sering memperhatikannya dan kagum dengan keberaniannya. Aku selalu menyimak setiap cerita Pita tentang adiknya Pala, bahkan kadang aku memancing dia untuk bercerita. Tetapi aku tidak berani mengatakan kalau aku suka dengan Pala. Sekarang dia terlihat makin keren dan tetap berani seperti biasanya. Aku tidak tahu kenapa aku merasa nyaman didekatnya. Aku merasa seperti dilindungi dan dijaganya. Seperti tadi ketika menunggu dan naik angkot, aku merasa dia benar benar menjagaku dan penuh perhatian. Ada rasa getaran halus yang panas menjalar keseluruh tubuhku ketika Pala menggandengku. Rasanya senang sekali diperlakukan seperti itu meskipun aku seorang perempuan yang mandiri dan termasuk tangguh. Ada perasaan aneh yang menyergap diriku ketika bersamanya, apakah aku sedang jatuh cinta dengan dia?  Apakah aku sanggup pacaran jarak jauh? Bagaimana kalau dia tahu aku bekerja untuk Freeport? Aku sering melihat dia di televisi atau di koran ketika dia sedang protes atau berdemo menentang Freeport atau membaca statementnya di media atau di FB nya.

Kalau tidak karena gajinya yang tinggi, aku mungkin juga tidak akan bekerja di Freeport. Ketika kuliah kedokteran keluargaku banyak berhutang untuk menyekolahkan aku. Apalagi ketika papa meninggal mendadak karena serangan jantung dan kuliahku masih setengah jala. Mama sampai harus berjualan nasi untuk menghidupi aku dan adikku yang waktu itu masih baru masuk SMP. Sehingga ketika lulus dan mulai berpraktek , aku mulai berpikir keras untuk mencari uang sebanyak banyaknya dan secepatnya. Karena aku tahu kalau aku buka praktek dirumah sementara aku baru lulus pasti tidak terlalu laku dan begitu pula kalau praktek di rumah sakit. Maka ketika ada tawaran untuk bekerja di Freeport langsung aku terima. Bekerja mulai untuk melunasi hutang hutang, dan dilanjutkan untuk merenovasi rumah, terus untuk menyekolahkan adik sampai akhirnya menikahkan adik dan tak terasa sudah hampir sepuluh tahun bekerja disana. Dari yang tidak suka di Jayapura sampai akhirnya menikmati khususnya ketika aku bisa membantu para romo untuk memberikan pengobatan gratis. Kadang aku ikut mereka sampai kepedalaman untuk memberikan pengobatan gratis. Itu salah satu cara untuk mengobati rasa bersalahku terhadap negeri ini karena aku bekerja di Freeport. Aku tidak bisa menyangkal bahwa aku menikmati gaji yang diberikan oleh Freeport dan juga semua fasilitasnya. Kehidupan kami sekarang sangat baik dan aku bisa membahagiakan keluargaku.

Pala pasti tidak akan suka kalau tahu aku bekerja di Freeport. Apakah sebaiknya aku bercerita kepadanya kalau aku bekerja di Freeport? Tetapi bagaimana kalau dia tidak tertarik denganku dan tiba tiba aku bilang seperti itu. sudahlah sebaiknya aku tidur saja, terjadilah apa yang akan terjadi besok. Akan kujalani saja semua dengan tanpa pikiran apa apa. Rasanya sudah 2 tahun ini aku tidak terlibat dengan love romance. Tiba tiba bayangan Irene muncul, hubungan kami tidak terlalu lama hanya dua tahun karena dia akhirnya berpindah tugas. Irene, dokter dari Singapore yang ditugaskan di Jayapura. Kami berpisah baik baik karena ternyata sungguh berat berpacaran jarak jauh dan beda Negara. Sejak itu aku tidak pernah berhubungan dengan perempuan manapun. Aku rasa Pala tidak tahu kalau aku juga L atau dia tahu tapi masih ragu ragu. Aku suka melihat usahanya untuk mendekatiku tadi dan ketika dia mengantarku pulang. Mmhh let see tomorrow.

******
Pala terus merasa gelisah menanti waktu bertemu dengan Lena. Dia terus menatap jam yang terasa lambat jalannya. Laporan yang harus diselasaikan masih belum selesai juga. Pala terus membayangkan wajah Lena yang cantik dan membayangkan senyumnya yang selalu memukaunya. Senyum yang tidak pernah berubah dari pertama kali dia melihatnya waktu SMA. Mungkin Lena adalah cinta pertamanya yang tidak pernah kesampaian. Pala tidak ingin menyianyiakan kesempatan ini, dia ingin mendapatkan kembali cinta pertamanya yang tidak pernah kesampaian. Pala terus senyum senyum membayangkan wajah Lena.Pala dikejutkan dengan sms dari HP nya yang ternyata dari Lena.
‘hei, nanti jadikan kesini? Jam berapa?
Pala segera membalas sms lena dengan perasaan senang. Ternyata dia juga ingin bertemu dan tidak sabar.
‘Jadi, bentar lagi aku akan berangkat.
‘Ok, see you soon.
Pala segera merapikan semua dokumen dan mematikan komputernya. Dia segera meninggalkan kantornya dan menuju rumah Lena.

