Rena menatap Lina yang
sedang terlelap dengan perasaan sedih yang menusuk hatinya. Dia mencium lembut
kening Lina dengan penuh perasaan. “Maafkan
aku sayang” perasaannya seperti tercabik cabik dengan kesedihan. Rena
tidak tahu berapa lama dia akan bisa terus membelai seperti ini. Airmatanya
mengalir tak terbendung, dia berusaha menahan diri. Dia tidak ingin Lina
terbangun dan melihat kesedihannya. Dia masih ingat kata-kata dokter tadi siang
yang memvonisnya hanya punya waktu satu tahun saja. Kanker sudah masuk ke
stadium 4. Dokter meminta untuk segera melakukan kemoterapi.
Mendengar kata-kata
dokter, dunianya mendadak menjadi gelap. Wajah Lina terus terbayang, dia tidak
membayangkan kesedihan yang akan dirasakan oleh Lina kalau mengetahui
keadaannya. Sepanjang hari dia terus menangis, membayangkan kepergiannya dan
hari-hari yang akan dijalani Lina anpanya. Rena tidak rela kalau Lina harus
repot merawat dirinya dan bersedih. Bukan kematian yang aku takuti tetapi
meninggalkan Lina seorang diri dan menanggung kesedihan karena kepergianku. Itu
lebih menyakitkan daripada penyakit yang aku tanggung ini. Apa yang harus aku lakukan? Aku sudah berjanji untuk membahagiakan dia
dan tidak akan meninggalkan dia, kenapa sekarang seperti ini. Baru empat tahun
kami bersama dan masih banyak rencana yang ingin kami lakukan, kenapa harus
secepat ini?
Dada Rena serasa sesak
sekali, dia ingin menangis tersedu-sedu atau berteriak, namun dia tidak
ingin membuat Lina sedih. Melihat wajah Lina yang terlelap dengan dengkur
halusnya, membuat dia makin bersedih. Lina meringkuk dalam pelukkannya dan
memeluk tubuh Rena erat-erat. Rena merasa takut sekali kehilangan Lina. Semua
kenangan indah berputar dalam ingatan dirinya, betapa mebahagiakan hari-hari yang
dilaluinya bersama Lina. Kini sebentar lagi dia harus kehilangan semuanya. Bagaimana Lina akan menghadapi semuanya? Dia
masih ingat bagaimana mamanya begitu bersedih ketika papanya meninggal dan
hanya karena anak-anaknya mamanya bisa bertahan. Bagaimana dengan Lina, apakah
dia akan bisa bertahan? Membayangkan itu semua membuat Rena merasa bersedih
dan bersalah pada Lina. Dia tidak tega meninggalkan Lina seorang diri.
Rena masih ingat
bagaimana dia bertemu pertama kali dengan Lina. Waktu itu dia ingin membuka
rekening di bank dekat kantornya. Rena menunggu lama karena semua CS sedang
penuh melayani dan dia tidak memperhatikan Lina. Ketika nomer dia dipanggil dan
menuju meja Lina, dia terkesima ketika melihat Lina. Seperti ada magnet yang
begitu kuat dan susah untuk dialihkan. Begitupula dengan Lina yang juga seperti
mengenal Rena atau mungkin gaydar mereka berdua bekerja dengan baik. Lina
melayani Rena dengan baik, karena ingin berlama-lama dengan Rena, Lina juga
menawarkan asuransi kepada Rena. Rena yang juga ingin berlama-lama dengan Lina,
menurut saja apa yang dikatakan Lina. Dia mendengarkan semua penjelasan Lina
sehingga akhirnya dia sampai membeli asuransi selain membuka rekening.
Rena yang jatuh cinta
dengan Lina selalu berusaha mencari cara untuk bisa ngobrol dengan Lina. Atau
bila dia sedang melakukan setoran ke bank, dia akan berusaha mampir untuk
ngobrol dengan Lina meskipun harus antri lama. Betapa senangnya ketika dia
berhasil mengajak Lina makan siang bersama. Rena makin gencar mendekati Lina. Lina
tidak menolak sedikitpun ajakan Rena, sehingga akhirnya mereka menjadi sepasang
kekasih. Teman-teman mereka mengatakan mereka adalah pasangan yang paling
romantis dan serasi. Rena dan Lina merasa mereka berdua sangat cocok satu sama
lain dan bisa saling mengerti pikiran masing-masing. Rena masih ingat bagaimana
Lina mengatakan tentang mereka berdua.
“Kita itu seperti sebuah sign.”
“Sign gimana sayang?
“Iya, coba kamu lihat di mobil atau di motor, khan selalu ada tulisan R-L khan, jadi kita itu memang berjodoh sayang.”
“O…", dan aku hanya bisa tertawa saja mendengar logikanya. Sejak itu mereka selalu menggunakan inisial RL buat mereka berdua.
“Sign gimana sayang?
“Iya, coba kamu lihat di mobil atau di motor, khan selalu ada tulisan R-L khan, jadi kita itu memang berjodoh sayang.”
“O…", dan aku hanya bisa tertawa saja mendengar logikanya. Sejak itu mereka selalu menggunakan inisial RL buat mereka berdua.
Rena merasa dia telah
menemukan belahan jiwanya, perempuan yang tepat buat dia. Rena suka sekali
memandangi wajah Lina dan Lina selalu saja bilang
“Apa sih kok ngeliatin terus. Apa nggak
bosan?"
“Nggak tuh, soalnya kamu cakep sih”
“Wong jelek gini kok dibilang cakep. Kamu tuh sudah dibutakan oleh cinta”
“Nggak tuh, soalnya kamu cakep sih”
“Wong jelek gini kok dibilang cakep. Kamu tuh sudah dibutakan oleh cinta”
“Nggak apa-apa aku dibutakan oleh cinta, wong
memang kenyataannya kamu cakep kok” kata Rena tidak mau kalah.
Setiap pagi Rena selalu
saja suka menciumi Lina yang masih setengah terbangun.
“Kamu kok suka menciumi aku sih sayang? Khan bau
iler."
“Bukannya aku sudah biasa bau ilermu, khan aku
sering kamu ileri. Hehehe..."
"Iya ya, apa kamu nggak jijik sayang?"
“Nggak tuh”
“Nggak tuh”
“Maaf ya sayang, aku sudah mematikan rasa
jijikmu”, kata Lina dengan mimik
yang lucu dan membuat Rena tertawa ngakak.
Waktu itu, meskipun
mereka telah jadian tetapi mereka belum tinggal bersama. Baru setelah enam
bulan menjalani percintaan mereka, akhirnya mereka memutuskan untuk tinggal
bersama di tempat Rena yang kebetulan lebih dekat dengan kantor Lina. Kehidupan
mereka semakin membahagiakan setelah tinggal bersama. Rena selalu mengantar
jemput Lina ke kantor. Sedangkan Rena bekerja sendiri di rukonya
Dia memulai usaha jasa
desain grafis yang baru dirintisnya satu tahun terakhir waktu itu. Dia masih
mengerjakan sendiri semuanya dan belum mempunyai pegawai. Sejak Lina tinggal
bersamanya, Rena makin semangat bekerja dan mengembangkan usahanya. Dibantu
Lina dengan mencarikan pinjaman di bank, membuat usaha Rena berkembang pesat
dalam dua tahun terakhir. Lina juga membantu mengerjakan pembukuan Rena.
Sekarang mereka, sudah memiliki beberapa karyawan dan juga membuat cetakan
poster, banner, fotocopy dan lain-lain. Lina adalah inspirasi buat Rena, kadang
dia bisa memberikan masukan buat Rena tentang gambar iklannya atau dia juga
menemani Rena menemui klien atau bernegosiasi. Atau Lina membantu membuat script
buat iklan Rena. Lina dulu memang ingin menjadi copy writer di periklanan.
Bila liburan, mereka
selalu menggunakan waktu libur untuk mengunjungi tempat-tempat yang indah dan
romantis. Rena beberapa kali mengajak Lina ke Belanda mengunjungi kakaknya
beserta mamanya yang tinggal di sana. Dan mengunjungi negara-negara Eropa
menggunakan kereta api. Kalau mereka tidak bepergian, mereka hanya menonton
berdua, atau kadang hanya di rumah saja dan bercinta tanpa henti. Semua
dilakukan dengan suka cita dan penuh dengan cinta.
