Cinta itu Luka


Hari ini ada seorang teman yang ingin berkonsultasi karena ini sifatnya probono maka aku menyuruhnya datang setelah jam praktekku selesai. Aku sebetulnya tidak terlalu kenal dekat dengan dia. Kami pernah beberapa kali bertemu di acara yang diadakan organisasi lesbian. Dia seorang aktifis perempuan dan lesbian.  Aku mendengar pintu diketuk, aku menduga Aruna yang datang. Aku membuka pintu ruang praktekku dan mempersilahkan masuk.
                “Nggak susahkan mencari tempat ini? mau minum sesuatu?Tanyaku
                “Air putih aja?  “Aku langsung bisa menemukan tempat ini kok”Katanya. Kulihat dia langsung duduk di sofa. Dan aku duduk dikursi sebelah sofa.
                “Apa yang bisa kubantu?
“Aku ada masalah dengan pasanganku”. Katanya langsung tanpa basa basi. “Kami sudah bersama sekarang masuk tahun ke 6 tapi beberapa tahun terakhir ini hubungan kami sepertinya makin memburuk dan kami menjadi jauh satu sama lainnya.”
                “Apakah kamu tahu apa penyebabnya?Tanyaku
                “Entahlah, aku merasa dia dekat dengan seseorang tapi aku tidak yakin”
“Sejak kapan hubungan kalian mulai rengang?
“Mungkin sejak kepergianku ke Belanda ikut summer course dua tahun lalu dan disana aku bertemu dengan mantanku ketika SMA. Dia cinta pertamaku dan selama di Belanda kami melakukan affair.” Terus terang waktu itu aku merasa cintaku  kembali bergelorah dan apalagi ketika tahu dia masih mencintaiku dan tidak pernah melupakanku. Tapi kami berdua sama sama sadar kalau aku telah memiliki pasangan dan memutuskan tidak melanjutkan hubungan kami meskipun aku tahu dia masih mencintaiku dan selalu menungguku”.
“Apakah pasanganmu tahu? Siapa nama pasanganmu? Tanyaku
Siapa? pasanganku yang sekarang ini? “Kirana Chandani” Aku rasa dia tidak tahu, tapi aku tahu, waktu itu dia tidak tahan dengan perpisahan kami yang cukup lama. Karena kami terbiasa bersama dan tidak pernah berpisah begitu lama sampai 3 bulan. Ketika aku pulang dia menjadi jauh atau mungkin aku yang merasa berbeda setelah pertemuanku dengan Dini mantanku itu. Entahlah aku sendiri juga tidak tahu. Lalu kami jadi sering bertengkar dan pernah aku nyaris melakukan kekerasan terhadap dia ketika kami bertengkar dan itu membuat dia semakin jauh dan jarang dirumah. Kalau ditanya lembur atau tugas malam di rumah sakit. Oya, dia seorang dokter di RSCM” Aku merasa dia menjalin hubungan dengan salah seorang dokter di sana” Aku pernah menanyakan hal ini tapi dia selalu mengatakan tidak. Kadang aku merasa sulit untuk berbicara dengan Kiran. Dia orangnya pendiam dan sulit sekali menebak apa yang dipikirkan atau dirasakan” Kadang aku merasa dia begitu sibuk dengan dunianya”.ceritanya sambil menerawang mencoba mengingat semua kejadian.


Aruna, dia orangnya easy going, ceplas ceplos, mudah akrab dengan siapa saja. Selama beberapa kali bertemu, dia selalu menjadi pusat perhatian dengan leluconnya atau tawanya yang lepas dan komentar komentarnya yang lucu. Dia cukup terkenal diantara aktifis perempuan karena cukup vocal dalam menyeruakan perjuangan perempuan. Rambutnya gondrong dan di warna persis layaknya boy band dari Korea. Cara berpakaiannya pun selalu trendy dengan segala macam asesoris gelang dan kalung. Wajahnya yang enak dilihat dan putih khas wajah orang Menado. Tubuhnya ideal, Dia kalau mau jadi perempuan atau laki-laki tetap saja good looking,  sehingga banyak sekali cewek yang jatuh cinta dengan dia. Tetapi aku jarang melihat dia datang dengan pasangannya, mungkin karena pasangannya yang seorang dokter sehingga sulit menyesuaikan waktu.

“Lalu apa yang kamu inginkan? Tanyaku kepada Aruna. Kulihat dia terdiam dan akhirnya berkata. “Aku ingin hubungan kami kembali lagi seperti dahulu lagi” Bagaimanapun kami sudah berhubungan cukup lama” Kami sudah saling mengenal kebiasaan kami masing masing” Rasanya sayang kalau harus berakhir begitu saja dan aku malas kalau harus memulai bergubungan kembali dengan seseorang” Setidaknya dengan Kiran, dia mengerti pekerjaanku yang aktifis dan tidak pernah mengeluh. Dia selalu mendukung semua perjuanganku”
“Bagaimana hubungan seks kalian? Tanyaku kembali
“Ketika aku pulang dari Belanda kami tidak pernah melakukan hubungan seks sampai beberapa bulan dan aku sendiri entah kenapa yang biasanya selalu suka melakukan hubungan seks dengan dia tiba tiba jadi kehilangan selera”. Tapi kami masih melakukan meskipun tidak sesering dahulu”.
“Apakah kamu masih mencintai Kiran? Atau bagaimana perasaanmu terhadap Kiran?
“Mmmh, aku rasa cinta itu masih ada meskipun tidak sebesar dahulu” Perasaankupun tidak sebesar dahulu waktu tahun tahun pertama sama dia”
“Bagaimana kalau kau minta Kiran menemuiku sehingga aku bisa membantu kalian lebih maksimal” Kataku kepada Aruna. Dia kelihatan terdiam dan sedang berpikir.
“Sebetulnya aku tidak memberitahu Kiran kalau aku menemui kamu” Tapi aku akan usahakan mengajak dia kesini”
“Baiklah, kamu sudah punya nomer HP ku dan sebaiknya kita buat janji dahulu kapan mau ketemu. Aku takut nanti kalau ada klien lain” Kataku sambil mengatarnya kedepan pintu.
Aku membuat catatan kecil tentang konsultasiku dengan Aruna sebelum aku bersiap untuk pulang.

********
Kirana sudah duduk didepanku dengan manis. Dia masih mengenakan pakaian prakteknya dan blus warna biru muda serta celana panjang biru tua. Dia kelihatan manis sekali. Ini pertemuan yang ke 6 dengan Kirana sejak pertama kali diantar Aruna tiga bulan yang lalu. Sejak pertama kali bertemu dengannya, aku sudah merasakan jatuh hati dengan dia. Ada perasaan special ketika melihat wajahnya yang kalem itu. Belum pernah selama 15 tahun praktek menjadi psikolog aku tertarik dengan klienku, apalagi sampai jatuh cinta. Aku masih ingat waktu pertama kali kami bertemu dengannya. Dia mengenakan baju berwarna coklat muda dengan potongan V neck. Dia terlihat tidak bebas berbicara ketika bersama Aruna. Lalu aku meminta Aruna untuk meninggalkan kita berdua. Aku berusaha berhati hati ketika berbicara dengan Kiran dan tidak gegabah. Tidak mudah membuat dia percaya dan nyaman untuk berbicara hal pribadi. Dia seorang perempuan yang cerdas, kritis, mandiri dan mempunyai perlindungan diri yang sangat kuat.

Baru dipertemuan ketiga, dia mulai nyaman denganku dan bisa membuka diri tentang masalah pribadinya. Bahkan dia mulai sering mengirim sms atau chat denganku tentang banyak hal. Bahkan dia memberiku klien dari pasiennya yang membutuhkan konsultasi. Dengan Kirana aku selalu menikmati percakapan kami. Dia tidak seperti yang Aruna, dia banyak bertanya atau bercerita ketika bersama aku. Mungkin dia merasa nyaman denganku atau karena aku bisa mengerti tentang dia. Kiran semakin sering sms atau chat denganku,  apalagi bila dia sedang bertugas malam di Rumah sakit dan aku masih belum tidur. Aku jadi sering merindukan ngobrol dengan dia, berdiskusi dengan dia atau menggosipkan pasien yang dia kirim untuk berkonsultasi denganku. Aku merasa harus menghentikan konsultasiku dengan Kiran karena aku merasa hubungan ini sudah tidak professional dan tidak sehat lagi. Aku sudah mulai jatuh cinta dengan dia dan aku takut tidak bisa obyektif lagi dalam memberikan analisa atau pendapat terhadap masalahnya.

Aku juga jadi sering cemburu ketika dia atau Aruna bercerita tentang kemesraan mereka berdua atau ketika Aruna bercerita kalau dia habis bercinta dengan Kiran. Ada rasa yang menusuk dihatiku ketika mendengarkan cerita Aruna yang menggebu gebu dan bersemangat. Sedangkan Kirana tidak pernah menceritakan kegiatan seksualnya dengan Aruna. Dia bercerita tentang keluarganya, tentang masa kecilnya, tentang hubungannya sebelum dengan Aruna dan pertemuannya pertama kali dengan Aruna. Ada perasaan yang aneh dalam diriku ketika melihat dia berbinar menceritakan Aruna. Aku tahu kalau aku merasa cemburu dan aku tahu bahwa aku tidak boleh memiliki perasaan seperti itu. aku hanya manusia biasa yang juga memeiliki perasaan dan bisa juga jatuh cinta dengan seseorang. Tetapi kenapa aku harus jatuh cinta dengan klienku yang juga sudah memiliki pasangan dan aku mengenal pasangannya. Aku sudah berusaha membunuh perasaanku terhadap dia dan selalu menepis perasaan rindu dan cintaku kepada Kirana. Tetapi setiap kali melihat dia, melihat wajahnya, melihat matanya, melihat senyumnya perasaan itu selalu datang tanpa diundang. Aku begitu bahagia membaca smsnya atau mendengar suaranya di telpon. Aku berusaha dan menahan diri untuk tidak sms dia terlebih dahulu meskipun aku merindukannya.

Aku merasa kalau Kiran juga memiliki perasaan yang sama denganku . Ternyata dugaanku tidak salah dia memang juga merasa jatuh cinta denganku. Seperti yang dia sampaikan beberapa hari yang lalu dalam satu smsnya. Aku masih ingat kalimat smsnya : Aku kok rasanya nggak sabar ketemu kamu ya. Setiap kali mau sesi konsultasi aku selalu deg deg an. Ini pertanda apa ya, Ryn?
Aku sendiri nggak tahu kenapa, aku justru menanggapai smsnya yang harusnya tidak boleh aku lakukan. Aku membalasnya : hati hati lho, nanti kamu jatuh cinta sama aku.
Dan balasan dari Kiranpun makin berani : Kalau aku memang jatuh cinta dengan kamu gmana Ryn?
Seketika aku tersentak dan tersadar kalau aku sudah bermain api dengan dia. Aku langsung buru buru membalas dengan jawaban yang menetralkan: Nggaklah, paling kamu sedang mengalami transference emosi aja sama aku. Dan dia tidak membalas sms ku, meninggalkanku dengan perasaan tidak enak. Antara perasaan bersalah, suka, ragu dan kuatir menjadi satu.

Pertemuan terakhir kemarin sungguh pertemuan yang paling berat buatku. Dia menceritakan apa yang dia rasakan terhadap Aruna dan juga terhadap Aku. Dia mengatakan kalau dia menjadi kecanduan bercerita denganku, dia selalu ingin bertemu denganku dan selalu merasa gelisah bila akan bertemu dengan aku. Dia dengan terus terang mengatakan kalau dia mempunyai rasa denganku. Aku masih ingat setiap kata yang dia katakan.
“Aku nggak tahu Ryn, apa yang terjadi dengan diriku”. Aku merasa selalu kangen dan pengen bertemu dengan kamu. Aku seperti kecanduan untuk bercerita dengan kamu. Kadang aku sering membandingkan antara kamu dengan Aruna. Kadang ketika bercinta dengan Aruna bayanganmu yang muncul. Aku baru bisa orgasme ketika membayangkan itu dirimu”. Aku sendiri tidak tahu bagaimana aku bisa jatuh cinta dengan kamu. Aku bukan orang yang gampang jatuh cinta dengan seseorang.”  Masalahku dengan Aruna juga masih belum selesai 100% dan kembali seperti dahulu. Tetapi lumayan kami bisa mulai memperbaikinya dan aku nggak tahu kenapa aku menambah masalah dengan jatuh cinta ke kamu Ryn”. Perasaanku ke kamu semakin hari semakin kuat dan dalam meskipun aku berusaha menghilangkannya dengan mencoba lebih perhatian ke Aruna dan membangun kemesraan ke Dia. Tetapi aku tidak bisa membohongi perasaanku sendiri. Aku nggak tahu Aruna merasa atau tidak dengan perasaanku ini”. “Ryn, aku nggak tahu bagaimana perasaanmu ke aku. Aku tahu kalau aku mungkin sudah mengacaukan sesi konseling kita. Kadang aku merasakan kamu suka ke aku dan menikmati pertemuan kita tapi aku nggak tahu apakah kamu juga menikmati sesi konselingmu dengan orang lain”.
Aku menjadi kehilangan kata kata dengan ceritanya. Aku seperti bukan seorang psikolog. Ada perasaan senang dan bahagia mendengar pengakuannya. Aku berusaha menyembunyikan perasaanku dalam dalam dan aku tidak ingin Kiran mengetahuinya. Bagaimanapun aku harus bersikap professional.
“aku bisa mengerti perasaanmu dan memang sering terjadi klien jatuh cinta dengan psikolognya atau seorang pasien jatuh cinta dengan dokternya. Karena adanya transference dalam sesi konseling.” Mungkin kamu jadi bias dengan perasaanmu karena kamu sedang jenuh dengan Aruna”.
Begitulah aku mengakhiri sesi konseling minggu lalu dengan pembohongan terhadap perasaanku dan diriku sendiri. Ketika Kiran pulang, perasaanku bercampur aduk antara keinginan bersikap professional dan keinginan mengakui perasaan ini ke Kiran. Aku harus menghentikan sesi konseling dengan Kirana. Kalau dia masih ingin konseling sebaiknya aku akan memberikan ke psikolog lain. lalu apa yang akan aku katakana dengan Aruna. Pasti dia akan bertanya dan pasti dia tidak ingin berkonsultasi dengan psikolog lain. Aku harus mencari alasan yang tepat untuk itu.


Aku memandang wajah Kiran, hari ini aku sudah memutuskan untuk tidak melanjutkan sesi konselingku dengan Kiran. Aku harus menjaga kode etik seorang psikolog.
                “Kiran, sebaiknya kita tidak melanjutkan kembali sesi konseling kita”
                “Kenapa Ryn? Apa karena masalah fee?
“Bukan.. bukan.. bukan masalah fee, justru karena kamu selalu membayar dan aku merasa tidak memberikan pelayanan yang baik buat kamu. Dan aku merasa sebetulnya kamu sudah tidak mempunyai masalah lagi. Kalau kamu merasa masih ingin berkonsultasi, aku bisa merekomendasikan ke psikolog lain” Kataku dan berusaha mengatur perasaaku yang tiba tiba hampa karena merasa akan kehilangan dia.
Kulihat dia hanya terdiam dan memainkan sapu tangannya seperti anak kecil ketika dilarang keluar oleh ibunya. Kulihat matanya mulai berkaca kaca dan dia berusaha menyembunyikan air matanya. Hatiku seperti tersayat sayat melihat dia bersedih seperti itu.
“Apakah kamu tidak suka dengan keberadaanku?Tanyanya dengan suara serak.
Aku berdiri dan duduk disampingnya, aku sendiri tidak tahu kenapa aku langsung memeluknya dan menciumnya. Dia merebahkan kepalanya didadaku dan memelukku erat erat.
                “Aku tidak mau jadi psikologmu karena aku telah jatuh cinta kepadamu”Kata-kata itu akhirnya keluar dari mulutku. Seakan aku tidak peduli lagi dengan semuanya. Kiran langsung melepaskan pelukkannya dan menatapku dengan mata berbinar binar.
                “Benarkah itu Faeryn?
Aku hanya mengangguk dan merasa bebanku seakan terlepas dan menjadi ringan. Beban menyimpan perasaan cinta dan harus berpura pura di depan Kiran. Aku menyandarkan diriku disofa dan mengangkat kedua kakiku selonjor diatas meja. Kiran langsung merebahkan dirinya kedalam pelukkanku. Lalu dia merebahkan dirinya, menaruh kepalanya diatas pahaku. Aku membelai rambutnya yang tebal dan ikal.
                “Sejak kapan kamu jatuh cinta sama aku Ryn?
“Sejak kamu masuk di depan pintu itu”Jawabku sambil menunjuk ke pintu. “Kenapa kamu bisa jatuh cinta denganku? Aku tidak seperti Aruna yang asik, gaul, rame dan humoris?Tanyaku kepada Kiran. Dia menggelengkan kepalanya
“Aku juga nggak tahu, mungkin karena kamu beda dengan Aruna itu aku jadi suka”. Kamu tenang tidak meledak ledak, lebih dewasa dari dia, lebih sabar dan aku bisa berdiskusi apa aja dengan kamu. Dan yang pasti kamu lebih mengerti aku daripada dia”. “Kamu sudah tahu semuanya tentang diriku, bagaimana kalau kamu sekarang bercerita tentang dirimu” Apakah kamu punya pasangan? Kata Kiran sambil memegang tanganku dan menciumnya.
“Aku kuliah psikologi di UGM dan terus mendapat beasiswa di Sidney. Sekarang aku tidak punya pasangan tetap. Aku beberapa kali pacaran dengan perempuan tetapi tidak pernah bertahan lama, mungkin karena mereka tidak tahan sama aku yang sering meremehkan kecerdasan mereka. Pacar terakhirku anak Sidney dan dengan dia yang lumayan bisa bertahan lama tapi kami sudah lama berpisah.. Terakhir bertemu tahun lalu. Aku tiga bersaudara anak paling bontot dan kedua kakakku cowok” Papaku pengusaha Beras, kakakku yg pertama sekolah pertanian di Belanda dan yang kedua sekolah budidaya beras di Jepang. Sekarang mereka sedang mengembangkan beras organic. Sebetulnya aku tidak tahu apa yang ku mau atau yang kuharapkan dengan mengatakan cinta ke kamu. Aku tidak mungkin menjalin hubungan dengan kamu karena kamu sudah mempunyai pasangan dan aku juga mengenal pasanganmu. Aku tidak tahu harus bagaimana menghadapi Aruna kalau dia tahu aku memiliki hubungan dengan kamu dan apa kata teman teman lainnya karena aku menjadi konsultan buat organisasi mereka. Aku juga tahu kamu tidak mungkin meninggalkan Aruna dan memilih aku. Aku juga tidak akan pernah meminta kamu untuk melakukan itu meskipun aku sangat menginginkanmu”.
“Lalu apa yang akan kita lakukan? Tanyanya dengan gamang
“Entahlah aku sendiri juga tidak tahu, tapi aku tidak bisa menghentikan perasaanku kepadamu. Ini untuk pertama kalinya aku jatuh cinta dengan seseorang perempuan terlebih dahulu dipandangan pertama”
“Bagaimana kalau kita jalani saja dan merasakan apa yang kita rasakan” Ujar Kiran.
“Sebaiknya kita menenangkan diri dahulu saja dan menganalisa kembali perasaan kita.
“Sekarang kamu pulang aja, pasti Aruna sudah menunggumu di rumah dan dia tahu kalau kamu sedang berada disini, khan”. Kataku menghindari pernyataannya. Aku tidak tahu apakah aku bisa menjalin hubungan yang seperti itu.
Kiran bangkit dan duduk sambil merapikan kembali rambutnya yang pendek dengan jari jarinya. Ingin sekali aku mencium bibirnya dan membelai wajahnya. Tapi aku tidak berani melakukan itu. tiba tiba Kiran mendekat dan mencium bibirku dengan lembut, ciumannya membuat seluruh aliran darah dalam tubuhku mengalir dengan cepat, jantungku berdetak dengan cepat. Aku memeluknya erat erat seakan akan ini adalah pertemuan terakhirku dengan dia. Aku membereskan semua barangku dan bersiap pulang bersama Kiran. Kami berpisah diparkiran mobil.

*****
Kulihat HP ku berbunyi dari Kiran setelah dua hari kami tidak saling menghubungi. Hatiku jadi berbunga bunga mendapatkan telponnya. Aku langsung mengangkatnya dengan riang.
                “Hi, Ryn”Sapa Kiran
                “hei, pakabar? Jawabku dengan ceria.
                “Kedengarannya senang, lagi kangen aku ya?Tanyanya dengan nada menggoda. Aku hanya tertawa aja mendengar kata katanya. “Kok Cuma ketawa sih, nggak kangen ya sama aku?Lanjutnya kembali. “Emang kamu kangen aku?Tanyaku balik.
“Ih, pertanyaan kok dijawab dengan pertanyaan sih? Jawabnya dengan cepat. “Sebetulnya ada yang lebih penting kenapa aku telpon kamu”. Katanya denga nada suara yang berubah menjadi serius. “Kamu tentu sudah tahu khan terjadi gempa di jogja, nah aku mau ngajak kamu jadi sukarelawan kesana. Soalnya banyak dibutuhkan dokter dan psikolog untuk menangani korban gempa disana. Kalau kamu mau nanti aku masukan namamu ke daftar sukarelawan, kebetulan aku salah satu dari team itu”. Jelas Kiran.
“Kapan harus berangkat? Soalnya aku harus memberitahu klienku yang sudah terlanjur ada janji konsultasi denganku.
“Kalau berangkat besok, apakah terlalu mepet waktunya? Tanya Kiran dari seberang sana.
“Berapa lama kita akan disana?
“Paling lama satu minggu dan paling cepat tiga hari, tapi kalau kamu nggak bisa selama itu nggak apa apa”Jawabnya.
“Ok, rasanya aku bisa kok”, kamu yang beli tiketnya atau gmana?
“Nanti, aku urus tiketnya. Kamu sms nama lengkapmu ya”Jawab Kiran.
Ok, see you, nanti aku sms. Bye!”
“Bye”
Ada perasaan senang menyergap dadaku dan tiba tiba aku menjadi malu sendiri. Bukankah aku kesana dalam rangka menolong korban bencana bukan untuk berpacaran dengan Kiran. Aku memanggil Lidya sekertarisku yang menerima appointmentku dengan klien. Aku meminta dia menelpon semua klienku dan mengganti jadwal konsultasi. Tidak lama aku mendapat sms dari Kiran memberitahu jam keberangkatan ke jogja besok jam 10 pagi. Kami berjanji bertemu di airport jam 8.30. Setelah selesai dengan klien terakhir dan menulis laporan, aku bergegas pulang. Aku ingat ada beberapa pakain yang belum aku seterika dan packing.

****
Aku menunggu Kiran di terminal 1A, dia masih di tol ketika aku sms memberitahu sudah sampai. Aku menanti dengan sabar. Aku selalu mengawasi taksi yang mendekat. Begitu melihat dia, aku merasa senang dan lega. Kulihat dia mengenakan pakaian batik berdasar putih sehingga dia kelihatan makin cantik. Aku membantu dia membawa kopernya turun dari taksi. Baru kali ini aku akan bersama dengan dia dalam waktu yang lama. Ada rasa deg deg an dalam hatiku, rasa senang dapat bersamanya. Dia berdiri begitu dekat disampingku ketika kami sedang antri check in. Aku berusaha mengatur perasaanku yang seperti jetcoster ini. Aku dapat mencium wangi parfumnya dan aku juga dapat mencium wangi shamponya.

Dia mengandeng tanganku menuju ruang tunggu, selama di lounge dia duduk disebelahku. Kadang tanganya ditaruh diatas pahaku, atau dia menggegam tanganku. Begitupula ketika didalam pesawat sepanjang perjalanan tangannya terus saja menggenggam tanganku dan menyandarkan kepalanya dibahuku. Aku merasakan kebahagian yang luar biasa. Aku menikmati setiap detik perjalananku dengan dia. Aku mencium keningnya dengan perasaan sayang. Kulihat dia hanya tersenyum dan mukanya memerah malu.
                “Nanti di Jogja, aku nggak bisa mesra dengan kamu sebab akan banyak teman teman disana”
                “Iyalah, aku khan juga tahu”Kataku sambil mencium tangannya.
                “Nanti kita check in dulu, naruh barang, baru ke rumah sakit”Katanya memberi tahu.
                “Iya”Jawabku
Tak terasa pesawat sudah bersiap mendarat di lapangan Adi Sucipto. Kami berdua naik taksi menuju hotel, setelah check in dan menaruh koper, kami langsung menuju rumah sakit.

Rumah sakit Dr.Sardjito terlihat ramai dengan korban dan keluarga korban. Kami segera melapor ke petugas jaga. Kiran langsung bekerja menangani pasien dan aku diantar ke ruang perawatan pasien yang membutuhkan psikolog. Aku diantar ke seorang bapak yang sudah tua dan mengalami luka bakar 80 persen. Aku mencoba mengajaknya bicara, untung aku bisa berbahasa jawa sehingga memudahkan proses terapi. Akhirnya aku memtuskan untuk memberikan hipnoterapy dengan menggunakan metode Milton Erickson ke bapak itu. Hari ini banyak sekali pasien yang harus aku damping. Aku sama sekali tidak sempat bertemu dengan Kiran. Kulihat dia sibuk sekali menangani pasien di UGD dan beberapa kali melakukan operasi. Melihatnya dia menangani pasien dengan sabar dan telaten membuatku makin jatuh hati kepadanya. Aku juga mendengar sore ini dia harus mengamputasi kaki seorang gadis kecil berumur Sembilan tahun. Aku menunggu Kiran di depan ruang operasi kulihat sudah jam Sembilan malam dan dia masih didalam ruang operasi. Aku menunggu hampir satu jam baru dia keluar dan dia kelihatan kelelahan. Kami masih menunggu gadis itu melewati masa kritis. Aku mengambilkan Kiran minum. Setelah gadis kecil itu stabil kami pulang ke hotel.

Selama di jalan Kiran tidak banyak omong. Aku membiarkan saja, aku tahu dia pasti kelelahan baik fisik maupun psikologisnya. Sesampai di hotel aku menyuruhnya mandi terlebih dahulu. Dia membersihkan tangannya dengan antiseptic yang selalu dibawah di tasnya. Dia mengambil pakaian tidurnya dan masuk kekamar mandi. Sementara aku membuka tasku dan mencari pakaian tidurku. Aku membuatkan dia teh hangat untuk menenangkan diri. Setelah dia selesai mandi aku segera mandi dan ketika aku selesai mandi, kulihat dia telah meminum tehnya.
                “Makasih ya, sudah buatin teh!
                “Iya, semoga bisa membuat kamu sedikit rileks” Sebaiknya kita tidur, aku tahu kamu pasti            capek”Ajakku .
Aku membuka tutup bed cover dan melipatnya. Aku segera masuk kedalam selimut dan dia segera mengikutiku. Dia merapatkan tubuhnya ke tubuhku dan meminta dipeluk. Meskipun lelah, aku merasa senang sekali dan hatiku langsung berdetak dengan cepat. Aku dapat merasakan payudaranya menempel ditubuhku dan membuat tubuhku merasakan sensasi yang luarbiasa. Kesenanganku segera buyar ketika aku merasa kalau dia sedang menangis. Aku segera meranggangkan pelukkanku dan menatap wajahnya.
                “Hei, ada apa kok menangis? Tanyaku sambil mengusap air matanya dan mencium keningnya.
“Aku masih teringat, Ayu, gadis kecil itu. “Kamu tahu nggak tadi sebelum dioperasi dia menangis dan memohon mohon padaku untuk tidak memotong kakinya”. Dia minta aku berjanji untuk tidak memotong kakinya. “Waktu itu aku mengatakan iya, Ryn! Bayangkan kalau dia sadar dan tahu kakinya sudah tidak ada” Tentu dia akan shock dan Anak sekecil itu harus kehilangan kakinya Ryn! Aku takut dia akan patah semangat dan masa depannya akan berubah. Dia pasti menjadi anak yang pemurung setelah ini. Aku telah berusaha sekuat tenaga agar kakinya tidak diamputasi tetapi tulangnya telah hancur dan mulai terjadi pembengkakan, aku kuatir kalau infeksi akan lebih fatal akibat” Cerita Kiran dengan derai airmata, aku membiarkan dia mengeluarkan semua perasaannya. Aku berusaha menenangkan dia dan membelai dia.
“ Kamu sudah melakukan apa yang harus kamu lakukan”. Pasti kamu memikirkan keselamatannya yang lebih penting”. “Besok aku akan mendampingi dia dan memberikan terapi buat dia” Aku akan membangkitkan semangatnya lagi, kamu jangan terlalu kuatir. Biasanya anak anak itu lebih kuat daripada orang dewasa”. “Sudah, nggak usah sedih ya sayang!”Kataku sambil memeluk dia dan mencium keningnya.
Aku sendiri tidak tahu kenapa tiba tiba aku memanggil dia sayang. Tetapi memang itu yang aku rasakan. Perasaan sayang yang luar biasa, seakan akan takut membuat dia sedih dan selalu ingin melihat dia bahagia.
                “Makasih ya, sayang!”kamu memang selalu mengerti aku”Katanya sambil mencium bibirku. Aku membalas ciumannya dengan penuh cinta. Kami berciuman dengan lembut dan ketika aku merasa Kiran sudah mulai menginginkan lebih dari itu. Aku menghentikannya, “Sebaiknya kita tidur ya”Kataku sambil mencium keningnya dan memeluknya erat erat.
                “Kenapa, Ryn?” Apa kamu tidak ingin bercinta denganku? Tanyanya dengan pelan.
                “Ssstt, bobo ya! Sudah malam besok kita harus ke Rumah Sakit kembali”Kataku mengalihkan pertanyaannya. Diapun terdiam dan kemudian kudengar dengkur halusnya. Aku tahu dia pasti kelelahan. Dia tertidur dalam pelukkanku, aku menatap wajahnya yang cantik, mulutnya yang mungil. Ada kebahagian yang tak terkira dapat memeluknya dan menatap wajahnya. Bukan aku tidak ingin bercinta denganmu sayang. Sumpah mati aku sangat ingin bercinta denganmu, membelai tubuhmu menciumi seluruh tubuhmu, menyatukan tubuh kita. Seandainya kamu tahu saat ini V ku pun sudah basah karena memelukmu dan merasakan payudaramu ditubuhku, merasakan sentuhan kulit kita diseluruh kaki kita. Merasakan ciuman kita. Aku takut setelah bercinta denganmu, aku semakin menginginkamu, ingin memilikimu padahal aku tahu kamu sudah ada yang punya. Aku juga tahu kamu masih mencintainya dan masih bersamanya. Aku memandang wajahnya dan menciumnya perlahan agar dia tidak terbangun dan mencoba untuk tidur.

*****
Ini sudah hari keempat aku di Jogja bersama Kiran. Kami bekerja dengan baik dan saling membantu. Kiran kelihatan senang ketika aku bisa membantu mengembalikan semangat Ayu. Teman teman mengatakan aku membawa magic karena aku berhasil membuat para korban bisa mengatasi traumanya atau membuat mereka bisa menerima kenyataan dengan berpikiran positif. Kiran pun turut senang, katanya “Untung aku ajak kamu kesini ya!
Aku merasa senang sekali selain bisa membantu korban gempa, aku juga bisa berdekatan dengan Kiran. Dua hari yang lalu ketika tidur bersama, kami kembali berpelukkan dan berciuman. Aku masih ingat kata-katanya. “Kenapa ya, aku kok merasa nyaman dekat kamu, padahal aku biasanya sulit untuk berdekatan dengan seseorang, apalagi bersentuhan fisik.” Tapi dengan kamu rasanya selalu ingin kamu peluk, kamu sayang dan selalu bergetar”
Aku hanya tersenyum dengan bahagia. “Masak sih?” Jawabku. Lalu kami berciuman dan tangannya mulai masuk dibawah kaosku merabai tubuhku dan mempermainkan putingku. Dia juga mengambil tanganku dan meletakkan dipayudaranya, kupegang payudaranya dengan lembut dan sepenuh perasaan, tubuhku jadi bergetar karena gelora asmara yang luar biasa. “Sayangku, bercintahlah denganku”bisiknya ditelingaku. Aku langsung tersadar dan menghentikan aktifitasku. Aku langsung duduk dan itu membuat Kiran terkejut. “Ada apa sayang?Tanyanya juga langsung duduk dengan kaget dan bingung. “Kiran, aku sayang sekali dengan kamu, beberapa hari bersamamu, aku makin sadar kalau aku memang mencintaimu, sayang” Kalau kamu tanya apa aku mau bercinta denganmu, aku sangat mau sayang dan aku sangat menginginkanmu melebihi apapun. Tetapi aku harus tahu diri, aku tidak ingin merusak kamu sayang, aku tidak ingin seperti pagar makan tanaman, harusnya aku menjaga kamu sayang” Bukan malah memanfaatkan keadaan dan mengambil keuntungan”
Aku melihat mata Kiran berkaca kaca mendengar kata kataku sehingga aku jadi merasa takut membuat dia tersinggung atau terluka dengan kata kataku. “Aduh sayang, maafkan aku ya” aku tidak bermaksud melukai kamu”kataku dan memeluk dia. “Aku menangis bukan karena tersinggung sayang, aku merasa bahagia karena ada orang yang mencintaiku begitu tulus dan tidak mengambil kesempatan dalam kesempitan”. Makasih ya sayang, untuk cintamu kepadaku”Katanya sambil memelukku erat erat dan malam itu kami tidur saling memeluk erat seakan takut kehilangan.

Semalam ketika kami tidur, kembali kami berciuman dengan mesra dan dia kembali membelai tubuhku dan kembali membawa tanganku ke tubuhnya. Lalu dia bertanya, “Apa yang bisa membuatmu bercintaku sayang? Katanya sambil menantap wajahku dan membelainya. Lalu dia melanjutkan kata katanya. “Apakah aku tidak boleh mengekepresikan cintaku dan merasakan cintamu sayang? Apakah aku tidak cukup berharga dimatamu sayang sehingga kamu tidak mau bercinta dengaku? Apakah aku tidak cukup menarik buatmu sehingga kamu tidak mau bercinta denganku? Aku seperti perempuan murahan yang tidak laku dan merengek bercinta!”Katanya dengan wajah sedih.
 “Please, sayangku!”Jangan pernah berkata seperti itu” Kamu perempuan yang paling berharga buatku, Satu satunya perempuan yang bisa membuatku basah hanya dengan memeluknya saja” ‘Aku tidak ingin Aruna nanti merendahkanmu kalau dia tahu kita pernah bercinta”Kataku dan mencium wajahnya dengan lembut.

Aku tidak yakin apakah aku bisa bertahan untuk tidak bercinta dengannya nanti malam. Aku juga manusia biasa yang mempunyai hasrat dan keinginan. Aku bukan dewa, malaikat atau apa saja yang tahan dengan godaan dari orang yang dicintainya. Apakah salah kalau kita bercinta? Jelas salah” kataku sendiri. Bukankah kita saling mencintai dan menginginkan satu sama lain. aku hanya ingin mencintainya dan membahagiakannya, aku tidak ingin merebut dia dari Aruna, apa salahnya kalau aku membahagiakan dia dan mencintai dia. Bukankah aku tidak menuntut dia untuk jadi pacarku atau meminta dia memutuskan Aruna. Apakah salah bila aku memberikan dia cinta dan kasih sayang. Aku tidak akan menuntut dia apapun atau meminta dia selalu berada disampingku. Aku hanya ingin membahagiakan dia dengan cintaku. Semua anganku itu lenyap seketika ketika melihat bayangan Aruna masuk ke dalam bangsal. Seperti api kecil yang disiram dengan air satu ember. Aku langsung berdiri dan menghampiri dia yang celingukan mencari Kiran, rasanya.

                “Hi, Ar!” sapaku. “Kapan datang?Tanyaku
                “Baru aja”Jawabnya sambil tersenyum. “Kiran dimana ya?Tanyanya.
                “Coba cari di bangsal anak”, Yuk, aku anterin aja”. Ini juga sudah waktunya kita pulang kok”Kulihat jam ternyata sudah jam 6 malam. “Kamu naik pesawat jam berapa kok sore banget?
                “Aku nyampe siang tadi, tapi aku pergi dengan temanku dulu dan nggak enak kalo ganggu Kiran lagi kerja. “btw, kamu nggak keberatan khan kalo nanti malam Kiran pindah kamarku?Tanyanya dengan senyum lebar.
                “Ya, nggak lah, Dia khan pacarmu”Kataku dan berusaha tersenyum meskipun aku merasa cemburu dan ada yang sakit menusuk didadaku.
                “Iya, nih, aku kangen banget sama dia dan rasanya pengen bercinta dengan dia”Katanya sambil senyum senyum. Mendadak ada yang sakit dihatiku dan badanku menjadi panas seketika. Kulihat Kiran juga kaget ketika melihat aku berjalan dengan Aruna. Kulihat Aruna berseri seri dan tersenyum ketika melihat Kiran. “Surprise”Kata Aruna ketika berhadapan dengan Kiran. “Kok, nggak kasi tahu kalau datang?Tanya Kiran kepada Aruna. “Namanya juga surprise, kalo kasi tahu khan bukan kejutan lagi”Jawabnya dengan riang.

Setelah kiran menulis laporan kami bertiga langsung pulang. Aruna mengajak untuk mampir makan mie kuah dipinggir jalan. Selama makan aku hanya diam saja hanya berkomentar seadanya begitu juga dengan Kiran. Aruna yang lebih banyak bercerita dengan menggebu gebu. Sesampai di hotel Kiran langsung membereskan barang barangnya dan pindah kamar. Aku hanya bisa melihat dengan perasaan yang campur aduk dan berusaha menyembunyikan apa yang aku rasakan agar Aruna tidak mengetahuinya. Aku tahu Kiran pasti juga merasa bersalah dan tidak enak denganku. Aku mencoba bersikap biasa dan mengobrol dengan Aruna. Aku tidak berani memandang Kiran sedikitpun. Aku menutup pintu dengan perasaan sedih, cemburu dan sakit setelah Kiran selesai membereskan barangnya dan pamit pergi.  

Aku masih berdiri bersandar di pintu, ada rasa sakit yang luar biasa yang menusuk dalam hatiku. Aku dapat merasakan sakit itu sampai ke punggungku. Aku dengar ada sms masuk di HP ku, kubaca dari Kiran : Maafkan aku sayang, aku tidak berharap seperti ini. Aku tidak membalas sms nya, entah kenapa aku jadi menangis dan merasakan sedih yang begitu sangat. Aku meringkuk diatas ranjang dan menangis. Aku didera rasa cemburu yang hebat dan kesakitan yang luar biasa. Belum pernah aku merasakan betapa sakitnya mencintai seseorang. Pikiranku turut menyakiti dan mempermainkan perasaanku. Dia memprovokasi perasaanku dengan membayangkan Aruna bercinta dengan Kiran. Aku jadi membayangkan wajah Kiran yang ingin bercinta kemarin dan kini dia tengah bercinta dan dibelai oleh Aruna. Membayangkan Aruna mencumbu dan menciumi tubuh Kiran. Aku cemburu sayangku, tahukah kamu kalau aku cemburu? Kenapa aku harus merasakan sakit seperti ini. kenapa seperti ada yang menusuk dadaku.

Aku tidak bisa menghentikan airmataku yang terus mengalir. Semakin aku berusaha melupakan mereka, semakin menari nari bayangan percintaan mereka dan semakin sakit dadaku. Apa yang telah kulakukan?. Kenapa aku harus merasakan ini semua? Kenapa aku harus menangis, bukankah harusnya aku ikut bahagia dengan membaiknya hubungan mereka.  Tapi kenapa aku malah menangis dan bersedih. Kamu harus kuat Faeryn! Kamu bukan anak kemarin sore yang harus jatuh karena cinta. Kenapa aku tidak boleh sedih dan jatuh. Aku cuma manusia biasa yang mencintai seseorang. Aku merindukan pelukkannya, rindu ciumannya dan rindu dia tidur dalam pelukkanku. “Oh, Tuhan kenapa kau berikan aku cinta di waktu yang salah. Hatiku seperti diremas remas dan diperas samapi tetes terakhir. Badanku jadi menggigil karena rasa sakit dan cemburu, rasa cinta dan rindu semuanya menjadi satu. Aku tidak bisa seperti ini, mungkin sebaiknya besok aku pulang ke Jakarta. Keadaan sudah mulai membaik di rumah sakit, aku tidak mungkin bertemu dengan Kiran dan Aruna dalam keadaan seperti ini. Aku tidak ingin Aruna menjadi curiga.

Aku mengambil Laptopku dan membeli tiket untuk pulang, didetik terakhir seperti ini aku hanya bisa membeli tiket kelas bisnis. Aku tidak peduli yang penting aku bisa pulang secepatnya. Aku memilih pesawat paling pagi sehingga aku tidak perlu bertemu dengan mereka. Aku segera membereskan semua barangku dan memasang alarm. Sebaiknya aku sms Kiran besok pagi saja, aku tidak ingin mengganggu kebersamaannya. Aku membalas smsnya yang tadi. Sori tadi lagi mandi, iya gpp. Have fun.   Dia tidak membalas smsku dan itu semakin membuatku merana dengan permainan pikiranku yang membayangkan dia sedang bercinta dengan Aruna. Aku menyalahkan air panas dan membasahi kepalaku dan tubuhku, mencoba menghapus semua bayangan Kiran dalam diriku. Aku kembali menangis dibawah guyuran air shower. Aku mencoba untuk kuat dan menahan semua rasa ini. Ingat Faeryn, kamu itu psikolog harusnya kamu tahu bagaimana caranya mengatasi rasa sakit ini. jangan cengeng dan seperti anak kecil. Aku mengambil haduk dan mengeringkan rambutku. Aku mencoba tidur dan memejamkan mataku tetapi aku tidak dapat tidur.

Aku mencoba menulis pesan buat Kiran. Kiran tidak boleh tahu keadaanku. Aku tidak ingin dia sedih atau merasa bersalah. Aku harus menulis pesan yang tidak membuat dia berpikir macam macam. Morning, sorry ya aku pulang mendadak. Sebetulnya kemarin aku mau kasi tahu kamu tapi lupa dan keburu kamu pindah kamar hehehehe. Nanti kalau sampai Jakarta aku hubungi.

******
Aku melikuti langkah Aruna yang sedang menarik koperku dengan perasaan tidak senang. Ini untuk pertama kalinya aku merasa kesal dengan kedatangan Aruna yang mendadak. Ingin rasanya kembali ke kamar dan memeluk Faeryn. Aku tahu dia pasti yang sedang sedih meskipun tidak diperlihatkan. Dia sama sekali tidak melihatku ketika aku keluar dari kamar tadi.  Kulihat Aruna membuka pintu kamar, aku menjadi malas bicara dan langsung masuk ke kamar mandi cuci tangan. “Aku mandi dulu ya”Kataku kepada Aruna sambil membuka koperku dan mengeluarkan peralatan mandiku.
“Aku ikut mandi”Katanya. Aku tidak bisa menolak meskipun aku tidak suka. Ketika sedang mandi Aruna mencumbuku, aku membiakan dia yang mulai nakal. Aku hanya mempercepat mandiku.
                “Sudah ya, nanti masuk angin”Kataku sambil keluar dan mengambil handuk.
Aku tahu dia pasti akan mengajak bercinta dari gelagatnya. Aku memang sedang ingin bercinta tapi dengan Faeryn bukan dengan Aruna. Aku yakin sekali kalau malam ini aku pasti bisa mengajak bercinta Faeryn. Sedang apa kamu sayang, maafkan aku sayang? Aku segera mengambil HP ku dan sms minta maaf. Kulihat Aruna telah selesai mandi dan keluar tanpa pakaian.

Dia langsung memelukku dan menciumku. Diangkatnya tubuhku ke atas ranjang. Dia mencium payudaraku dan tangannya memainkan putingku yang lain. Aku hanya membayangkan wajah Faeryn dan membayangkan dia yang mencumbuku. Aku memang sedang horny dan ingin bercinta dengan Faeryn mulai dari kemarin. Aku menikmati percintaanku seakan akan sedang bercinta dengan Faeryn. Kami sama sama orgasme beberapa kali dan akhirnya dia tertidur kelelahan. Aku sendiri merasakan kesedihan didadaku membayangkan Faeryn yang sedang sendiri dan pasti dia sedang sedih. Tiba tiba air mataku menetes dan merasa bersalah. Aku sendiri tidak tahu kenapa aku bisa jatuh cinta dengan Faeryn. Aku mencoba bertanya dengan diriku sendiri, apakah aku masih mencintai Aruna? Aku melihat punggung Aruna yang tidur membelakangiku. Kemana cintaku yang dulu begitu besar kepadanya? Apakah cinta itu telah terkikis oleh waktu? Aku dulu begitu jatuh cinta dengannya. Suka sekali melihat gayanya yang Macho. Aku juga tahu kalau dia juga suka dengan aku sehingga ketika aku memberikan sedikit umpan dia langsung sudah menyambarnya.

Tahun pertama hubungan kami begitu hot, setiap hari dan setiap waktu kami selalu bercinta. Kami juga pernah bercinta diruang praktekku ketika aku jaga malam. Ketika masuk tahun ketiga hubungan kami perlahan tapi pasti mulai menurun. Apalagi ketika Ayahku tidak menyukai Aruna. Ayah memang tahu kalau aku Lesbian dan dia tidak keberatan. Dia lebih keberatan kalau aku tidak menjadi dokter daripada menjadi lesbian. Keluarga besar ayah dan bunda memang keluarga dokter dan Ayah sendiri seorang professor. Sebagai anak terkecil aku sangat disayang oleh Ayah apalagi aku satu satunya dari lima anaknya yang paling cemerlang katanya. Karena aku lulus kedokteran usia 22 tahun dan satu satunya anak yang dapat bewasiswa sekolah kedokteran di Amerika. Ketika Ayah bertemu dengan Aruna dan tahu dia hanya lulusan SMA dan seorang aktifis. Ayah berkata padaku. “Apa kamu tidak bisa mencari yang levelnya sama dengan kamu?”  “Dia tidak terlalu cerdas buat kamu Ki? Dan modelnya seperti anak Band, opo ora ngisin-ngisin ke?” “Ayah tidak mau kalau kamu yang harus menghidupi dia?” “Tapi semua terserah kamu”Kata ayahku waktu itu dan aku hanya terdiam. Aruna sendiri merasa tidak nyaman ketika pulang lebaran dimana semua kakakku yang dokter dan semua iparku yang juga dokter pulang berkumpul dirumah kami yang besar. Pembicaraan kami selalu seputar obat baru, atau penemuan metode baru atau cerita tentang pasien kami. Semuanya berputar hanya mengenai kedokteran. Sedangkan Aruna hanya menjadi pendengar saja. Meskipun kakak kakakku bersikap baik dengan Aruna tetap saja Aruna merasa asing ditengah keluargaku.

Setelah pulang Lebaran dari Semarang, Aruna berkata bahwa, dia tahu kalau Ayahku tidak suka dengan dia. Dia merasa tersinggung dengan sikap Ayah yang meremehkan dia. “Aku tidak mau kembali lagi ke Semarang”Katanya. Persoalan bertambah rumit ketika ayah diam diam membelikanku rumah dengan semua perlengkapannya termasuk ruang praktek. Karena selama ini aku selalu praktek di rumah sakit. Aruna yang orang Menado, yang terkenal sombong dan memiliki harga diri yang tinggi tentu tidak mau aku ajak pindah kerumah baruku. Kami tetap tinggal dikost bersama. Memang penghasilanku jauh lebih besar dari Aruna tetapi aku tidak pernah mempermasalahkan hal itu selama ini. Dia jadi gampang tersinggung dan suka uring-uringan. Sebetulnya itulah permasalahan kami. Aku sudah tahu sejak 3 tahun yang lalu. Dia merasa kalah power denganku dan ternyata meskipun dia seorang feminist tetapi pemikirannya masih patriaki. Dia merasa dia adalah kepala keluarga yang menjadi pemimpin, dia merasa dia adalah suami dan aku isterinya, sedangkan aku ingin kita sama. Dia tidak suka kalau aku mengambil alih perannya sebagai suami. Padahal aku dididik ayahku untuk mandiri dan menjadi kuat sekuat laki laki katanya.

Akhirnya kami memang pindah ke rumah baru setelah negosiasi yang panjang. Dia selalu merasa tidak nyaman dan mengatakan “ini bukan rumah kita tapi rumahmu” dan dia masih bercita cita membeli rumah untuk kami berdua. Sejak itu dia mulai bersikap aneh dan mulai menuntut untuk dilayani. Dia bisa jadi marah atau uring-uringan kalau tidak ada makanan dirumah atau aku tidak masak. Dia cendrung suka minta dilayani dan diperhatikan. Pernah suatu ketika kami bertengkar, aku sendiri lupa nasalahnya apa, dan aku sempat mengatakan atau mengumpat dengan bahasa jawa ‘telo’ dan dia marah sekali dan nyaris memukulku lalu dia pergi dan tidak pulang rumah. Aku merasa menyesal telah mengatai dia ‘telo’ dan akhirnya setelah dua hari dia pulang dan minta maaf. Aku mulai merasakan apa yang dikatakan ayahku benar bahwa dia memang tidak secerdas aku sehingga kadang agak sulit kalau diajak berdiskusi tentang sesuatu. Aku telah berusaha membuat dia untuk meningkatkan diri atau meng upgrade kemampuannya tetapi rupanya dia malas untuk belajar. Aku pernah meminta dia untuk kuliah lagi tetapi jawabannya sungguh mengecewakan. “Kenapa, kamu malu ya punya pasangan yang cuma lulus SMA? Akhirnya aku memilih diam dan tidak pernah menyingung hal itu lagi.

Perlahan tapi pasti hubungan kami makin jauh dan renggang. Aku jadi semakin tidak betah dirumah dan lebih banyak meluangkan waktuku di rumah sakit. Dia sendiri makin banyak kegiatannya diluar. Pernah kami bertengkar hebat gara gara aku tidak pulang dan tidak memberi kabar ke dia. Padahal aku tidak pulang karena harus melakukan operasi malam-malam korban kecelakaan sehingga tidak sempat memberitahu. Waktu itu aku nyaris memutuskan untuk berpisah sementara. Tetapi dia tidak mau dan mengatakan kalau dia tidak ingin berpisah sementara. Lalu hubungan kami membaik kembali. Hubungan yang membaik itu tidak berjalan lama hanya satu tahun saja. aku mulai merasakan kekosongan dalam hubungan kami. Ketika dia pergi ke Belanda, aku merasa kesepian. Ternyata aku merindukan dia dan aku merasa dia sama sekali tidak merindukanku. Aku menjadi sedih dan berusaha membunuh perasaanku itu. Ketika dia pulang aku juga merasakan kalau dia berubah. Dia menjadi dingin dan menjauh dariku. Aku mencoba melupakan dan tidak pernah bertanya kepadanya apa yang terjadi.

Sampai akhirnya Aruna diam diam datang ketempat Faeryn untuk berkonsultasi. Aku cukup terkejut ketika dia memintaku datang ketempat praktek Faeryn. Sebetulnya aku malas untuk datang karena aku sudah tahu apa yang menjadi masalahku dengan Aruna. Aku memutuskan datang dengan harapan siapa tahu Faeryn bisa membantuku dan menyelesaikan masalah. Ketika bertemu dengan Faeryn dan mengobrol dengannya, aku langsung tahu kalau aku suka dengan dia. Aku seperti mendapatkan teman diskusi yang tepat. Aku tahu kalau Aruna good looking tapi Faeryn ada pesona yang membuatku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari dia. Wajahnya manis, putih bersih, terlihat cerdas dan tenang. Dia tidak meledak ledak seperti Aruna, kata katanya menenangkan. Orangnya lembut dan aku menikmati obrolan kami. Aku jadi merindukannya dan ingin berdekatan dengan dia. Setiap kali akan bertemu dengan dia aku jadi deg deg an. Aku tahu kalau aku jatuh cinta dengan dia dan kecanduan berada didekatnya.

Setelah beberapa hari bersamanya, aku makin dibuat jatuh cinta oleh sikapnya, perhatiannya, kelembutannya, kedewasaannya. Aku suka dengan sentuhannya, ciumannya dan yang paling aku suka ketika kulihat cinta dimatanya. Ketika kami sedang berdua, dia selalu menatapku dengan penuh cinta. Aku dapat merasakan ketulusan cintanya. Aku menikmati semuanya yang ada pada dirinya. “Kenapa terjadi seperti ini? Kenapa aku jatuh cinta lagi ditengah tengah aku ingin memperbaiki hubunganku dengan Aruna? Dan kenapa aku membiarkan perasaanku berkembang ke Faeryn. Apa yang harus kulakukan? Kalau aku disuruh memilih, aku tidak akan sanggup melakukannya. Aku tidak akan tega meninggalkan Aruna dan Faeryn tentu tidak akan mau aku melakukan itu. Apakah aku harus menjalani dua cinta? Aruna dan Faeryn seperti dua sisi coin yang sama. Aku mencintai keduanya dan tidak tahu dengan siapa cintaku lebih besar?

*****

Aku sampai ke apartemenku dalam keadaan lelah yang luar biasa. Aku  menaruh tasku dan langsung tidur. Aku terbangun ketika matahari sudah berangkat ke barat. Perutku sudah berteriak minta diisi. Aku membuat mie goreng, merebus telor, dan membuat teh manis. Aku mengambil HP ku dan kulihat 20 miss call dari Kiran dan 10 sms, aku baca satu persatu satu smsnya.

09.00 : Sayang kamu sudah nyampe Jakarta khan?
 09.30 :  Kamu lagi ngapain sayang
10.00 : Hi, sayang. Kamu marah ya sama aku? Maafkan aku sayang. Aku tidak bermaksud menyakitimu.
10.30 : Please forgive me and call me
11.30 : aku nggak tau hrs ngomong apa tapi dari tadi aku terus memikirkanmu
12.30 : Aku cemas memikirkanmu
13.00 : please call me my love
14.00 : semoga kamu baik baik sayangku
14.30 : apapun yang terjadi diantara kita, aku Cuma ingin kamu tahu kalau aku mencintaimu. Dan aku tidak ingin hubungan kita berakhir seperti ini.
15.30 : Aku merindukanmu sayangku dan sekarang ini aku menjadi resah seperti orang gila menantikan dirimu menghubungi diriku.

Aku membaca smsnya dengan perasaan bersalah dan dapat merasakan kebingungan Kiran karena aku tidak menjawab telponnya dan membalas smsnya. Aku tidak ingin dia resah dan bersedih karena diriku. Aku segera sms dia: Hi, maaf ya tadi aku tertidur dan baru bangun sehingga nggak dengar telponmu dan sms mu. Aku baik baik kok dan bagaimana mungkin aku bisa marah denganmu sayang. Kamu tahu khan aku selalu mencintaimu.

HP ku langsung berbunyi dan aku tahu itu pasti dari Kiran. “Hi, sapaku. Maaf ya, aku tadi tertidur”Kataku.
“Iya, kenapa kamu kok pulang mendadak sih?
“Nggak mendadak, aku cuma lupa kasi tau kamu”Bagaimana keadaan disana?Tanyaku berusaha mengalihkan pembicaraan.
“Ryn, aku nanti kerumahmu ya?
Aku terdiam, “Lho, emang kamu sudah pulang?
“Sekarang, aku sudah di Airport”
“Lho, emang Aruna dimana?
“O, Dia ke bantul jadi relawan disana”
“Sudah, ya aku sudah panggilan naik pesawat nih” bye!” see you soon” katanya sambil mematikan HP.
Aku duduk terdiam, memikirkan langkah apa yang harus aku ambil dengan kisah cintaku dengan Kiran. aku tidak ingin merusak hubungannya dengan Aruna tetapi kenapa cinta datang pada kami berdua. Benarkah ini cinta, bukan karena simpati atau dia suka aku karena sedang ada masalah dengan Aruna jadi dia suka sama aku. Memang aku harus membicarakan hal ini dengan Kiran. Aku memang mencintai Kiran tetapi bukan sifatku mengambil pacar orang meskipun dia mencintaiku. Apakah aku harus mundur dan menghilang dari hidupnya. Membiarkan dia dan memberi kesempatan kepada dia untuk merasakan kembali cinta Aruna. Tetapi bagaimana kalau dia dikecewakan Aruna? Aku tahu Aruna masih mencintai pacar lamanya dan dia pernah bilang kalau dia tidak pernah bisa melupakan mantannya itu dan dia merasa mantannya lebih mencintai dia daripada Kiran. Apakah aku harus mengatakan kalau Aruna cintanya tidak seperti dahulu lagi. Aku tidak ingin membuat Kiran bersedih. Aku tidak akan mengatakan itu ke Kiran biarlah aku saja yang tahu dan menjaganya dari jauh. Aku juga tidak akan mengatakan kalau Aruna pernah bercinta dengan orang lain. Aku tidak ingin Kiran menjadi terluka.

*****

Aku jadi deg deg an memikirkan dia akan datang kesini. Aku membersihkan apartemenku dan bersiap menunggu kedatangan Kiran. Aku merasakan hatiku jadi senang dan berdebar debar menantikan kedatangannya dan perutku jadi mules. Aku segera memesan makanan sebelum Kiran datang. Aku memindahkan semua makanan kedalam piring dan aku segera mandi. Aku tidak ingin Kiran melihatku lusuh seperti anak jalanan. Setelah mandi, aku mendapatkan miss call dari Kiran dan sms memberitahu kalau dia sudah dekat apartemenku. Aku segera turun bersiap menunggunya di Lobby. Aku segera menjemputnya dan membawakan kopernya. Aku menggandeng tangannya memasuki lift. Dia hanya diam seribu bahasa begitu juga dengan aku. Aku dengan dia sibuk dengan pikiran dan perasaan masing masing. Begitu sampai dalam rumah Kiran langsung menciumku dengan penuh perasaan dan kerinduan. Aku tidak bisa mengelak ciumannya, aku begitu merindukannya dan setelah semalam perasaanku yang diliputi rasa cemburu dan sakit kini seakan lenyap oleh ciumannya yang begitu lembut.

Kami berpelukkan lama sekali, dia menangis dalam pelukkanku. Hatiku langsung luluh lantak melihatnya menagis. “Hei, kenapa menangis sayang?”
                 “Maafkan aku Ryn”Katanya masih dengan menangis.
                ‘Kamu nggak salah apa apa, kok”Kataku sambil menghapus air matanya dan mencium wajahnya. “Sudah ya, kamu mau makan atau minum?Tanyaku lagi.
                “Aku ingin mandi dahulu”Katanya “Ryn, aku boleh menginap nggak nanti?Tanyanya.
Aku tidak tahu harus menjawab apa, aku hanya mengangguk. Aku mengantar dia ke kamarku untuk menaruh pakaiannya. Aku memberikan dia handuk bersih dan dia langsung mandi. Aku kembali ke pantry dan membuatkan dia teh hangat. Aku melihat dia telah keluar dari kamar mandi, mengenakan kaos dan celana pendek. Aku mengajaknya duduk di sofa dan dia langsung memelukku erat erat.
“Semalaman aku memikirkan kamu, Ryn dan memikirkan cinta kita”. Mungkin kamu menganggap cintaku tidak serius dan hanya main main. “Kamu boleh percaya atau tidak kalau aku memang jatug cinta denganmu, Ryn”.
“Mungkin kamu sedang eforia atau mengalami transference sama aku karena kamu sedang ada masalah dengan Aruna.”
“Orang tahu kalau dirinya jatuh cinta itu tidak perlu waktu lama Ryn, dan selama tiga bulan ini, aku lebih banyak memikirkanmu, merindukanmu daripada Aruna”.
“Mana yang lebih kamu cintai aku atau Aruna?Tanyaku kemudian
Kiran terdiam dengan pertanyaanku. “Boleh, aku tidak menjawab? Katanya. Aku hanya mengangguk meskipun aku ingin tahu perasaannya terhadap aku dan Aruna.
                “Sebenarnya apa yang kamu inginkan dari aku?Tanyaku
“Aku, nggak tahu Ryn, aku cuma merasa bahagia bila bereda didekatmu, aku merasa begitu tenang, dan nyaman bila bersamamu”. Kata Kiran sambil memelukkan aku disofa. “Kamu pengen aku bagaimana Ryn?Tanyannya kembali.
“Aku nggak tahu sayang, aku cuma pengen kamu bahagia dan hubungan kalian baik baik”.Kataku.
“Kita makan dulu aja yuk, sudah malam nih!”Ajakku.

Setelah makan, kami nonton TV kabel di kamarku, dia duduk dalam pelukkanku. Tangannya mulai bergerilya masuk kedalam kaosku. Terus terang aku tidak dapat menahan diriku lagi, sudah lama aku tidak pernah bercinta dengan perempuan manapun. Sekarang perempuan yang kucintai menggodaku dengan rabaannya yang membuat nafasku memburu. Aku sudah tidak peduli dengan akal sehatku lagi, dengan idealismeku, tentang kode etik dan lainnya. Birahiku telah menguasai semua pikiranku. Aku tidak peduli aku akan menyesal atau tidak. Aku segera mencium dia, merebahkan dia, mencopot kaosnya dan kaosku sendiri, melepas celana pendek dan celana dalamnya setelah aku melepas punyaku sendiri. Kuciumi tubuhnya dengan kerinduan yang membuncah, kupuaskan dia dengan cinta dan sayangku. Begitu juga dengan dia merabahi semua tubuhku, menciumi putingku. Aku bagaikan musafir yang kehausan dipadang pasir dan menemukan mata air. Kurengkuh dia dalam pelukku, kujelajahi semua tubuhnya, kubelai perempuannya. Kami saling mencumbu, saling memuaskan seakan tidak bisa berhenti terus dan terus, dari satu orgasme ke orgasme lainnya dengan segala suka cita dan teriakan nikmat. Kami seperti sedang merayakan percintaan yang penuh sparkle. Sampai kami berdua kelelahan dan tertidur sambil berpelukan dan tanganku masih diselangkangannya.  


******
Sudah hampir dua tahun hubunganku dengan Kiran dan aku tidak tahu apa namanya hubungan ini. Apakah hubungan ini hubungan tanpa status atau hubungan affair? Apakah Aku ini kekasih gelapnya atau kekasih terangnya. Entahlah, aku tidak tahu. Sejak kami bercinta di malam pertama dia menginap hubungan kami jadi berlanjut. Akhirnya aku memberikan dia kunci rumah apartemenku sehingga dia bisa datang kapan saja dia mau. Aku sendiri tidak tahu apa yang membuatku memutuskan menjalin hubungan dengan Kiran. Apakah karena aku sudah mulai menua dan takut hidup sendiri, meskipun Kiran tidak setiap hari datang ketempatku. Dia datang seminggu sekali atau lebih tergantung kegiatan dia. Kalau Aruna sedang keluar kota dia akan menginap cukup lama ditempatku. Aku pernah mengatakan kepada Kiran, kalau aku seperti isteri simpinan dia dan aku nggak tahu kalau itu membuatnya sedih. sebab dia membenci poligami dan telah banyak melihat korban poligami tetapi kenapa sekarang dia melakukan itu.

Kami tidak pernah bertengkar selama bersama dan bisa dikatakan hubungan kami selalu romantis. Kami sering menonton dvd bersama, atau kadang membaca buku bersama, memasak bersama. Aku kadang melarang dia untuk belanja mengisi kulkasku atau keperluan lainnya. Karena aku tahu dia juga punya rumah tangga sendiri yang juga harus dibiayai. Tetapi dia selalu saja membeli keperluan dapurku. Kami tidak pernah keluar bersama selama di Jakarta karena takut akan ketahuan oleh teman teman Aruna atau teman-taman dia. Tapi aku pernah ke rumah keluarganya di Semarang waktu lebaran dan Aruna tidak mau ikut. Waktu itu aku juga sedang pulang ke Solo dan aku pergi mengunjungi dia di Semarang. Aku diperkenalkan dengan kedua orang tuanya dan kakak-kakaknya. Aku sempat ngobrol dengan Ayahnya. Aku tahu Ayahnya suka denganku karena aku lulusan Australia dan satu almamater dengan kakak Kiran tapi beda jurusan. Ayahnya juga bertanya mengenai keluargaku dan terakhir Ayahnya berkata agar sering sering main kesini dan menemani Kiran. Apakah ini maksudnya dia merestuiku dengan Kiran. Aku nggak tahu, aku menginap semalam disana dan mengajak Kiran ke Solo. Dalam perjalanan ke Solo aku mengajak dia mampir di sawah kami di daerah Boyolali, melihat pengembangan beras organic yang dikembangkan kakakku.

Kiran senang sekali dengan perjalanan itu, apalagi ketika aku ajak dia makan ditengah sawah dengan lauk ikan mas goreng, sambel, lalapan dan sayur asem yang diantarkan oleh pembantu dirumah kakakku dengan rantang. Itu perjalanan yang menyenangkan dan romantic. Kami banyak membuat foto berdua yang akhirnya aku besarkan dan aku tempel di Apartemenku di Jakarta. Aku juga membawa dua karung beras organic untuk keluarga Kiran di Semarang. Keluargaku juga menyukai Kiran apalagi ketika tahu dia anak Profersor dokter bedah yang paling terkenal di Semarang. Dia menginap dua hari di Solo sebelum aku mengantarnya kembali ke Semarang. Sebetulnya aku mau langsung pulang tetapi Ayah Kiran meminta aku menginap dan bertemu dengan kakaknya yang satu sekolah denganku. Ternyata kami saling mengenal meskipun tidak akrab. Kami jadi bernostalgia dengan kampus kami itu. kakaknya masih di Australia dan praktek disana. Baru kali ini aku merasa menjadi bagian dari Kiran sepenuhnya dan bukan cuma teman affairnya.

Hubungan kami berjalan mulus selama ini, tidak ada pertengkaran yang hebat. Kecuali aku yang kadang merasa cemburu atau diabaikan oleh Kiran. Aku sendiri juga tidak tahu kenapa aku mau dengan hubungan yang seperti ini dan menerima begitu saja. bersamanya aku memiliki kesabaran dan pengertian yang luar biasa sampai aku sendiri kagum merasakannya. Aku tidak pernah protes atau complain ketika dia bilang akan ke rumah dan tiba tiba membatalkannya karena Aruna mengajaknya pergi. Pernah sekali aku terbakar cemburu dan itu adalah perasaan cemburu yang paling parah yang pernah aku rasakan, aku menjadi hangus terbakar api  cemburu. Waktu natal tahun lalu dia diajak Aruna pulang ke Menado selama dua minggu. Sebetulnya aku sudah berusaha untuk tidak cemburu, aku mengatakan pada diri sendiri 2 minggu itu cepat dan akan berlalu tanpa aku sadari. Tetapi ketika aku lihat fotonya di facebook ketika mereka di Bunaken, berpelukan dengan mesra dan foto foto lainnya di Tomohon, danau linau, bukit doa sungguh membuatku kebakaran cemburu. Aku merasakan sakit yang luar biasa waktu itu aku sudah ingin berhenti dan meninggalkannya. Perasaanku menjadi kacau antara cemburu atau iri. Karena aku tidak pernah bisa memasang fotoku berdua dengan Kiran di Facebook. Aku tidak bisa leluasa mengajak pergi. Aku jadi malas membalas smsnya bahkan ketika dia menelpon aku tidak mengangkatnya. Emailnya juga tidak kubaca. Rupanya dia tahu kalau aku sedang cemburu dan dia langsung pulang. Dia mengatakan kepada Aruna kalau pasiennya membutuhkan dirinya. Begitu melihatnya didepan pintu hatiku langsung lumer, kemarahanku langsung lenyap seketika. Dia tidak banyak bicara hanya memelukku erat erat.

Pernah suatu hari ketika kami sedang bercengkrama Kiran bertanya. “Sampai kapan hubungan kita seperti ini sayang? Aku hanya tersenyum mendengar pertanyaannya. Lalu aku menjawab sekenanya.
“Sampai kamu bosan datang kesini lagi atau sampai aku mengganti kunci rumahku dan tidak ingin kamu datang lagi kesini”.
                “Apa yang membuatmu akan mengganti kunci rumahmu?Tanyannya lagi mengejar
“Mungkin kalau aku jatuh cinta dengan orang lain atau kalau aku merasa kamu sudah tidak menginginkanku lagi, aku akan menjauh dan pindah dari sini”Kataku dan tiba tiba kulihat matanya berkaca kaca.
“Sayangku, jangan pernah menghilang dari hidupku ya, aku tidak bisa kehilangan kamu”Katanya sambil meneteskan air mata.
“Nggak sayang bagaimana bisa aku meninggalkanmu, aku begitu mencintaimu”Kataku menghapus airmatanya dan kupeluknya erat erat.

Pernah juga dia bertanya padaku, “Sayang, kenapa kamu tidak pernah memintaku untuk putus dengan Aruna dan memintaku bersamamu?
Aku terdiam mendengar pertanyaannya, hatiku langsung bergejolak dan berkecamuk. Sering kali aku berharap Aruna meninggalkan Kiran. Tapi yang sering terjadi malah aku mendamaikan mereka ketika sedang bertengkar atau menasehati Kiran untuk bersabar bila menghadapi Aruna.
“Apakah kalau aku meminta, kamu akan berani memutuskan Aruna?Tanyaku kembali. “Aku tahu kamu tidak pernah punya keberanian untuk meninggalkan Aruna. Hubunganmu dengan dia sudah cukup lama dan pasti sudah banyak kenangan yang kalian lalui. Aku takut kalau kamu meninggalkan Aruna dan ketika bersamaku lalu kamu menjadi rindu dengan dia dan bersedih karenanya, dan itu aku akan membuatku sakit hati”. Kataku “Seandainya kamu putus dengan Aruna, aku juga tidak akan memintamu langsung atau mengumumkan hubungan kita teman teman karena itu akan membuat orang berpikir macam-macam” dan aku tidak mau pindah kerumahmu dan kamu sendiri belum tentu mau pindah kesini”

Aku juga merasa kalau Kiran masih sering merasa bersalah dengan Aruna karena hubungan kami. Kadang dia menjadi jauh dariku dan tidak datang ketempatku sampai dua minggu karena merasa bersalah dengan Aruna. Itu adalah saat yang paling berat buatku. Aku jadi menangis sendiri dan merindukannya. Aku benar benar merasa seperti isteri simpanan kalau seperti itu. Aku tidak tahu kenapa aku masih saja bertahan dengan dia dan terus berharap suatu hari kita akan bersama. Aku benar benar kagum dengan cintaku yang begitu besar buat dia. Aku tidak pernah menuntut dia untuk selalu bersamaku. Aku tidak ingin hubungan kami menjadi beban buat dia. Aku hanya ingin membuat dia bahagia dan menikmati kebersamaan kami. Kadang aku kesal atau lebih tepatnya aku cembru karena dia selalu sms dengan Aruna ketika bersamaku sedangkan dengan aku kalau dia kadang lupa sms apalagi kalau sedang sibuk. Kadang aku merasa Kiran lebih perhatian dengan Aruna daripada aku. Aku menjadi iri dengan Aruna dan juga merasa Aruna telah menyia-nyiakan kebaikan dan cinta Kiran terhadap dia. Ingin sekali mengatakan pada Aruna untuk menyerahkan Kiran kepadaku tetapi aku tidak pernah melakukan itu. karena aku juga tahu kalau Kiran masih mencintainya dan itu kadang membuatku terluka. Meskipun aku terluka, aku masih saja mencintainya, melindunginya dan tidak pernah memikirkan diriku sendiri yang merana. Apakah ini yang dinamakan cinta sejati? Aku sendiri tidak tahu, aku akan merasakan lebih sedih dan lebih sakit ketika memandang Kiran yang bersedih.

Pernah suatu hari Kiran begitu kuatir karena Aruna merasa dia berubah. Aruna mengatakan pada Kiran kalau Kiran berubah terhadap dia dan dia merasa Kiran melakukan hubungan dengan seseorang. Lalu Kiran mengatakan padaku kalau dia ingin lebih perhatian kepada Aruna dan memperbaiki hubungan mereka. Entah kenapa aku mendadak waktu itu menjadi cemburu dan marah. Aku langsung mengatakan “Ya, udah kamu nggak usah kesini lagi kalau kamu merasa takut dan bersalah denga Aruna” ketika mengatakan itu aku serasa ditusuk tombak jantungku dan sakitnya luar biasa. Tapi aku mencoba kuat dan meyakinkan dia kalau aku nggak apa apa seandainya semua harus berakhir. “Aku juga tidak akan mengubungi kamu, aku akan menghilang dari hidupmu selamanya sehingga perasaanmu tidak terbagi”  waktu itu dia mengatakan lewat sms dan sudah beberapa hari tidak berani datang ketempatku. Aku mendadak jadi mengalami psikosomatis, aku langsung muntah muntah dan badanku menjadi panas sekali. Airmataku langsung keluar tak terbendung dan aku merasakan kesakitan yang luar biasa, ketika dia tidak menolak dengan saranku itu. Aku jadi benar benar terpukul karena merasa ternyata dia tidak memilih aku dan masih lebih memilih Aruna. Aku jadi tahu kalau dia masih mencintainya dan masih ingin berhubungan dengan Aruna. Aku nggak tahu kenapa aku jadi hancur dan sakit padahal dari awal aku juga tahu kalau dia mencintai Aruna. Lagu Adelle Someone Like you menjadi kesukaanku dan setiap mendengarnya selalu membuatku menangis.

I hate to turn up out of the blue uninvited
But I couldn't stay away, I couldn't fight it.
I had hoped you'd see my face and that you'd be reminded
That for me it isn't over.

Never mind, I'll find someone like you
I wish nothing but the best for you too
Don't forget me, I beg
I remember you said,
"Sometimes it lasts in love but sometimes it hurts instead,
Sometimes it lasts in love but sometimes it hurts instead, "
Yeah

You know how the time flies
Only yesterday was the time of our lives
We were born and raised
In a summer haze
Bound by the surprise of our glory days


Meskipun pada akhirnya dia tidak ingin berpisah dariku. Dia mengatakan masih mencintaiku, masih ingin merasakan cintaku dan tidak ingin berhenti merasakan kebersamaan. Dia datang setelah dua hari dengan mata yang sembab. Dia langsung memelukku dengan erat dan menangis dalam pelukkanku. Kami berdua menangis bersama, saling melepaskan semua rasa dalam pelukkan yang erat dan dalam. Dia memintaku untuk tidak pernah berhenti mencintainya dan meninggalkannya. Dia mengatakan ingin bersamaku suatu hari. Kami bercinta dengan sangat penuh perasaan meleburkan perasaan sedih, terluka, rindu, sayang, dan cinta menjadi satu. Menjadikan percintaan yang luarbiasa dan penyatuan cinta yang terkuat dan terdahsyat yang pernah kami rasakan.

Hubungan kami kembali lagi seperti semula dan dia tetap datang ke rumahku dan aku selalu dengan senang hati menantikan kedatangannya. Dia datang dan pergi sesukanya dan aku tetap menanti kedatangannya. Kadang dia begitu merindukanku dan kadang dia begitu jauh dariku. Tapi aku tahu kalau dia juga mencintaiku dan makin lama makin mencintaiku. Dia menikmati perhatianku, menikmati cintaku. Meskipun kadang aku selalu bertanya dalam hati apa yang membuat dia tidak bisa memutuskan Aruna. Ketika sedang resah dan galau aku selalu bertanya tanya siapa yang sebernarnya paling dia cintai Aku atau Aruna? Dan aku tidak pernah mendapakan jawaban darinya. Kadang aku ingin mendengar dia mengatakan kalau dia lebih mencintaiku daripada Aruna. Kadang aku ingin merasa dibutuhkan oleh dia. Tapi aku juga merasa bersalah dengan Aruna. Setiap kali bertemu dengan Aruna selalu ada perasaan bersalah terhadap dia. Merasa aku telah mencuri cinta kekasihnya. Tetapi aku selalu berasionalisasi, bukankah kamu tidak mencintainya lagi! Atau berpikir aku cuma berusaha memberikan kebahagian buat Kiran karena kamu tidak bisa membahagiakan dia. Kadang kalau sehabis bertemu dengan Aruna aku jadi uring-uringan, apalagi kalau melihat dia menelpon Kiran di depanku. Ada perasaan cemburu yang mendera didadaku. Tetapi tetap saja aku bertahan dengan hubungan ini dan tetap saja berharap suatu hari aku bisa bersamanya tanpa ada Aruna diantara kami. Berharapa dia benar benar menjadi kekasihku tanpa ada Aruna dalam pikirannya. Tidak harus menyaksikan dia sms Aruna ketika dia ada dalam pelukkanku. Dan kami menjalani kehidupan bersama yang sebenarnya.

Rumahku sekarang sudah seperti rumah kami berdua, barang barang Kiran sudah mulai banyak berpindah disini. Aku juga menempelkan foto-foto kita berdua di kamar tidur dan ruang tamu karena aku tidak pernah mengajak teman atau menerima tamu disini. Kami berdua bermimpi suatu hari dapat membangun klinik bersama. Klinik yang bisa melayani teman-teman LGBTI dan juga ada tempat konsultasi psikologinya. Bisa memberikan pelayanan yang terjangkau atau bisa memberikan operasi ganti kelamin yang aman dan terjangkau buat teman teman trans. Kami berdua mengumpulkan uang bersama untuk mewujudkan mimpi itu. Kata Kiran waktu itu “Kita bersama atau tidak nanti, aku tetap ingin memiliki klinik bersamamu” Itu adalah impian terindah meskipun aku sendiri tidak tahu kapan kami berdua bisa bersama seutuhnya. Aku cuma berharap Aruna tidak pernah tahu hubungan kami berdua. Aku tidak ingin nama Kiran menjadi jelek dan aku juga tidak ingin mereka putus karena aku. Kalau seandainya mereka putus, aku berharap itu putus baik baik dan karena mereka sudah tidak saling mencintai lagi. Kadang ingin sekali meminta Kiran meninggalkan Aruna dan mengatakan kepada Kiran kalau perasaan Aruna terhadapnya telah berubah. Tapi aku tidak pernah melakukan itu dan aku menganggap itu bukan suatu tindakan yang gentlemen dan sportif. Aku sendiri juga heran kenapa Aruna tidak bisa memutuskan Kiran. Sudahlah biarkan semua berjalan dan waktu yang menentukan mau kemana hubungan ini. Aku mencoba selalu ada buat Kiran apapun yang terjadi. Seandainya suatu hari Kiran patah hati karena Aruna, aku akan mendampinginya, membantunya kuat dan menjaganya agar tidak jatuh atau terpuruk. Aku tidak peduli meskipun aku harus terluka melihat dia menangisi Aruna. Tetapi aku tidak akan mempelihatkan kesedihanku didepannya. Aku akan membuat dia ketawa dan bahagia. Itu janjiku didalam hati ketika memandang yang sedang tertidur nyenyak. Aku sungguh mencintaimu kekasihku dan aku akan selalu mencintaimu. Aku tidak peduli berapa luka yang akan kurasakan asal kamu bahagia sayangku. Aku akan selalu ada buatmu dan aku selalu ingin bersamamu selamanya. I love you more than yesterday and less then tomorrow my love. 

ditulis oleh Poedjiati Tan

4 comments:

  1. ternyata tentang perselingkuhan ya....
    huft....:(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehehe memenuhi permintaan pembaca, dan biar bervariasi ceritanya.

      Delete
  2. mba... dari beberapa cerita yang sudah saya baca, bagus dan sangat menyentuh.. :)
    yang ingin saya tanyakan, apakah semua kisah nya ini fiksi atau ada juga yang dari kisah nyata?

    ReplyDelete
  3. Kisah yg tidak mendidik

    ReplyDelete