Shela masih tidak dapat mempercayai apa yang
baru saja dia lihat, Kiki berciuman dengan teman perempuannya. Shela
cepat-cepat berjalan perlahan meninggalkan pintu kamar Kiki. Dia masih terkejut
dan shock dengan apa yang dilihatnya. Shela masuk ke dalam kamarnya dan duduk
di pinggir ranjang. Anak perempuan satu satunya yang paling dia cintai ternyata
seorang lesbian. “Karma apakah ini?", tanya dalam hati. Ingatannya langsung melayang pada
kejadian 22 tahun yang lalu. Pada perempuan yang dia cintai sampai sekarang,
Kinanti Rukmana. Shela memang menamai anaknya sama dengan kekasihnya. Perempuan
yang selalu mengisi mimpi-mimpinya. Perempuan yang memberikan cahaya kebahagian
buatnya.
Memang selama ini Shela selalu merasa kalau Kiki
anaknya mirip dengan kekasihnya. Dia juga suka sekali berpetualang, suka
mendaki gunung, suka fotografi dan cita-citanya ingin menjadi fotografer
National Geographic. Sama seperti Kinan kekasihnya. Shela tahu kalau anaknya
tomboy tapi dia tidak pernah berpikir kalau anaknya seorang lesbian. Meskipun
selama ini dia sudah mencurigai kalau anaknya lesbian setelah melihat
Facebooknya, namun dia selalu berusaha untuk menyangkal semua itu. Tapi
kejadian tadi menyadarkan dirinya, bahwa dia memang menyangkal kalau anaknya
lesbian.
“Apa yang harus kulakukan sekarang? Bagaimana kalau Bram mengetahui anak kesayangannya seorang lesbian? Shela berkata dalam hati, karena dia tahu betapa dekatnya Kiki dengan ayahya. Bram sangat memanjakan Kiki dan selalu menuruti keinginan atau kemauan Kiki. Kiki lebih terbuka dengan Bram daripada dirinya. Bram selalu menghadiahi barang mahal buat Kiki, seperti kamera DSLR lengkap dengan multi lensa dan segala perlengkapannya. Bahkan ketika Kiki ingin ransel National Geographic, Bram membelikan. Aku sebagai ibunya seringkali memarahi Bram karena keroyalannya pd keinginan Kiki tersebut. Aku tidak tahu bagaimana reaksi Bram bila mengetahui Kiki seorang lesbian. Apa mungkin Bram sudah mengetahuinya?
“Apa yang harus kulakukan sekarang? Bagaimana kalau Bram mengetahui anak kesayangannya seorang lesbian? Shela berkata dalam hati, karena dia tahu betapa dekatnya Kiki dengan ayahya. Bram sangat memanjakan Kiki dan selalu menuruti keinginan atau kemauan Kiki. Kiki lebih terbuka dengan Bram daripada dirinya. Bram selalu menghadiahi barang mahal buat Kiki, seperti kamera DSLR lengkap dengan multi lensa dan segala perlengkapannya. Bahkan ketika Kiki ingin ransel National Geographic, Bram membelikan. Aku sebagai ibunya seringkali memarahi Bram karena keroyalannya pd keinginan Kiki tersebut. Aku tidak tahu bagaimana reaksi Bram bila mengetahui Kiki seorang lesbian. Apa mungkin Bram sudah mengetahuinya?
******
22 Tahun yang lalu
Kinanti Rukmana, perempuan yang mencuri hati
Shela dan membuatnya jatuh cinta. Shela bertemu dengan Kinan sewaktu mereka
sama-sama mahasiswa yang sedang mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN). Shela
sendiri tidak tahu apa yang membuatnya jatuh cinta sama Kinan. Tapi waktu pertama
melihatnya, dia langsung merasa suka. Padahal dia sendiri waktu itu sudah
bertunangan dengan Bram. Apalagi dia ditempatkan satu kamar dan satu ranjang
dengan Kinan. Dia sudah mendengar dari teman-temannya waktu itu kalau Kinan itu
lesbian, tapi dia tidak pernah peduli. Dia merasa nyaman berada di dekat Kinan.
Dalam waktu satu minggu, hubungannya dengan
Kinan makin dekat. Mereka seperti cocok satu sama lain. Mereka juga menikmati
KKN di desa yang langsung berhubungan dengan penduduk-penduduknya. Mereka
berdua menikmati bekerja membantu penduduk atau berjalan di pematang sawah
berdua ketika senja. Duduk berdua di atas bukit atau di pinggir sungai sambil
bercerita banyak hal. Shela selalu kagum dengan cerita Kinan yang suka
berpetualang. Dia suka mendaki gunung atau backpacker-an
keliling Indonesia, bahkan sampai ke luar negeri.
Shela menyukai sikap Kinan yang sopan dan
lembut, dia tidak pernah mencari kesempatan atau berusaha merayu Shela.
Meskipun Kinan tahu kalau Shela menyukai dia, dan Kinan sendiri menikmati
kedekatannya dengan Shela. Bersama Kinan, Shela merasakan sesuatu yang beda.
Dia merasa kalau dirinya jadi hidup, penuh semangat dan ingin melakukan banyak
hal. Beda sekali ketika dia bersama dengan Bram. Shela tahu kalau Bram sangat
mencintai, melindunginya dan akan melakukan apa saja untuk selalu bisa bersama
dia. Bram selalu melayani dan menuruti apa yang Shela inginkan. Semuanya serba
teratur dan monoton, bahkan dalam bercintapun semua serba membosankan dan hanya
butuh lima menit untuk menyelesaikannya.
Shela tidak tahu kenapa dia ingin sekali
berciuman dengan Kinan, berpelukan dan bercinta dengan dia. Dorongan itu makin
lama makin kuat. Setiap malam adalah saat-saat yang selalu ditunggu oleh Shela.
Dia ingin sekali menyentuh tubuh Kinan. Kadang mereka hanya saling pandang
tanpa bicara atau melakukan apapun. Dalam keremangan malam dia melihat ada
cinta di mata Kinan. Sampai suatu malam mereka berciuman. Ciuman itu begitu
lembut, perlahan dan penuh dengan kasih. Mereka hanya berciuman lama sekali,
sambil tangan mereka saling berpegangan. Kinan membelai wajahnya dengan penuh
kelembutan seakan-akan takut akan melukai Shela.
Shela tahu kalau Kinan takut untuk melakukan lebih jauh dari itu. Dia tidak ingin mengambil kesempatan. Tetapi Shela ingin lebih dari sekedar ciuman. Dia mencium leher Kinan dan menuntun tangan Kinan untuk menyentuh payudaranya. Kinan membelainya dengan penuh perasaan dan kelembutan. Dia menikmati setiap sentuhannya dan membelainya dengan penuh kasih. Shela membuka baju tidurnya dan membiarkan Kinan menciumi payudaranya. Dia melihat betapa Kinan memperlakukan payudaranya penuh dengan cinta, menikmatinya dan mengangguminya. Sesuatu yang tidak pernah dia rasakan ketika bersama dengan Bram.
Kinan tidak ingin bercinta dengan buru-buru. Dia
menciumi seluruh tubuh Shela dengan penuh perasan. Shela merasa gejolak dalam
dirinya yang menghentak hentak. Nafasnya mulai memburu, perasaannya seperti
ingin meledak. Dia sendiri tidak tahu kenapa dia tidak merasa canggung, padahal
dia tidak pernah bercinta dengan perempuan sampai saat ini. Namun, insting
alaminya bekerja dengan baik. Dia bisa mengimbangi percintaanya dengan Kinan.
Dia tidak ragu menyentuh tubuh Kinan, dia merasa menikmati percintaannya dengan
Kinan. Baru kali ini dia merasakan orgasme yang luar biasa dan berulang-ulang.
Setiap malam mereka bercinta dengan berhati hati
agar tidak diketahui teman-teman atau penduduk desa. Mereka tidak hanya berbagi
tubuh, namun juga berbagi perasaan. Tapi diam-diam Shela merasa bersalah dan
tidak berani jujur kepada Kinan kalau dia sudah bertunangan dengan Bram.
Apalagi KKN akan segera selesai dan kegelisahannya makin menyeruak dalam
hatinya. Seperti ketika selesai bercinta, mendadak Shela ingin menangis dan
memeluk tubuh Kinan erat-erat.
Melihat Shela yang menangis, Kinan menjadi panik dan kuatir, “Hei..kenapa kok menangis?", katanya sambil membelai wajah Shela, menciumi dan mendekapnya dalam pelukan.
Shela hanya menggeleng kepalanya, “Aku hanya takut kehilangan kamu, Kinan.”
Kinan makin mempererat pelukannya. “Aku tidak akan pernah meninggalkanmu Shela! Apakah kamu tahu kalau aku jatuh cinta dengan kamu, kamu telah mencuri hatiku dari pertama kita ketemu. Aku ingin selalu bersamamu, aku ingin mengajakmu jalan-jalan, melihat pemadangan yang indah, berkeliling dunia. Selama ini aku selalu melakukan sendiri dan ingin rasanya mempunyai seseorang untuk diajak berbagi. Dan orang itu kamu, sayangku!” Bisik Kinan di telinga shela sambil menciuminya.
Melihat Shela yang menangis, Kinan menjadi panik dan kuatir, “Hei..kenapa kok menangis?", katanya sambil membelai wajah Shela, menciumi dan mendekapnya dalam pelukan.
Shela hanya menggeleng kepalanya, “Aku hanya takut kehilangan kamu, Kinan.”
Kinan makin mempererat pelukannya. “Aku tidak akan pernah meninggalkanmu Shela! Apakah kamu tahu kalau aku jatuh cinta dengan kamu, kamu telah mencuri hatiku dari pertama kita ketemu. Aku ingin selalu bersamamu, aku ingin mengajakmu jalan-jalan, melihat pemadangan yang indah, berkeliling dunia. Selama ini aku selalu melakukan sendiri dan ingin rasanya mempunyai seseorang untuk diajak berbagi. Dan orang itu kamu, sayangku!” Bisik Kinan di telinga shela sambil menciuminya.