Akhirnya Pala sampai di depan rumah Lena setelah satu jam lebih perjalanan dari kantor ke rumah Lena. Pala tidak sabar menunggu Lena membuka pintu rumahnya.
“hi, masuk dulu yuk! Aku belum ganti pakaian nih!
“Kok sepi, nggak ada orang ya?
“Iya mamaku sementara pindah ke Makasar menemani adikku yang habis melahirkan”
“kalau kamu mau minum atau sesuatu kamu bisa ambil sendiri di kulkas ya, aku mau ganti pakaian dulu”kata Lena sambil masuk ke kamar untuk ganti pakaian.
Pala duduk diruang tamu menunggu Lena sambil menyalakan televisi. Lena keluar dari dalam dengan menggunakan pakaian warna kream bunga bunga kecil dengan belahan dada yang agak panjang dan terlihat seksi. Pala terkesima melihat kecantikan Lena.
“Ayo mo berangkat sekarang ato masih mau bengong!
“Ayo!Kata Pala gelagapan karena terlihat bengong menatap kecantikan Lena
Mereka segera berdiri dan keluar rumah. Pala mengajak naik taksi karena ingin berdua saja dengan Lena tanpa terganggu orang lain. Pala telah memilih tempat nonton yaitu di Mall Taman Angrek karena lokasi yang dekat dengan daerah tomang. Selama perjalanan Pala tidak bisa mengalihkan pandangannya ke wajah Lena yang memukau dirinya.
“Apaan sih kok ngeliatin terus gitu!” Kata Lena yang merasa jengah ditatap oleh Pala.
“Rasanya kamu makin cantik deh lama nggak ketemu!”
“Hati hati kamu tertipu dengan apa yang kamu lihat, nanti kamu kecewa lho!
“Biarlah kalau aku tertipu dan aku menikmatinya!Katanya masih menatap dan tersenyum
“Ihh kamu tuh ya!” Ayo turun sudah nyampe nih!
Pala segera membayar taksinya. Dengan tanpa ragu sedikitpun Pala menggandeng tangan Lena. Lena membiarkan dirinya digandeng dan diam diam Dia menikmati genggaman tangan Pala yang lembut. Mereka berdua tidak banyak bicara hanya merasakan genggaman tangan masing masing. Sesampai didepan penjual tiket Pala segera mengeluarkan dompetnya.
Kita nonton Mission impossible aja ya”Tanya Pala dan Lena hanya mengangguk mengiyakan.
“Wah tinggal yang malam nih, nggak apa-apa khan?Tanya Pala kepada Lena.
“Iya nggak apa-apa, kamu besok nggak kerja? Tanya Lena
“Besok khan sabtu sayang!”Jawab Pala dan Pala tersadar dengan ucapannya ketika melihat muka Lena yang memerah dipanggil sayang.
“Sekarang kita makan dulu aja ya”Ajak Pala dan Lena hanya mengangguk.
Mereka berdua berjalan menuju foodcourt yang ramai karena weekend. Mereka berdua mencari tempat yang kosong dan enak buat ngobrol. Pala meminta Lena menunggu di tempat duduk sementara dia pergi memesan makanan kesukaan Lena, Mie ayam. Pala kembali dengan membawa dua mangkuk mie dan the botol. Mereka menyantap makanan sambil mengobrol.
“Kamu tahu nggak kalau aku dulu suka sama kamu?tanya Pala tiba tiba.
“Tahu” Jawab Lena dengan tersenyum mengingat Pala yang bandel waktu SMA
“Trus kamu kok diam aja kalau tahu”
“Ih.. kamu khan adik kelasku!”Lagian kamu khan nggak pernah bilang kalo suka”
“Emang kenapa kalo aku adik kelasmu?
“Khan gengsi pacaran dengan anak yang lebih kecil”
“Kalo sekarang nggak ya?Tanya Pala dengan pandangan yang menggoda.
“Tau ya”Jawab Lena dengan tersipu ditatap nakal oleh Pala.
“Kok, nggak tau sih! Tau dong jangan buat aku penasaran”
“Kata Pita, kamu dulu suka sama aku ya? Benar nggak sih? Kalo sekarang masih suka nggak sama aku? Tanya Pala dengan menggoda
“Ini maksudnya apa ya?Tanya Lena dengan tersenyum
“Taulah maksudku”, masak nggak ngerti sih!”Jawab Pala yang tiba tiba menunjukkan wajah serius.
“Kamu khan belum mengenal aku! Aku nggak ingin membuat kamu kecewa atau sakit hati nantinya”Jawab Lena perlahan.
“Aku akan menanggung semua resikonya”Jawab Pala dengan yakin.
“Kamu tidak tahu apa yang kamu ucapkan jangan nanti kamu merasa tertipu dengan aku”
“Yuk, kita masuk gedung aja, sudah waktunya nih!”Ajak Lena dan menghindari pertanyaan Pala selanjutnya.

Mereka berdua berdiri meninggalkan foodcourt dan berjalan menuju ke gedung pertunjukkan. Pala mengandeng tanggan Lena. Sebelum memasuki ruang pertunjukkan Lena membeli popcorn dan minuman untuk mereka berdua. Rupanya Pala memilih tempat duduk yang hanya berisi dua kursi saja sehingga tidak ada orang disebelahnya. Ketika duduk Pala masih saja menggenggam tangan Lena dan menciumnya sambil menatap wajah Lena yang memerah. Ketika pertunjukkan dimulai Pala mencium pipi Lena dan Lena membiarkan dan menikmatinya. Melihat respon Lena yang tidak menolak dan menikmati, membuat dia makin berani. Pala mencium bibir Lena dengan lembut dan Lena membalas ciuman itu. mereka berciuman lama sekali, mungkin kalau Tom Cruise bias berteriak mencari perhatian karena tidak diperhatikan mereka berdua tetntu dia akan berteriak memanggil mereka dan meminta berhenti ciuman. Tetapi mereka sudah tidak lagi peduli dengan apa yang dilakukan Tom Cruise di punack gedung bergelantungan.