Meskipun mereka berdua
pernah berhubungan dengan orang lain sebelumnya, tetapi sekarang ini mereka
benar-benar merasa seperti menemukan belahan jiwa masing-masing. Mereka selalu
saja saling merindukan meskipun telah tinggal bersama dan sudah menjalin
hubungan hampir empat tahun. Apapun mereka lakukan bersama-sama, mulai dari
membersihkan rumah, memasak, mencuci pakaian, berbelanja, mandipun mereka
selalu bersama-sama. Lina beberapa kali mengajak Rena pulang ke
Purwokerto. Keluarga Rena telah mengenal Lina, ketika mereka datang ke Jakarta
dan selalu tinggal di tempat mereka.
Keluarga Rena menyukai
Lina yang sopan, sabar, pintar dan penuh perhatian. Mereka senang karena Lina
bisa membantu Rena berkembang. Padahal sebelumnya mereka tidak percaya dan
mendukung usaha Rena. Karena mereka melihat Rena sangat boros dan tidak aeriua
mengelola usahanya ketika berhubungan dengan pacar sebelumnya. Beda dengan Lina
yang ikut membantu keuangan Rena ketika dia kekurangan modal. Keluarga Rena
mengetahui usaha itu dijalankan atas usaha mereka berdua dan selama ini Rena
tidak pernah minta bantuan kakak-kakaknya meskipun mereka semua bersedia
membantu.
Rena tidak dapat
memejamkan matanya sedikitpun. Dia ingin terus memandangi wajah Lina yang tidur
dengan nyenyak. Dia selalu suka melihat Lina tidur dan mendengarkan dengkurnya.
Meskipun Lina selalu merasa ingin menghilangkan kebiasaanya untuk mendengkur
waktu tidur. Rena merasa sedih membayangkan kebersamaan ini hanya punya waktu 6
bulan lagi
"Tidak, aku tidak boleh memberitahu Lina! Aku
tidak ingin dia panik, sedih atau aku tidak ingin dia kerepotan harus merawat
diriku. Aku tidak mau meninggal dihadapan Lina. Aku harus memikirkan cara, aku
ingin dia bahagia. Dia telah kehilangan kedua orang tuanya dan aku tahu
bagaimana sedihnya dia waktu itu. Bagaimana mungkin dia harus kehilangan
kekasihnya juga. Aku tidak ingin seperti film P.S. I Love You yang membiarkan
isterinya hidup dalam kenangan dengan memberinya surat setiap hari. Aku tahu
apa yang harus aku lakukan.
*******
Rena mulai menghubungi
notaris, temannya, yang juga lesbian. Dia ingin mewariskan rumah yang mereka
tinggali sekarang buat Lina. Begitu juga dengan usahanya dan tabungan beserta
asuransinya. Rena merasa hanya itu yang bisa dia berikan buat Lina dan dia
percaya keluarganya tidak keberatan. Karena semua kakaknya mempunyai banyak
harta di Manado dan mamanya telah berusia 90 tahun yang kini tinggal di Belanda
bersama salah satu kakak perempuannya. Dia ingin kehidupan Lina sejahtera dan
berjalan dengan lancar, dia tidak lagi pusing memikirkan materi setelah dia
tinggalkan.
Rena ingin memastikan
hidup Lina terjamin setelah dia tiada. Ada satu hal yang ingin Rena lakukan,
dan dia sudah mempunyai rencana yang matang. Dia menghubungi sahabatnya
Elsa yang masih keturunan Spanyol. Rena ingin menjodohkan Elsa dengan Lina.
Rena tahu kalau Elsa adalah tipe Lina. Lina selalu menyukai cewek Spanyol
dan mempunyai cita-cita untuk ke Spanyol berdua suatu saat. Rena juga
yakin kalau Elsa akan jatuh cinta dengan Lina.
Rena dan Elsa bersahabat
sejak mereka masih SD di Manado, sama-sama bandel dan suka berpetualang. Mereka
semakin dekat ketika menyadari kalau mereka sama-sama menyukai perempuan.
Mereka berdua seperti saudara kembar. Mereka menyukai music yang sama, film
yang sama, buku yang sama bahkan selalu jatuh cinta dengan perempuan yang sama.
Tetapi bedanya dari sepuluh perempuan yang mereka taksir dari SMP sampai kuliah
semua lebih memilih Rena. Karena penampilan Rena lebih ke butchi meskipun
dia tidak merasa sebagai butchie. Sedangkan Elsa yang lebih kelihatan
seperti femme. Rena sering menyebut Elsa butchie gagal karena dia lebih
suka berpenampilan seperti femme daripada butchie.
Ketika lulus SMP, mereka
berdua berencana memasuki SMA berasrama di Jawa karena terinspirasi cerita lima
sekawan dan berpikir kalau sekolah berasrama pasti banyak lesbiannya. Mereka
berdua sama-sama meyakinkan orang tua masing-masing untuk diijinkan masuk
sekolah asrama di Jawa. Akhirnya mereka berdua diijinkan ketika tahu mereka
akan bersama-sama. Sejak itu hubungan mereka makin dekat dan mulai
berpetualang. Pernah mereka berdua ditanya kenapa mereka tidak pacaran saja.
tetapi mereka merasa lebih menyenangkan menjadi sahabat dari pada berpacaran
karena mereka tidak memiliki hasrat satu sama lain. Mereka berdua merasa
terlalu sama sehingga seperti bercinta dengan diri sendiri kalau mereka
pacaran.
Begitu lulus SMA, mereka
memutuskan untuk kuliah bersama-sama di Jakarta. Mereka memilih kuliah di
Untar. Elsa memilih kuliah akuntansi sedangkan Rena memilih kuliah desain
grafis. Mereka tinggal di tempat kos yang sama dan sering melakukan
double date. Rena seringkali mencarikan Elsa pacar supaya tidak mengganggu dia
ketika sedang pacaran. Padahal wajah Elsa cantik dan dia lebih sering ditaksir
butchie daripada femme. Elsa lebih suka dengan femme daripada dengan butchie.
Rena yakin pasti Elsa
akan langsung jatuh cinta dengan Lina yang seksi dan klasik. Mereka sudah
hampir 3 tahun tidak pernah berhubungan secara langsung karena dia sedang
menyelesaikan kuliah S2-nya di Spanyol tempat kelahiran ibunya. Tetapi mereka
masih saling sms atau berkirim email atau komen di FB masing-masing. Bahkan
ketika dia jadian dengan Lina, Elsa juga mengucapkan selamat dan dia sendiri di
Spanyol beberapa kali berhubungan dengan perempuan tetapi tidak pernah awet dan
selalu ditinggalkan sampai akhirnya dia malas berelasi. Seharusnya dia sudah
pulang Indonesia, sebaiknya aku hubungi dia dan mengajaknya bertemu.
Rena mengetik sms buat
Elsa bertanya sedang berada dimana. Hi,
pakabar? Kapan kamu balik Indo?
Rena segera mendapat
jawaban dari Elsa. Wah, kamu hebat ya,
baru aku mau sms kamu kasi tahu kalo aku sudah di Indo
HP Rena berbunyi dan
terlihat nomer Elsa terpampang dilayar.
"Hi,
kamu ada dimana El?
"Aku ada di Jakarta Ren, kemarin malam
baru nyampe. Aku sengaja mo kasih kejutan buat kamu. Hehehe"
"Kamu nginap dimana? Sudah tinggal dirumahku
saja."
"Aku nginap di F1 cikini"
"Oke, aku jemput kamu sekarang"
"Oke, aku jemput kamu sekarang"
Rena sms Lina memberitahu
kalau Elsa datang dan akan menginap di rumah mereka. Lina tahu kalau Elsa
adalah sahabat Rena sejak masih kanak-kanak. Rena membersihkan kamar yang
akan digunakan buat Lina. Rumah mereka memang mempunyai kamar tamu untuk
keluarga mereka ketika datang ke Jakarta. Rena mengambil mobilnya di tempat
penitipan parkir mobil dan menjemput Elsa di Cikini. Hatinya senang seperti
menemukan sesuatu harapan buat dia. Semoga Elsa mau menerima permintaan
terakhirku. Selama ini mereka berdua saling membantu dan menjaga satu sama lain
melebihi saudara mereka sendiri.
Rena memberitahu Elsa
kalau dia sudah berada di lobby.
“Hi.. pa kabar? Kata Elsa sambil memeluk erat-erat Rena. “Kita naik dulu ya, barangku banyak nih”
“Iya”, jawab Rena
“Iya”, jawab Rena
“Kamu kenapa kok kelihatan muram gitu?"
“Iya, ada hal penting yang ingin aku bicarakan dengan kamu”
Elsa sudah sangat
mengenal Rena dan sikapnya. Dari kecil memang Rena lebih pendiam dibandingkan
Elsa tetapi Rena lebih sigap dan selalu menjadi pemimpin diantara mereka atau
disetiap kegiatan yang mereka ikuti.
“El, aku sakit, aku kena kanker dan kata dokter
umurku tidak panjang, hanya tinggal setahun”
“Oh, my good! Ren, kenapa bisa gitu? Kita cari
dokter lain aja ya atau kita ke luar negeri berobat. Aku akan menemani kamu”, kata Elsa dengan menangis dan memeluk tubuh Rena.
“El, aku tidak mau menghabiskan uang dan ternyata tidak ada hasil. Kankerku sudah masuk stadium 4 dan kalau mau dikemoterapi akan membutuhkan waktu yang lama dan belum jelas hasilnya. Aku ingin waktuku yang setahun ini mempersiapkan segalanya buat Lina. Dan aku mau minta pertolongan kamu”
“El, aku tidak mau menghabiskan uang dan ternyata tidak ada hasil. Kankerku sudah masuk stadium 4 dan kalau mau dikemoterapi akan membutuhkan waktu yang lama dan belum jelas hasilnya. Aku ingin waktuku yang setahun ini mempersiapkan segalanya buat Lina. Dan aku mau minta pertolongan kamu”
“Katakan apa yang bisa aku lakukan untukmu?"
“El, aku tahu ini mungkin kelihatan konyol atau
tidak masuk akal. Aku ingin kamu menggantikan diriku buat Lina. Aku ingin kamu
menjadi kekasih Lina”
"What, kamu gila ya! Lina khan nggak mencintai aku Ren! Kenal aja nggak, bagaimana mungkin aku bisa menggantikan dirimu”
“Aku tahu kamu pasti akan jatuh cinta dengan Lina. Dia sangat suka dengan cewek Spanyol. Kalau kalian tinggal bersama terus, pasti kalian akan jatuh cinta. Kalau aku tidak ada di situ, sementara kamu di situ pasti lambat laun kamu akan bisa menggantikan aku”
"What, kamu gila ya! Lina khan nggak mencintai aku Ren! Kenal aja nggak, bagaimana mungkin aku bisa menggantikan dirimu”
“Aku tahu kamu pasti akan jatuh cinta dengan Lina. Dia sangat suka dengan cewek Spanyol. Kalau kalian tinggal bersama terus, pasti kalian akan jatuh cinta. Kalau aku tidak ada di situ, sementara kamu di situ pasti lambat laun kamu akan bisa menggantikan aku”
"Emang kamu mau kemana Ren? Apakah Lina sudah tahu mengenai hal ini?"
"Lina tidak tahu tentang hal ini. Aku tidak
ingin dia menjadi sedih dan aku tidak ingin meninggal di hadapan dia El. kalau
aku meninggal, aku tidak ingin dia hidup dalam kesedihan dan terkenang-kenang
dengan diriku. Aku sangat mencintai Lina, aku ingin memastikan dia baik-baik
sebelum aku tinggal. Aku percaya kamu adalah orang yang tepat untuk menjaga
Lina. Aku mempercayaimu, El. Aku akan mati dengan tenang kalau tahu dia
ditangan orang yang tepat”Kata
Rena dengan bersimbah air mata."
Untuk pertama kalinya,
Elsa melihat Rena menangis dengan sedih seperti ini. Selama mereka bersama,
Rena selalu kuat dan bisa mengendalikan diri. Dia tidak pernah terlihat sedih
atau apapun. Elsa yang melihat itu membuat hatinya ikut sedih dan luluh dengan permintaan
terakhir Rena.
“Jadi rencanamu apa sekarang?Tanya Elsa dengan perasaan sedih yang tak
terkatakan.
"Aku sudah menghubungi Lia, kamu ingat dia
kan? Dia sudah jadi notaris sekarang. Dia akan mengatur semua warisanku buat
Lina. Kami membuka usaha advertising dan cetakan brosur dan sejenisnya. Kamu
nggak perlu kuatir Lina bisa menjalankannya sendiri kok. Aku mungkin akan ke
Belanda atau mungkin aku akan ke Tibet, die with peace. Aku akan menemani kamu
dulu beberapa bulan setelah itu aku akan pergi. Maafkan aku ya El, aku tidak
tanya apa rencanamu pulang ke Indonesia dan menempatkanmu pada situasi yang
tidak menyenangkan”
"Aku rencananya ingin membuka accountant public atau bekerja sebagai konsultan keuangan. Tetapi itu bisa ditunda dulu. Papaku ingin aku melanjutkan usaha ekspor perikanannya, tapi aku kurang tertarik. Bagaimana kalau Lina tidak bisa mencintaiku?
"Setidaknya kamu bisa menjadi sahabatnya dan
memastikan dia baik-baik. Dengan begitu, aku akan mati dengan tenang”
“Kamu tahu keajaiban bisa saja terjadi pada siapapun, Ren! Termasuk dengan kamu. Kamu harus percaya bahwa kamu akan berumur panjang dan bisa menenami dan menjaga Lina terus. Kita ke gereja yuk dan berdoa bersama. Kita berdoa Novena bersama. Mau khan kamu?"
Rena menganggukan kepalanya dan dia merasa sedikit tenang, setidaknya ada yang mengetahui keadaannya.
******
“Ternyata Elsa itu menyenangkan juga ya orangnya”,
komen Lina tentang Elsa
“Kalau seandainya kamu ketemu dia dulu, apa kamu
akan jatuh cinta dengan dia?"
“Mmmh nggak tahu ya, mungkin!?"
“Tapi dia kok perhatian banget ya sama kamu?"
“Ya, kita khan sudah sejak kecil bersama dan lama
nggak ketemu”, kata Rena berusaha
memberikan alasan. Rena tahu kalau Elsa selalu mengkuatirkan keadaannya.
“Kok, kamu nggak mau pacaran sama dia aja sih? Tanya Lina penasaran sambil merebahkan kepalanya dalam pelukkan Lina.
“Khan aku sudah pernah cerita, kalau kita sudah seperti saudara kembar, jadi nggak pernah merasa tertarik satu sama lain. Dia lebih suka cewek yang feminine seperti kamu. Kalau dia mau sama kamu, kamu mau nggak?
“Boleh ya? Tanyanya sambil melepaskan pelukannya dan menatap Rena dengan pandangan menggoda. Mau ya, sama dia?"
“Kok, kamu nggak mau pacaran sama dia aja sih? Tanya Lina penasaran sambil merebahkan kepalanya dalam pelukkan Lina.
“Khan aku sudah pernah cerita, kalau kita sudah seperti saudara kembar, jadi nggak pernah merasa tertarik satu sama lain. Dia lebih suka cewek yang feminine seperti kamu. Kalau dia mau sama kamu, kamu mau nggak?
“Boleh ya? Tanyanya sambil melepaskan pelukannya dan menatap Rena dengan pandangan menggoda. Mau ya, sama dia?"
"Iya, kalau boleh bisa dipertimbangkan”
Renapun tertawa dan
mencium Lina. Mereka berciuman lama sekali. Rena menikmati ciumannya
seakan-akan itu adalah ciumannya yang terakhir dengan Lina. Dia mulai mencumbu
Lina dengan penuh perasaan dan kasih sayang. Dia curahkan segenap perasaan, dia
nikmati setiap jengkal tubuh Lina dan dia belai penuh cinta. Entah berapa lama
aku bisa bercinta dengan dia lagi seperti ini. Lina terhanyut dengan belain
mesra dan penuh cinta itu, tubuhnya bergetar menikmati sentuhan Rena. Lina
merasa malam ini Rena begitu lembut dan penuh perasaan. Dia melakukannya dengan
pelan-pelan dan begitu menikmati. bagaikan angin yang mencumbu pohon-pohon,
memainkan daun-daunnya dengan penuh kelembutan, menyusuri dahan dan ranting.
Lina tidak tahu berapa kali dia merasakan kenikmatan yang tiada henti, membuat
dia bergetar dan melayang ke awan. Lina memang selalu suka bercinta dengan Rena
yang penuh kelembutan dan selalu membuat dia melayang-layang di puncak bukit
cinta.
Rena mendekap Lina dalam
pelukkannya, merasakan lembut tubuh telanjangnya dengan kegetiran dan
kesedihan. Dia tidak tahu berapa lama lagi bisa berpelukan dalam ketelanjangan,
menikmati tubuhnya yang lembut dan seksi. Rena berusaha menahan airmatanya, aku
tidak boleh terus bersedih seperti ini. Aku hanya ingin menikmati saat-saat
terakhir bersama dia dan mengingatnya dalam kebahagian. Rena tidak sanggup
meninggalkan Lina dalam kesedihan, dia tidak ingin meninggalkan Lina secepat
ini. Dia masih ingin hidup bersama dan menua bersama dalam kebahagian. “Maafkan aku sayang, aku tidak bisa
menjagamu dan menemanimu, maafkan aku tidak bisa menepati janjiku,"
Rena terus saja membelai Lina. Perlahan-lahan dia melepaskan pelukannya,
menyelimuti Lina dan ke kamar mandi. Di dalam kamar mandi, Rena menangis,
menutup mulutnya dengan handuk. Dia terduduk di lantai kamar mandi yang dingin,
mendekap lututnya dan makin deras airmata yang keluar.
*****
Sudah empat bulan Elsa
bersama mereka. Kadang ada rasa cemburu dalam diri Rena melihat kedekatan Elsa
dengan Lina. Tapi dia ingat bahwa itu adalah untuk kebaikan Lina. “Mungkin ini saatnya aku pergi”pikir
Rena. Mereka berdua semakin dekat dan akrab. Rena selalu berusaha mendekatkan
mereka dan meminta Elsa untuk mengantar Lina pergi atau kadang menjemput Lina.
Rena selalu bisa membuat alasan agar Elsa bisa bersama Lina. Lina sendiri
merasa senang dengan Elsa yang selalu punya bahan untuk bercerita atau
membuatnya tertawa. Dia bahkan mengajari Lina bahasa Spanyol, yang selama ini
selalu ingin dipelajari Lina. Lina juga merasa nyaman di dekat Elsa. Dia membenarkan
apa kata Rena, yang mengatakan mereka berdua seperti saudara kembar. Kadang
Lina merasa kalau dia bersama Rena ketika ditemani Elsa.
“Kamu tidak takut aku kecantol sama Elsa ya?" tanya Lina ketika mereka habis bercinta.
“Emang sudah kecantol ya?
“Ihhh.. kalau iya gimana?
“Emang sudah kecantol ya?
“Ihhh.. kalau iya gimana?
“Ya, aku khan tidak bisa memaksa kamu untuk cinta
aku terus, kalau kamu mau sama Elsa aku rela kok”
“Ihhh..kok gitu sih! Bukannya kamu harus berjuang
mempertahankan aku”
“Ohhh gitu ya!” lha kalau kamu sudah nggak mau sama aku, meskipun aku berjuang, ya khan nggak ada artinya. Mungkin tubuhmu sama aku disampingku, tapi hati dan pikiranmu sama orang lain, khan juga percuma. Apa kamu mulai jatuh cinta sama Elsa?”Tanya Rena dengan perasaan yang tidak menentu. Disatu sisi dia senang kalau Elsa bisa dekat dengan Lina. Tapi di sisi lain ada perasaan cemburu yang tidak pernah dia perhitungkan ketika merencanakan ini.
“Ohhh gitu ya!” lha kalau kamu sudah nggak mau sama aku, meskipun aku berjuang, ya khan nggak ada artinya. Mungkin tubuhmu sama aku disampingku, tapi hati dan pikiranmu sama orang lain, khan juga percuma. Apa kamu mulai jatuh cinta sama Elsa?”Tanya Rena dengan perasaan yang tidak menentu. Disatu sisi dia senang kalau Elsa bisa dekat dengan Lina. Tapi di sisi lain ada perasaan cemburu yang tidak pernah dia perhitungkan ketika merencanakan ini.
“Aku memang suka dengan Elsa, tapi aku mencintaimu cintaku, sampai kapanpun dan tidak akan ada yang bisa menggantikanmu sampai aku mati” kata Lina dengan penuh kesungguhan.
Tiba-tiba Rena menangis
tidak dapat menahan perasaannya.
“Kenapa kamu kok menangis sayang?
“Iya, aku terharu mendengar jawabanmu. Makasih ya cintaku, untuk cintamu dan selalu mencintaiku. Maafkan aku ya kalau selama kita bersama ada yang tidak kamu sukai atau membuat kamu sakit hati”
“Kenapa kamu kok menangis sayang?
“Iya, aku terharu mendengar jawabanmu. Makasih ya cintaku, untuk cintamu dan selalu mencintaiku. Maafkan aku ya kalau selama kita bersama ada yang tidak kamu sukai atau membuat kamu sakit hati”
“Ihhh, kok jadi melo gini sih!”Kata Lina yang juga meneteskan air mata. “Sudah ahh, aku nggak mau bersedih begini
kayak kamu mau pergi ninggalin aku aja! Sudah bobo yuk”Kata Lina sambil
memeluk Rena.
Rena menggigit bibirnya kuat-kuat agar tangisnya tidak meledak dan kesedihannya kembali menghujam hatinya.
“Kamu kok rasanya makin kurus ya sayang” kata Lina dalam pelukannya.
“Masak sih” kata Rena dengan berusaha mengatur suaranya agar tidak serak atau berubah.
“Masak sih” kata Rena dengan berusaha mengatur suaranya agar tidak serak atau berubah.
Rena tahu kalau berat
badannya makin turun dan dia makin sering mimisan. Lina pernah melihat dia
mimisan dan kuatir waktu itu. Rena cuma mengatakan kalau dia sedang panas dalam
aja. Rena memang terus minum obat dari dokter dan itu hanya seperti pain
killer. Kalau malam ketika ada Lina, Rena selalu minum obatnya dua kali lebih
banyak dari dosisnya karena tidak ingin Lina melihatnya kesakitan. Hanya siang
ditemani Elsa dia sering mengerang kesakitan dan tidur. Elsa selalu menjaganya
dan kadang Elsa menangis melihat keadaan Rena yang menahan sakit.
******
“El, aku kemarin sudah menghubungi kak Rina di
Belanda. Dia minta aku untuk kesana dan berobat disana”
"Kapan kamu akan berangkat? Apa kamu sudah
beritahu Lina?"
“Secepatnya mungkin minggu depan. Belum, aku akan bilang kalau mamaku minta aku kesana dan sedang sakit, sehingga dia tidak curiga!”
“Secepatnya mungkin minggu depan. Belum, aku akan bilang kalau mamaku minta aku kesana dan sedang sakit, sehingga dia tidak curiga!”
Elsa menitikan air
matanya, dia merasakan kesedihan yang luar biasa. Dia tidak tahu apakah dia
akan bisa bertemu dengan Rena kembali atau tidak. Hatinya sedih seperti
melepaskan sebagian dari dirinya untuk pergi.
“Please El, kamu jangan sedih seperti itu! Aku benar-benar berharap kamu bisa kuat dan mejaga Lina untukku. Aku tidak ingin dia tahu El!”
“Please El, kamu jangan sedih seperti itu! Aku benar-benar berharap kamu bisa kuat dan mejaga Lina untukku. Aku tidak ingin dia tahu El!”
Elsa hanya mengangguk dan
memeluk Rena. Dia membantu Rena tidur di ranjangnya, dan pergi ke dapur untuk
masak. Di dapur, Elsa menumpahkan kesedihannya. Dia tidak tahu apakah setelah
Rena pegi ke Belanda dia bisa berpura-pura ceria di hadapan Lina.
*****
“Sayang, kak Rina minta aku ke Belanda. Mama
sedang sakit dan cari aku terus katanya!" kata Rena ketika mereka hendak tidur.
“Oya, sakit apa? Wah..kapan kamu berangkat? Sama
siapa?"
“Minggu depan, sendiri, nanti yang lain nyusul!”
“Trus, kamu berapa lama disana?"
“Mungkin sebulan, kamu nggak apa-apa khan, aku
tinggal sebulan? Atau kamu mau ikut?" tanya Rena. Rena tahu Lina tidak mungkin cuti untuk ikut dia ke Belanda.
“Nggak apa-apa kok! Tapi kamu jangan main
perempuan lho di sana!"
"Ihhh ya nggak lah! Aku khan cinta
kamu!"
“Tapi di Belanda LGBT khan bebas, ada lesbian bar, nanti kamu kesana lagi!”
“Cintaku sayang, mana sempat khan mau nungguin mama sakit. Masak keluyuran sih!" kata Rena sambil memeluk dan mencium Lina. “Kamu percaya khan sama aku?"
“Iya, aku percaya. Tapi aku takut kehilangan kamu Ren! Aku sudah nggak punya siapa-siapa dan cuma kamu yang aku punya” kata Lina sambil merapatkan pelukkannya.
“Tapi di Belanda LGBT khan bebas, ada lesbian bar, nanti kamu kesana lagi!”
“Cintaku sayang, mana sempat khan mau nungguin mama sakit. Masak keluyuran sih!" kata Rena sambil memeluk dan mencium Lina. “Kamu percaya khan sama aku?"
“Iya, aku percaya. Tapi aku takut kehilangan kamu Ren! Aku sudah nggak punya siapa-siapa dan cuma kamu yang aku punya” kata Lina sambil merapatkan pelukkannya.
Rena menahan tangisnya yang akan pecah, dan akhirnya dia menangis. Lina yang melihat Rena menangis diapun ikut menangis. Entah kenapa Lina merasa sedih dan seperti akan ditinggal selamanya oleh Rena.
“Kenapa, aku kok merasa sedih banget ya, aku
seperti takut kehilangan kamu sayang!" kata Lina dengan sedih.
Mendengar itu Rena jadi semakin sedih dan merasa bersalah karena tidak memberitahu keadaanya yang sebenarnya. ‘Ya, Tuhan haruskah aku memberitahu Lina! Aku takut dia akan menjadi sedih!
Rena mendekap Lina erat erat dan mencium keningnya dengan lembut dan lama.
“Aku sangat mencintaimu Lina! Aku tidak ingin kehilangan kamu atau meninggalkanmu!”
“Aku juga mencintamu Rena dan hanya dengan kamu aku ingin menjalani hidup ini”
Mereka berdua berpelukan dalam tangis dan saling membelai.
“Kamu khan cuma mau ke Belanda kok kita berdua jadi tangisan begini ya seperti kamu mau pergi perang dan nggak akan kembali aja!"
Rena berusaha menegarkan dirinya dan tidak ingin melarutkan dirinya dalam kesedihan. Dia tidak ingin Lina sedih. Rena masih terus berharap ada keajaiban yang bisa menyembuhkan dirinya. Dia masih ingin terus bersama dengan Lina.
******
Sudah tiga minggu lebih
Rena di Belanda, Lina merasa sangat merindukan Rena. Kerinduan itu begitu
menyesakan dadanya. Lina merasa makin lama Rena makin jarang atau sulit
dihubungi. Rindu bercampur cemas menjadi satu. Lina tidak tahu kenapa dia merasa
sedih dan seperti akan kehilangan Rena. Meskipun Elsa selalu menemaninya,
tetapi tetap saja kerinduan itu terus menyeruak.
Lina duduk termenung dan
menitikan airmata sambil menatap foto mereka yang penuh kemesraan. Lina tidak
tahu kenapa malam ini dia begitu merindukan Rena dan menginginkan kehadirannya.
Lina menangis terisak, ada yang menusuk-nusuk dadanya. Sudah dua hari whatsapp
dan sms nya belum dibalas oleh Rena. “Kemana
kamu sayang?” Lina terus membelai foto mereka dan airmatanya makin mengalir. “Apa
kamu tidak kangen aku?"
“Hei, kamu kenapa?" tanya Elsa ketika melewati kamar Lina. Elsa mendekati Lina yang sedang duduk di tepi ranjang sambil menatap foto dan duduk disampingnya.
“Hei, kamu kenapa?" tanya Elsa ketika melewati kamar Lina. Elsa mendekati Lina yang sedang duduk di tepi ranjang sambil menatap foto dan duduk disampingnya.
“Kamu kangen Rena ya?"
Lina hanya mengangguk dan
menangis. Elsa tidak tega melihat Lina yang sedang sedih dan merindukan Rena.
Elsa memeluk Lina dan mencium kening Lina. Lina semakin sedih dan makin deras
airmatanya yang keluar. Dia memeluk erat-erat tubuh Elsa. Dia semakin
merindukan Rena. Biasanya Rena selalu memeluknya dan mencium keningnya ketika
dia sedang sedih dan menangis. Elsa membiarkan Lina menangis dalam pelukkannya.
Ada rasa sayang yang mendalam dan keinginan untuk selalu melindungi.
Elsa terus membelai
dengan penuh kasih sayang dan cinta. Elsa sadar kalau akhir-akhir ini Lina
selalu kelihatan murung dan sedih. Airmatanya ikut menetes merasakan kesedihan
Lina. Dia tidak tahu mana yang lebih dia kasihi Rena atau Lina. Elsa selalu
berusaha membuat Lina ceria dan bahagia. Tetapi dia tahu kalau Lina hanya
memikirkan Rena. Ketika diajak nonton pun, Lina seperti terlihat tidak
konsentrasi dan pernah malah menangis karena teringat dengan Rena. Setiap hari
dia hanya menatap HPnya dan menunggu sms atau whatsapp dari Rena. Elsa tahu
kalau Rena sedang menjalani perawatan disana dan kondisi sedang drop. Apalagi
terjadi perbedaan waktu antara Indonesia dan Belanda.
Ada perasaan bersalah
pada diri Elsa karena tidak memberitahu keadaan Rena yang sebenarnya kepada
Lina. Setiap kali melihat Lina termenung, ingin rasanya dia memberitahu keadaan
Rena. Tapi Rena selalu mengingatkan dirinya untuk tidak memberitahu keadaannya.
Kakak Rena, Reni juga memberitahu kalau Rena sering mengigau memanggil nama
Lina dalam tidurnya. Dia juga heran kenapa Rena tidak memberitu Lina keadaannya
dan menderita seperti ini. Elsa selalu memantau keadaan Rena lewat Reni. Hampir
setiap hari Elsa berkomunikasi dengan Reni. Rena pun selalu menanyakan keadaan
Lina. Dan setiap akhir pembicaraan selalu berpesan untuk tidak memberitahu
keadaannya.
Elsa membiarkan Lina
tidur dalam pelukkannya. Dia tahu kalau Lina sedang sedih dan membutuhkan
seseorang untuk menemaninya. Dia senang melihat Lina yang terlelap setelah
menangis. Dia membelai wajah Lina dan ada keinginan menciumi wajah Lina. Tapi
dia tidak ingin menggunakan kesempatan dalam kesempitan, meskipun Rena telah
mengijinkan dirinya untuk menjalin hubungan dengan Lina, dan menggantikan
dirinya. Tapi ada perasaan yang tidak enak, dan dia tidak ingin Lina marah atau
tersinggung. Kalau seandainya dia jadian dengan Lina, dia ingin karena Lina
memang menginginkan dirinya.
Perlahan tapi pasti ada
perasaan tersendiri dalam diri Elsa. Dia tahu kalau diam-diam ada perasaan
cinta dalam dirinya terhadap Lina. Elsa menikmati setiap kedekatannya dengan
Lina. Dia tahu kalau dia menikmati peran yang diberikan Rena kepada dirinya.
Dia suka melihat cara ketawa Lina, melihat kemanjaan Lina dan selalu ada
perasaan sedih ketika melihat Lina sedih. Ada keinginan untuk selalu melindungi
Lina dan selalu ingin membahagiakan Lina. Dia selalu merasa dilema ketika
berdekatan dengan Lina. Di satu sisi dia sangat menikmati tapi di sisi lain dia
merasa bersalah dengan Rena. Apalagi Rena harus berjuang sendiri melawan
penyakitnya tanpa didampingi orang yang dicintai.
Seperti sekarang ini, dia
begitu menikmati kedekatannya dengan Lina. Dia selalu memimpikan bisa memeluk
Lina seperti saat ini. Tapi dia tidak sepenuhnya bisa menikmati karena
pikirannya juga memikirkan Rena yang pasti juga merindukan Lina. Dia merasa
bersalah karena memeluk kekasih sahabatnya, orang yang dia sayangi juga.
Meskipun dia juga tahu kalau Rena memintanya untuk menjaga Lina dan
membahagiakan Lina. Tapi Rena masih ada dan sedang menderita, apa dia juga
harus menderita kehilangan orang yang dia cintai. “Ya, Tuhan apa yang harus kulakukan! Apa aku harus menceritakan
keadaan Rena? Aku sudah berjanji kepada Rena untuk tidak mengatakan keadaannya
kepada Lina. Sampai kapan aku harus menyimpan ini semua”
*****
Lina terbangun dengan
terkejut karena berada dalam pelukan Elsa. Dia seperti merasa tidur dalam
pelukan Rena. Dia berusaha mengingat apa yang terjadi semalam. Dia ingat sedang
sangat sedih dan menangis, lalu datang Elsa menghiburnya, memeluknya dan mereka
tidur berpelukkan. Lina pelan-pelan berusaha melepaskan dirinya dalam pelukkan
Elsa. Dilihatnya masih jam 3 pagi, dia merasa bersalah karena tidur dalam
pelukan Elsa. Meskipun dia tahu, dia tidak melakukan apa-apa tapi tetap saja
dia merasa bersalah dengan Rena karena membiarkan dirinya dipeluk orang lain.
Meskipun Elsa sahabat Rena.
Lina perlahan-lahan turun
dari ranjang, dia tidak ingin membangunkan Elsa. Ada perasaan sedih dalam
dadanya. Dia benar-benar rindu dengan Rena dan merasa diabaikan oleh Rena.
Selama ini dia tidak pernah sekalipun diabaikan oleh Rena. Mereka selalu saja
whatsapp meskipun setiap hari bertemu. Tapi ini, sudah hampir seminggu Rena
hanya berapa kali kirim pesan dan bilang sedang sibuk. Dia juga tidak
mengatakan rindu atau cinta seperti biasanya. Apakah dia sudah berubah? Apakah secepat itu Rena berubah? Apakah dalam
sebulan orang bisa berubah secepat itu. Lina mengambil HPnya dan sama
sekali tidak ada jawaban dari Rena bahkan sepertinya HPnya tidak nyala karena
pesannya belum sampai. “Apa yang terjadi
dengan kamu sayang? Aku percaya kalau kamu selalu mencintaiku, kalau aku selalu
ada dihatimu. Apakah ada sesuatu yang menimpahmu?"
Perasaan Lina menjadi
gelisah akhir-akhir ini, dia merasa ada sesuatu yang terjadi dengan Rena. Rena
tidak pernah membiarkan dirinya seperti ini. Biasanya Rena yang selalu merindukan
dirinya, mengkuatirkan dirinya, menanyakan apakah dia sudah makan atau belum,
mengingatkan dia untuk minum atau kadang kirim pesan hanya ciuman, atau rayuan
di siang hari katanya. Perhatian-perhatian kecilnya yang selalu menghangatkan
dirinya. Sekarang ini dia tidak pernah menanyakan dirinya, tidak pernah bilang
kangen atau cinta bahkan seperti menghilang ditelan bumi. Dan kenapa dia
membiarkan dirinya dekat dengan Elsa? Apakah dia memang bermaksud akan
meninggalkan diriku? Kemana aku harus mencarimu sayang? Apa sebaiknya aku ke
Belanda menyusul Rena?
Lina kembali ke dalam
kamar dan melihat Elsa masih tidur. Dia tidak ingin tidur bersama dengan Elsa.
Lina keluar dari kamarnya dan tidur di sofa. Tapi pikirannya masih terus
melayang-layang, wajah Rena yang manis seperti bermain-main dihadapannya. Dia
teringat bagaimana mereka pernah bercinta di sofa ini atau nonton film sambil
berpelukan. Dia tahu betapa Rena sangat mencintai dirinya, penuh perhatian,
selalu memanjakan dirinya dengan penuh kasih sayang. Menuruti semua
keinginannya dan tidak pernah sekalipun berkata tidak. Dia selalu lembut, tidak
pernah kasar meskipun sedang marah sekalipun. Semakin mengingat Rena, perasaan
sedih Lina semakin mendalam dan kembali dia mencucurkan airmata.
****
Elsa terbangun dengan
kaget karena Lina sudah tidak ada disampingnya dan dia melihat sudah jam 8.
Biasanya dia yang selalu mengantarkan Lina ke kantor.
“Waduh, kenapa jadi kesiangan ini!"
Dia buru-buru bangun dan
menuju kamarnya. Dia melihat Lina tertidur di sofa. Dia tidak tahu sejak kapan
Lina tidur di sofa. “Apakah ini berarti
Lina tidak suka tidur denganku?" kata Elsa dalam hati.
“Lin...! kamu nggak ngantor ya?" Elsa berusaha membangunkan Lina dengan perlahan.
Elsa merasakan kalau badan Lina panas banget. Dia langsung menjadi kuatir. Dia
tahu kalau Lina sedang merindukan Rena.
“Kamu sakit ya Lin?"
“Nggak apa-apa kok, aku malas ke kantor hari
ini!"
Elsa menyentuh kening Lina dan merasakan kalau panasnya sedang tinggi.
“Kamu panas Lin! Kita ke dokter ya!”
“Nggak usah El, nanti juga baikan. Mungkin hanya masuk angin saja!
“Kamu pindah bobo di kamar aja ya! Habis ini aku beliin bubur ayam trus kamu minum obat!”
Elsa menyentuh kening Lina dan merasakan kalau panasnya sedang tinggi.
“Kamu panas Lin! Kita ke dokter ya!”
“Nggak usah El, nanti juga baikan. Mungkin hanya masuk angin saja!
“Kamu pindah bobo di kamar aja ya! Habis ini aku beliin bubur ayam trus kamu minum obat!”
"Aku mau disini aja El!"
“Ya, sudah. Aku mandi dulu trus beli bubur ayam”
“Ya, sudah. Aku mandi dulu trus beli bubur ayam”
Lina hanya mengangguk dan
kembali memejamkan matanya. Elsa buru-buru turun ke bawah dan membukakan pintu
untuk para pegawai. Dan memesan bubur ayam yang biasa mangkal di depan rukonya.
Dengan malas Lina bangun
dan masuk ke kamarnya. Dia mengunci kamarnya dan tidak ingin diganggu. Dia
merasa malas melakukan apa saja. Perasaannya jadi kosong dan tidak tahu harus
melakukan apa. Semua terasa seperti hampa dan dia seperti burung yang
kehilangan sayap sebelahnya yang tidak bisa terbang kemana-mana. Baru kali ini
menyadari betapa dia juga sangat mencintai Rena dan merasa kehilangan. Selama
ini dia memang jarang mengekspresikan dirinya atau menunjukan perasaannya
secara terbuka kepada Rena. Dia hanya menikmati rasa cintanya dalam diam dalam
dirinya sendiri. Rena yang lebih ekspresif dalam mengungkapkan perasaannya
kepada dirinya.
Lina tahu kalau dia
mencintai Rena, tetapi dia tidak pernah tahu seberapa besar perasaannya kepada
Rena. Dia selama ini selalu menganggap Rena lebih besar cintanya dibandingkan
dirinya ke Rena. Baru sekarang dia menyadari betapa dia sangat mencintai Rena
dan merasakan betapa dia kehilangan dan sakit karena merasakan rindu. “Mungkin benar kata orang, kamu baru
merasakan cinta kalau sudah kehilangan orang tersebut!" gumam Lina
dalam hati.
“Lin.. buburnya sudah di meja ya!" teriak
Elsa dari luar kamar.
“Iya, nanti aku makan!”
“Jangan lama-lama nanti keburu dingin!"
“Iya.."
“Jangan lama-lama nanti keburu dingin!"
“Iya.."
Lina sadar kalau Elsa
sangat baik dan juga perhatian dengan dirinya. Sifatnya hampir sama dengan
Rena. Mereka memang seperti saudara kembar tetapi tetap saja ada yang tidak
sama. Dia tidak merasakan cinta. Dia tidak merasakan getaran ketika berada di
dekat Elsa seperti ketika dia berada di dekat Rena. Meskipun wajah Elsa menarik
dan sikapnya lebih ceria, namun tetap saja dia lebih nyaman berada di dekat
Rena dibandingkan Elsa.
Bila di dekat Rena dia
selalu merasa tenang, damai dan nyaman. Dia dapat merasakan kehangatan cinta
Rena kepada dirinya. Dia suka cara Rena mencintainya, cara dia memanjakan
dirinya. Seakan-akan dia tidak pernah kekurangan kasih sayang dan cinta. Lina
menikmati setiap perhatian dan cinta Rena, membuat dia seperti kecanduan cinta
Rena. Dan kini dia seperti sakauw cinta. Dia seperti pecandu yang tidak
mendapatkan obat dan merasakan sakit diseluruh tubuhnya.
****
Seharian bengong di kamar
sambil bolak balik menatap HPnya, Lina tiba-tiba ada keinginan membuka brankas
mereka. Selama ini dia tidak pernah membuka brankas itu dan bila ingin
menyimpan sesuatu dia menyerahkan ke Rena untuk disimpan di brankas. Hari ini
ada dorongan keinginan untuk membuka brankas. Dia membuka lemari pakaiannya dan
memutar nomer kunci brankasnya. Lina mempehatikan isi lemari besinya. Ada kotak
perhiasan mereka dan map sertifikat ruko mereka. Lina memperhatikan ada amplop
coklat yang selama ini belum pernah dia lihat.
Disitu tertulis nama notaris Lia kenalan mereka. Lina berusaha mengingat masalah legal apa yang pernah mereka urus dan dia tidak bisa mengingatnya. Lalu dia membuka amplop itu sambil duduk dilantai dia membaca isi amplop. Betapa terkejutnya dia membaca isi dokumen didalamnya. Rena mewariskan semua hartanya dan asuransi untuk dirinya.
“Kenapa aku nggak pernah tahu ya?" batin Lina. Dari tangggal pembuatannya 5 bulan
yang lalu dan di situ ada Elsa sebagai saksinya. “Apa maksudnya dokumen ini ya?”
Lina segera berdiri dan
mencari Elsa di kamarnya. Lina melihat pintu kamar Elsa agak terbuka dan dia
segera memanggil Elsa sambil membuka pintu.
“El.. kamu tahu soal ini nggak?"
“El.. kamu tahu soal ini nggak?"
Kamar Elsa kosong dan dia
melihat amplop dari rumah sakit berada di tumpukan berkas di meja Elsa. Lina
melihat ada nama Rena di atas amplop tersebut. Dengan berdebar-debar Lina
membuka amplop itu. Tangannya gemetar dan lututnya mendadak menjadi lemas tak
bertenaga membaca keterangan yang berada di dalam laporan lab itu. Bibir Lina bergetar
dan matanya jadi buram, dia menangis sejadi-jadinya. “Kenapa aku selama ini tidak tahu! Aku ini pasangan macam apa! Pasangan
sakit keras dan aku sama sekali tidak tahu!. Itu sebabnya kenapa Rena sering
mimisan dan dia cuma bilang karena panas dalam dan aku percaya begitu saja!”
Lina menangis makin
kencang dan menyesali ketidaktahuannya. Dia merasa bersalah karena tidak
menemani Rena yang sedang sakit, tidak mensupport dia untuk melawan penyakit
dan memilih untuk menyerah dan melarikan dirinya. Padahal kita berjanji untuk
selalu bersama dalam suka maupun duka dan saling mendukung satu sama lain. “Kenapa kamu harus menanggung ini semua
sendirian cintaku! Apa kamu tidak percaya dengan cintaku sama kamu! Kenapa kamu
tidak ijinkan aku mendampingi kamu cintaku!”gumam Lina sambil menangis
tersedu-sedu. Hatinya seperti tersayat-sayat membayangkan Rena yang yang
terbaring sakit sendirian.
Elsa yang naik ke atas
hendak melihat keadaan Lina, diam terpaku di depan pintunya. Dia menyadari
kecerobohannya yang menaruh hasil Lab Rena secara sembarangan. Selama ini Lina
tidak pernah masuk ke kamarnya. Dia jadi merasa serba salah dan tidak tahu
harus berbuat apa.
“Lin..!" kata Elsa perlahan dan mendekati Lina yang sedang duduk di kursi depan meja kerjanya.
“Lin..!" kata Elsa perlahan dan mendekati Lina yang sedang duduk di kursi depan meja kerjanya.
Lina menoleh dan menatap Elsa dengan pandangan kesal dan marah karena merasa ditipu atau dibodohi oleh Elsa.
“Jadi kamu selam ini tahu keadaan Rena dan kamu
tidak pernah memberitahuku! Bahkan ketika aku sedih merindukan Rena, kamu sama
sekali tidak memberitahuku! Tega sekali kamu sama aku!" kata Lina dengan marah dan berurai airmata.
“Lin..maafkan aku!" kata Elsa berusaha mendekat dan menyentuh Lina. Tapi Lina menepiskan tangan Elsa.
“Lin..maafkan aku!" kata Elsa berusaha mendekat dan menyentuh Lina. Tapi Lina menepiskan tangan Elsa.
“Aku kecewa dengan kamu El! Aku kira kamu sahabat yang baik dan sayang dengan kita berdua!"
“Aku terpaksa Lin, ini semua permintaan Rena! Maafkan aku!"
“Seharusnya kamu tahu kalau Rena membutuhkan aku!
Dan kamu tidak menturuti keinginan Rena! Aku benar-benar kecewa dengan kamu
El!” kata Lina sambil berdiri dan
meninggalkan Elsa.
“Lin.. aku bisa menjelaskan semuanya!" kata Elsa sambil memegang tangan Lina tapi Lina menepiskan tangan Elsa dengan kesal dan marah.
“Lin.. aku bisa menjelaskan semuanya!" kata Elsa sambil memegang tangan Lina tapi Lina menepiskan tangan Elsa dengan kesal dan marah.
“Tidak ada yang perlu dijelaskan, aku akan segera
ke Belanda dan menyusul Rena kesana."
*****
Selama seminggu Lina
mempersiapkan segalanya untuk kunjungannya ke Belanda. Lina merasa beruntung
karena masih mempunyai visa Belanda. Karena beberapa kali ke Belanda bersama
Rena, ketika minta visa terakhir dia diberi 2 tahun visa. Dia mencairkan semua
deposito yang dia punya dan memasukan semua ke rekening euro dia. Dia
juga mengajukan cuti besar ke pimpinan cabang. Lina berusaha menelpon kak Rina.
Ketika berhasil menghubungi kak Rina mereka berdua jadi sama menangis. Kak Rina
meminta maaf karena tidak menghubungi Lina. Rena bolak balik memintanya
berjanji untuk tidak memberitahu Lina
“Lina, maafin aku ya!" kata Rina di ujung sana. “Aku sebetulnya sudah beberapa kali ingin menelpon kamu. Apalagi
melihat Rena yang sering menggigau memanggil namamu!” terdengar suara serak
menangis dari Rina.
“Iya, Kak! Aku sendiri merasa bersalah kenapa kok sampai tidak tahu tentang sakitnya Rena. Maafkan aku juga ya kak! Aku bukan pasangan yang baik!” kata Lina menangis.
“Iya, Kak! Aku sendiri merasa bersalah kenapa kok sampai tidak tahu tentang sakitnya Rena. Maafkan aku juga ya kak! Aku bukan pasangan yang baik!” kata Lina menangis.
“Bagiamana keadaan Rena, kak?
“Kondisinya beberapa kali drop, kata dokter semangat sembuhnya harus ditingkatkan!"
“Kondisinya beberapa kali drop, kata dokter semangat sembuhnya harus ditingkatkan!"
"Kemungkinan sembuhnya gmana kak?"
“Kata dokter tergantung daya juang dia, ada beberapa pasien yang survive dan sehat sampai sekarang. Semua tergantung kemauan pasien itu sendiri. Aku sendiri beberapa kali tanya ke Rena kenapa kok tidak memberitahu kamu! Dia bilang, dia tidak ingin melihat kamu sedih atau repot merawat dia. Ketika aku bilang apa kamu tidak sedih kalau kamu meninggal? Dia hanya diam dan menangis! Aku jadi tidak berani meneruskan. Aku juga heran apa maksudnya menjodohkan kamu dengan Elsa."
“Apa kak?" tanya Lina kaget mendengar apa yang dikatakan kak Rina.
“Kata dokter tergantung daya juang dia, ada beberapa pasien yang survive dan sehat sampai sekarang. Semua tergantung kemauan pasien itu sendiri. Aku sendiri beberapa kali tanya ke Rena kenapa kok tidak memberitahu kamu! Dia bilang, dia tidak ingin melihat kamu sedih atau repot merawat dia. Ketika aku bilang apa kamu tidak sedih kalau kamu meninggal? Dia hanya diam dan menangis! Aku jadi tidak berani meneruskan. Aku juga heran apa maksudnya menjodohkan kamu dengan Elsa."
“Apa kak?" tanya Lina kaget mendengar apa yang dikatakan kak Rina.
"Jadi kamu tidak tahu? Aku sudah menduga
kalau kamu tidak tahu dengan ide gila Rena dan Elsa ini!”
“Iya, aku tidak tahu kak!" kata Lina dengan bercucuran air mata. “Sebaiknya kakak jangan kasi tau Rena
kalau aku datang!”
“Iya, nanti aku jemput kamu di Schipoll. Kapan
kamu berangkat?
“Tiga hari lagi kak!"
“Tiga hari lagi kak!"
“Kamu hati-hati ya!"
“Iya, kak! See you soon!"
“See you!"
“See you!"
Lina menutup telponnya
dengan berbagai macam perasaan yang tidak karuan. Dia tidak tahu harus
merasakan apa terhadap semua yang terjadi ini. Dia juga merasa kesal dengan
Rena dan Elsa. Apa dikira karena aku lesbian, jadi bisa berganti pasangan tanpa
harus menggunakan perasaan? Apa dikira lesbian bisa berganti pasangan seperti
ganti baju? Kenapa Rena tidak pernah memikirkan perasaanku, cintaku kepada dia.
Kenapa dia tidak mengijinkan aku merawatnya! Lina masih saja menangis
memikirkan Rena. Lina juga heran dengan Elsa kenapa dia mau melakukan ini
semua.
******
Elsa tidak bisa menjawab
pertanyaan Lina ketika ditanya kenapa dia mau menggantikan Rena menjadi
pacarnya. Dia tidak berani mengatakan kalau dia mulai merasakan cinta
dihatinya. Kalau dia tertarik begitu pertama kali melihat dan jatuh cinta
dengan seiirng jalannya waktu.
“Aku tidak tega menolak permintaan Rena yang sedang sedih!" jawab Elsa kalem.