Shela tak kuasa melihat tatapan Kinan yang penuh
dengan cinta dan kebahagian. Sementara dia sendiri tidak tahu apa yang akan
terjadi. Apakah aku sanggup memutuskan
pertunanganku dengan Bram. Alasan apa yang akan kuberikan kepada keluarganya?
Atau keluarga Bram, pasti akan ada keributan besar kalau aku memberitahu
memutuskan pertunangan dengan Bram. Dan kalau mereka bertanya kenapa, pasti
tidak mungkin mengatakan kalau aku jatuh cinta dengan Kinan. Bagaimana dengan Bram
sendiri, dia begitu baik dan sangat tulus mencintaiku. Dia sudah sangat ingin
menikah denganku begitu aku lulus kuliah. Katanya, dia ingin mempunyai anak
dariku. Pikiran Shela terus berkecamuk dan dia juga tidak berani jujur
dengan Kinan mengenai Bram.
Selama ini dia menyukai Bram karena dia tidak
pernah melarang semua kegiatannya. Orangnya baik, tidak mata keranjang,
meskipun memiliki wajah yang ganteng. Bram kakak kelasnya dan menjadi ketua BEM
dikampusnya waktu itu. Mereka bertemu ketika ada orientasi mahasiswa. Shela
merasa senang ditaksir ketua senat yang ngetop dan ganteng. Dia merasa bangga
bisa menjadi pacar Bram. Bahkan dia tidak menolak ketika diajak bercinta oleh
Bram ketika semester 4 dan Bram sudah hampir lulus. Shela merasa ingin tahu
bagaimana rasanya bercinta. Mereka jadi sering bercinta setelah itu. Kadang
Shela bolos kuliah hanya untuk dapat bercinta dengan Bram.
Tetapi rasa nikmat itu sungguh berbeda dengan
apa yang dia rasakan sekarang ini. Seringkali Bram langsung tertidur begitu
selesai bercinta. Sedangkan dengan Kinan, dia selalu memeluknya, menciuminya
dan kadang mereka bisa bercinta kembali. Shela menyukai kelembutan Kinan.
Meskipun Bram tidak pernah kasar ketika bercinta, tapi sering kali dia selalu
orgasme duluan sedangkan Shela masih belum orgasme. Berbeda dengan Kinan yang
selau bisa membuat Shela orgasme hingga berkali kali. Kinan selalu mengucapkan
I love you setiap kali bercinta. Perlakuan Kinan selalu membuat Shela
melayang-layang. Bahkan Shela telah lupa bagaimana rasanya bercinta dengan Bram
sebelum dia berangkat KKN.
******
Sudah empat hari ini Shela pulang dari KKN tapi
dia belum juga menelpon Bram. Dia malas untuk bertemu dengan Bram dan lebih
suka bersama dengan Kinan. Bahkan dua hari ini dia selalu berada di Kost Kinan
dan bercinta tiada henti. Shela sudah memutuskan kalau dia akan mengakhiri hubungannya
dengan Bram. Dia sedang berpikir cara dan waktu yang tepat untuk mengatakannya
dengan Bram. Dia ingin jujur dengan Kinan tapi dia takut kalau Kinan akan
menjauhi dirinya dan tidak lagi mau berhubungan dengan dia. Selama ini Kinan
memang memang tidak tahu hubungannya dengan Bram. Kinan pernah tanya
apakah dia pernah bercinta? Dia hanya bilang pernah. Tapi dia tidak pernah
bertanya dengan siapa? Dengan laki-laki atau perempuan? Dia Cuma bertanya
apakah dia menjalin hubungan dengan perempuan lain dan Shela menjawab tidak.
Karena dia memang tidak menjalin hubungan dengan perempuan tetapi dengan
lak-laki.
Shela sadar kalau hubungannya dengan Kinan akan
banyak hambatan dan tantangan. Dia tahu kalau dia akan menghadapi kesulitan
bila melanjutkan hubungannya dengan Kinan. Tapi cinta telah membuatnya berubah.
Dia tidak peduli dengan semuanya, dia hanya ingin berdekatan dan menjalani
cinta dengan Kinan. Meskipun dia tahu kalau masa depannya lebih terjamin dengan
Bram dan memperoleh semua kemudahan. Tetapi hanya bersama Kinan dia merasa
bahagia. Benar benar bahagia, yang tidak pernah dia rasakan bersama Bram. Dia
merasa hidup, bahagia, ceria dan penuh harapan. Dia tahu menjadi lesbian di
Indonesia tidaklah mudah. Tapi mereka bercita-cita akan ke Belanda berdua dan
hidup di sana bersama dengan Kinan. Ibu Kinan memang orang Belanda dan
keluarganya banyak berada di sana. Ayah Kinan yang meminta dia sekolah di
Indonesia agar mengerti budaya Indonesia. Setelah lulus baru dia melanjutakan
kuliah di Belanda. Kinan sendiri sangat mencintai Indonesia. Katanya
pemandangannya indah dan udaranya menyenangkan.
Dengan wajah indonya tentu dia gampang sekali
menggaet cewek yang dia sukai. Tapi rupanya dia tidak gampang jatuh cinta.
Apalagi dia suka berpetualang, mendaki gunung sehingga jarang menjalin relasi.
Dia tidak suka cewek yang manja dan kemayu, apalagi kalau takut kotor, panas
atau berkubang lumpur. Oleh sebab itu, dia suka ketika melihat Kinan yang tidak
ragu berpanas-panas, terjun ke sawah atau ke sungai, pribadinya yang sederhana,
penuh kasih sayang dan sabar. Kinan merasa menemukan perempuan yang dia cari
selama ini. Sekarang mereka berdua serasa menemukan belahan jiwa yang selama
ini mereka cari. Ketika bersama-sama, mereka berdua seperti sempurna mengisi
satu sama lain dan tak ingin dipisahkan. Seperti angka delapan yang sempurna.
Shela tidak berani mengajak Kinan menginap di rumahnya. Dia takut kalau sewaktu-waktu Bram datang. Kinan hanya mengantar hingga depan rumahnya dan Shela tidak berani mengajaknya masuk ke rumah. Kinan sendiri tahu kalau Shela masih takut dengan hubungan mereka. Kinan bisa memaklumi dan dia tidak ingin memaksakan kehendaknya.
Shela tidak berani mengajak Kinan menginap di rumahnya. Dia takut kalau sewaktu-waktu Bram datang. Kinan hanya mengantar hingga depan rumahnya dan Shela tidak berani mengajaknya masuk ke rumah. Kinan sendiri tahu kalau Shela masih takut dengan hubungan mereka. Kinan bisa memaklumi dan dia tidak ingin memaksakan kehendaknya.
*****
Shela akhirnya menelpon Bram dan memberitahu kalau dia sudah pulang. Itupun
setelah satu minggu dan mamanya bertanya kok Bram tidak datang padahal dia
sudah datang. Dengan rasa malas Shela memberitahu Bram, dan Bram senang sekali
ketika tahu Shela telah kembali dari KKN.
“Wah, aku kangen lho sama kamu. Sampai
rasanya aku tidak bisa konsentrasi kerja selama sebulan ini. Kamu baik-baik
khan di desa? Kamu kangen aku nggak?", berondong
Bram.
“Iya”, jawab Shela pendek, meskpun dia tahu kalau dia membohongi dirinya sendiri.
“Kok kamu sepertinya nggak semangat? Kamu sakit kah?", tanya Bram penuh kekuatiran.
“Nggak, cuma capek aja!", jawab Shela mencari alasan.
“Nanti, aku kesana ya? Kamu mau dibeliin sesuatu? Atau kita mau makan di luar?", tanya Bram lagi.
“Nggak usah, disini aja”, jawab Shela cepat.
“Ya, udah see you. Cium dong?", rajuk Bram.
“Ahh..nanti aja!", jawab Shela ketus.
“Ya udah nanti ya”, sahut Bram dengan semangat.
“Daaaa..”, kata Shela langsung menutup telpon.
“Iya”, jawab Shela pendek, meskpun dia tahu kalau dia membohongi dirinya sendiri.
“Kok kamu sepertinya nggak semangat? Kamu sakit kah?", tanya Bram penuh kekuatiran.
“Nggak, cuma capek aja!", jawab Shela mencari alasan.
“Nanti, aku kesana ya? Kamu mau dibeliin sesuatu? Atau kita mau makan di luar?", tanya Bram lagi.
“Nggak usah, disini aja”, jawab Shela cepat.
“Ya, udah see you. Cium dong?", rajuk Bram.
“Ahh..nanti aja!", jawab Shela ketus.
“Ya udah nanti ya”, sahut Bram dengan semangat.
“Daaaa..”, kata Shela langsung menutup telpon.
Shela segera bergegas keluar, dia ingin menemui
Kinan karena nanti malam dia tidak mungkin pergi bersama Kinan. Dia ingin
segera ketemu Kinan, ada perasan bersalah dan rindu dengan Kinan. Shela
bergegas berangkat ke kampus, melihat jadwal lalu ke tempat kos Kinan. Kinan
memang memberikan kunci kamarnya kepada Shela agar sewaktu-waktu dia bisa
masuk, bila Kinan sedang kuliah. Selama di jalan, perasan Shela menjadi galau.
Hampir saja dia menabrak tukang sayur karena menyetir motor dengan melamun. Dia
merasa malas sekali harus menemui Bram. Padahal selama ini dia tidak pernah
merasa malas menemui Bram.
Shela memarkirkan motornya di garasi, rumah kost
tampaknya sedang sepi. Rumah kost Kinan besar dan hanya dihuni oleh tiga orang
anak kost. Shela tidak terlalu mengenal teman kost Kinan. Hanya pernah bertemu
sekali dengan mbak Dewi pegawai bank BCA. Rupanya Kinan sedang berada
dikamarnya sedang mendengarkan musik. Shela mengetuk pintu kamar Kinan.
“Bentar!”, terdengar
langkah Kinan mendektai pintu kamarnya.
“Hei! Tumben pagi-pagi sudah nyampe”, kata Kinan sambil menutup pintu dan memeluk Shela.
“Hei! Tumben pagi-pagi sudah nyampe”, kata Kinan sambil menutup pintu dan memeluk Shela.
Mereka
berciuman penuh dengan kerinduan seperti belum pernah bertemu. Shela menaruh
tasnya di lantai dan langsung mencopoti pakaiannya. Kinan yang melihat Shela
telanjang, menjadi bergejolak gairahnya. Kemudian berlanjut dengan percintaan
dua insan yang penuh nikmat. Entah berapa kali mereka merasakan kenikmatan
bersama sampai mereka berdua kelelahan dan berpelukan.
“Aku tadi sedang
merindukanmu lho dan berharap kamu datang. E..kok terus kamu muncul”, bisik
Kinan.
Shela senang mendengar Kinan merindukannya. Tapi dia sendiri juga gelisah karena nanti sore Bram akan datang.
“Oya, kamu kok nggak
pernah mens sih?", tanya Kinan tiba-tiba.
“Mulai dari kita KKN sampai sekarang aku kok nggak pernah tahu kamu mens ya? Sampai kita bisa bercinta setiap hari?", lanjut Kinan.
“Mulai dari kita KKN sampai sekarang aku kok nggak pernah tahu kamu mens ya? Sampai kita bisa bercinta setiap hari?", lanjut Kinan.
Shela tiba-tiba tersentak dan tersadar kalau
dirinya belum datang bulan. Jantungnya langsung berdebar dengan kencang
teringat ketika sebelum berangkat KKN dia bercinta dengan Bram tanpa
menggunakan kondom. Kekuatiran mulai menyeruak dalam hatinya. Apakah aku sedang hamil? Kata orang kalau hamil muda biasanya gairah seksnya
sangat tinggi, apakah itu sebabnya dia selalu ingin bercinta dengan Kinan. Shela mulai merasakan ketakutan dalam dirinya. Tapi
dia tidak ingin Kinan tahu. Selam ini mens-nya selalu teratur dan memang ini
sudah lewat dua minggu dia belum mens. Wajah Shela langsung pucat, darahnya
seakan berhenti mengalir. Bagaimana kalau dia memang benar hamil? Dia tidak
ingin punya anak, dia ingin bersama Kinan. Shela berusaha menenangkan dirinya.
Dia tidak ingin Kinan tahu perubahan sikapnya. Aku harus beli test pack nanti.
“Hei, kok diam aja?",
tanya Kinan.
“E..iya, aku memang lama masa mens-nya kadang bisa 40 hari”, sahut Shela tergagap bohong.
“O..aku kira kamu hamil sama aku”, tukas Kinan sambil tertawa.
“Ihh..ngaco ah”, sahut Shela berusaha untuk tetap ceria meskipun hatinya resah.
“E..iya, aku memang lama masa mens-nya kadang bisa 40 hari”, sahut Shela tergagap bohong.
“O..aku kira kamu hamil sama aku”, tukas Kinan sambil tertawa.
“Ihh..ngaco ah”, sahut Shela berusaha untuk tetap ceria meskipun hatinya resah.
******
Shela menangis ketika melihat hasil test pack
yang dia beli. Dia positif hamil! Positif! Mendadak semua menjadi gelap. Dia
berusaha mengoyang goyangkan alat testnya. Berharap apa yang dilihat salah.
Tidak! Aku tidak mungkin hamil! Shela mengambil alat test lain dengan merk lain
dan berharap alat test itu salah. Kembali Shela mengetes urine nya. Dan
menunggu dengan berdebar-debar. Dia tahu kalau sebelum berangkat dia bercinta
dengan Bram tanpa kondom. Dia tidak menyangka kalu dia akan hamil. Jam di
dinding seakan berjalan lambat. Dia terus menatap alat test kehamilan itu.
Positif! Air mata Shela langsung meleleh. Dia menangis sesenggukan. Ketakutan
langsung menyergap hatinya. “Aku tidak ingin hamil!, batin Shela.
Pupus sudah harapannya bersama Kinan. Sirna
sudah keinginanya untuk menjalin cinta selamanya dengan Kinan. Shela memukul
tembok kamar mandi, dia marah, jengkel, kesal dan menyesal kenapa dia harus
bercinta dengan Bram. "Kenapa waktu itu aku mau diajak bercinta tanpa
menggunakan kondom?”, sesal Shela dalam hati. Dia masih ingat waktu itu
Bram mengatakan tidak apa-apa dia akan mengeluarkannya di luar dan Shela
menurut saja. Tetapi ternyata hal itu tidak terjadi mereka bercinta dan Bram
mengeluarkan spermanya di dalam. Shela marah dan benci dengan Bram. Dia juga
marah dengan dirinya sendiri. “Kenapa aku
bodoh sekali”
Wajah Kinan terbayang dengan jelas, Shela merasa
bersalah dengan Kinan. “O, Kinan
maafkan aku, maafkan aku yang bodoh ini” aku tidak mungkin menemui Kinan lagi. Aku malu menemui
Kinan. Dia pasti akan marah dan terluka”. Shela terus menangis menyesali dirinya. Beberapa kali dia berusaha
memukul perutnya dan berharap akan ada darah yang keluar. Dia berharap ini cuma
mimpi buruk dan tidak terjadi. “Aku harus menggugurkan kandungan ini. Tapi
dimana? Bram harus bertanggung jawab dengan semua ini. Sebentar lagi dia
datang, aku harus bicara dengan Bram.
Pintu kamar Shela dibuka dari luar. Shela melihat Bram yang masih menggunakan pakaian kerjanya dan tersenyum manis penuh kerinduan. Tapi senyum langsung lenyap ketika melihat Shela yang sedang duduk di lantai dan menangis.
“Ada apa sayang?”
tanya Bram cemas.
Shela tidak menjawab dan dia memberika hasil test pack kehamilan kepada Bram. Bram melihat dan sedikit bingung. “Maksudnya apa ini sayang?
“Aku hamil mas!”, kata
Shela dan kembali menangis.
Bram yang mendengar itu merasa terkejut dia
berusaha memeluk Shela. Tapi Shela menepiskan tangan Bram dan mendorong Bram.
“Aku ingin menggugurkan
kandungan ini”, lanjut Shela.
“Stttss..tenang sayang, nanti terdengar papa dan mamamu”, kata Bram berusaha menenangkan Shela.
“Aku benci kamu! Aku tidak mau punya anak!”, sahut Shela dengan terisak.
“Stttss..tenang sayang, nanti terdengar papa dan mamamu”, kata Bram berusaha menenangkan Shela.
“Aku benci kamu! Aku tidak mau punya anak!”, sahut Shela dengan terisak.
Bram yang terkejut dengan berita itu berpikr keras. Dia tidak ingin Shela menggugurkan kandungannya. Bagaimanapun itu adalah darah dagingnya.
”Bukankah kita memang
berencana menikah?” Kenapa tidak
kita percepat saja?”, kata Bram
berusaha menenangkan Shela.
“Aku tidak mau menikah denganmu. Kamu itu memang egois! Aku masih ingin lulus kuliah dan bekerja!”, sahut Shela dengan marah.
“Aku tidak mau menikah denganmu. Kamu itu memang egois! Aku masih ingin lulus kuliah dan bekerja!”, sahut Shela dengan marah.
Bram berusaha sabar menghadapi Shela. Dia tahu kalau Shela pasti shock mendapatkan dirinya hamil.
“Kalau kamu tidak mau
mengantar aku cari dukun, aku akan cari sendiri” kata Shela masih dengan
marah.
Bram tersadar kalau Shela serius dengan ucapannya. Bram sendiri masih bingung bagaimana memberitahu orang tuanya kalau Shela hamil. Dia merasa malu dengan orang tuanya tetapi dia tahu kalau dia harus bertanggung jawab. Memang dia sudah siap menikah dan sudah mulai membangun rumah. Rencananya akan menikah dua tahun lagi begitu Shela lulus kuliah dan rumahnya telah selesai. Dia juga malu dengan orang tua Shela karena tidak bisa menjaga Shela dan membuat dia menjadi Hami. Bram memegang kepalanya yang mendadak pusing. Sedangkan Shela masih menangis.
“Shel..please jangan
gugurkan kandunganmu, itu adalah buah cinta kita”, kata Bram berusaha
membujuk Shela.
“Tidak! Aku tetap akan mengugurkan kandungan ini dan aku tidak mencintaimu”, kata Shela dengan tegas dan mantap. “Ini tubuhku dan aku yang menentukan apa yang terjadi. Untuk kamu ketahui aja aku telah jatuh cinta dengan orang lain dan aku ingin memutuskan pertunangan kita”, lanjut Shela.
“Apa maksudmu Shel?, sahut Bram.
“Tidak! Aku tetap akan mengugurkan kandungan ini dan aku tidak mencintaimu”, kata Shela dengan tegas dan mantap. “Ini tubuhku dan aku yang menentukan apa yang terjadi. Untuk kamu ketahui aja aku telah jatuh cinta dengan orang lain dan aku ingin memutuskan pertunangan kita”, lanjut Shela.
“Apa maksudmu Shel?, sahut Bram.
“Kamu dengar apa yang aku katakan”
dengan emosi Shela mengucapkannya dan menatap dengan penuh kebencian kepada
Bram.
Bram masih tidak memepercayai apa yang dikatakan Shela. Dia berpikir ini karena ketakutan dan kekalutannya saja. Selama ini dia tidak pernah merasa ada yang berubah pada diri Shela. Apakah ditempat KKN dia menjalin hubungan dengan seseorang? pikiran Bram terus berkecamuk. Pikirannya benar-benar sedang kacau dan tidak tahu harus mengatakan apa. Satu yang dia tahu, aku harus segera memberitahu mama dan papa agar secepatnya menikahkan aku dengan Shela sebelum semuanya terlambat.
“Sebaiknya, aku pulang dulu mungkin kita
berdua perlu menenangkan diri”. Dia ingin mendekati Shela dan mencium
seperti yang biasa dia lakukan. Tapi dia tahu Shela sedang kaget dan marah.
Rumah Shela sedang sepi ketika Bram meninggalkan kamar Shela. Mama dan papanya memang tadi akan keluar ketika Bram datang. Shela memang anak terakhir dari tujuh bersaudara. Semua kelima kakaknya sudah menikah dan kakak Shela ke enam Sherina berada di Amerika mendapat beasiswa sekolah S2. Makanya sekarang di rumah ini selalu sepi. Dan Bram telah biasa datang di rumah ini. Meskipun kadang nggak ada Shela sekalipun. Papanya Shela kadang sering ngajak ngobrol atau main catur. Kadang dia mengajak Bram ke Bengkel atau bongkar mobil sendiri dan Bram tidak pernah menolak ajakan papanya Shela. Keluarga Shela sudah menganggap Bram seperti menantunya sendiri meskipun mereka belum resmi menikah.
Ketika Bram sampai di ruang tamu dia melihat bik Asih sedang mempersilahkan
seseorang duduk.
“Siapa Bik?”, tanya
Bram yang merasa curiga.
Sebab kalau dilihat usianya pasti teman Shela,
tidak mungkin teman orang tua Shela. Apalagi orang tuanya sedang tidak ada di
rumah tidak mungkin dipersilahkan menunggu. Hati Bram merasa curiga, selama ini
Shela hampir jarang mempunyai teman baik. Kemanapun selalu bersama Bram.
Dikampuspun pada awal kuliah Bram selalu mengantar jemputnya. Sejak dua tahun
ini aja Shela ke kampus sendiri. ”Apakah dia
yang membuat Shela berubah pikiran?” pikir Bram Tapi dia
sepertinya perempuan, apakah Shela menjadi lesbian? Tidak mungkin, pasti orang
ini yang telah membujuk Shela.
“Cari Shela ya?",
tanya Bram mendekati Kinan
“Iya, mas!", jawab Kinan berdiri dari duduknya
“Kenalkan saya Bram Tunangan Shela!”, kata Bram dengan sengaja menjelaskan posisinya.
“Iya, mas!", jawab Kinan berdiri dari duduknya
“Kenalkan saya Bram Tunangan Shela!”, kata Bram dengan sengaja menjelaskan posisinya.
Kinan bagaikan disambar geledekdengan apa yang dia dengar. Dia benar-benar tidak menyangka kalau Shela telah bertunangan. Selama ini Shela tidak pernah bercerita kalau dia sudah memilik tunangan.
“Silahkan duduk”Kata Bram yang melihat perubahan
wajah Kinan yang mendadak menjadi pucat. Dugaaannya memang benar. ”Aku
harus membereskan hal ini.”pikir Bram
“Oya kamu temannya dari
mana ya? Selama ini aku selalu tahu teman-teman Shela!”, tanya Bram.
“Saya...Teman waktu KKN”, kata Kinan tergagap karena masih shock
“O..makanya aku kok nggak pernah tahu! Nanti kalau kita menikah kamu datang ya! Mungkin bulan depan, sebab Shela sekarang sedang hamil”, jelas Bram mengeluarkan senjata pamungkasnya untuk mengakhiri hubungan Shela dan Kinan.
“Apa Shela nggak pernah cerita selama ini?", lanjut Bram.
“Saya...Teman waktu KKN”, kata Kinan tergagap karena masih shock
“O..makanya aku kok nggak pernah tahu! Nanti kalau kita menikah kamu datang ya! Mungkin bulan depan, sebab Shela sekarang sedang hamil”, jelas Bram mengeluarkan senjata pamungkasnya untuk mengakhiri hubungan Shela dan Kinan.
“Apa Shela nggak pernah cerita selama ini?", lanjut Bram.
Kinan menggelengkan kepalanya. Dia semakin shock, hatinya tiba-tiba terasa sakit sekali. Dia merasa telah tertipu dan dibohongi Shela. Selama sebulan lebih Shela tidak pernah menceritakan apapun. Bahkan Shela seperti memberikan harapan dan takut kehilangan. Bram menikmati permainannya. Dia tahu kalau Kinan sedang kaget dan terluka. Bram melihat mata Kinan berkaca-kaca dan berusaha untuk tidak menangis. Kinan merasakan sakit yang luar biasa dan dia ingin segera lari dan keluar dari ruangan. Dia tidak ingin Bram melihatnya menangis.
“Kalau gitu saya pulang
dulu aja”, kata Kinan dengan suara serak.
“Lho nggak jadi menunggu Shela?", sahut Bram dengan cepat.
“Nggak usah deh”, jawab Kinan.
“Iya, Shela memang harus banyak istirahat karena hamil muda. Nanti saya sampaikan kalau kamu datang. Maaf tadi siapa namanya?", tanya Bram sebelum Kinan menuju pintu.
“Kinan, mas!”, jawab Kinan sambil menyalami Bram.
“Lho nggak jadi menunggu Shela?", sahut Bram dengan cepat.
“Nggak usah deh”, jawab Kinan.
“Iya, Shela memang harus banyak istirahat karena hamil muda. Nanti saya sampaikan kalau kamu datang. Maaf tadi siapa namanya?", tanya Bram sebelum Kinan menuju pintu.
“Kinan, mas!”, jawab Kinan sambil menyalami Bram.
Kinan ingin berlari dan secepatnya pulang. Bram
mengantarnya sampai di Pintu. Dan tiba-tiba terdengar suara teriakan Shela dari
dalam.
“Kinan tunggu!”,
teriak Shela.
Mereka berdua menoleh, melihat Shela keluar dari dalam dengan wajah kuyu, mata sembab dan rambut awut-awutan.
“Apa yang sudah kamu
lakukan!?" tanya Shela dengan marah kepada Bram.
“Tanya aja sama dia?”, kata Bram dan masuk meninggalkan mereka berdua. Meskipun dia kuatir tapi Bram yakin kalau hubungan mereka akan berakhir.
“Nan, aku bisa menjelaskan semuanya”, kata Shela dan airmatanya kembali meleleh
“Sudahlah Shel, tidak ada lagi yang perlu dijelaskan. Kamu akan menjadi istri orang dan aku memang bodoh selama ini”, dengan perasaan getir Kinan mengucapkan kata-katanya.
“Tanya aja sama dia?”, kata Bram dan masuk meninggalkan mereka berdua. Meskipun dia kuatir tapi Bram yakin kalau hubungan mereka akan berakhir.
“Nan, aku bisa menjelaskan semuanya”, kata Shela dan airmatanya kembali meleleh
“Sudahlah Shel, tidak ada lagi yang perlu dijelaskan. Kamu akan menjadi istri orang dan aku memang bodoh selama ini”, dengan perasaan getir Kinan mengucapkan kata-katanya.
Hati Kinan hancur berkeping keping, bagaikan keramik yang dijatuhkan dari gerdung tertinggi. Kepalanya mendadak pusing dan perasaannya remuk redam. Shela dapat merasakan betapa terlukanya Kinan, dia dapat melihat wajah Kinan yang begitu sedih dan terluka. Mata yang selama ini penuh dengan cinta, tiba-tiba menjadi tatapan yang terluka. Kinan berusaha menyimpan airmatanya tapi tidak bisa.
“Maafkan aku, Nan! Aku
memang bodoh! Aku tidak bermaksud seperti ini”, rutuk Shela pada dirinya
sendiri.
“Iya nggak apa apa, aku juga bodoh terlena dengan cintamu! Aku memang selama ini tidak pernah bertanya tentang diri kamu dengan jelas. Aku terhanyut oleh perasaan bahagiaku sendiri”, sahut Kinan lirih sembari menghapus airmatanya. Dia tidak suka kalau harus menangis seperti ini.
“Nan, aku tidak menyangka akan seperti ini. Aku juga tidak ingin hamil Nan!", ratap Shela sambil memukul perutnya sendiri.
“Hei..please Shel! Jangan lakukan ini. Anak ini butuh kamu dan butuh seorang ayah, dan aku tidak bisa menjadi ayahnya”, kata Kinan sambil menyentuh perut Shela. Shela memeluk Kinan erat-erat, hatinya sangat hancur dan bersedih.
“Aku sangat mencintaimu Nan!”, sahut Shela sembari berharap perubahan dari Kinan.
“Iya nggak apa apa, aku juga bodoh terlena dengan cintamu! Aku memang selama ini tidak pernah bertanya tentang diri kamu dengan jelas. Aku terhanyut oleh perasaan bahagiaku sendiri”, sahut Kinan lirih sembari menghapus airmatanya. Dia tidak suka kalau harus menangis seperti ini.
“Nan, aku tidak menyangka akan seperti ini. Aku juga tidak ingin hamil Nan!", ratap Shela sambil memukul perutnya sendiri.
“Hei..please Shel! Jangan lakukan ini. Anak ini butuh kamu dan butuh seorang ayah, dan aku tidak bisa menjadi ayahnya”, kata Kinan sambil menyentuh perut Shela. Shela memeluk Kinan erat-erat, hatinya sangat hancur dan bersedih.
“Aku sangat mencintaimu Nan!”, sahut Shela sembari berharap perubahan dari Kinan.
“Cinta tidak akan ada artinya bila harus
mengorbankan seorang anak yang tidak bersalah”Kata Kinan dengan menangis
dan memeluk Shela. Ini mungkin pelukan terakhirku, hilang sudah mimpi
indah untuk dirajut.“Sudah ya, aku mau
balik. Kamu baik-baik ya”, kata Kinan melepaskan pelukkannya dan mengecup
kening Shela.
Kinan tidak berani menantap wajah Shela karena
kuatir tidak bisa melepas dan merelakan Shela buat Bram.
“Seandainya aku laki-laki,
aku akan menikahimu dan aku tidak peduli meskipun itu anak Bram. Tapi aku harus
tahu diri dan menerima kenyataan, selamat tinggal Shel”, ujar Kinan
langsung membalikkan badannya dan menaiki motornya menghilang di kegelapan
malam.
Shela berjalan gontai masuk ke dalam rumah, dia melihat Bram yang sedang duduk di ruang tamu dan dia makin membencinya. Tubuh Shela menjadi lemas dan dia terjatuh pingsan. Bram segera berlari dan berusaha menyadarkan Shela. Dia merasa bersalah yang telah membuat Shela jadi seperti ini.
“Shel...bangun Shel!",
katanya sambil menepuk-nepuk pipi Shela dengan perasaan takut dan panik.
“Bik...bibik!”, teriak Bram memanggil Bik Asih.
“Masya allah!”ada apa ini non!”, kata bibik yang tergopoh-gopoh melihat Shela tak sadarkan diri di lantai.
“Bik...bibik!”, teriak Bram memanggil Bik Asih.
“Masya allah!”ada apa ini non!”, kata bibik yang tergopoh-gopoh melihat Shela tak sadarkan diri di lantai.
“Cepat ambilkan minyak putih bik!”
“Iya baik den!"
“Iya baik den!"
Bram dan Bibik berusaha memberi minyak kepada tubuh Shela tetapi dia tidak
juga sadar.
“Kita bawa ke rumah sakit
aja bik!" ujar Bram.
“Iya den”
Bram membopong tubuh Shela ke dalam mobilnya. Bersama bik Asih dia membawa
Shela ke rumah sakit. Sampai di rumah sakit Shela segera ditangani para suster
dan dokter. Bram segera menghubungi kedua orang tuanya sebelum menghubungi
kedua orang tua Shela. Ketika kedua orang tuanya datang Bram segera memberitahu
keadan Shela yang hamil. Ayah Bram langsung menampar wajah Bram.
“Kamu itu bodoh dan
ceroboh, bikin malu aja! teriak ayah Bram marah.
“Sudahlah pa! Dia khan sudah mengaku bersalah dan sebaiknya kita cepat-cepat menikahkan mereka” bujuk Ibu Bram menenangkan suaminya.
“Sudahlah pa! Dia khan sudah mengaku bersalah dan sebaiknya kita cepat-cepat menikahkan mereka” bujuk Ibu Bram menenangkan suaminya.
******
Pernikahan kurang beberapa hari. Semakin dekat dengan hari pernikahannya semakin dia uring-uringan Shela. Bram yang mengatur semua urusan pernikahannya. Shela sepertinya tidak peduli dengan pernikahannya. Sampai akhirnya mamanya tidak tahan dengan sikap Shela. Mamanya tidak ingin kalau nanti Shela mempermalukan keluarga dengan sikapnya yang kekanak-kanak dan tidak jelas apa maunya.
“Sebenarnya apa sih mau
mu?mama heran dengan kamu ini! Kamu dengan Bram itu bukan mama atau papa yang
menjodohkan dan memaksa kamu menikah! Kok kamu seperti nggak suka, menangis
setiap hari seperti ada yang meninggal saja! Kalau berani berbuat harus berani
bertanggung jawab! Sebenarnya kamu ini kenapa sih!", kata mamanya
Shela dengan kesal.
Shela menjadi takut dengan kemarahan mamanya.
Selama ini mamanya selalu memanjakan dirinya dan tidak pernah marah. Bahkan
ketika tahu dia hamil juga tidak marah.
“Ingat Shel, mama tidak
pernah mengajarkanmu jadi orang yang pengecut dan lari dari tanggung jawab!
Lihat Bram begitu baik dan bertanggung jawab, dia yang repot mengurusi semuanya
karena takut kamu capek dan membahayakan kandunganmu. Padahal mama tahu kamu
tidak berniat menikah! Mama mau kamu mulai merubah sikapmu dan mama tidak ingin
kamu bermuram durja dihari pernilahanmu! Mamanya menatap Shela yang sedang
berbaring dengan malas-malasan. “Kamu dengar yang mama katakan?”
"Iya, ma!”Jawab Shela lirih dan
tidak berani menatap mata mamanya.
******
Acara pernikahanpun berlalu dengan sukses. Mereka tinggal di rumah Shela
dan mereka menempati salah satu kamar bekas kakaknya yang telah diubah sambil
menunggu rumah mereka berdua selesai. Sikap Shela masih saja tetap dingin dan
tidak mau disentuh oleh Bram. Semakin besar kandungannya semakin dia sering
marah-marah ke Bram dan semakin dia merindukan Kinan. Pernah Shela
mengunjungi tempat kost Kinan sebelum kandungannya terlalu besar. Tapi rupanya
Kinan telah pindah dari tempat kostnya dan dari teman kostnya, Shela tahu kalau
Kinan pulang ke Belanda, ke rumah neneknya. Shela semakin bersalah dan
merindukan Kinan. Kadang dia menangis sendiri bila rindu itu menyeruak.
Waktu terus berlalu sampai akhirnya Shela melahirkan anak perempuan yang
cantik. Entah kenapa ketika dia pertama kali melihat bayi itu, hatinya menjadi
luluh dan menitikkan air mata. Dia seakan melihat bayangan Kinan diwajah bayi
yang baru lahir. Dia mengatakan pada Bram kalau dia akan memberi nama anak itu
Kinan. Sebetulnya Kinan keberatan dengan pemberian nama itu tapi dia tidak
ingin bertengkar dengan Shela. Bram berharap dengan dia menturuti keinginan
Shela mereka bisa berdamai dan melanjutkan kehidupan perkawinan mereka.
Bram selalu memanggil anaknya dengan Kiki, bayi kecil itu menjadi hiburan
tersendiri buat dirinya. Meskipun sikap Shela masih tetap sama dinginnya.
Hampir setiap malam Bram yang bangun membuatkan susu atau mengganti popoknya
yang basah. Bahkan ketika hari libur Bram dengan terampil bisa memandikan Kiki.
Bram sangat mencintai dan menyayangi anak semata wayangnya itu.
Dia rela menjaga Kiki sepanjang malam bila anak kesayangannya itu sedang sakit. Hanya Kiki yang bisa mendekatakannya dengan Shela. Meskipun Kiki sudah berumur sembilan bulan dan mulai mengoceh lucu, Shela masih saja tidak mau disentuh oleh Bram.
Dia rela menjaga Kiki sepanjang malam bila anak kesayangannya itu sedang sakit. Hanya Kiki yang bisa mendekatakannya dengan Shela. Meskipun Kiki sudah berumur sembilan bulan dan mulai mengoceh lucu, Shela masih saja tidak mau disentuh oleh Bram.
Sampai suatu malam ketika Kiki sudah terlelap dan Bram memindahkannya ke
dalam box. Bram berusaha memeluk Shela. Tetapi Shela menepiskan tangan Bram.
“Sampai kapan aku harus
menerima hukuman seperti ini? Aku ini suami sah mu Shel! Aku juga ingin
bercinta denganmu. Aku merindukan Shelaku yang dulu. Sekarang ini aku seperti
tidur dengan musuh saja!", ucap Bram.
“Kalau begitu ceraikan saja aku!”, sahut Shela.
“Apakah aku sebegitu buruknya kah sampai kamu begitu membenci diriku dan tidak ingin bersamaku? Apakah tidak kasihan dengan Kiki kalau kita bercerai? Apakah kamu mau anakmu tumbuh dengan keluarga yang tidak lengkap? Apa yang akan kamu katakan kepada dia nanti? Apakah kamu akan mengatakan kepada Kiki, kalau mamanya mencintai perempuan lain dan mengorbankan kebahagiannya? ucap Bram lagi.
“Kalau begitu ceraikan saja aku!”, sahut Shela.
“Apakah aku sebegitu buruknya kah sampai kamu begitu membenci diriku dan tidak ingin bersamaku? Apakah tidak kasihan dengan Kiki kalau kita bercerai? Apakah kamu mau anakmu tumbuh dengan keluarga yang tidak lengkap? Apa yang akan kamu katakan kepada dia nanti? Apakah kamu akan mengatakan kepada Kiki, kalau mamanya mencintai perempuan lain dan mengorbankan kebahagiannya? ucap Bram lagi.
Kepala Shela seperti dihantam dengan keras. Dia tersadar dengan kekeraskepalaannya. Dia masih diam tidak bergeming dan membelakangi Bram.
“Aku tidak tahu lagi
bagaimana membuatmu kembali jatuh cinta lagi kepada diriku. Ini sudah hampir
dua tahun dan aku tidak tahu berapa lama aku bisa bertahan dengan keadaan ini.
Aku juga manusia biasa Shel, aku juga punya perasaan. Aku tidak minta banyak
dari kamu, kalau kamu tidak bisa mencintaiku setidaknya aku bisa menjadi
sahabatmu dan kita bisa menjalani hidup kita dengan baik. Aku tahu kamu masih
mencintai Kinan tapi kamu juga harus sadar dia tidak bersama kamu dan aku yang
bersama kamu. Kamu harus bisa menerima kenyataan itu. Aku membutuhkanmu dan
juga Kiki. Aku tidak tahu dengan cara apalagi untuk menyadarkanmu,
membangunkanmu dari mimpi. Aku takut kalau aku tidak kuat dan tidak bisa
bertahan dengan semua ini!”, ujar Bram penuh harap dapat menyadarkan Shela.
Shela menangis dan menyadari apa yang dikatakan
Bram memang benar. Sekarang ada Kiki yang membutuhkan kasih sayang dari dirinya
dan Bram. Dia sadar kalau dia tidak lagi bisa merangkai mimpi dengan kekasih
yang dia cintai. Dia sendiri tidak tahu keberadaan Kinan dimana. Apa kata
mamanya kalau sampai Bram meninggalkan dia dan bagaimana kalau Bram mengambil Kiki
dari dirinya. Ada pergolakan di dalam dirinya. Dia menangisi keadaan yang
seperti tidak berpihak kepada dirinya. Shela sadar kalau dia tidak bisa seperti
ini dan dia harus melakukan sesuatu untuk anaknya. Dia sadar kalau dia harus
mengorbankan perasaannya demi Kiki. Bagaimanapun Kiki anaknya yang tidak
berdosa dan membutuhkan kasih sayang.
*******
Saat ini dan Sekarang
Shela berpikir keras bagaimana caranya agar Bram
tidak mengetahui kalau anak kesayangannya lesbian. Apakah aku harus berbicara dengan Kiki? Apa yang harus aku katakan
kepada Kiki? "Ki, mama tahu kalau kamu
lesbian!”, Shela mencoba mengucapkan
dalam hati. Rasanya tidak mungkin, atau aku minta Kiki mengaku kalau dia
berhubungan dengan Andien. Atau pura-pura marah. Aku tidak ingin menghancurkan
perasaan Kiki. Aku tahu bagaimana rasanya sakit itu. Shela terus berpikir dan
mencari segala kemungkinan yang ada. Dia terkejut ketika pintu kamarnya
diketuk dari luar.
“Bu..ada tamu!", kata Ina dari luar.
“Bu..ada tamu!", kata Ina dari luar.
“Siapa In?",
tanya Shela sambil membuka pintu kamarnya.
“Katanya teman lama bu”, sahut Ina.
“Kok nggak ditanya namanya? Bagaimana kalau penjahat?", ujar Shela memastikan.
“Sendirian kok bu, wajahya cakep tidak seperti penjahat kok bu, malah seperti bintang film Nicholas Saputra!" sahut Ina lagi.
“Laki-laki tamunya?", tanya Shela masih belum tahu siapa tamunya.
“Bukan bu, perempuan dan saya suruh menunggu di teras kok Bu, kan ada pak Sholeh juga sedang jaga di depan”, kata Ina memastikan situasi tidak seperti yang dikuatirkan majikannya.
“Katanya teman lama bu”, sahut Ina.
“Kok nggak ditanya namanya? Bagaimana kalau penjahat?", ujar Shela memastikan.
“Sendirian kok bu, wajahya cakep tidak seperti penjahat kok bu, malah seperti bintang film Nicholas Saputra!" sahut Ina lagi.
“Laki-laki tamunya?", tanya Shela masih belum tahu siapa tamunya.
“Bukan bu, perempuan dan saya suruh menunggu di teras kok Bu, kan ada pak Sholeh juga sedang jaga di depan”, kata Ina memastikan situasi tidak seperti yang dikuatirkan majikannya.
Shela mengernyitkan keningnya, memang kadang
PRTnya ini agak lebay. Mungkin karena masih muda sudah menjadi janda dengan dua
anak. Suaminya pergi menjadi TKI di Malaysia dan tidak pernah kembali ataupun
mengirim uang.
“Suruh masuk ke ruang tamu
aja”, kata Shela sambil merapikan dirinya.
“Baik Bu!”, kata Ina sambil berlalu.
“Baik Bu!”, kata Ina sambil berlalu.
Shela melihat jam ditangannya, jam 11.00 tepat.
Dia bertanya tanya siapakah yang datang berkunjung jam segini. Dia tidak merasa
ada janji dengan seseorang dan kebetulan dia tidak ke kantor hari ini. Rumah
sedang sepi, Kiki sedang mengurus transkrip nilainya. Shela menuruni tangga
dia melihat seseorang sedang berdiri melihat foto keluarga yang dipasang
di ruang tamu. Dia tidak bisa menduga siapa sosok itu tapi hatinya berdebar.
Dia seperti mengenal sosok itu tapi dia meragukan perasaannya.
Betapa terkejutnya Shela ketika sosok itu membalikkan badannya. Shela hampir terjatuh ketika melihat wajah itu, wajah yang selalu menghantuinya, wajah yang selalu dirindukannya, “Kinan!” ucapnya terkejut seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. “Kejutan apalagi yang harus kuhadapi, peristiwa apalagi yang akan kulalui” , batin Shela. Dia terpaku hatinya bergetar, kerinduan yang selama bertahun tahun dia pendam, cinta yang hampir mengering mendadak mulai memperlihatkan warnanya. Jantungnya tiba-tiba berdetak dua kali lebih cepat. Ada aliran panas yang menjalar keseluruh tubuhnya. Perasaan yang tidak dia pernah rasakan selama 20 tahun belakangan ini. Wajahnya mendadak merah, dia masih terpaku menatap wajah yang menghiasi setiap mimpinya bertahun yang lalu.
Kenangan yang hampir punah menyeruak bertebaran,
Shela bergetar dan berusaha agar tetap bisa berdiri. Ketika Kinan mendekat
jantungnya semakin keras berdetak. Kinan terlihat lebih tegap, berisi dan
kulitnya semakin putih. Wajah bulenya semakin terlihat jelas dan tatapan
matanya masih sama. Shela terkesima ketika melihat tatap mata Kinan yang ada cinta
di sana seperti berpuluh tahun lalu ketika mereka berdua KKN. “Apakah kamu
tidak ingin memeluk aku?Tanya Kinan dengan tatapan kerinduan yang tidak
ditutupi. Entah kenapa air mata Shela melelh dia tidak bisa mneahan ledakan
emosi yang datang tiba-tiba setelah kejadian Kiki. Shela masih diam membeku,
Kinan datang memeluknya. Shela memejamkan matanya menikmati kerinduan pelukan
orang yang dia selalu cintai. Kehangatan pelukan yang melelhkan kedinginan
batin selama ini mendera. Dia merebahkan jiwanya dalam pelukan hangat Kinan.
Kebekuan itu mencair dia memeluk tubuh Kinan,
tubuh yang dulu begitu kurus kini terasa kekar dan liat. Waktu seakan berhenti
mereka berdua berpelukan dalam diam. Kegelapan itu seakan sirna perlahan,
Mataharinya telah datang menyapu mendung yang selama ini bergelayut dalam hati
Shela. Shela menangis, airmatanya membasahi baju putih Kinan. Kinan mendekapnya
makin erat dan mencium kening Shela.
“I miss you so much Shel...
“Maafkan, aku nan!
“Hey...tidak ada yang salah, hanya keadaan yang
tidak mendukung kita!
Shela mengajaknya duduk di ruang makan sambil
membuatkan teh buat Kinan. Kinan mengawasi setiap gerakan Shela. Dia sadar
kalau dia sangat merindukan Shela.
“Kamu kelihatan bahagia ya?
“Ini menyindir atau gimana?
“Nggak, aku lihat foto keluarga yang seperti
happy family!”
Shela tersenyum kecut, dia tidak tahu harus
berkata apa. Dia juga tidak tahu apakah dia harus menceritakan bagaimana dia
menderitanya menahan rindu yang begitu menyakitikan. Bagaimana dia merasa
kehilangan Kinan dan menyesali kehamilannya. Bagaimana dia selalu menoak
bercinta dengan Bram dan bagaimana Bram merasa kesal karena jadi impoten
mendadak setiap kali bercinta melihat dirinya yang seperti gedebok pisang kata
Bram. Apakah aku harus menceritakan itu semua? Aku sendiri tidak tahu apakah
dia sudah memeiliki kekasih atau tidak saat ini. Aku tidak berani berharap dia
datang untuk diriku.
Wajah Shela jadi sedih dan kembali menitikan air
mata. Kinan merasa tidak enak karena telah membuat orang yang dia cintai dan
dirindukan menangis.
“Maafkan aku Shel....
“Nggak apa-apa. Kamu sendiri sekarang dengan
siapa? Bagaimana kamu bisa menemukan aku disini? Sekarang kamu tinggal dimana?Tanya Shela tidak bisa menahan diri.
“aku tidak tahu kenapa baru sekarang, aku
punya keberanian untuk menemui kamu. Sebetulnya setiap kali datang ke Indonesia
aku selalu melewati depan rumahmu dan berharap aku dapat melihat kamu. Tetapi
aku tidak punya keberanian mendekati atau masuk kerumahmu. Setiap kali lewat
dan berhenti selalu saja ada yang menusuk dihatiku. Sampai akhirnya aku tidak
tahan setelah 20 tahun, aku memberanikan diri untuk bertamu dan bertanya
alamatmu. Aku berapa kali jalan dengan perempuan tetapi tidak pernah bisa
bertahan lama karena aku selalu membandingkan dengan dirimu dan aku selalu
mencari bayanganmu sampai akhirnya aku menyerah dan berusaha menemui kamu
menyelesaikan perasaanku. Aku seperti menghadapi unfinished bussines. Aku
memang tinggal di Belanda dan membuka galery Indonesia menjual barang-barang
etnic. Dan selalu pulang pergi Belanda-Indonesia. Kamu sendiri bagaimana?
Anakmu siapa namanya?
Kinan bercerita seperti tak terhentikan, cerita
yang selama ini dia simpan sendiri, semuanya tertumpah dihadapan Shela. Dia
ingin mencurahkan semuanya. Begitu banyak cerita yang dia ingin bagikan kepada
Shela. Shela terharu mendengar cerita Kinan, hatinya mendadak jadi
berbunga-bunga. Bunga yang selama ini layu mendadak jadi mekar dan indah.
Ternyata bukan hanya dia yang masih mencintai tetapi Kinan juga masih mencintai
dirinya.
“Anakku bernama Kinan, panggilannya Kiki! Kata Shela sambil
melihat reaksi Kinan.
“Hah! Really you named her with my name?”Tanya Kinan dengan tatapan bahagia.
Shela hanya mengangguk dan bahagia melihat wajah
Kinan yang bahagia.
“Dia sangat mirip dengan kamu nan! Apa mungkin
karena aku terlalu merindukan dan ingat kamu waktu hamil sampai aku sakit dan
masuk rumah sakit. Aku nyaris keguguran karena sedih yang berlebihan”
“Maafkan aku ya Shel, menempatkanmu pada
keadaan yang tidak menyenangkan dan meninggalkanmu sendirian mengahadapi
semuanya. Aku terlalu marah, cemburu dan aku merasa dibohongi, dan aku tidak
mungkn meminta kamu menggugurkan kandunganmu”
“Maafkan aku ya, nan! Aku sendiri tidak
menyangka bisa jatuh cinta dengan kamu dan aku baru pertama itu merasakan cinta
yang sesungguhnya. Aku tidak berani bercerita soal Bram ke kamu. Aku takut
kalau kamu akan marah dan meninggalkanku. Padahal waktu itu aku sudah berencana
untuk membatalkan pertunanganku dengan Bram. Waktu ke kost kamu terakhir dan
kamu tanya kok aku tidak mens, aku seperti disadarkan dan teringat kalau
sebelum berangkat KKN kami sempat berhubungan. Begitu pulang dari kostmu, aku
langsung beli test pack dan betapa kaget dan shocknya diriku melihat hasil
positif. Aku langsung merasa gelap duniaku dan pupus sudah harapanku untuk
bersamamu. Aku waktu itu sudah memutuskan untuk menggugurkan kandunganku dan
memutuskan hubunganku dengan Bram. Tapi keadaan berbicara lain. Kamu datang
disaat yang tidak tepat dan mengetahui semuanya. Ketika kamu pulang, aku
pingsan dan dibawa ke rumah sakit. Lalu Bram memberitahu orang tuanya dan orang
tuaku sehingga aku tidak punya piliha lain selain menikah. Pernikahanku jadi
dingin dan hambar, tetapi Bram tetap tidak mau menceriakan diriku. Meskipun aku
selalu menolak berhubungan seks dengan dia”.
“Maafkan aku Shel.. sekarang apa rencanamu?
Aku tahu, mungkin aku tidak sopan dan jahat, Apakah kamu masih mau menjalin
cinta kita yang tertunda?Tanya Kinan sambil mencium
jari Shela.
Shela terkejut dengan pertanyaan Kinan yang
diluar dugaannya. Dia tidak pernah membayangkan akan bisa bersama kembali
dengan Kinan. Dia sudah menghapus semua harapan itu jauh-jauh. Dia sudah
terlalu lelah menunggu Kinan yang tidak pernah berkabar. Selama ini dia selalu
berusaha mencari tahu keberadaan Kinan tapi hubungannya yang singkat dan dia
tidak terlalu tahu dimana keluarga Kinan berada. Dia berusah mencari Kinan di
Facebook tetapi juga tidak pernah menemukan Kinan. Sekarang tiba-tiba dia datang
entah darimana, dihadapannya dan mengajaknya kembali menjalin cinta.
“Shel, aku tahu ini begitu mendadak dan
menkagetkanmu. Aku tidak meminta kamu menjawab sekarang. Aku mungkin egois
dengan permintaanku ini. Tetapi kita juga punya kesempatan kedua merasakan
kebahagian, kalau kamu bahagia dengan Bram, aku tidak akan meminta ini. Kamu
juga berhak bahagia, kamu sudah cukup mengorbankan dirimu”
“Nan, aku cuma tidak tahu bagaiman mengatakan
hal ini kepada Kiki anakku. Dia begitu dekat dengan Bram dan lebih mencintai
Bram daripada aku. Dia pasti tidak akan suka dan membela papanya. Apa mungkin
aku bilang ke anakku kalau aku lesbian?”
“Kiki, sudah besar, mungkin dia akan shock
tetapi aku percaya kalau dia akan bisa menerima. By the way, apakah anakmu
bukan lesbian?
Shela terkejut
dengan pertanyaan Kinan yang tiba-tiba dan langsung. “Kok kamu tahu?”
“hah, jadi benar dia lesbian!” kok kamu tahu
kalau anakmu lesbian?
“Iya, aku nggak sengaja melihat dia ciuman
sama cewek di kamarnya. Terus terang aku kaget banget dan itu kejadiannya
beberapa hari yang lalu. Dan sekarang aku dikagetkan lagi dengan kedatanganmu
setelah sekian lama menghilang.”
“Maafkan aku ya Shel, kalau aku mengacaukan
semuanya. Kamu tahu aku berusaha membunuh perasaanku sama kamu tapi aku tidak
pernah bisa. Bertahun tahun aku mencoba melupakanmu, berusaha memulai hidup
baru dan berharap kamu bahagia. Tetapi bayanganmu selalu saja datang dan
seperti menghantuiku. Aku tidak ingin merusak ruah tanggamu, tapi kalau kamu
tidak bahagia dengan perkawinanmu untuk apa dipertahankan dan menyiksa diri.
Kamu juga berhak untuk bahagia dicntai dan mencintai. Sekaranglah saatnya kamu
menikmati hidupmu Shel.”Kata Kinan sambil membelai
pipi Shela dengan penuh kerinduan.
Shela menyadari apa yang dikatakan Kinan benar.
Selama ini dia selalu merasa kering, perkawinan ini hanya pura-pura demi
membahagiakan orang lain. Mengorbankan
kebahagiannya sendiri, mengorbankan rasa, rindu dan cinta yang dimiliki.
Ini semua dia lakukan demi Kiki. Sekarang Kiki sudah besar dan lulus kuliah.
Apakah ini berarti sudah saatnya? Dia memegang tangan Kinan, betapa dia rindu
belain seperti itu. Bertahun tahun lamanya tubuhnya merindukan belaian
kekasihnya. Kekasih yang menghilang itu kini telah kembali. Hatinya kembali
bimbang memilih antara cinta dan kehidupan rumah tangganya yang kering. Shela
menatap wajah Kinan meskipun terpisah puluhan tahun dia tetap saja merasa dekat
dan cinta. Dia masih dapat merasakan bahwa cinta kekasihnya masih sama seperti
dulu. Shela menggenggam tangan Kinan dan menciumnya. Kinan memeluk Shela dan
menciumi wajah Shela. Shela tiba-tiba tersadar kalau dia berada di rumahnya dan
segera melepaskan pelukkan Kinan.
“Beri aku waktu ya!”Kata Shela pada akhirnya.
“Iya, aku tidak akan memaksamu. Seandainya
kamu tidak memilih aku, aku juga tidak apa-apa. Setidaknya aku tahu kalau cinta
itu masih ada dan untukku. Aku akan selalu menunggu sampai kapanpun kamu siap
bersamaku. Meskipun kita berdua menua sekalipun.”
*******
Sudah seminggu ini Shela bersama Kinan dan dia
belum pernah merasakan kebahagian yang seperti sekarang ini. Perayaan cinta
yang tertunda 20 tahun seperti membayar hutang yang tak pernah lunas. Kinan
sengaja mengajak Shela pergi ke Nusa Dua. Kinan sendiri tidak tahu alasan apa yang
Shela berikan kepada Bram dan Kiki. Tetapi dia benar-benar menikmati
kebersamaannya dengan Shela. Bercinta, jalan-jalan di pantai, berbelanja, main
speed boat, berenang, makan malam yang romantis. Semua angan-angan yang dulu
selalu ingin dia lakukan dengan Shela. Dia ingin menebus semua angan-angan itu.
Dia ingin membahagiakan Shela, menyayanginya dan mencintainya. Kinan memandangi
wajah Shela yang sedang tertidur di sebelahnya. Dia tidak ingin kehilangan
Shela lagi.
“Apapun yang terjadi aku akan selalu
mencintaimu dan menunggumu” Batin Kinan. Dia mencium
dengan lembut kening Shela. Shela membuka matanya dan memeluk Kinan.
“Kita pulang jam berapa?Tanya Shela dengan malas-malasan.
“Pesawat kita sore. Tapi harus check out jam
satu. Kalau kamu mau ditunda ya aku tidak keberatan”Kata Kinan sambil menciumi wajah Shela.
“ihh..itu khan maumu!”Kata Shela dengan Manja
“Emang kamu nggak mau sama aku!”
“Ya mau dong sayang..tapi ini khan sudah satu
minggu bolos.”
Mereka kembali berciuman dengan penuh
kelembutan. Mengalir dengan lembut menyusuri ngarai kerinduan, memuaskan dahaga
kalbu. Melayang diawan-awan, menikmati belaian kelembutan, bagaikan ombak yang
mencumbu bibir pantai, bergelora menghempas, kadang hanya riak riak kecil
mempermainkan ujung bibir. Seperti angin yang mengajak bercinta daun daun
kelapa, bergemerisik berirama melantunkan nada cinta yang indah. Mereka berdua
berpelukkan dalam kenikmatan cinta. Dalam pelukan Kinan, Shela telah memutuskan
kalau dia akan berterus terang dengan Bram. Dia tidak ingin terus membohongi
perasaannya. Apapun resikonya akan dia hadapi. Bukan Bram yang dia pikirkan
tetapi Kiki yang menjadi pikirannya. Bagaimana caranya dia mengatakan ini semua
ke Kiki.
*****
Shela dengan gelisah menunggu Bram pulang.
Selama ini dia tidak pernah menunggu Bram pulang dan langsung tidur. Bahkan
ketika Bram tidak pulang sekalipun dia tidak pernah bertanya. Shela juga tidak
ingat sejak kapan Bram sering tidak pulang rumah. Tetapi dia pernah marah
dengan Bram, ketika itu Kiki berusia 7 tahun dan sakit panas sampai
kejang-kejang. Dan dia tidak bisa menghubungi Bram. Sejak itu dia semakin tidak
mau tergantung dengan Bram dan semakin tidak peduli dengan Bram. Shela tahu
kalau Bram merasa bersalah dengan kejadian itu. Shela melihat Bram menangis di
tepi ranjang Kiki. Bram jadi semakin sayang dengan Kiki dan semakin memanjakan Kiki.
Bram memang jadi sering di rumah tetapi itu sampai Kiki masuk SMP. Shela pernah
mendengar desas desus kalau Bram mempunyai isteri simpanan. Tapi dia tidak
peduli dengan berita itu. Dia juga tidak berusaha mencari kebenaran tentang
berita itu.
Shela hanya berpikir yang penting Bram tidak
melupakan tanggung jawabnya terhadap Kiki. Baru sekarang Shela menyadari kenapa
dia tidak pernah berpikir untuk minta bercerai. Padahal dia sendiri juga punya
usaha dan tidak tergantung secara ekonomi terhadap Bram. Dia cuma tidak ingin
membuat heboh keluarganya dan juga merasa kasihan dengan Kiki. Mungkin juga
karena Bram bisa menjadi teman yang baik dan menyenangkan. Shela masih ingat
kata Bram, kalau tidak bisa mencintai setidaknya bisa menjadi sahabat. Dan Bram
telah membuktikan kalau dia memang sahabat dan ayah yang baik buat Kiki dan
dirinya. Menurut Shela, Bram cukup baik selama ini. Mereka bisa menjalankan
fungsi orang tua buat Kiki. Shela menganggap Bram seperti kakaknya. Waktu
berjalan dengan cepat dan tak terasa semua berlalu dengan cepat dan sekarang Kiki
sudah besar, sudah lulus kuliah. Sudah saatnya dia memulai lembaran baru
dirinya.
“Kok, belum tidur!”
Shela kaget dengan sapaan Bram yang tiba-tiba
sudah berada di kamar. Shela terlalu asik dengan pikirannya sendiri sehingga
tidak menyadari ketika Bram masuk kamar.
“iya, kamu sudah makan?Tanya Shela.
“Sudah!”Kata Bram sambil
masuk kamar mandi. Shela masih menunggu dan bingung harus mulai dari mana.
Shela bangkit dari tempat tidur dan melihat foto
pigura yang diletakan bram di meja. Dia melihat foto wisuda Kiki, foto keluarga
yang terlihat bahagia. Apakah ini akan menjadi foto kelurga terakhir?
Ada perasaan bersalah di dalam diri Shela dan diam diam dia menitikan air
matanya. Bagaimanapun Shela juga sayang dengan Bram. Selama ini Bram selalu
baik dan perhatian kepada dirinya. Meskipun Shela tidak pernah melayani
berhubungan seks, Bram tidak pernah komplain atau meminta lagi. Hubungan mereka
seperti adik kakak. Shela menghargai dan menghormati Bram begitu juga
sebalinya. Oleh karena itu mereka tidak pernah bertengkar. Bram yang habis
mandi melihat Shela menangis jadi kaget.
“Hei...kenapa?Tanya Bram kuatir.
Shela menggelengkan kepalanya dan menghapus air
matanya. Bram mengajaknya duduk di pinggir ranjang.
“kenapa Shel?”
“Bram..!” Shela menatap
wajah Bram. Shela melihat sudah mulai ada kerutan di wajah Bram. Selama ini dia
tidak pernah memperhatikan wajah Bram. “Bram.. aku ingin mengatakan sesuatu”
Bram menebak-nebak apa yang terjadi pada Shela.
Bram melihat ada perubahan pada diri Shela sebelum dia berangkat ke Bali. Dia
melihat Shela kelihatan ceria dan bahagia. Selama hidup bersama Bram sering
melihat Shela terkadang melamun. Dia tidak pernah melihat Shela yang
benar-benar ceria seperti ketika mereka pacaran. Bram tahu kalau Shela memang
benar mencintai Kinan. Kadang Bram merasa cemburu dengan rasa cinta Shela
terhadap Kinan. Mereka berdua seperti terjebak dalam sandiwara perkawinan demi Kiki.
Bram sadar kalau dia tidak bisa membahagiakan hati Shela. Mungkin dia bisa
memenuhi kebutuhan materi Shela tapi tidak kebutuhan jiwanya, hatinya,
perasaannya. Kadang Bram merasa bersalah dengan apa yang terjadi. Dia merasa
bersalah telah merebut kebahagian Shela.
“Bram.. aku... bertemu dengan Kinan. Aku
kemarin bersama dia..”Kata Shela dengan menitikan
air matanya. Dia merasa bersalah tapi juga merasa lega telah mengatakan apa
yang dirasakan.
Bram masih menunggu cerita Shela dan membiarkan
dia menguasai perasaannya. Bram akhirnya tahu apa yang membuat Shela kelihatan
Happy beberapa hari yang lalu.
“Aku ingin bersama dia, Bram...!”
Bram menghela nafasnya. Dia tahu kalau mereka
tidak bisa lagi mempertahankan perkawinan mereka. Bram sadar kalau ini mungkin
ini sudah saatnya. Apalagi Kiki sudah dewasa dan mereka berdua juga berhak
mendapatkan kebahagian.
“Maafkan aku Bram..!”
“Shel..aku juga ingin jujur sama kamu.”Kata Bram yang berusaha mengatur nafas dan emosinya. “Shel,
sebelumnya aku juga minta maaf. Aku... juga menjalin hubungan dengan
seseorang.” Bram berhenti sesaat melihat reaksi Shela. Shela terdiam,
terpaku mendengarkan. “Maya namanya, kami sudah mempunyai anak 3 orang. Dua
orang laki-laki dan satu perempuan. Yang paling besar berusia 12 tahun dan dan
yang paling kecil berusia 9 tahun. Mereka tinggal di Malaysia, Maya menjadi
direktur salah satu bisnis yang aku dirikan bersama dia.”
Shela terkejut dengan cerita Bram. Dia tidak
tahu harus senang atau sedih mendengar cerita Bram. Dia jadi merasa kasihan
dengan Bram dan anak-anak Bram yang tidak bisa menikmati seutuhnya kehadiran
Bram di tengah mereka. Shela merasa lega dan juga bersalah dengan keadaan
mereka. “Jadi benar desas desus itu”Batin Shela.
Bram merasa lega telah menceritakan rahasia yang
telah ditutupi selama 13 tahun. Dia tidak ingin menceritakan hal ini dari dulu
karena dia takut cerita itu akan melukai hati Shela. Dia juga merasa bersalah
kalau harus membiarkan Shela hidup sendiri sementara dia yang menyebabkan
mereka berdua harus terjebak dalam perkawinan. Tapi sekarang Shela telah
bertemu kembali dengan orang yang dicintainya dan mungkin ini saatnya mereka
berdua melanjutkan hidup mereka dan bisa berpisah dengan baik-baik. Apalagi Kiki
sudah besar dan pasti bisa menerima keadaan ini.
“Maafkan aku ya Shel, kalau baru sekarang aku
punya keberanian menceritakan ini semua”
“Bagaimana dengan Kiki, Bram?
“Dia sudah besar dan pasti bisa mengerti.
Bagaimanapun kita tetap orang tuanya Shel. Kita boleh berpisah tetapi Kiki
tetap anak kita.”
“Bram..aku harap kamu jangan kaget, ini soal Kiki”Kata Shela hati-hati ketika ingat menceritakan apa yang dia ingat
kejadian Kiki mencium perempuan. “Semoga kamu tidak kecewa, aku merasa Kiki
suka dengan perempuan”Kata Shela perlahan.
“O...itu, iya aku sudah tahu”Kata Bram ringan.
“Kok, kamu sudah tahu?”Tanya Shela dengan terkejut.
“Iya, aku tahu sudah lama sejak dia SMA. Dia
pernah mengaku sama aku waktu SMA. Aku tidak berani bercerita ke kamu, aku
kuatir nanti kamu jadi sedih dan teringat dengan Kinan. Aku juga tidak cerita
ke Kiki kalau kamu mencintai Kinan. Aku juga berpesan kepada Kiki untuk tidak
memberitahu kamu.”Kata Bram tenang.
“Apakah aku harus memberitahu Kiki soal Kinan?
“Boleh, aku minta sesuatu?Tanya Bram
“Apa?
“Aku tidak ingin Kiki tahu kalau kamu mau
menikah dengan aku karena terpaksa dan karena mengandung dia!”
Shela hanya menganggukan kepalanya. Dia juga
tidak ingin melukai perasaan Kiki.
“Biar aku aja yang mengatakan kepada Kiki soal
perceraian kita. Mungkin setelah dia selesai mengurus kuliah S2 nya di Sydney.”Kata Bram. “Kamu sendiri apa rencanamu? Apakah kamu masih mau
tinggal disini atau kemana?
“Aku belum memikirkannya. Tapi aku ingin rumah
ini untuk Kiki kalau kamu tidak keberatan. Kamu khan juga bisa tinggal disini
kalau di Indonesia. Aku ingin ikut Kinan ke Belanda. Aku juga bisa tinggal
disini kalau pulang ke Indonesia kalau kamu boleh”
“Shel, ini juga rumahmu dan akan selalu
menjadi rumah kita, aku tidak ingin mengubahnya. Iya, aku setuju kalau rumah
ini nanti untuk Kiki. Mungkin kita perlu manambah satu kamar lagi.”Kata Bram.
Shela nggak tahu harus senang atau bagaimana.
Perasaannya bercampur aduk. Tetapi dia merasa plong dan lega. Semua
ketakutannya hilang begitu saja, yang ada rasa bahagia. Semuanya bisa berakhir
dengan baik dan smooth. Hari indah bersama Kinan sudah terbayang di depan mata.
Rasanya dia tidak sabar memberitahu Kinan. Begitu juga dengan Bram, bebannya
seperti terangkat seketika. Dia merasa senang dan lega. Kini dia bisa
menajalani kehidupannya bersama Maya dengan tenang tanpa harus merasa takut.
Dia juga bisa mengajak Maya pulang ke Indonesia dan memperkenalkan ke
keluarganya. Bagaimanapun anak-anaknya harus tahu dan diakui oleh keluarganya.
Dia bisa mengahabiskan waktunya bersama anak-anaknya tanpa merasa bersalah dan
kuatir. Mereka berdua berpelukkan dan sama-sama merasa bahagia dengan keputusan
yang telah mereka berdua ambil.
ditulis oleh : Poedji Tan
ditulis oleh : Poedji Tan
So Sweet
ReplyDeleteKerennnn
ReplyDeleteSumpah merasa berada di posisi sprti kinan...
Tapi beda situasi...
Dia memlki stats smp skrg dr awal kita ktmu...
Pgn bgt DIA yg aku cintai bca crita ini....
sumpah kereeeeennn
ReplyDeleteKeeereeeeennnnnn,,,,,,,
ReplyDeleteCeritanya bagus bgtttttttttt
ReplyDeleteSampe nangis baca ceritanya :'(
ReplyDeletebuset....brdiri bulu romanku mmbaca ksah ne.cnta tu tk slah
ReplyDeleteyg kuasa lah tlah mnciptakan cnta tu n mnaksirkan smua ne.mreka brhak mndapatkan kbhagiaan.q pun mngalami ksah ne n skrg q ykin hnya dy yg mncntai q slma ne.tk da yg mncintaiku sprt dy mncntaiku
q ykin tuk sllu mncntai nya n hnya dy slamanya.trmkaksh crta mnguatkan q
Sumaph keren banget ceritanyaaa... Nangis ini nangis ��
ReplyDeleteLove is not bad, it's just live gets in the way
ReplyDeletekeren...
ReplyDeleteJln ceritanya bagus.. apa ada cinta yg kayak gitu? Hidup x seindah cerita atau dongeng
ReplyDeleteCrita nya aq bbgggttttt...kyk khidupn cinta dgan nya. Tp smpai skrang pun blm bisa brsatu.
ReplyDeleteBertahan dlm cinta seperti itu hax akan menguras air mata, smuax akan brakhir kecewa...cinta yg tk merdeka & cinta yg ditolak dunia..
ReplyDelete😍 teringat gf ku yg jauh dsna
ReplyDeleteHye..jom kapel ngn i...i penk..niy ni i 01119850674..leh ws of call
ReplyDelete