Sudah tengah malam dan berganti hari ketika mereka keluar dari gedung bioskop. Mereka segera menyusuri pertokoan yang telah tutup semua dan hanya terlihat satpam yang berjaga, petugas kebersihan yang sedang memoles lantai dan beberpa tukang yang bekerja malam ketika mall sudah tutup. Mereka terus berjalan keluar mall dan mencari taxi. Untung mereka segera mendapatkan taxi.
“Sebaiknya kamu menginap aja, sudah terlalu malam”Kata Lena
“Tetapi aku nggak bawa pakaian tidur!”
“Emang perlu pakaian ya? Bukannya lebih enak nggak pakai?Kata Lena sambil berbisik ditelinga Pala.
“Ternyata nakal ya!”Kata Pala sambil mencium pipi Lena dengan cuek
“Baru tahu ya!”Jawab Lena dengan menggoda.
Jalanan yang telah sepi mengantar mereka pulang dengan cepat. Pala rasanya sudah tidak sabar ingin segera sampai rumah Lena dan melanjutkan ciumannya yang terputus di gedung bioskop.

Lena menutup pintu dan mematikan lampu ruang tamu. Dia menuntun Pala memasuki ruang tidurnya. Bagaikan kerbau yang dicucuk hidungnya Pala menurut saja. Lena mengambilkan sikat gigi baru buat Pala beserta kaos dan celana pendek. Ketika Pala di kamar mandi, Lena segera berganti pakaian. Dia mengenakan kaos tipis yang membuat putingnya terlihat menggoda. Benar saja ketika Pala keluar dari kamar mandi dia tertegun menatap Lena yang terlihat seksi. Lena buru buru ke kamar mandi, tetapi tangan Pala berhasil menangkap pinggang Lena dan dia mencium bibir Lena, menciumi leher Lena dengan lembut.
“Aku gosok gigi dan cuci muka dulu ya!”Kata lena sambil berusaha melepaskan pelukkan Pala.
“Nggak usah gosok gigi nggak apa apa kok!Ujar Pala sambil tetap menciumi leher Lena dan tangannya mulai memegang payudara Lena.
“Ih..khan jorok, Sudah ya, nanti aku balik! Kata Lena yang akhirnya berhasil melepaskan diri.
Pala segera merebahkan diri diranjang sambil menunggu Lena selesai membersihkan diri di kamar mandi. Jantung Pala berdebar debar menunggu kedatangan Lena. Rasanya dia sudah tidak sabar dan ingin mengangkat Lena yang di kamar mandi ke tempat tidur. Akhirnya Lena keluar dari kamar mandi.
“Sudah ya, kamu tidur sini! Aku mau tidur di kamar mama”Kata Lena
“What!”Kata Pala langsung terbangun dan duduk dipinggir ranjang. Dia segera meraih lengan Lena dan menariknya dalam pelukkannya.
“Masak aku dibiarin bobo sendiri sih!” Apa nggak kasihan kamu sama aku”
“Yee..khan sudah gede masa minta ditemeni”
Tanpa banyak bicara Pala langsung menariknya ketempat tidur dan menciumnya dengan lembut. Lena membalas ciuman Pala yang lembut itu. Sementara jari jemari Pala mulai memainkan puting Lena yang telah berdiri. Pala berusaha membuka kaos Lena yang ternyata oleh Lena dipegangi ujungnya sehingga tidak bisa dibuka. Pala menantap wajah Lena dengan nanar menginginkan mencumbu kedua payudara Lena yang indah. Akhirnya Lena melepaskan pegangan kaosnya dan membiarkan Pala menyingkapnya keatas. Pala terkagum kagum melihat kedua payudara Lena, yang ternyata lebih indah daripada yang dibayangkannya. Dia merabanya dengan lembut, mengecup putingnya yang telah berdiri dan memainkannya dengan bibirnya. Sementara Lena mulai terangsang dan merasakan tubuhnya bergetar karena sentuhan tangan Pala yang sudah menjalar kebawah celana dalamnya.

Mereka berdua saling menikmati sentuhan masing-masing, bagaikan musafir yang kehausan di padang pasir dan menemukan mata air yang menyejukan dan meminumnya sepuas-puasnya. Mereka saling mencumbu dan memuaskan satu sama lain. Seperti kekasih lama yang telah terpisah puluhan tahun dan mereguk rindu yang tak bertepi.  Pala dan Lena saling menguasai, kadang Pala diatas dan Lena menikmati sentuhan jari Pala di perempuannya, lalu bergantian Lena yang diatas Pala, menggoda dan mempermainkan perempuan Pala, sehingga membuatnya merintih ingin segera dipuaskan oleh Lena. Bersama sama mereka mendaki puncak kenikmatan dan saling berpelukan erat erat. Waktu terus berjalan tetapi percintaan mereka seperti tak terhentikan. Mereka terus saling memagut madu cinta bagaikan lebah yang tidak pernah bosan hinggap diputik bunga menghisap madunya. Sampai ketika ayam berkokok mereka berdua kehabisan tenaga dan berpelukan dalam telanjang dan kepuasan yang tak terkira.

******
“Pagi sayangku!” eh sudah siang ya!Kata Pala sambil mencium wajah Lena yang masih malas membuka matanya.
Lena masih saja memejamkan matanya dan makin merapatkan tubuhnya yang telanjang ke tubuh Pala. Rupanya Pala masih menginginkan percintaan yang menggila seperti semalam. Tangan Pala mulai memainkan puting Lena dengan lembut. Meskipun masih mengantuk tapi Lena merasakan rangsangan itu dan membuat putingnya jadi mengeras. Pala semakin bergairah melancarkan serangan pagi harinya. Dikulumnya dengan lembut dan dimainkan dengan ujung lidahnya yang membuat Lena bergetar kembali birahinya. Dia segera membalas serangan Pala dan merekapun kembali bercinta. Kali ini mereka bercinta dengan irama yang pelan dan penuh kelembutan bagaikan air sungai yang mengalir dengan tenang tapi menghanyutkan. Seakan akan tidak pernah terpuaskan mereka berdua saling merenggut kenikmatan terus menerus. Saling mencumbu dan saling memuaskan dari ujung rambut sampai ujung kaki. Pala merasa baru kali ini dia menemukan pasangan bercinta yang luar biasa dan membuat dia terus menginginkan. Begitupula dengan Lena yang merasakan kepiawaian Pala dalam bercinta yang membuat dia terus bergetar menginginkan dan membuat sekujur tubuh Pala memerah semua karena gigitan orgasmenya yang berkali kali.

Percintaanpun berhenti ketika mereka berdua sama sama merasakan lapar yang sangat setelah habis-habisan bercinta. Pala tertawa ketika mendengar perut Lena yang berbunyi.
“Bangun yuk!” Aku lapar nih!Ajak Pala sambil mencium wajah Lena.
Lena segera beranjak dari ranjang dan masuk ke kamar mandi yang diikuti oleh Pala. Merekapun mandi bersama, sambil berciuman dibawah shower dan saling menggosok dengan sabun. Sementara Lena masih menguyur tubuhnya dengan air, Pala telah selesai dan mengambil handuk untuk mengeringkan tubuhnya. Ketika Lena selesai mandi dan melihat punggu Pala masih basah semua, dia segera mengeringkannya dan Pala menikmati perhatian Lena itu.
Setelah berpakaian mereka segera ke Dapur, mencari makanan. Lena membuka lemari es dan mencari apa yang bisa dibuat masakan.
“Mau roti atau mie instant pake telor?Tanya Lena
“Mie Instant aja deh, sudah siang”
“Mau minum kopi atau teh? Tanya Lena lagi
“Kopi aja!”
Lena menyalakan kompor dan mulai masak air untuk mie dan kopi. Pala berdiri dan memelu Lena dari belakang. Dia menciumi tengkuk Lena dan pipinya. Lena menyandarkan dirinya kedalam pelukkan Pala. Dia menikmati kebersamaannya dengan Pala. Tetapi hatinya mulai gelisah, dia suka dengan Pala tetapi takut mengahadapi reaksi Pala bila tahu dia bekerja di Freeport. Lena masih belum bisa memutuskan apakah dia akan bercerita sekarang atau nanti.
“Hei, kok jadi melamun!” airnya mendidih tuh sayang!” Kata Pala sambil melepaskan pelukkannya.
Lena dengan cekatan memasak mie instant dan dikasi telor. Setelah matang dia segera menyajikan di meja bersama dengan kopi susu. Mereka berdua makan dalam diam, Pala terlihat bahagia dan senang, sedangkan Lena terlihat memendam pikiran dan kegelisahannya.
“Kamu baik baik khan sayang? Tanya Pala
“Iya, kenapa?
“Nggak kok seperti ada yang kamu pikirkan!”
Lena hanya menggelengkan kepalanya dan menunjukkan senyum manisnya. Pala menatap wajah Lena yang terlihat segar karena rambutnya yang masih basah.
“Mulai deh, apa sih liat liat seperti itu” Kata Lena
“Ih, Khan nggak apa apa lihat pacar sendiri!”
Lena langsung tersedak mendengar ucapan Pala itu.
 “Emang, kita sudah pacaran ya? Kamu khan belum menyatakan perasaanmu dan memintaku jadi pacarmu” dan aku juga belum meng-iya khan mau atau nggak” Kata Lena dengan wajah menggoda.
Pala langsung berdiri dan jongkok dihadapan Lena dan memegang tangan Lena sambil berkata.
“Earlena, maukah kau menjadi kekasihku dan bersama sama menjalani hidup ini?”
Tiba-tiba Lena menitikan airmatanya, mendengar pernyataan Pala. Dia ingin sekali mengangguk dan mengatakan mau tapi bagaimana dengan pekerjaannya yang pasti tidak akan disukai oleh Pala.
Melihat Lena menangis, Pala langsung terkejut dan memeluknya.
“hei, kenapa jadi menangis? Katanya sambil mencium wajah Lena dan menghapus airmatanya. “kalau kamu nggak bisa menjawab sekarang nggak apa-apa, aku tidak memaksa kok!” aku Cuma pengen kamu tahu kalau aku jatuh cinta dengan kamu sejak SMA dan sejak pertama kali melihat kamu di reuni itu dan aku ingin bersamamu!”
“Pala, aku ingin mengatakan sesuatu” kalau kamu setelah mendengar ini dan memutuskan kamu tidak mau bersamaku, aku bisa mengerti”
“Apaan, aku jadi deg deg an nih”
“Aku cuci piring dulu aja ya! Kata Lena sambil masih berpikir cara yang tepat untuk mengatakan pada Pala.
‘Lho, kok cuci piring dulu sih!” aku khan jadi tambah penasaran!”
Lena hanya tersenyum dan membereskan piring dan cangkir kopi. Sambil mencuci dia terus berpikir, dia merasa ragu untuk mengatakan dan masih ingin menikmati kebersamaannya dengan Pala.
“Kamu nanti ada acara kemana? Tanya Lena sambil mencuci piring.
“Aku nanti ada acara aksi damai menentang kekerasan di HI jam empat”
“Wah, ini sudah jam satu lho! Berarti sebentar lagi berangkat ya!”
“Iya, telat telat dikit nggak apa apa”
“Kita ngobrol dikamar aja ya, dingin”Ajak Lena
“Ada apa sih sebernarnya?” Tanya Pala sambil duduk dihadapan Lena diatas ranjang.
“Pala, kamu tahu nggak aku bekerja dimana?
“Pasti dirumah sakit khan!” Kata Pala dengan tersenyum.
“Aku bekerja di Freeport!”
Seketika Pala terkesima dan terdiam mendengar kata kata Lena. Dia tidak menyangka kalau Lena bekerja di Freeport yang selalu ditentangnya dan menjadi focus perjuangannya.
“Kamu tahu nggak sih kalau Freeport itu sudah merampok dan menjarah kekayaan kita? Tanya Pala dengan suara yang tiba tiba jadi dingin.
“iya, aku tahu!” tapi aku terpaksa”Jawab Lena pelan.
“Dan kamu masih saja bertahan disana? Bukankah banyak pekerjaan yang bisa kamu dapatkan selain disana”
Lena hanya terdiam saja, tidak tahu harus mengatakan apa. Dia sudah terbiasa bekerja disana dan terlanjur cinta dengan kegiatan yang dilakukan bersama sama pastor di daerah daerah terpencil. Tetapi dia tidak mungkin menceritakan itu semua ke Pala yang masih shock dan sudah terlanjur antipasti dengan Freeport. Lena merasakan kesedihan dihatinya dan merasa akan kehilangan Pala. Tapi Lena tidak mau menunjukkan kesdihannya dihadapan Pala.
“Kamu tahu berapa banyak korban yang telah jatuh karena Freeport?
“Aku terpaksa dan membutuhkan uangnya”
“Kamu tahu nggak kalo seperti itu, kamu sama aja dengan pejabat yang menggunakan uang Negara untuk kepentingan pribadi!”
Lena merasa tertohok dengan kata kata Pala dan merasakan sakitnya hatinya mendengar pernyataan itu. Dia menatap Pala dengan pandangan nanar.
 “Iya dan kamu sudah meniduri orang yang menggunakan uang Negara!” sebaiknya kamu pulang aja dari pada kamu lebih menyakiti aku”Kata Lena dengan parau berusaha menahan tangisnya.
Pala terdiam dan tersadar. Dia menyadari perkataannya yang telah menyakiti Lena dengan tidak sengaja. Pala segera berganti pakaian dan berdiri terpaku menatap punggung Lena yang duduk membelakanginya. Pala tahu kalau lena sedang menangis dan bersedih gara gara dia. Pala ingin memeluknya dan meminta maaf tapi dia hanya berdiri mematung.
“Maafkan aku! Aku pergi dulu ya” Kata Pala dengan perasaan yang kacau
Lena hanya mengangguk dan tetap duduk dipinggir ranjang. Dia tidak ingin Pala melihatnya menangis dan mengasihaninya. Lena membiarkan Pala pergi tanpa mengantarnya. Lena merasakan ada yang hilang dan sakit yang tertahankan. Cinta dalam semalam datang dan pergi begitu saja, meninggalkan goresan yang dalam. Ketika Lena mendengar pintu pagar telah dikunci, dia segera menangis, menumpahkan airmatanya. “Kenapa aku membiarkan diriku tersakiti, padahal aku tahu dari awal akan seperti ini jadinya. Kenapa aku tidak menolak ketika dia menciumku? Kenapa aku membiarkan saja ketika dia mengajak bercinta dan sekarang kenapa aku harus menangisi ini semua”

****
Pala berjalan dengan lunglai meninggalkan Lena seorang diri. Sebetulnya dia berbalik dan masuk kembali ke dalam rumah dan memeluk erat erat Lena tetapi entah kenapa dia terus melangkah keluar dari gang menuju jalan besar. Hatinya menjadi gamang dan ada yang terasa hampa dalam dirinya. Bayangan Lena terus menghantui dirinya. Pala tidak bisa menyangkal kalau dia jatuh cinta dengan Lena. “Apakah aku harus merelakan cintaku demi Idealismeku dan apa yang aku yakini” Kenapa aku jadi menumpahkan kekesalanku terhadap Freeport ke Lena”  Bukan dia juga berhak mendapatkan pekerjaan dan nafkah” otak Pala terus berputar dan dia nggak tahu apa yang harus dilakukan. Selama perjalanan menuju HI dia terus terpekur memikirkan Lena. Dia merasa bersalah dengan Lena. Sebab dia yang mengejar Lena dan mengajak untuk memulai suatu hubungan tetapi sekarang dia yang meninggalkan begitu saja. Pala juga merasakan sakit yang sama yang dirasakan Lena. “Aku ini sungguh tidak bertanggung jawab” Aku yang memulai dan aku yang mengakhiri cuma dalam hitungan jam“. Tanpa sadar Pala menitikkan airmatanya, hatinya menjadi galau dan tak menentu.

Pala melihat sudah banyak teman teman yang berada di Bundaran HI ketika dia sampai. Pala segera menghampiri teman-teman dan menyapanya satu persatu.
“Hei, kenapa kamu bermuram durja seperti itu?Tanya Dewi sahabat baiknya tempat biasa dia curhat.
Pala segera mengajak Dewi menepi, menjauh dari kerumunan teman teman. Dia memilih dipojokan jalan yang sepi.
“Ada apa sih kok kelihatan penting banget!”
“Aku jatuh cinta, ngajak jadian dan sekaligus meninggalkan dia mbak dalam satu hari dan sekarang saya merasa patah hati”
“Lho kenapa bisa begitu? Memangnya kenapa?
“Aku… dia.. bekerja sebagai dokter di Freeport dan aku tidak sengaja mengucapkan kata kata yang kasar ke dia, aku mengatakan dia nggak ubahnya dengan pejabat kita yang suka menggunakan uang negara dan itu menyakiti dia, padahal aku sudah jatuh cinta sama dia sejak SMA”
“Aduh…Pala!” kamu kok gitu sih.. kayak dia aja yang mendirikan Freeport. Kalo pacarmu itu Anglina sondakh gitu kamu boleh deh ribut seperti ini. coba deh kamu pikir dengan tenang! Jangan sampe kamu menyesal lho!” Sudah ayo kita kesana ntar dikira ngapain lagi!”Ajak dewi dan menyebrang ke jalan.
Pala akhirnya bergabung dengan teman teman meskipun pikiran dan perasaannya masih tertuju ke Lena. Memikirkan Lena yang sedang bermuram durja seperti dirinya. Sebaiknya aku sms Pita aja deh ntar. Bagaimana komennya tentang Lena. Sekarang di Belanda sudah pagi dan hari sabtu dia khan libur juga. Besok aja deh nanti aku nggak konsen lagi ribet gini.

****
Lena terbangun dengan kepala yang rasanya ringan melayang. Dia teringat kemarin seharian dia cuma makan mie instant saja. Ketika Pala pulang dia malas beranjak dari tempat tidur dan tertidur hingga pagi buta gini dia sudah terbangun dan merasakan lapar. Dia beranjak dari tempat tidurnya yang masih tercium aroma Pala dan terlihat bekas noda percintaan kemarin. Lena meraba noda yang sudah mongering dan keras dengan meinitikkan air mata. “Belum pernah aku mengajak perempuan manapun untuk tidur diranjang ini dan sekarang harus meninggalkan kenangan yang menyakitkan”.
Lena mengusap airmatanya dan memeluk bantal, dia dapat mencium aroma Pala dibantalnya. “Sedang apa kamu sayang? Apakah kamu merindukanku? Apakah kamu benar mencintaiku seperti katamu? Apakah cintamu tidak cukup kuat untuk mengalahkan egomu sayang?” tidakkah kamu merasakan betapa kita begitu menyatu kemarin dan seperti saling memiliki”
Lena mengambil HPnya dan ingin sekali sms Pala. Dia berharap Pala akan sms dia dan mengatakan sesuatu tetapi ternyata tidak ada sms sama sekali dari dia. “Sudahlah, sebaiknya aku lupakan saja cinta semalam ini”   biarlah ini menjadi kenangan terindah dan tersingkat buatku”

Lena berjalan dengan gontai menuju dapur. Dia mengambil roti lalu diolesi susu kental manis dan memakannya dengan perlahan lahan. Dia teringat kemarin mereka masih makan mie instant bersama dan Pala masih memeluknya dari belakang ketika dia memasak. Lena kembali menitikan airmatanya mengingat kejadian kemarin. Tiba-tiba Lena merasakan perutnya mual dan pengen muntah. Dia segera berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua roti yang dimakannya tadi. Lena tidak tahu ini karena maag nya yang kambuh atau psikosomatis karena kesedihan yang mendalam. Lena kembali ke dapur dan membuat teh manis hangat dan mencari obat maag. Lena masih termenung dan kejadian kemarin seperti berputar kembali bahkan putingnyapun masih terasa sensitive kalau kena sentuh. Dia meraba payudaranya dan teringat bagaimana sentuhan Pala dan cumbuannya yang membuatnya bergetar. Lena menangis terseduh seduh dan telengkup diatas meja makan sambil memegangi perutnya yang mual dan dadanya yang sakit. Dia terkulai lemas menangisi cintanya bagaikan kuncup bunga yang layu sebelum mekar.

Lena mencoba menghabiskan rotinya yang masih satu tangkap. Dia tidak ingin sakit karena dia harus kembali ke Jayapura. Lena kembali ke kamarnya setelah menghabiskan rotinya. Dia mengambil kopernya dan mulai packing. Nanti malam dia akan kembali ke Jayapura. Lena mengeluarkan pakiannya dari dalam lemari dan mulai merapikannya kedalam koper. Sehabis packing Lena melepas sprei dan sarung bantalnya untuk dicuci. Dilipatnya dengan rapi spreinya dan didekapnya erat erat dan membayangkan hangatnya dekapan Pala. Diciumnya sekali lagi dan masih tercium harum tubuh Pala yang menempel. Lena berjalan kebelakang dan membuka mesin cuci. Tapi ditutupnya kembali mesin cucinya dan mengambil kantong plastic lalu dimasukan ke dalam kopernya. “Biarlah sprei ini menjadi saksi dan kenangan yang aku punya bersama Pala”

Lena masuk ke kamar mandi dan dia melihat kaos yang bekas dipakai Pala. Dia menciumnya dan menempelkannya ke wajahnya. Kembali airmata Lena tak dapat dicegah untuk tidak mengalir. Dilipatnya dengan rapi kaos bekas pakai Pala dan dimasukan juga kedalam kopernya. Lena masuk kekamar mandi dan berniat mendinginkan tubuhnya yang panas. Tetapi dia kembali teringat ketika mandi bersama Pala. Dibawah pancuran air Lena menangis terseduh seduh. “Oh, Tuhan kenapa kau berikan cinta yang begitu singkat buatku” “Aku mencintai Pala, kembalikan dia kepadaku Tuhan” aku tidak meminata apapun kepadamu hanya kembalikan cinta Pala kepadaku. Sadarkanlah dia ya Tuhan”  Derai airmata Lena semakin deras merasakan kegetiran perasaannya.  Lena masih berharap Pala kembali dan mereka bisa membina hubungan.

******
Pala terbangun dari tidurnya dan melihat jam dikamarnya yang ternyata sudah hampir jam dua siang. Dia masih belum beranjak dari ranjangnya pikirannya masih ke Lena. Hatinya sangat merindukan Lena, perasaan rindu yang menusuk dan menghujam jantungnya. Tiba tiba dia teringat dengan Pita. Diambilnya HP dan menulis pesan ke Pita.
‘Hi Pit, How are you? I think I have problem dan patah hati dengan sahabat baikmu Lena. aku ketemu dia waktu reuni kemarin’ lalu dikirimnya sms itu.
Dulu Pita tidak suka dia menjadi Lesbian tetapi sejak di Belanda dia jadi lebih terbuka dan bisa menerima dirinya dengan baik. Bahkan akhirnya Pala sering mengenalkan pacarnya ke Pita. Dari Pita pula akhirnya Pala tahu kalau Lena itu dulu suka sama dia dan Pita nggak pernah memberitahu karena dia tidak ingin adiknya menjadi lesbian. Baru waktu diundang reuni akbar itu Pita bercerita tentang sahabatnya Lena. waktu itu Pita berpesan untuk tidak mendekati Lena, siapa tahu dia salah mengartikan atau mungkin sekarang Lena sudah memiliki pacar. Pita nggak ingin kalau Pala atau Lena menjadi sakit hati dan dia tidak tahu harus membela yang mana. Pala mendengar bunyi sms dari HP nya yang memang ternyata dari Pita.
‘I told you untuk tidak mendekati Lena! kamu memang bandel kok! Memang apa yang terjadi? Apa kamu ditolak oleh Lena?
Pala segera membalas smsnya : ‘Dia menerimaku dan kami sempat bercinta. Dan aku baru tahu kalau dia bekerja di Freeport trus aku kesal dan mengatakan bahwa dia sama saja dengan pejabat kita yang suka memakai uang Negara untuk kepentingan pribadi’
 Semoga Pita tidak marah dengan perbuatannya. Pala terus menatap HP nya, begitu menyala sms masuk langsung dibacanya.
‘km sdh gila ya, aq tahu km bekerja di HR tp bukan begitu caranya. Apa km jg akan mengatakan kakakmu ini tdk nasionalis krn menikah & berwarganegara Belanda? Lena bekerja disana itu utk membayar hutang keluarganya utk biaya sekolah Lena. apalagi ktika ayahnya meninggal. Ibunya smp harus berjualan nasi & lena hrs mencari kerja sambil sekolah. Blm lg lena hrs membiayai adiknya ktk kuliah.’
Pala menitikkan air mata ketika membaca sms kakaknya dan semakin merasa bersalah dengan Lena.
Dibalasnya sms kakaknya : ‘maafkan aku kak! Aku memang salah’
‘Jangan minta maaf ke aq, km minta maaf ke Lena. km jug perlu tahu, lena disan itu banyk sekali membantu romo2 ke pelosok memberika pengobatan gratis. Sedangkan km yg mengaku cinta dan membela rakyat Indonesia, apa yg sdh km lakukan selalin complain & protes ke pemerintah?  Apa km pernah melakukan ssu yg langsung dirasakan rakyat?
Tiba tiba muka pala serasa ditampar. Apa yang dikatakan Pita memang benar. Selama ini memang dia tidak pernah melakukan sesuatu yang langsung bisa dirasakan oleh rakyat. Pala merasa malu dengan apa yang dikatakan kemarin ke Lena.
‘Iya kak, aku akan segera ke tempat Lena. makasih sdh mengingatkan aku, wish me luck!
Setelah selesai sms Pala langsung mandi dan ingin segera bertemu dengan Lena. memeluknya dan meminta maaf. Semoga dia mau memaafkan aku. Dengan secepat kita Pala mandi karena sudah tidak sabar ketempat Lena, disambarnya jaket dan roti diatas meja. Dia menunggu angkot dipinggir jalan semua terasa lama bagi Pala. Bolak balik Pala melihat jam tangannya sudah pukul 16.30 dan dia belum juga nyampe daerah Tomang. “Apa sebaiknya aku sms ya? Kata Pala dalam hati. Tapi dia mengurungkan niatnya itu kaerna dia ingin meminta maaf secara langsung tidak lewat sms.

Hati Pala berbunga bunga ketika sudah sampai diujung gang rumah Lena. Dia mempercepat jalannya dan  ingin berlari agar cepat sampai dirumah Lena. Sesampai di depan rumah Lena ternyata pagarnya tergembok. “Dia kemana ya? Pala berusaha melongok melihat kedalam.
“Cari Lena ya? Dia barusan berangkat naik taksi, balik ke Irian”Kata ibu didepan rumah Lena.
“Oh.. sudah dari tadi atau masih baru bu?tanya Pala sopan
“Baru aja kok paling 15 menit”
‘Baik bu, makasih”Kata Pala cepat cepat keluar dan mencari taksi.
Entah kenapa tidak satupun taksi yang lewat dan Pala makin gelisah. Dia berusaha telpon Lena dan terdengar nada sambung tapi tidak diangkat. Pala menyoba berkali kali tapi tetap saja tidak terangkat dan itu membuat Pala makin gelisah dan cemas. Akhirnya dia mendapat taksi dan segera mengintruksikan untuk ngebut ke airport. Sudah satu jam dari lena berangkat, membuat Pala semakin kuatir tidak dapat menemui Lena di airport dan dia juga tidak tahu di terminal mana Lena akan berangkat. Pala mencoba lagi mengebel HP Lena tetapi tetap saja nada sambung dan tidak diangkat. “ayo dong Lena angkat telponku”Kata Pala dengan cemas. Tak lama kemudian HP Pala berbunyi dan dilihat sms dari Lena. ‘Hi, sori aku tertidur! Td telpon ya.Segera saja Pala menelponnya.
“Halo, kamu sampai mana?Tanya Pala langsung ketika telpon diangkat.
“Mo, masuk area bandara, baru keluar dari pembayaran terakhir! Kenapa?
“Kamu nanti tunggu aku ya, aku sedang menuju kesana! Kamu diterminal berapa? Pesawatmu jam berapa?
“di Terminal 2F aku naik garuda!” pesawatku jam 9”
“Ok, kamu tunggu aku ya, ato kamu check in dulu aja trus keluar tunggu aku di pintu masuk”
“Okay!”
Hati Pala agak lega dia bisa menghubungi Lena. tapi sekarang dia gelisah melihat waktu yang sudah jam 19.05 dan dia masih jauh dari terminal. Pala minta sopir taksi untuk lebih mengebut lagi. Ketika sampai dipintu masuk terminal 2 jalannya macet banget karena rencana pembangunan terminal baru dan Pala makin gelisah karena sudah jam 20.00. Lena sudah sms memberitahu kalau dia sudah check in dan boarding pukul 20.20. Taksi sudah memasuki terminal 2 dan masih antri masuk dengan jalan yang merambat karena banyak Bis. Pala memutuskan untuk keluar dari taksi dan berlari. Dari terminal 2D ida berlari menuju terminal 2F yang lumayan jauh. Tapi dia tidak peduli dan berusaha lari sekuat tenaga meskipun napasnya sudah hampir putus. Perasaan cinta dan keingina bertemu dengan Lena sebelum berangkat lebih kuat dari pada napasnya yang tersenggal sengal. Ketika sampai di terminal 2F pala berusah mencari Lena dan dia tidak melihat kalau Lena sudah di depannya. Sampai Lena memanggil, baru pala melihatnya. Pala membungkukukan badannya dan berpegang pada Lena untuk mengatur nafas. Setelah beberapa saat berhasil menguasai nafasnya Pala menatap Lena dan memeluknnya.
“Maafkan aku len!” aku memang bodoh dan konyol dan tidak bertanggung jawab”
Mata Lena berkaca kaca mendengar perkataan Pala. hatinya mendadak jadi riang. “Makasih Tuhan kau kabulkan doa hambamu ini”Kata Lena dalam hati.
“Len, kamu mau memaafkan aku khan? Tanya Pala kuatir karena tidak mendapat jawaban dari Lena.
Lena hanya menganggukan kepala sambil menitikkan airmatnya. Melihat Lena mengeluarkan airmata, Pala langsung memeluk erat erat dan mencium keningnya. Dia tidak peduli dengan lalu lalang orang orang yang berada di airport.
“Len, apa kamu masih mau menerimaku sebagai kekasihmu?
“Iya, Pala aku mau!”Jawab Lena dengan lirih
“Makasih sayang” Kata Pala dan mencium pipi Lena. sebetulnya dia ingin mencium bibir Lena tapi bagaimanapun dia tidak punya cukup keberanian untuk melakukan itu di depan public.
“Aku harus masuk Pala!” Kata Lena yang masih enggan berpisah dengan Pala.
“Iya, nanti telpon aku ya kalau sudah sampai”Kata Pala sambil sekali lagi mencium kedua pipi Lena
Pala hanya dapat memandang kepergian Lena. hatinya seakan ikut pergi bersama Lena. dia tidak tahu harus bahagia ataukah sedih. Dia merasa bahagia karena Lena mau memaafkannya dan menerimanya menjadi kekasih dan bersedih karena harus berpisah dengan Lena. “Aku nggak boleh bersedih, waktu masih panjang dan aku ingin selamanya bersama Lena”
Akhirnya Palapun melangkah dengan ringan, pulang. 

2 comments: