Aku pertama
kali bertemu dengannya ketika masih kelas satu SMA. Waktu itu aku suka sekali
melihat wajahnya yang lembut, sabar dan kalem. Dia satu kelas dan satu bangku dengan
kakakku. Tapi waktu itu aku tidak
mempunyai keberanian untuk mendekatinya. Aku hanya berani melihat dari jauh
atau menyapanya saja. kadang aku pura-pura mencari kakakku di kelas mereka
padahal aku tahu kakakku sedang berada di kantin. Hari ini di reuni akbar, aku
melihat dia kembali, aku seperti tersihir olehnya. Dia kelihatan makin matang
dan cantik setelah 20 tahun tidak bertemu. Dia menggunakan celana jeans biru
dan hem warna putih karena memang dress
codenya menggunakan pakaian atas warna putih. aku kebetulan datang sendiri di
reuni ini karena kakakku sekarang tinggal di Belanda. Tanpa keraguan sedikitpun
aku langsung menghampiri dan menyapa dia. Rupanya dia juga mengingat aku dan
keberanianku semakin bertambah ketika melihat dia juga suka mengobrol denganku.
Aku mengajaknya keluar karena disitu begitu ramai dan dia tidak menolak. Katanya
“Dia khan waktu SMA tidak popular
sehingga tidak banyak temannya tidak seperti kamu” aku hanya tertawa
mendengar komentarnya. Dia dan aku memang beda dua tingkat. Waktu aku kelas
satu dia sudah kelas tiga dan memang waktu itu aku trouble maker sehingga
menjadi terkenal.
Kami
mengobrol cukup lama di café dekat tempat pertemuan. Bercerita tentang guru
guru di SMA dan kejadian-kejadian yang menghebohkan di SMA. Dia juga menanyakan
kabar kakakku, Pitagirih Swastika yang telah menikah dengan orang belanda dan
menetap di sana.
“Pita sudah berwarga
negara Belanda ya sekarang?
“Sudah hampir 7 tahun,
begitu lulus kuliah dia dapat beasiswa di Belanda dan ketemu dengan Paul lalu menikahlah mereka.”
“Kamu sendiri kerja
apa sekarang? Tanya
Earlena
“Aku
kerja dibidang Hukum” kataku yang sebetulnya ingin mengatakan kalau aku
bekerja untuk Human Right watch tapi entah kenapa aku takut dia tidak suka dan
menjadi takut.
“Kamu sendiri kerja
apa sekarang?
“Aku seorang dokter”
“Wah, bu dokter nih!
Tolong periksa aku dong! Godaku
Tiba iba
aku melihat semu merah yang cantik dikedua pipinya. Ini membuatku makin berani.
Apakah dia juga suka denganku atau memang dia seorang pemalu. Kata Pita, Lena
dulu pernah suka sama aku tapi dia tidak yakin. Apakah dia L? kalau L kenapa aku
tidak mengetahuinya. Aku hampir mengenal teman teman L di Jakarta karena aku
sering ikut kegiatan yang diadakan organisasi LGBT. Atau memang dia L yang
tertutup sehingga aku tidak mengetahuinya. Aku harus menggalinya lebih dalam
lagi supaya aku bisa lebih mengenalnya.
“Kamu dulu kuliah
kedoteran dimana?
“Aku kuliah di Unair
Surabaya” Kamu sendiri kuliah dimana?
“Aku Kuliah di UI”
Keluargamu masih di Jakarta semua?
“Papaku sudah
meninggal dan mamaku ikut adikku di Makasar karena dia habis melahirkan.”
Sebetulnya
aku ingin bertanya apakah dia sudah menikah atau belum. Tapi aku tahu itu
pertanyaan yang tidak sopan dan kadang bisa menyinggung perasaaan.
“Jadi kamu tinggal
dengan siapa di Jakarta? Akhirnya pertanyaan itu yang keluar dari mulutku dan kulihat dia
tersenyum.
“Kalau kamu ingin
bertanya apakah aku sudah menikah atau belum? Jawabanku, aku belum menikah dan
bagaimana dengan kamu sendiri? Katanya langsung to the point.
Yang membuatku jadi salah tingkah.
“Aku juga tidak
menikah”kataku
dengan salah tingkah karena merasa ketahuan maksudku.
Kulihat
sudah jam Sembilan malam lebih. “Kamu
pulang naik apa?tanyaku
“Naik angkot”Jawabnya dan juga melihat jam
tangganya yang sporty. “Sebaiknya kita
balik sekarang aja ya, sudah malam dan aku dengar naik angkot tidak aman
akhir-akhir ini”ujarnya.
“Bagaimana kalau aku
antar aja? kataku
menawarkan diri.
“Nggak, usah nanti
ngerepotin kamu”
Nggak apa apa, aku
sudah biasa” kamu tinggal dimana sekarang?
“Masih sama di Tomang”
Kami
segera berdiri dan membayar minuman dan snack yang kami pesan. Ketika aku
mengeluarkan uang, dia juga mengeluarkan uang. Akhirnya kami bagi dua, biar
adil katanya. Aku mengantarnya sampai di rumahnya dan dia mengajak masuk ke
dalam rumahnya.
“Nggak deh besok aja,
sudah malam. Bagaimana kalau besok kita keluar? Kalau kamu nggak repot lho! Ajakku dan berharap dia mau.
“Aku
sebetulnya sedang cuti dua minggu jadi tidak banyak kegiatan”
Hatiku
langsung girang mendengar jawabannya dan aku langsung menyambar kesempatan ini.
“Oke, aku jemput jam 6
sore ya besok! Oya, boleh minta nomer hp mu?
Kami
bertukar nomer HP sebelum aku pamit pulang. Aku pulang dengan gembira, meskipun
belum yakin apakah dia mau aku ajak nonton ini karena apa? Apakah karena dia
tertarik denganku atau Cuma menganggap sebagai teman saja. tetapi kalau dari
gaydarku yang selalu canggih, aku yakin 100% kalau dia L. apakah dia sudah
punya pacar atau masih single? Kalau dia punya pacar, tentu dia tidak akan mau
aku ajak nonton. Tetapi siapa tahu pacarnya sedang tidak di Jakarta. ‘Bodoh ah!
Yang penting dia mau.
****
Palasara,
nama yang aneh waktu aku tahu namanya dari Pita. Mereka semua memang memiliki
nama-nama yang unik. Aku sudah tahu dari dulu kalau dia itu L dan aku juga tahu
kalau dia tertarik denganku. Dulu aku selalu mengacuhkannya meskipun sebenarnya
aku juga suka sama dia. Tapi aku terlalu gengsi karena menganggap dia masih
kecil dan aku nggak ingin pacaran dengan adik kelas yang ngetop bandelnya. Diam
diam aku sering memperhatikannya dan kagum dengan keberaniannya. Aku selalu
menyimak setiap cerita Pita tentang adiknya Pala, bahkan kadang aku memancing
dia untuk bercerita. Tetapi aku tidak berani mengatakan kalau aku suka dengan
Pala. Sekarang dia terlihat makin keren dan tetap berani seperti biasanya. Aku
tidak tahu kenapa aku merasa nyaman didekatnya. Aku merasa seperti dilindungi
dan dijaganya. Seperti tadi ketika menunggu dan naik angkot, aku merasa dia
benar benar menjagaku dan penuh perhatian. Ada rasa getaran halus yang panas
menjalar keseluruh tubuhku ketika Pala menggandengku. Rasanya senang sekali
diperlakukan seperti itu meskipun aku seorang perempuan yang mandiri dan
termasuk tangguh. Ada perasaan aneh yang menyergap diriku ketika bersamanya, apakah
aku sedang jatuh cinta dengan dia? Apakah
aku sanggup pacaran jarak jauh? Bagaimana kalau dia tahu aku bekerja untuk
Freeport? Aku sering melihat dia di televisi atau di koran ketika dia sedang
protes atau berdemo menentang Freeport atau membaca statementnya di media atau
di FB nya.
Kalau
tidak karena gajinya yang tinggi, aku mungkin juga tidak akan bekerja di
Freeport. Ketika kuliah kedokteran keluargaku banyak berhutang untuk
menyekolahkan aku. Apalagi ketika papa meninggal mendadak karena serangan
jantung dan kuliahku masih setengah jala. Mama sampai harus berjualan nasi untuk
menghidupi aku dan adikku yang waktu itu masih baru masuk SMP. Sehingga ketika
lulus dan mulai berpraktek , aku mulai berpikir keras untuk mencari uang
sebanyak banyaknya dan secepatnya. Karena aku tahu kalau aku buka praktek
dirumah sementara aku baru lulus pasti tidak terlalu laku dan begitu pula kalau
praktek di rumah sakit. Maka ketika ada tawaran untuk bekerja di Freeport
langsung aku terima. Bekerja mulai untuk melunasi hutang hutang, dan
dilanjutkan untuk merenovasi rumah, terus untuk menyekolahkan adik sampai akhirnya
menikahkan adik dan tak terasa sudah hampir sepuluh tahun bekerja disana. Dari
yang tidak suka di Jayapura sampai akhirnya menikmati khususnya ketika aku bisa
membantu para romo untuk memberikan pengobatan gratis. Kadang aku ikut mereka
sampai kepedalaman untuk memberikan pengobatan gratis. Itu salah satu cara
untuk mengobati rasa bersalahku terhadap negeri ini karena aku bekerja di
Freeport. Aku tidak bisa menyangkal bahwa aku menikmati gaji yang diberikan
oleh Freeport dan juga semua fasilitasnya. Kehidupan kami sekarang sangat baik
dan aku bisa membahagiakan keluargaku.
Pala
pasti tidak akan suka kalau tahu aku bekerja di Freeport. Apakah sebaiknya aku
bercerita kepadanya kalau aku bekerja di Freeport? Tetapi bagaimana kalau dia
tidak tertarik denganku dan tiba tiba aku bilang seperti itu. sudahlah
sebaiknya aku tidur saja, terjadilah apa yang akan terjadi besok. Akan kujalani
saja semua dengan tanpa pikiran apa apa. Rasanya sudah 2 tahun ini aku tidak
terlibat dengan love romance. Tiba tiba bayangan Irene muncul, hubungan kami
tidak terlalu lama hanya dua tahun karena dia akhirnya berpindah tugas. Irene,
dokter dari Singapore yang ditugaskan di Jayapura. Kami berpisah baik baik
karena ternyata sungguh berat berpacaran jarak jauh dan beda Negara. Sejak itu
aku tidak pernah berhubungan dengan perempuan manapun. Aku rasa Pala tidak tahu
kalau aku juga L atau dia tahu tapi masih ragu ragu. Aku suka melihat usahanya
untuk mendekatiku tadi dan ketika dia mengantarku pulang. Mmhh let see
tomorrow.
******
Pala
terus merasa gelisah menanti waktu bertemu dengan Lena. Dia terus menatap jam
yang terasa lambat jalannya. Laporan yang harus diselasaikan masih belum
selesai juga. Pala terus membayangkan wajah Lena yang cantik dan membayangkan
senyumnya yang selalu memukaunya. Senyum yang tidak pernah berubah dari pertama
kali dia melihatnya waktu SMA. Mungkin Lena adalah cinta pertamanya yang tidak
pernah kesampaian. Pala tidak ingin menyianyiakan kesempatan ini, dia ingin
mendapatkan kembali cinta pertamanya yang tidak pernah kesampaian. Pala terus
senyum senyum membayangkan wajah Lena.Pala dikejutkan dengan sms dari HP nya
yang ternyata dari Lena.
‘hei, nanti jadikan
kesini? Jam berapa?
Pala
segera membalas sms lena dengan perasaan senang. Ternyata dia juga ingin
bertemu dan tidak sabar.
‘Jadi, bentar lagi aku
akan berangkat.
‘Ok, see you soon.
Pala
segera merapikan semua dokumen dan mematikan komputernya. Dia segera
meninggalkan kantornya dan menuju rumah Lena.
Akhirnya
Pala sampai di depan rumah Lena setelah satu jam lebih perjalanan dari kantor
ke rumah Lena. Pala tidak sabar menunggu Lena membuka pintu rumahnya.
“hi, masuk dulu yuk!
Aku belum ganti pakaian nih!
“Kok sepi, nggak ada
orang ya?
“Iya mamaku sementara
pindah ke Makasar menemani adikku yang habis melahirkan”
“kalau kamu mau minum
atau sesuatu kamu bisa ambil sendiri di kulkas ya, aku mau ganti pakaian dulu”kata Lena sambil masuk ke kamar
untuk ganti pakaian.
Pala
duduk diruang tamu menunggu Lena sambil menyalakan televisi. Lena keluar dari
dalam dengan menggunakan pakaian warna kream bunga bunga kecil dengan belahan
dada yang agak panjang dan terlihat seksi. Pala terkesima melihat kecantikan
Lena.
“Ayo mo berangkat
sekarang ato masih mau bengong!
“Ayo!Kata Pala gelagapan karena terlihat
bengong menatap kecantikan Lena
Mereka
segera berdiri dan keluar rumah. Pala mengajak naik taksi karena ingin berdua
saja dengan Lena tanpa terganggu orang lain. Pala telah memilih tempat nonton
yaitu di Mall Taman Angrek karena lokasi yang dekat dengan daerah tomang.
Selama perjalanan Pala tidak bisa mengalihkan pandangannya ke wajah Lena yang
memukau dirinya.
“Apaan sih kok
ngeliatin terus gitu!” Kata Lena yang merasa jengah ditatap oleh Pala.
“Rasanya kamu makin
cantik deh lama nggak ketemu!”
“Hati hati kamu
tertipu dengan apa yang kamu lihat, nanti kamu kecewa lho!
“Biarlah kalau aku
tertipu dan aku menikmatinya!Katanya masih menatap dan tersenyum
“Ihh kamu tuh ya!” Ayo
turun sudah nyampe nih!
Pala
segera membayar taksinya. Dengan tanpa ragu sedikitpun Pala menggandeng tangan
Lena. Lena membiarkan dirinya digandeng dan diam diam Dia menikmati genggaman
tangan Pala yang lembut. Mereka berdua tidak banyak bicara hanya merasakan
genggaman tangan masing masing. Sesampai didepan penjual tiket Pala segera
mengeluarkan dompetnya.
“Kita
nonton Mission impossible aja ya”Tanya Pala dan Lena hanya mengangguk
mengiyakan.
“Wah tinggal yang
malam nih, nggak apa-apa khan?Tanya Pala kepada Lena.
“Iya nggak apa-apa,
kamu besok nggak kerja? Tanya Lena
“Besok khan sabtu
sayang!”Jawab Pala
dan Pala tersadar dengan ucapannya ketika melihat muka Lena yang memerah
dipanggil sayang.
“Sekarang kita makan
dulu aja ya”Ajak
Pala dan Lena hanya mengangguk.
Mereka
berdua berjalan menuju foodcourt yang ramai karena weekend. Mereka berdua
mencari tempat yang kosong dan enak buat ngobrol. Pala meminta Lena menunggu di
tempat duduk sementara dia pergi memesan makanan kesukaan Lena, Mie ayam. Pala
kembali dengan membawa dua mangkuk mie dan the botol. Mereka menyantap makanan
sambil mengobrol.
“Kamu tahu nggak kalau
aku dulu suka sama kamu?tanya Pala tiba tiba.
“Tahu” Jawab Lena dengan tersenyum
mengingat Pala yang bandel waktu SMA
“Trus kamu kok diam
aja kalau tahu”
“Ih.. kamu khan adik
kelasku!”Lagian kamu khan nggak pernah bilang kalo suka”
“Emang kenapa kalo aku
adik kelasmu?
“Khan gengsi pacaran
dengan anak yang lebih kecil”
“Kalo sekarang nggak
ya?Tanya Pala
dengan pandangan yang menggoda.
“Tau ya”Jawab Lena dengan tersipu ditatap
nakal oleh Pala.
“Kok, nggak tau sih! Tau dong jangan buat aku penasaran”
“Kata Pita, kamu dulu
suka sama aku ya? Benar nggak sih? Kalo sekarang masih suka nggak sama aku? Tanya Pala dengan menggoda
“Ini maksudnya apa ya?Tanya Lena dengan tersenyum
“Taulah maksudku”,
masak nggak ngerti sih!”Jawab Pala yang tiba tiba menunjukkan wajah serius.
“Kamu khan belum
mengenal aku! Aku nggak ingin membuat kamu kecewa atau sakit hati nantinya”Jawab Lena perlahan.
“Aku akan menanggung
semua resikonya”Jawab
Pala dengan yakin.
“Kamu tidak tahu apa
yang kamu ucapkan jangan nanti kamu merasa tertipu dengan aku”
“Yuk, kita masuk
gedung aja, sudah waktunya nih!”Ajak Lena dan menghindari pertanyaan Pala selanjutnya.
Mereka
berdua berdiri meninggalkan foodcourt dan berjalan menuju ke gedung
pertunjukkan. Pala mengandeng tanggan Lena. Sebelum memasuki ruang pertunjukkan
Lena membeli popcorn dan minuman untuk mereka berdua. Rupanya Pala memilih
tempat duduk yang hanya berisi dua kursi saja sehingga tidak ada orang
disebelahnya. Ketika duduk Pala masih saja menggenggam tangan Lena dan
menciumnya sambil menatap wajah Lena yang memerah. Ketika pertunjukkan dimulai
Pala mencium pipi Lena dan Lena membiarkan dan menikmatinya. Melihat respon
Lena yang tidak menolak dan menikmati, membuat dia makin berani. Pala mencium
bibir Lena dengan lembut dan Lena membalas ciuman itu. mereka berciuman lama
sekali, mungkin kalau Tom Cruise bias berteriak mencari perhatian karena tidak
diperhatikan mereka berdua tetntu dia akan berteriak memanggil mereka dan
meminta berhenti ciuman. Tetapi mereka sudah tidak lagi peduli dengan apa yang
dilakukan Tom Cruise di punack gedung bergelantungan.
Sudah
tengah malam dan berganti hari ketika mereka keluar dari gedung bioskop. Mereka
segera menyusuri pertokoan yang telah tutup semua dan hanya terlihat satpam yang
berjaga, petugas kebersihan yang sedang memoles lantai dan beberpa tukang yang
bekerja malam ketika mall sudah tutup. Mereka terus berjalan keluar mall dan
mencari taxi. Untung mereka segera mendapatkan taxi.
“Sebaiknya kamu
menginap aja, sudah terlalu malam”Kata Lena
“Tetapi aku nggak bawa
pakaian tidur!”
“Emang perlu pakaian
ya? Bukannya lebih enak nggak pakai?Kata Lena sambil berbisik ditelinga Pala.
“Ternyata nakal ya!”Kata Pala sambil mencium pipi Lena
dengan cuek
“Baru tahu ya!”Jawab Lena dengan menggoda.
Jalanan
yang telah sepi mengantar mereka pulang dengan cepat. Pala rasanya sudah tidak
sabar ingin segera sampai rumah Lena dan melanjutkan ciumannya yang terputus di
gedung bioskop.
Lena
menutup pintu dan mematikan lampu ruang tamu. Dia menuntun Pala memasuki ruang
tidurnya. Bagaikan kerbau yang dicucuk hidungnya Pala menurut saja. Lena
mengambilkan sikat gigi baru buat Pala beserta kaos dan celana pendek. Ketika
Pala di kamar mandi, Lena segera berganti pakaian. Dia mengenakan kaos tipis
yang membuat putingnya terlihat menggoda. Benar saja ketika Pala keluar dari
kamar mandi dia tertegun menatap Lena yang terlihat seksi. Lena buru buru ke
kamar mandi, tetapi tangan Pala berhasil menangkap pinggang Lena dan dia
mencium bibir Lena, menciumi leher Lena dengan lembut.
“Aku gosok gigi dan
cuci muka dulu ya!”Kata
lena sambil berusaha melepaskan pelukkan Pala.
“Nggak usah gosok gigi
nggak apa apa kok!Ujar
Pala sambil tetap menciumi leher Lena dan tangannya mulai memegang payudara
Lena.
“Ih..khan jorok, Sudah
ya, nanti aku balik!
Kata Lena yang akhirnya berhasil melepaskan diri.
Pala
segera merebahkan diri diranjang sambil menunggu Lena selesai membersihkan diri
di kamar mandi. Jantung Pala berdebar debar menunggu kedatangan Lena. Rasanya
dia sudah tidak sabar dan ingin mengangkat Lena yang di kamar mandi ke tempat
tidur. Akhirnya Lena keluar dari kamar mandi.
“Sudah ya, kamu tidur
sini! Aku mau tidur di kamar mama”Kata Lena
“What!”Kata Pala langsung terbangun dan
duduk dipinggir ranjang. Dia segera meraih lengan Lena dan menariknya dalam
pelukkannya.
“Masak aku dibiarin
bobo sendiri sih!” Apa nggak kasihan kamu sama aku”
“Yee..khan sudah gede
masa minta ditemeni”
Tanpa
banyak bicara Pala langsung menariknya ketempat tidur dan menciumnya dengan
lembut. Lena membalas ciuman Pala yang lembut itu. Sementara jari jemari Pala
mulai memainkan puting Lena yang telah berdiri. Pala berusaha membuka kaos Lena
yang ternyata oleh Lena dipegangi ujungnya sehingga tidak bisa dibuka. Pala
menantap wajah Lena dengan nanar menginginkan mencumbu kedua payudara Lena yang
indah. Akhirnya Lena melepaskan pegangan kaosnya dan membiarkan Pala
menyingkapnya keatas. Pala terkagum kagum melihat kedua payudara Lena, yang
ternyata lebih indah daripada yang dibayangkannya. Dia merabanya dengan lembut,
mengecup putingnya yang telah berdiri dan memainkannya dengan bibirnya.
Sementara Lena mulai terangsang dan merasakan tubuhnya bergetar karena sentuhan
tangan Pala yang sudah menjalar kebawah celana dalamnya.
Mereka
berdua saling menikmati sentuhan masing-masing, bagaikan musafir yang kehausan
di padang pasir dan menemukan mata air yang menyejukan dan meminumnya
sepuas-puasnya. Mereka saling mencumbu dan memuaskan satu sama lain. Seperti
kekasih lama yang telah terpisah puluhan tahun dan mereguk rindu yang tak
bertepi. Pala dan Lena saling menguasai,
kadang Pala diatas dan Lena menikmati sentuhan jari Pala di perempuannya, lalu
bergantian Lena yang diatas Pala, menggoda dan mempermainkan perempuan Pala, sehingga
membuatnya merintih ingin segera dipuaskan oleh Lena. Bersama sama mereka
mendaki puncak kenikmatan dan saling berpelukan erat erat. Waktu terus berjalan
tetapi percintaan mereka seperti tak terhentikan. Mereka terus saling memagut
madu cinta bagaikan lebah yang tidak pernah bosan hinggap diputik bunga
menghisap madunya. Sampai ketika ayam berkokok mereka berdua kehabisan tenaga
dan berpelukan dalam telanjang dan kepuasan yang tak terkira.
******
“Pagi sayangku!” eh
sudah siang ya!Kata
Pala sambil mencium wajah Lena yang masih malas membuka matanya.
Lena
masih saja memejamkan matanya dan makin merapatkan tubuhnya yang telanjang ke
tubuh Pala. Rupanya Pala masih menginginkan percintaan yang menggila seperti
semalam. Tangan Pala mulai memainkan puting Lena dengan lembut. Meskipun masih mengantuk
tapi Lena merasakan rangsangan itu dan membuat putingnya jadi mengeras. Pala
semakin bergairah melancarkan serangan pagi harinya. Dikulumnya dengan lembut
dan dimainkan dengan ujung lidahnya yang membuat Lena bergetar kembali
birahinya. Dia segera membalas serangan Pala dan merekapun kembali bercinta.
Kali ini mereka bercinta dengan irama yang pelan dan penuh kelembutan bagaikan
air sungai yang mengalir dengan tenang tapi menghanyutkan. Seakan akan tidak
pernah terpuaskan mereka berdua saling merenggut kenikmatan terus menerus.
Saling mencumbu dan saling memuaskan dari ujung rambut sampai ujung kaki. Pala
merasa baru kali ini dia menemukan pasangan bercinta yang luar biasa dan
membuat dia terus menginginkan. Begitupula dengan Lena yang merasakan kepiawaian
Pala dalam bercinta yang membuat dia terus bergetar menginginkan dan membuat
sekujur tubuh Pala memerah semua karena gigitan orgasmenya yang berkali kali.
Percintaanpun
berhenti ketika mereka berdua sama sama merasakan lapar yang sangat setelah habis-habisan
bercinta. Pala tertawa ketika mendengar perut Lena yang berbunyi.
“Bangun yuk!” Aku
lapar nih!Ajak Pala
sambil mencium wajah Lena.
Lena
segera beranjak dari ranjang dan masuk ke kamar mandi yang diikuti oleh Pala. Merekapun
mandi bersama, sambil berciuman dibawah shower
dan saling menggosok dengan sabun. Sementara Lena masih menguyur tubuhnya
dengan air, Pala telah selesai dan mengambil handuk untuk mengeringkan
tubuhnya. Ketika Lena selesai mandi dan melihat punggu Pala masih basah semua,
dia segera mengeringkannya dan Pala menikmati perhatian Lena itu.
Setelah
berpakaian mereka segera ke Dapur, mencari makanan. Lena membuka lemari es dan
mencari apa yang bisa dibuat masakan.
“Mau roti atau mie
instant pake telor?Tanya
Lena
“Mie Instant aja deh, sudah siang”
“Mau minum kopi atau
teh? Tanya Lena
lagi
“Kopi aja!”
Lena
menyalakan kompor dan mulai masak air untuk mie dan kopi. Pala berdiri dan
memelu Lena dari belakang. Dia menciumi tengkuk Lena dan pipinya. Lena
menyandarkan dirinya kedalam pelukkan Pala. Dia menikmati kebersamaannya dengan
Pala. Tetapi hatinya mulai gelisah, dia suka dengan Pala tetapi takut
mengahadapi reaksi Pala bila tahu dia bekerja di Freeport. Lena masih belum
bisa memutuskan apakah dia akan bercerita sekarang atau nanti.
“Hei, kok jadi
melamun!” airnya mendidih tuh sayang!” Kata Pala sambil melepaskan pelukkannya.
Lena
dengan cekatan memasak mie instant dan dikasi telor. Setelah matang dia segera
menyajikan di meja bersama dengan kopi susu. Mereka berdua makan dalam diam, Pala
terlihat bahagia dan senang, sedangkan Lena terlihat memendam pikiran dan
kegelisahannya.
“Kamu baik baik khan
sayang? Tanya Pala
“Iya, kenapa?
“Nggak kok seperti ada
yang kamu pikirkan!”
Lena
hanya menggelengkan kepalanya dan menunjukkan senyum manisnya. Pala menatap
wajah Lena yang terlihat segar karena rambutnya yang masih basah.
“Mulai deh, apa sih
liat liat seperti itu” Kata Lena
“Ih, Khan nggak apa
apa lihat pacar sendiri!”
Lena
langsung tersedak mendengar ucapan Pala itu.
“Emang, kita sudah pacaran ya? Kamu khan
belum menyatakan perasaanmu dan memintaku jadi pacarmu” dan aku juga belum
meng-iya khan mau atau nggak” Kata Lena dengan wajah menggoda.
Pala
langsung berdiri dan jongkok dihadapan Lena dan memegang tangan Lena sambil
berkata.
“Earlena, maukah kau
menjadi kekasihku dan bersama sama menjalani hidup ini?”
Tiba-tiba
Lena menitikan airmatanya, mendengar pernyataan Pala. Dia ingin sekali
mengangguk dan mengatakan mau tapi bagaimana dengan pekerjaannya yang pasti
tidak akan disukai oleh Pala.
Melihat
Lena menangis, Pala langsung terkejut dan memeluknya.
“hei, kenapa jadi
menangis? Katanya
sambil mencium wajah Lena dan menghapus airmatanya. “kalau kamu nggak bisa menjawab sekarang nggak apa-apa, aku tidak
memaksa kok!” aku Cuma pengen kamu tahu kalau aku jatuh cinta dengan kamu sejak
SMA dan sejak pertama kali melihat kamu di reuni itu dan aku ingin bersamamu!”
“Pala, aku ingin
mengatakan sesuatu” kalau kamu setelah mendengar ini dan memutuskan kamu tidak
mau bersamaku, aku bisa mengerti”
“Apaan, aku jadi deg
deg an nih”
“Aku cuci piring dulu
aja ya! Kata Lena
sambil masih berpikir cara yang tepat untuk mengatakan pada Pala.
‘Lho, kok cuci piring
dulu sih!” aku khan jadi tambah penasaran!”
Lena
hanya tersenyum dan membereskan piring dan cangkir kopi. Sambil mencuci dia
terus berpikir, dia merasa ragu untuk mengatakan dan masih ingin menikmati
kebersamaannya dengan Pala.
“Kamu nanti ada acara
kemana? Tanya Lena
sambil mencuci piring.
“Aku nanti ada acara
aksi damai menentang kekerasan di HI jam empat”
“Wah, ini sudah jam
satu lho! Berarti sebentar lagi berangkat ya!”
“Iya, telat telat
dikit nggak apa apa”
“Kita ngobrol dikamar
aja ya, dingin”Ajak
Lena
“Ada apa sih
sebernarnya?” Tanya
Pala sambil duduk dihadapan Lena diatas ranjang.
“Pala, kamu tahu nggak
aku bekerja dimana?
“Pasti dirumah sakit
khan!” Kata Pala
dengan tersenyum.
“Aku bekerja di
Freeport!”
Seketika
Pala terkesima dan terdiam mendengar kata kata Lena. Dia tidak menyangka kalau
Lena bekerja di Freeport yang selalu ditentangnya dan menjadi focus
perjuangannya.
“Kamu tahu nggak sih
kalau Freeport itu sudah merampok dan menjarah kekayaan kita? Tanya Pala dengan suara yang tiba
tiba jadi dingin.
“iya, aku tahu!” tapi
aku terpaksa”Jawab
Lena pelan.
“Dan kamu masih saja
bertahan disana? Bukankah banyak pekerjaan yang bisa kamu dapatkan selain
disana”
Lena
hanya terdiam saja, tidak tahu harus mengatakan apa. Dia sudah terbiasa bekerja
disana dan terlanjur cinta dengan kegiatan yang dilakukan bersama sama pastor
di daerah daerah terpencil. Tetapi dia tidak mungkin menceritakan itu semua ke
Pala yang masih shock dan sudah terlanjur antipasti dengan Freeport. Lena
merasakan kesedihan dihatinya dan merasa akan kehilangan Pala. Tapi Lena tidak
mau menunjukkan kesdihannya dihadapan Pala.
“Kamu tahu berapa
banyak korban yang telah jatuh karena Freeport?
“Aku terpaksa dan
membutuhkan uangnya”
“Kamu tahu nggak kalo
seperti itu, kamu sama aja dengan pejabat yang menggunakan uang Negara untuk
kepentingan pribadi!”
Lena
merasa tertohok dengan kata kata Pala dan merasakan sakitnya hatinya mendengar
pernyataan itu. Dia menatap Pala dengan pandangan nanar.
“Iya dan kamu sudah meniduri orang yang
menggunakan uang Negara!” sebaiknya kamu pulang aja dari pada kamu lebih
menyakiti aku”Kata
Lena dengan parau berusaha menahan tangisnya.
Pala
terdiam dan tersadar. Dia menyadari perkataannya yang telah menyakiti Lena
dengan tidak sengaja. Pala segera berganti pakaian dan berdiri terpaku menatap
punggung Lena yang duduk membelakanginya. Pala tahu kalau lena sedang menangis
dan bersedih gara gara dia. Pala ingin memeluknya dan meminta maaf tapi dia
hanya berdiri mematung.
“Maafkan aku! Aku
pergi dulu ya” Kata
Pala dengan perasaan yang kacau
Lena
hanya mengangguk dan tetap duduk dipinggir ranjang. Dia tidak ingin Pala melihatnya
menangis dan mengasihaninya. Lena membiarkan Pala pergi tanpa mengantarnya.
Lena merasakan ada yang hilang dan sakit yang tertahankan. Cinta dalam semalam
datang dan pergi begitu saja, meninggalkan goresan yang dalam. Ketika Lena
mendengar pintu pagar telah dikunci, dia segera menangis, menumpahkan
airmatanya. “Kenapa aku membiarkan diriku tersakiti, padahal aku tahu dari awal
akan seperti ini jadinya. Kenapa aku tidak menolak ketika dia menciumku? Kenapa
aku membiarkan saja ketika dia mengajak bercinta dan sekarang kenapa aku harus
menangisi ini semua”
****
Pala
berjalan dengan lunglai meninggalkan Lena seorang diri. Sebetulnya dia berbalik
dan masuk kembali ke dalam rumah dan memeluk erat erat Lena tetapi entah kenapa
dia terus melangkah keluar dari gang menuju jalan besar. Hatinya menjadi gamang
dan ada yang terasa hampa dalam dirinya. Bayangan Lena terus menghantui
dirinya. Pala tidak bisa menyangkal kalau dia jatuh cinta dengan Lena. “Apakah aku harus merelakan cintaku demi
Idealismeku dan apa yang aku yakini” Kenapa aku jadi menumpahkan kekesalanku
terhadap Freeport ke Lena” Bukan dia
juga berhak mendapatkan pekerjaan dan nafkah” otak Pala terus berputar dan
dia nggak tahu apa yang harus dilakukan. Selama perjalanan menuju HI dia terus
terpekur memikirkan Lena. Dia merasa bersalah dengan Lena. Sebab dia yang
mengejar Lena dan mengajak untuk memulai suatu hubungan tetapi sekarang dia
yang meninggalkan begitu saja. Pala juga merasakan sakit yang sama yang
dirasakan Lena. “Aku ini sungguh tidak
bertanggung jawab” Aku yang memulai dan aku yang mengakhiri cuma dalam hitungan
jam“. Tanpa sadar Pala menitikkan airmatanya, hatinya menjadi galau dan tak
menentu.
Pala
melihat sudah banyak teman teman yang berada di Bundaran HI ketika dia sampai.
Pala segera menghampiri teman-teman dan menyapanya satu persatu.
“Hei, kenapa kamu
bermuram durja seperti itu?Tanya Dewi sahabat baiknya tempat biasa dia curhat.
Pala
segera mengajak Dewi menepi, menjauh dari kerumunan teman teman. Dia memilih
dipojokan jalan yang sepi.
“Ada apa sih kok
kelihatan penting banget!”
“Aku jatuh cinta,
ngajak jadian dan sekaligus meninggalkan dia mbak dalam satu hari dan sekarang
saya merasa patah hati”
“Lho kenapa bisa
begitu? Memangnya kenapa?
“Aku… dia.. bekerja
sebagai dokter di Freeport dan aku tidak sengaja mengucapkan kata kata yang
kasar ke dia, aku mengatakan dia nggak ubahnya dengan pejabat kita yang suka
menggunakan uang negara dan itu menyakiti dia, padahal aku sudah jatuh cinta
sama dia sejak SMA”
“Aduh…Pala!” kamu kok
gitu sih.. kayak dia aja yang mendirikan Freeport. Kalo pacarmu itu Anglina
sondakh gitu kamu boleh deh ribut seperti ini. coba deh kamu pikir dengan
tenang! Jangan sampe kamu menyesal lho!” Sudah ayo kita kesana ntar dikira
ngapain lagi!”Ajak
dewi dan menyebrang ke jalan.
Pala
akhirnya bergabung dengan teman teman meskipun pikiran dan perasaannya masih
tertuju ke Lena. Memikirkan Lena yang sedang bermuram durja seperti dirinya.
Sebaiknya aku sms Pita aja deh ntar. Bagaimana komennya tentang Lena. Sekarang
di Belanda sudah pagi dan hari sabtu dia khan libur juga. Besok aja deh nanti
aku nggak konsen lagi ribet gini.
****
Lena
terbangun dengan kepala yang rasanya ringan melayang. Dia teringat kemarin
seharian dia cuma makan mie instant saja. Ketika Pala pulang dia malas beranjak
dari tempat tidur dan tertidur hingga pagi buta gini dia sudah terbangun dan
merasakan lapar. Dia beranjak dari tempat tidurnya yang masih tercium aroma
Pala dan terlihat bekas noda percintaan kemarin. Lena meraba noda yang sudah
mongering dan keras dengan meinitikkan air mata. “Belum pernah aku mengajak perempuan manapun untuk tidur diranjang ini
dan sekarang harus meninggalkan kenangan yang menyakitkan”.
Lena
mengusap airmatanya dan memeluk bantal, dia dapat mencium aroma Pala
dibantalnya. “Sedang apa kamu sayang? Apakah
kamu merindukanku? Apakah kamu benar mencintaiku seperti katamu? Apakah cintamu
tidak cukup kuat untuk mengalahkan egomu sayang?” tidakkah kamu merasakan
betapa kita begitu menyatu kemarin dan seperti saling memiliki”
Lena
mengambil HPnya dan ingin sekali sms Pala. Dia berharap Pala akan sms dia dan
mengatakan sesuatu tetapi ternyata tidak ada sms sama sekali dari dia. “Sudahlah, sebaiknya aku lupakan saja cinta
semalam ini” biarlah ini menjadi
kenangan terindah dan tersingkat buatku”
Lena
berjalan dengan gontai menuju dapur. Dia mengambil roti lalu diolesi susu
kental manis dan memakannya dengan perlahan lahan. Dia teringat kemarin mereka
masih makan mie instant bersama dan Pala masih memeluknya dari belakang ketika
dia memasak. Lena kembali menitikan airmatanya mengingat kejadian kemarin. Tiba-tiba
Lena merasakan perutnya mual dan pengen muntah. Dia segera berlari ke kamar
mandi dan memuntahkan semua roti yang dimakannya tadi. Lena tidak tahu ini
karena maag nya yang kambuh atau psikosomatis karena kesedihan yang mendalam.
Lena kembali ke dapur dan membuat teh manis hangat dan mencari obat maag. Lena
masih termenung dan kejadian kemarin seperti berputar kembali bahkan
putingnyapun masih terasa sensitive kalau kena sentuh. Dia meraba payudaranya
dan teringat bagaimana sentuhan Pala dan cumbuannya yang membuatnya bergetar.
Lena menangis terseduh seduh dan telengkup diatas meja makan sambil memegangi
perutnya yang mual dan dadanya yang sakit. Dia terkulai lemas menangisi
cintanya bagaikan kuncup bunga yang layu sebelum mekar.
Lena mencoba
menghabiskan rotinya yang masih satu tangkap. Dia tidak ingin sakit karena dia
harus kembali ke Jayapura. Lena kembali ke kamarnya setelah menghabiskan
rotinya. Dia mengambil kopernya dan mulai packing. Nanti malam dia akan kembali
ke Jayapura. Lena mengeluarkan pakiannya dari dalam lemari dan mulai
merapikannya kedalam koper. Sehabis packing Lena melepas sprei dan sarung
bantalnya untuk dicuci. Dilipatnya dengan rapi spreinya dan didekapnya erat
erat dan membayangkan hangatnya dekapan Pala. Diciumnya sekali lagi dan masih
tercium harum tubuh Pala yang menempel. Lena berjalan kebelakang dan membuka
mesin cuci. Tapi ditutupnya kembali mesin cucinya dan mengambil kantong plastic
lalu dimasukan ke dalam kopernya. “Biarlah
sprei ini menjadi saksi dan kenangan yang aku punya bersama Pala”
Lena
masuk ke kamar mandi dan dia melihat kaos yang bekas dipakai Pala. Dia
menciumnya dan menempelkannya ke wajahnya. Kembali airmata Lena tak dapat
dicegah untuk tidak mengalir. Dilipatnya dengan rapi kaos bekas pakai Pala dan
dimasukan juga kedalam kopernya. Lena masuk kekamar mandi dan berniat
mendinginkan tubuhnya yang panas. Tetapi dia kembali teringat ketika mandi
bersama Pala. Dibawah pancuran air Lena menangis terseduh seduh. “Oh, Tuhan kenapa kau berikan cinta yang
begitu singkat buatku” “Aku mencintai Pala, kembalikan dia kepadaku Tuhan” aku
tidak meminata apapun kepadamu hanya kembalikan cinta Pala kepadaku.
Sadarkanlah dia ya Tuhan” Derai
airmata Lena semakin deras merasakan kegetiran perasaannya. Lena masih berharap Pala kembali dan mereka
bisa membina hubungan.
******
Pala terbangun
dari tidurnya dan melihat jam dikamarnya yang ternyata sudah hampir jam dua
siang. Dia masih belum beranjak dari ranjangnya pikirannya masih ke Lena.
Hatinya sangat merindukan Lena, perasaan rindu yang menusuk dan menghujam
jantungnya. Tiba tiba dia teringat dengan Pita. Diambilnya HP dan menulis pesan
ke Pita.
‘Hi Pit, How are you?
I think I have problem dan patah hati dengan sahabat baikmu Lena. aku ketemu
dia waktu reuni kemarin’ lalu dikirimnya sms itu.
Dulu
Pita tidak suka dia menjadi Lesbian tetapi sejak di Belanda dia jadi lebih
terbuka dan bisa menerima dirinya dengan baik. Bahkan akhirnya Pala sering
mengenalkan pacarnya ke Pita. Dari Pita pula akhirnya Pala tahu kalau Lena itu
dulu suka sama dia dan Pita nggak pernah memberitahu karena dia tidak ingin
adiknya menjadi lesbian. Baru waktu diundang reuni akbar itu Pita bercerita
tentang sahabatnya Lena. waktu itu Pita berpesan untuk tidak mendekati Lena,
siapa tahu dia salah mengartikan atau mungkin sekarang Lena sudah memiliki
pacar. Pita nggak ingin kalau Pala atau Lena menjadi sakit hati dan dia tidak
tahu harus membela yang mana. Pala mendengar bunyi sms dari HP nya yang memang
ternyata dari Pita.
‘I told you untuk
tidak mendekati Lena! kamu memang bandel kok! Memang apa yang terjadi? Apa kamu
ditolak oleh Lena?
Pala
segera membalas smsnya : ‘Dia menerimaku
dan kami sempat bercinta. Dan aku baru tahu kalau dia bekerja di Freeport trus
aku kesal dan mengatakan bahwa dia sama saja dengan pejabat kita yang suka
memakai uang Negara untuk kepentingan pribadi’
Semoga Pita tidak marah dengan perbuatannya.
Pala terus menatap HP nya, begitu menyala sms masuk langsung dibacanya.
‘km sdh gila ya, aq
tahu km bekerja di HR tp bukan begitu caranya. Apa km jg akan mengatakan
kakakmu ini tdk nasionalis krn menikah & berwarganegara Belanda? Lena
bekerja disana itu utk membayar hutang keluarganya utk biaya sekolah Lena.
apalagi ktika ayahnya meninggal. Ibunya smp harus berjualan nasi & lena hrs
mencari kerja sambil sekolah. Blm lg lena hrs membiayai adiknya ktk kuliah.’
Pala
menitikkan air mata ketika membaca sms kakaknya dan semakin merasa bersalah
dengan Lena.
Dibalasnya
sms kakaknya : ‘maafkan aku kak! Aku
memang salah’
‘Jangan minta maaf ke
aq, km minta maaf ke Lena. km jug perlu tahu, lena disan itu banyk sekali
membantu romo2 ke pelosok memberika pengobatan gratis. Sedangkan km yg mengaku
cinta dan membela rakyat Indonesia, apa yg sdh km lakukan selalin complain
& protes ke pemerintah? Apa km
pernah melakukan ssu yg langsung dirasakan rakyat?
Tiba
tiba muka pala serasa ditampar. Apa yang dikatakan Pita memang benar. Selama
ini memang dia tidak pernah melakukan sesuatu yang langsung bisa dirasakan oleh
rakyat. Pala merasa malu dengan apa yang dikatakan kemarin ke Lena.
‘Iya kak, aku akan
segera ke tempat Lena. makasih sdh mengingatkan aku, wish me luck!
Setelah
selesai sms Pala langsung mandi dan ingin segera bertemu dengan Lena.
memeluknya dan meminta maaf. Semoga dia mau memaafkan aku. Dengan secepat kita
Pala mandi karena sudah tidak sabar ketempat Lena, disambarnya jaket dan roti
diatas meja. Dia menunggu angkot dipinggir jalan semua terasa lama bagi Pala.
Bolak balik Pala melihat jam tangannya sudah pukul 16.30 dan dia belum juga
nyampe daerah Tomang. “Apa sebaiknya aku
sms ya? Kata Pala dalam hati. Tapi dia mengurungkan niatnya itu kaerna dia
ingin meminta maaf secara langsung tidak lewat sms.
Hati Pala
berbunga bunga ketika sudah sampai diujung gang rumah Lena. Dia mempercepat
jalannya dan ingin berlari agar cepat
sampai dirumah Lena. Sesampai di depan rumah Lena ternyata pagarnya tergembok. “Dia kemana ya? Pala berusaha melongok
melihat kedalam.
“Cari Lena ya? Dia
barusan berangkat naik taksi, balik ke Irian”Kata ibu didepan rumah Lena.
“Oh.. sudah dari tadi
atau masih baru bu?tanya
Pala sopan
“Baru aja kok paling
15 menit”
‘Baik bu, makasih”Kata Pala cepat cepat keluar dan
mencari taksi.
Entah
kenapa tidak satupun taksi yang lewat dan Pala makin gelisah. Dia berusaha
telpon Lena dan terdengar nada sambung tapi tidak diangkat. Pala menyoba
berkali kali tapi tetap saja tidak terangkat dan itu membuat Pala makin gelisah
dan cemas. Akhirnya dia mendapat taksi dan segera mengintruksikan untuk ngebut
ke airport. Sudah satu jam dari lena berangkat, membuat Pala semakin kuatir
tidak dapat menemui Lena di airport dan dia juga tidak tahu di terminal mana
Lena akan berangkat. Pala mencoba lagi mengebel HP Lena tetapi tetap saja nada
sambung dan tidak diangkat. “ayo dong Lena angkat telponku”Kata Pala dengan
cemas. Tak lama kemudian HP Pala berbunyi dan dilihat sms dari Lena. ‘Hi, sori aku tertidur! Td telpon ya.Segera
saja Pala menelponnya.
“Halo, kamu sampai mana?Tanya Pala langsung ketika telpon
diangkat.
“Mo, masuk area
bandara, baru keluar dari pembayaran terakhir! Kenapa?
“Kamu nanti tunggu aku
ya, aku sedang menuju kesana! Kamu diterminal berapa? Pesawatmu jam berapa?
“di Terminal 2F aku
naik garuda!” pesawatku jam 9”
“Ok, kamu tunggu aku
ya, ato kamu check in dulu aja trus keluar tunggu aku di pintu masuk”
“Okay!”
Hati
Pala agak lega dia bisa menghubungi Lena. tapi sekarang dia gelisah melihat
waktu yang sudah jam 19.05 dan dia masih jauh dari terminal. Pala minta sopir
taksi untuk lebih mengebut lagi. Ketika sampai dipintu masuk terminal 2
jalannya macet banget karena rencana pembangunan terminal baru dan Pala makin
gelisah karena sudah jam 20.00. Lena sudah sms memberitahu kalau dia sudah
check in dan boarding pukul 20.20. Taksi sudah memasuki terminal 2 dan masih
antri masuk dengan jalan yang merambat karena banyak Bis. Pala memutuskan untuk
keluar dari taksi dan berlari. Dari terminal 2D ida berlari menuju terminal 2F
yang lumayan jauh. Tapi dia tidak peduli dan berusaha lari sekuat tenaga
meskipun napasnya sudah hampir putus. Perasaan cinta dan keingina bertemu
dengan Lena sebelum berangkat lebih kuat dari pada napasnya yang tersenggal
sengal. Ketika sampai di terminal 2F pala berusah mencari Lena dan dia tidak
melihat kalau Lena sudah di depannya. Sampai Lena memanggil, baru pala
melihatnya. Pala membungkukukan badannya dan berpegang pada Lena untuk mengatur
nafas. Setelah beberapa saat berhasil menguasai nafasnya Pala menatap Lena dan
memeluknnya.
“Maafkan aku len!” aku
memang bodoh dan konyol dan tidak bertanggung jawab”
Mata
Lena berkaca kaca mendengar perkataan Pala. hatinya mendadak jadi riang. “Makasih Tuhan kau kabulkan doa hambamu ini”Kata
Lena dalam hati.
“Len, kamu mau
memaafkan aku khan?
Tanya Pala kuatir karena tidak mendapat jawaban dari Lena.
Lena
hanya menganggukan kepala sambil menitikkan airmatnya. Melihat Lena
mengeluarkan airmata, Pala langsung memeluk erat erat dan mencium keningnya.
Dia tidak peduli dengan lalu lalang orang orang yang berada di airport.
“Len, apa kamu masih
mau menerimaku sebagai kekasihmu?
“Iya, Pala aku mau!”Jawab Lena dengan lirih
“Makasih sayang” Kata Pala dan mencium pipi Lena.
sebetulnya dia ingin mencium bibir Lena tapi bagaimanapun dia tidak punya cukup
keberanian untuk melakukan itu di depan public.
“Aku harus masuk
Pala!” Kata Lena
yang masih enggan berpisah dengan Pala.
“Iya, nanti telpon aku
ya kalau sudah sampai”Kata Pala sambil sekali lagi mencium kedua pipi Lena
Pala
hanya dapat memandang kepergian Lena. hatinya seakan ikut pergi bersama Lena.
dia tidak tahu harus bahagia ataukah sedih. Dia merasa bahagia karena Lena mau
memaafkannya dan menerimanya menjadi kekasih dan bersedih karena harus berpisah
dengan Lena. “Aku nggak boleh bersedih,
waktu masih panjang dan aku ingin selamanya bersama Lena”
Akhirnya
Palapun melangkah dengan ringan, pulang.
wonderful story!! luv it!!!
ReplyDeletei love femme
ReplyDeleteapalg dokter cantik dn matang