“Aku tidak tega menolak permintaan Rena yang sedang sedih!" jawab Elsa kalem.
Dia tidak berani menatap mata Lina. Dia takut
Lina dapat melihat perasaannya. Elsa sendiri bingung dengan perasaannya dan
tidak tahu harus berbuat apa. Dia juga tidak tahu harus bahagia atau sedih. Dia
sedih memikirkan sakitnya Rena, sahabatnya sejak kecil. Tapi hatinya yang lain
menikmati kedekatannya dengan Lina.
Dan sekarang ini ada
segores perih di hatinya, melihat kemarahan Lina terhadap dirinya. Dia sadar
kalau tidak ada sedikitpun perasaan Lina terhadap dia. Dia juga tidak berani
bertanya perasaan Lina terhadap dia. Padahal ketika Lina tidur dan memeluk dia,
Elsa merasakan kebahagian yang luar biasa. Dia bahagia sekali ketika Lina
merebahkan kepalanya kedadanya, dia merasakan kebahagian yang luar biasa ketika
dapat mencium Lina dengan penuh kasih sayang. Sekarang semua harus berbalik dan
dia takut kalau Lina akan membencinya.
“Maafkan aku Lin, semoga kamu tidak membenci aku!"
“Aku cuma tidak habis pikir dengan kamu dan Rena!
Apa kalian pikir aku ini manusia yang tidak memiliki perasaan? Apa karena kita
lesbian lalu bisa ganti pasangan seenaknya!
“Maafkan aku Lina, Rena tidak ingin kamu sedih, dia sangat mencintaimu dan dia lebih memikirkan perasaanmu daripada sakitnya sendiri!"
"Lalu kamu pikir, aku tidak punya perasaan!" bentak Lina marah dan menangis.
“Maafkan aku Lina, Rena tidak ingin kamu sedih, dia sangat mencintaimu dan dia lebih memikirkan perasaanmu daripada sakitnya sendiri!"
"Lalu kamu pikir, aku tidak punya perasaan!" bentak Lina marah dan menangis.
Elsa terdiam, menunduk
dan dia tidak ingin membuat Lina makin marah dan menangis. Dia hanya bisa
menatap dengan sedih. Dia sendiri menitikan air mata, dan dia tidak tahu air
mata karena apa! Apakah dia sedih melihat Lina atau karena patah hati! Lina
yang melihat Elsa menitikan air mata jadi merasa bersalah juga. Karena dia tahu
Elsa sudah banyak berkorban untuk dia dan Rena. Dia tahu kalau Elsa sendiri
harus terlibat dan mengorbankan hidupnya untuk Rena. Dia merasa kasihan juga
dengan pengorbanan Elsa. Selama ini Elsa sudah sangat baik dengan dirinya,
selalu menjaga dan menghiburnya. Kadang dia menatap ada cinta di mata Elsa
terhadap dirinya. Tapi dia tidak berani mengartikan apa yang dia lihat. Dan
sekarang dia melihat ada segurat luka di mata yang indah itu. Perasaan Lina
yang lembut jadi tersentuh dan dia sadar tadi sudah membentak Elsa dan sudah
berperilaku kasar beberapa hari ini terhadap Elsa.
Lina berdiri dan memeluk
Elsa, “Maafkan aku El dan maafkan Rena
kalau menempatkanmu pada posisi yang tidak enak”. Elsa yang dipeluk oleh
Lina, airmatanya jadi pecah. Mereka berdua menangis berpelukan. Saling
memaafkan dan menguatkan. Elsa memeluk erat-erat tubuh Lina. Mungkin ini adalah
pelukan terakhirnya. Dia harus merelakan orang yang dicintai untuk kembali ke
sahabatnya. Lina memeluk dengan perasaan bersalah yang mendalam. Dan berharap
suatu saat Elsa menemukan seseorang yang dia cintai.
******
Antoni van Leeuwenhoek Hospital - Amsterdam
Lina melihat Rena
terbaring lemah dengan infus ditangan dan berbagai peralatan. Dia mendekati
Rena dengan perlahan. Dia melihat wajah Rena yang menjadi tirus dan kurus, tulangnya
terlihat menonjol. Dia tidak lagi chubby seperti biasanya. Matanya ada
lingkaran hitam. Rambutnya banyak yang rontok dan jadi menipis. Lina berusaha
untuk kuat dan tidak ingin menangis di depan Rena. Dia ingin memberikan
semangat buat Rena.
Rena dengan malas dan
enggan membuka matanya ketika merasa ada seseorang di samping ranjangnya. dia
merasa seperti berhalusinasi dan merasa itu akibat obat yang dia minum. Dia
tersenyum melihat bayangan itu dan menyebut nama Lina lalu memejamkan matanya.
Lina tak kuasa menitikan air matanya dan buru-buru menghapusnya. Dia mendekati
wajah Rena dan menciumnya. “Cintaku, ini
aku!"
Rena langsung membuka matanya dan terkejut dengan apa yang dia dengar dan rasakan.
“Cintaku, kenapa kamu ada disini!" katanya dengan bergetar. Kerinduan yang selama
ini dia rasakan meluap keluar bagaikan air bah yang tak terbendung. Dia segera
meraih Lina dan berusaha memeluknya. Airmatanya pecah dan keluar, Linapun tak
kuasa menahan airmatanya dan menangis. Mereka berdua berpelukan dan Rena terus
menciumi wajah Lina. Merekapun berciuman.
“Aku tidak sedang bermimpi kan?" tanya Rena menatap penuh rindu dan cinta kepada Lina.
“Nggak sayang, aku memang datang untuk kamu!
Kenapa kamu tidak memberitahuku cintaku!"
“Maafkan aku sayang! Aku tidak tega dan tidak bisa melihat kamu sedih karena aku. Aku tidak ingin kamu melihat aku yang menyedihkan seperti ini. Aku tidak ingin kamu kasihan sama aku dan terpaksa."
“Maafkan aku sayang! Aku tidak tega dan tidak bisa melihat kamu sedih karena aku. Aku tidak ingin kamu melihat aku yang menyedihkan seperti ini. Aku tidak ingin kamu kasihan sama aku dan terpaksa."
“Cintaku, kenapa kamu menilai aku seperti itu!
Bukankah kita sudah berjanji untuk saling mencintai dalam suka, duka, sehat
atau sakit?"
“Aku sangat mencintaimu cintaku! Dan aku belum sepenuhnya membahagiakanmu, masa kamu sudah harus bersusah susah merawatku!"
“Ohhh Cintaku! Kamu itu memang kok! Mulai sekarang aku akan menjagamu dan merawatmu. Kamu harus sembuh cintaku! Katamu, kamu ingin menjadi tua bersamaku! Kamu berjanji akan bersama aku!"
“Maafkan aku ya sayang! Aku jadi merepotkanmu!"
“Aku sangat mencintaimu cintaku! Dan aku belum sepenuhnya membahagiakanmu, masa kamu sudah harus bersusah susah merawatku!"
“Ohhh Cintaku! Kamu itu memang kok! Mulai sekarang aku akan menjagamu dan merawatmu. Kamu harus sembuh cintaku! Katamu, kamu ingin menjadi tua bersamaku! Kamu berjanji akan bersama aku!"
“Maafkan aku ya sayang! Aku jadi merepotkanmu!"
“Kamu tidak perlu minta maaf cintaku. Aku
mencintaimu dengan sangat!"
Mereka berdua berpelukan
dengan penuh cinta dan sama-sama menemukan belahan jiwanya. Genap sudah
perasaan mereka berdua dan siap mengahdapi semuanya bersama. Rena tiba-tiba
merasa bodoh karena meninggalkan orang yang sangat dia cintai dan hampir
menyerah dengan penyakit yang dia derita. Kini dia bertekad untuk sembuh dan
akan berusaha untuk sembuh demi Lina, kekasihnya, belahan jiwanya dan orang
yang paling dia cintai.
Percayalah
-Ussy & Andhika-
-Ussy & Andhika-
Jangan kau meragukan cintaku padamu
Kau meragukan tulusnya cintaku saat ini
Janganlah pernah kau menjauh dariku
Percayalah aku kan selalu bersamamu
Percayalah aku kan selalu bersamamu
Aku kan selalu menjagamu selamanya
Percayalah separuh jiwaku bersamamu
Separuh nafasku bersamamu selamanya...selamanya
Percayalah Percayalah aku kan selalu bersamamu
Percayalah Percayalah aku kan selalu bersamamu
Aku kan selalu menjagamu selamanya
Percayalah separuh jiwaku bersamam
Separuh nafasku bersamamu selamanya
Percayalah (percayalah) aku kan selalu bersamamu
ditulis oleh : Poedji Tan
0 comments: