Aku Mencintaimu



Surabaya, 1 Januari 2011

Aku terbangun dengan kepala yang sangat berat, aku berjalan ke kamar mandi dengan kesadaran yang masih separoh. Aku duduk di atas closet sambil mencoba mengingat kejadian semalam. Yang aku ingat minum whisky cola hampir 5 gelas, gila.... pantas kepalaku serasa mau pecah. Aku memutuskan untuk mandi agar kepalaku menjadi ringan. Aku masuk ke bath-up dan menyemprot kepalaku. Aku biarkan air mengguyur kepalaku dan aku mencoba memutar kembali ingatanku tentang semalam.

Semalam aku datang ke pesta tahun baru yang diadakan oleh kantorku. Aku datang memang agak terlambat. Kulihat teman-teman sudah datang, ada yang membawa pasangan, ada yang sendirian. Ketika sedang mengamati sekeliling, Vina sudah berada di sampingku dan menyeretku untuk bergabung dengan teman-teman bagian marketing. Kita bercanda sambil minum-minum. Memang kalau bergabung dengan bagian marketing memang selalu begitu, mereka memang sering menjamu tamu dan clubing. Yang belum dapat kuingat siapa yang mengantarku naik ke apartemen.


Aku menyudahi mandiku, sambil berbalut handuk aku menuju dapur  untuk membuat kopi. Kulihat bajuku berantakan di samping ranjang, aku memunguti baju dan underwear-ku. Dan tiba-tiba mataku tertuju pada celana dalam wanita berwarna hitam, aku merasa tidak pernah mempunyai celana dalam yang seperti ini apalagi warnanya hitam dan seksi. Belum habis kesadaranku, aku dikejutkan dengan gerakan dibawah bed coverku. Jantungku berdegup dengan kencang dan berusaha menganalisa atau mencari memoriku. Apa yang telah aku lakukan semalam? I wish was not a bad thing. Lalu perlahan aku membuka bed coverku.

            Vina...!” seruku dengan tatapan tak percaya apa dengan yang kulihat.

Kulihat tubuhnya tidak ditutupi sehelai benangpun. Lalu cepat-cepat aku tutup kembali bed coverku. Sambil menggeliat dia menyapaku.

            Morning...What time is it?” sapanya.

Aku masih bengong dengan apa yang kulihat. Seketika ingatanku pulih dengan kejadian semalam.
           
            Oh...My GOD! What did I do last night!.

Aku terduduk di tepi ranjang sambil memegang kepalaku yang masih terasa berat dan merekunstruksi kejadian semalam.

Aku pulang dalam keadaan mabuk dan diantar Vina ke apartemenku. Aku ingat dia merebahkanku di atas ranjang, membersihkan make-up ku dengan telaten, aku hanya diam dan menikmati sentuhannya yang lembut diwajahku. Dia mulai melepas kancing bajuku, membuka celana panjangku, dan melepas BH-ku. Perasaan antara malu dan senang bercampur aduk menjadi satu dalam diriku. Meskipun kesadaranku cuma tinggal seperempat tapi aku tahu kalau aku merasa menikmati apa yang dia lakukan padaku. Dan yang kuingat, dia sendiri membersihkan mukanya, melepaskan pakaiannya, mengambil kaos dari dalam lemari pakaianku dan mengenakannya, lalu merebahkan tubuhnya disampingku. Meskipun dalam keadaan mabuk, aku tahu kalau aku senang dia berada disampingku.

Aku memiringkan badanku melihat dia disampingku. Dia begitu dekat disampingku, aku tidak tahu kenapa aku tiba-tiba berani, apakah karena pengaruh alkohol atau memang aku menginginkannya. Kutaruh tanganku diatas perutnya yang ramping, aku mulai membelai perutnya dan dia diam saja dengan apa yang aku lakukan. Lalu dia mengambil tanganku dan menciumnya. Aku seakan tidak ingin menyia-nyiakan moment itu. Aku mencoba mencium bibirnya dengan ragu, ternyata dia membalas ciumanku. Kami berciuman lama sekali, seperti minum air di padang pasir. Aku terus merebahkan tubuhnya yang lembut di bawahku. Aku begitu menikmati setiap jengkal tubuhnya. Aku meraba payudaranya yang kenyal dan seksi. Aku masih ingat bagaimana rasanya mengulum putingnya yang indah.

            Hi.. ngapain kok bengong di situ! Kata Vina sambil berusaha duduk.
            “Apa kamu tahu apa yang kita lakukan semalam?” Tanyaku.
“Tau, kenapa? Aku cuma menggelengkan kepala dan masih gamang dengan kejadian semalam.
            “It’s about time, honey! Kata Vina sambil mencium pipiku.
“Terus terang aku sudah menunggu hal ini sejak lama tetapi kamu tidak pernah punya keberanian untuk memulai. Aku memang sengaja kok, membuat kamu mabok semalam! katanya sambil mengerling.
“What!, jadi.... Aku memang menyukaimu, Vin! Tetapi aku takut sebab aku dengar kamu punya cowok dan banyak cowok yang mengejar-ngejar kamu. Aku tidak tahu kalau kamu juga suka cewek. “Apa kamu sebelumnya pernah ML dengan cewek lain?”tanyaku.
            Sering Jawabnya sambil bangun dari tempat tidur. 
            “Jean.., aku mandi dulu ya!” “Kita lanjutkan ngobrolnya nanti”.Katanya sambil mencium 
             pipiku.

Aku memandangi tubuhnya yang seksi tanpa pakaian berjalan menuju kamar mandi. Aku tidak tahu apa yang aku rasakan sekarang, semuanya bercampur jadi satu, antara bingung dan senang.
           
Apakah berarati aku sekarang jadian dengan Vina? “Don’t be so rush, my dear!” Kataku dalam hati tapi aku tahu kalau aku bahagia sekali.

Aku sengaja menunggu dia selesai mandi, aku membawakan handuk dan menyelimutkan ke tubuhnya. Aku mencium dengan lembut, aku ingin melakukannya dengan keadaan sadar dan menikmati setiap jengkal tubuhnya. Aku mengulum putingnya, meraba semua bagian tubuhnya. Betapa aku merindukan dan menginginkan dia sejak lama. Kami bercinta tiada henti seperti pasangan yang sudah puluhan tahun tidak pernah bertemu.  Beda sekali bercinta antara Moira dengan Vina. Moira begitu lembut dan lambat sedangkan Vina begitu semangat, liar dan tiada henti. Sampai akhirnya kami berdua tertidur karena kelelahan. Aku terbangun karena merasa sangat lapar. Kulihat sudah jam tiga sore, aku melepaskan peluk Vina.
           
“Mau kemana?Tanyanya sambil menarik tubuhku lagi dan menciumi leherku. “Hei, kita harus makan”Jawabku sambil menciumi matanya.
            “Kita bisa lanjutkan lagi nanti”Kataku sambil tersenyum.

***

Sidney, Agustus 2010

Hari ini aku memutuskan berjalan-jalan di sekitar oxford road untuk terakhir kalinya, sebab hari minggu aku harus sudah kembali ke Indo. Tak terasa sudah lima tahun aku tinggal dan kuliah di sini. Setelah lulus kuliah, aku memang bekerja di sini selama satu tahun di sebuah biro iklan. Aku pulang ke Indo karena ada tawaran yang menarik dari seorang teman di Surabaya yang kebetulan memiliki biro iklan di sana.

Aku memasuki gay bar, dan memilih duduk di depan bartender. Bartender menanyakan mau minum apa. Aku meminta segalas bir dan chips. Aku melihat sekeliling, hari ini ramai karena hari jumat. Disebelahku duduk seorang cewek yang sedang ngobrol dengan seorang cowok. Aku menikmati bir dan irama musik yang sedang diputar.

            “Hi”, cewek disebelahku menyapa.

Ternyata dia cantik, rambutnya pendek, wajahnya perpaduan bule dan latin.

            “Pretty cool, outside!” Katanya.
            “Yeah!” jawabku.

Lalu kami mengobrol ringan, temannya yang cowok sudah meninggalkan dia. Lalu dia mengenalkan dirinya
           
            “Moira!” Katanya
            “Jean!” Jawabku.

Dalam waktu singkat kami asyik ngobrol. Ternyata dia ada keturunan Italia dari ibunya, sedangkan ayahnya orang Inggris. Dia pindah ke Sidney sejak highschool, karena ayahnya membuka usaha di Sidney. Sekarang orangtuanya tinggal di London. Dia sendirian di sini menjalankan usaha orang tuanya. Dia menawariku untuk keluar dari bar dan jalan-jalan sekitar Opera house. Kulihat waktu masih pukul 19.45 dan aku menyetujui ajakannya.

Kami meninggalkan bar setelah membayar minuman. Kami berjalan keluar, aku baru menyadari kalau tubuh Moira sangat atheletis. Dia mengenakan celana jeans warna biru, kaos putih dan blaser warna putih. Kelihatan keren sekali. Tanpa sadar aku melihat diriku sendiri. Aku juga mengenakan celana jeans hitam, sweeter biru dan menggunakan syal. Apakah penampilanku sudah oke. Selintas kulihat bayanganku di kaca, cantik dan tidak memalukan berjalan di samping dia.

Kami berjalan menuju mobilnya, Cherokee warna hitam dan terlihat kalau terawat dengan baik. Dia membukakan pintu untukku, wah so gentle. Kataku dalam hati. Dia menyetir dengan sangat baik dan terampil. Aku suka sekali melihat cara dia menyetir. Entah kenapa aku merasa nyaman berdekatan dengan dia. Mungkin karena dia sopan dan terlihat sangat matang. Tutur katanya berbobot dan menunjukan kalau wawasannya luas.

Sepanjang jalan kami mengobrol banyak hal. Dia mengatakan kalau suka sekali liburan ke Bali, tapi dia belum pernah ke Surabaya dan tertarik untuk ke sana bila ada waktu. Tanpa terasa kami telah sampai di tempat parkir Opera House, setelah memarkir kami turun dan berjalan di sepanjang jalan sekitar Opera House. Angin bertiup sangat dingin, melihat aku kedinginan, dia memegang tanganku dan mengajak duduk di cafe bawah sambil memandang ke arah laut dan bridge, dia memesan red wine dan spagheti untuk kita berdua.  

            “Kenapa, kamu harus kembali ke Indonesia?” Tanyanya
Bukankah kamu sudah mempunyai pekerjaan disini?”lanjutnya kembali.
“Disini aku cuma pegawai biasa, tetapi di Indonesia aku menjadi Art Director, dan aku ingin berkarya di negeriku sendiri!” Jawabku.
“Wah, aku salut kamu mempunyai pikiran seperti itu. Sebab kebanyakan anak Indonesia malas pulang kalau sudah lulus, mereka tidak akan pulang kalau keluarganya tidak memaksa mereka pulang!” katanya.

Aku cuma tersenyum dan menyadari apa yang dikatakan Moira benar.

            “Hei, bagaimana kalau malam ini kamu ketempatku? 
            Aku agak terkejut dengan tawarannya. Dia melihat keraguan pada wajahku.
            “Kenapa, kamu takut denganku?”
“No..no.. I just thinking and try to remember about my preparation” Jawabku cepat-cepat.

Aku mencoba mengingat persiapan untuk pulang. Semua barangku sudah aku packing dan sudah terkirim beberapa hari yang lalu. Yang lain juga sudah masuk tas. Sebetulnya aku sudah selesai dan siap untuk pulang. Dan rencanaku besok ingin climb the bridge. Sebab lima tahun disini aku belum pernah mendaki jembatan Sydney, jadi rencanaku sebelum pulang aku ingin menaiki jembatan Sydney. 
           
“Apa rencanamu besok? tanya Moira.
“Nothing, aku cuma ingin memanjat jembatan itu” kataku sambil menunjuk jembatan Sydney.
Apakah enak naik jembatan itu sendirian, biasanya mereka yang naik jembatan itu dengan pasangannya atau dengan keluarganya, banyak orang yang melamar kekasihnya diatas sana, jadi kalau ditolak bisa langsung terjun ke bawah katanya sambil tertawa.
            “Bagaimana kalau aku menemani kamu naik ke atas sambil melihat sunset”katanya lagi.
Benarkah, wah aku tidak menyangka kalau kamu sebaik itu menemani aku naik ke atas”kataku dengan senang.

Akhirnya aku memutuskan ikut dia pulang ke apartemennya. Dia menolak ketika aku akan membayar makan malam kita dan memaksa untuk membayar, katanya sebagai kenang-kenangan sebelum aku pulang. Kami mengambil mobil dan menuju apartementnya. Ternyata apartemennya dekat dengan Opera House di depan Botanical Garden.  Apartemennya terletak di lantai 15, semua berwarna putih bersih. 

            Kamu mau minum sesuatu?
Just water, please. Thank you!” Kataku sambil melihat-lihat foto-foto yang dipasang di dinding.

Semuanya foto pemandangan dan terlihat bahwa yang mengambil gambar memiliki kemampuan fotografi dan nilai seni.  

            “Apakah semua ini hasil karyamu?” tanyaku
“Yap, aku memang gemar fotografi sejak kecilkatanya sambil memberikan segelas air putih.

Lalu dia membuka gorden dan pintu yang menuju balkon. Di luar kelihatan pemandangan Sydney yang indah. Di balkon terdapat dua buah kursi dan teropong bintang. Kulihat dia sedang melihat bintang dengan teropongnya.

Kemarilah lihat ini, indah sekali” sambil menggeserkan badannya agar aku bisa melihat.
            “Wah, indah sekali!"  seruku.

Ketika aku memalingkan wajah ku dia sudah berada sangat dekat, entah siapa yang memulai, tiba-tiba kami telah berciuman. Ciumannya begitu lembut dan hangat. Kami berciuman cukup lama di balkon, udara dinginpun tak terasa karena hangatnya ciuman. 

Sampai akhirnya dia mengajakku masuk ke kamar. Terus terang aku tidak pernah melakukan hubungan sex apalagi one night stand meskipun sudah lama di sini. Tetapi malam ini aku sangat ingin melakukannya. Dan aku merasa Moira orang yang tepat untuk diajak melakukannya. Secara fisik dia sangat oke, educated, mapan meskipun aku tidak berniat menjalin hubungan yang tetap. Setidaknya dia orang baik-baik, I guest. Aku masuk ke ruang tidurnya yang bernuansa kayu, terlihat rapi dan bersih, tempat tidurnya ukuran queen size, spreinya dari sutera berwarna putih.

Kamu, ingin ganti pakaian atau tanpa pakaian?”tanyanya sambil tersenyum menggoda, dan memelukku menciumi leherku.
            “Moira, maaf, aku ingin memberitahumu sesuatu” kataku 
“What?, katanya sambil menghentikan ciumannya. “Apakah, kamu mau mengatakan kalau kamu mengidap HIV?”
“No..no.. aku cuma mau mengatakan kalau aku belum pernah berhubungan sex” jawabku dengan perasaan malu. Aku tidak tahu apa warna wajahku saat ini.

Kulihat Moira tersenyum, dan tangannya mengelus rambutku dengan lembut.
           
“Don’t worry honey, don’t be affraid, I’ll be gentle with you”, tetapi apakah kamu memang mau melakukan denganku” tanyanya sambil menatap mataku.

Aku hanya menganggukkan kepalaku, jantungku berdegup kencang sekali, antara keinginan yang kuat dan perasaan takut. Aku hanya pasrah ketika dia melepasi pakaianku dan underwear-ku. Dia menciumiku dengan lembut dan dan melakukannya dengan perlahan-lahan. Aku begitu menikmati setiap sentuhannya, dapat kurasakan remasan tangannya yang lembut di payudaraku. Lalu dia mengulum putingku dengan begitu lembut dan memainkannya dengan lidahnya. Tubuhku serasa melayang, kepalaku jadi ringan, kakiku jadi mengejang, sensasi ini begitu luar biasa, apalagi ketika tanganya mulai menyentuh vaginaku. Aku hanya bisa berkata “Oh, my God, kenapa aku dari dulu takut melakukannya”.

Kulalui malam dengan sempurna. Meskipun aku belum pernah melakukan hubungan sex, tetapi aku adalah orang fast learner dan mempunyai instinc gay yang sempurna. Itu kata Moira. Katanya ‘unbelieveable’, untuk seorang pemula. Aku memang tidak pernah melakukan hubungan sex, tetapi aku sering membaca dan melihat film lesbian, setidaknya aku mempunyai pengetahuan kataku.

Kami berdua tertidur pulas sambil berpelukan. Aku tidak tahu Moira, bangun jam berapa. Dia masuk ke kamar tidur sambil membawa sarapan.

            “Morning, room service!” Katanya.

Terus terang aku jadi malu diperlakukan seromantis ini dan dilayani sarapan di atas ranjang.

            “Sorry, aku tidak tahu kalau kamu sudah bangun, maaf ya!” Kataku
            It’s allright, you are my guest!” katanya.

Kulihat dipiring ada scramble, muffin, sosis dan segelas orange juice, dan setangkai bunga mawar merah.
           
“Sebaiknya aku mandi dulu sebelum sarapan”, kataku sambil berusaha mencari- cari pakaianku.
“Baiklah aku tunggu di meja makan, di kamar mandi ada handuk bersih dan kamu bisa menggunakan pakainku di lemari”, katanya sambil membawa sarapan keluar.

Setelah sarapan kami mengobrol di ruang tengah dan entah siapa yang mulai, kami pun bercinta lagi sampai siang hari. Aku jadi ragu apakah aku akan kuat menaiki jembatan Sidney. Tapi Moira menepati janjinya mengajakku melihat matahari terbenam dari atas Jembatan Sidney. Benar-benar pengalaman yang sulit dilupakan. Kami foto bersama diatas jembatan dan menghabiskan waktu di seputar Opera house.

Moira mengantarku pulang dan dia mengajak aku untuk menginap di apartemennya dan berjanji mengantarku ke airpot. Aku membawa semua koperku ke apartemen Moira. Kami menghabiskan malam dengan berkasih-kasihan bagaikan dua kekasih yang lama terpisah. Begitulah kulalui hari terakhirku dengan Moira, meskipun ada sedikit penyesalan kenapa aku ketemu dia di saat aku akan kembali ke Indonesia. Tetapi dia berjanji akan menemuiku di Indonesia.


First day in the office, September 2010.

Pagi ini aku bangun lebih awal. Ini hari pertamaku masuk kerja. Aku tidak ingin membuat kesan yang buruk dengan datang terlambat meskipun Andy mengatakan aku boleh masuk kerja jama berapa aja. Aku segera mandi dan menyiapkan sarapan. Kulihat masih banyak kotak yang belum aku bereskan di ruang tamu. Aku baru sampai dari Sidney tiga hari yang lalu dan barang-barang ini baru tiba kemarin. Aku masih belum sempat mengeluarkan barang-barang ini yang sebagian besar adalah buku-buku.

Aku sangat beruntung Andy memberiku fasilitas apartmen dan mobil buatku. Sebelum aku tiba dia sudah menyuruh orang untuk menyiapkan semuanya. Bahkan di airport aku di jemput oleh calon sekertarisku, Linda. Di cabang Surabaya ini aku akan bekerja dengan adik Andy, Vina. Andy dulu mengepalai cabang Surabaya dan ayahnya yang memegang kendali di Pusat sedangkan Vina yang baru lulus membantu ayahnya di Jakarta. Sekarang Andy yang memimpin di kantor pusat dan Vina yang memimpin di kantor cabang Surabaya. Aku sendiri belum pernah bertemu dengan Vina, tetapi aku pernah melihat fotonya di apartmen Andy waktu di Sidney.

Aku membereskan laptop Apple ku dan siap berangkat ke kantor. Aku melihat penampilanku di kaca, Aku mengenakan blouse putih lengan panjang dan celana abu-abu tua. Rambutku yang pendek kusisir dengan model acak-acakan, kuberi wax agar terlihat fresh dan lips stick tipis menambah kecantikan diriku. Semua temanku mengatakan kalau aku itu cute seperti Justine Weiber dan wajahku terlihat lebih muda dari umurku. Aku berjalan dari apartmenku masuk ke Tunjungan Plasa menuju office building. Aku disambut oleh resepsionis dan dia mengantarku ke ruanganku dan  kulihat sekertarisku berdiri menyambutku. Kuletakan laptopku di meja dan memperhatikan sekeliling ruanganku. Ruangan kerjaku besar sekali, ada meja meeting, ada ruang tamu, ada kamar mandi di dalam, coffe maker, kulkas, dispanser, dan aku juga melihat TV LCD yang digantung sehingga aku bisa melihat TV dari meja kerjaku. Aku juga senang sekali mendapatkan komputer Mac dengan layar yang paling besar. Mewah sekali ruang kerjaku.

            Tok..tok.. selamat pagi bu Jean, saya Arif,  HRD disini, katanya.
“Saya ingin memperkenalkan ibu dengan staff disini dan anak buah Ibu. Bu Vina masih belum datang, biasanya jam sembilan baru datang”, kata pak Arif yang kelihatanya masih belum terlalu tua mungkin sekitar empat puluhan.

Kami berkeliling dari satu ruangan ke ruangan lain. Dan berakhir dengan ruang kerja anak buahku. Aku segera mengajak anak buahku untuk briefing agar aku mengetahui proyek apa yang sedang mereka kerjakan. Aku berusaha mempelajari pekerjaan yang sedang dikerjakan. Ketika sedang mendengarkan penjelasan dari Sam salah satu anak buahku, tiba-tiba ada yang mengetok pintu. Tok..tok... Aku mendongakkan kepalaku kulihat Linda, dia memberitahukan kalau Vina sudah datang dan dia sudah memberitahu Vina kalau aku ingin ketemu.

            “Baik, saya akan segera kesana setelah selesai.

Aku menyelesaikan meeting dengan anak buahku dan segera menuju ke ruangan Vina. Aku mengetuk ruangan Vina dan kudengar suara dari dalam “Masuk! Aku segera masuk, kulihat Vina sedang berdiri sambil melihat kertas-kertas di mejanya. Aku tertegun melihat kecantikan Vina, dia mengenakan setelan jas berwarna putih, rambutnya panjang, badannya langsing dan semampai. Aku rasanya seperti melihat Shu Qi pemeran film So Close. Tiba-tiba jantungku jadi berdebar-debar dan tubuhku terasa panas.

            “Hi, Jean! Katanya mendekat sambil mengulurkan tangan dan tersenyum. 
            “Vina, selamat datang! Bagaimana dengan apartemennya? Suka? tanyanya.            
            “Iya, suka kok! kataku.

Aku masih terpesona dengan Vina. Lalu kami duduk di meja meeting di ruangan Vina.
           
“Kamu mau aku menjelaskan kondisi perusahaan kita atau kamu perlu tarik nafas dan adapatasi dulu? tanya Vina.
            “Aku sudah siap bekerja kok! jawabku.
“Good, mari kita mulai saja! Kata dan dia mengeluarkan berkas-berkas klien dari lemari file.

Aku berusaha untuk fokus dan konsentrasi dengan penjelasan Vina. Belum pernah aku merasakan gangguan konsentrasi yang begitu kuat bila berdekatan dengan perempuan. Pernah aku menyukai dosenku di Sidney dan sering salah tingkah bila didekatnya. Tapi perasaan itu tidak sekuat sekarang. Aku dapat mencium harum parfum Vina bahkan aku dapat mencium aroma shampo dirambutnya, ingin sekali aku membelainya. Aku bisa betah nih berlama-lama di dekat dia kataku dalam hati. Aku suka sekali mendengarkan penjelasannya, terlihat sekali betapa Vina smart dan menguasai pekerjaannya.

“Aduh sebaiknya kita berhenti dulu deh! kata Vina tiba-tiba. “Aku sudah lapar nih, tadi pagi aku nggak sempat sarapan. Gimana kalau kita makan di TP aja biar enak” ajaknya.

Kulihat jam memang sudah menunjukkan pukul 12.30.

            “Ok, aku ambil dompet dulu deh! kataku sambil bangkit dari kursi dan membantu Vina
              membereskan berkas-berkas terlebih dahulu.

Setelah beres, aku segera keruanganku mengambil dompet dan iPhone ku dan kamipun keluar ruangan menuju lift. Kulihat bayangan Vina yang begitu cantik, dia sedang sibuk dengan BB nya.

“Kamu mau makan apa?” Tanya Vina
            “Terserah apa aja? Jawabku
“Ya, siapa tahu kamu pengen makan sesuatu, kan lama nggak makan masakan Indonesia” jawabnya.

Pintu liftpun terbuka, kulihat sudah ada tiga orang didalam lift kami masuk didalam lift menuju lantai satu. Pintu lift terbuka di lantai lima dan segerombolan pria masuk. Aku reflek menarik Vina dan berusaha melindunginya dari himpitan orang-orang. Aku sendiri tidak tahu bagaimana aku bisa bereaksi seperti itu, tapi yang aku tahu rasanya aku sayang sekali sama dia dan ingin menjaganya. Kami berdiri sangat dekat sekali, aku dapat merasakan tubuhnya dan dia memelukku.

Kami menuju foodcourt TP, aku tidak tahu sejak kapan Vina menggandeng tanganku. Aku membiarkan dia menggandeng tanganku. Kami memilih restaurant chinese food.. Kami ngobrol banyak hal sambil makan siang. Vina teman yang menyenangkan untuk diajak ngobrol dan dengan cepat sekali kami menjadi akrab. Mungkin karena dia seorang marketing sehingga tidak pernah kehabisan bahan untuk ngobrol. Ceritanya selalu seru dan menarik, dia dapat bercerita joke-joke yang lucu. Baru aku tahu kalau Vina adalah puteri tunggal dan terakhir dari empat bersaudara yang semuanya lak-laki. Orang tuanya tinggal di Jakarta bersama kakaknya yang paling sulung.  Dia sendirian tinggal di Surabaya dan orang tuanya sudah meminta dia untuk tinggal di Jakarta.

Dari tadi kok aku terus sih yang cerita! Kamu cerita dong, tentang diri kamu atau pacar kamu yg kirim bunga itu” katanya.
            “Dia, teman baikku” jawabku.

Aku tidak mau ambil resiko dengan menceritakan hubunganku dengan Moira. Aku nggak tahu pikiran Vina tentang hubungan sejenis. Apakah dia orang yang bisa menerima atau nggak.

“Aku anak tunggal, orang tua angkatku ada di Malang” jawabku memberi penjelasan singkat. “Sudah yuk, kita balik” ajakku untuk mengakiri makan siang.

Sampai di kantor, kami melanjutkan diskusi di meja meeting dalam ruanganku. Ketika sedang asyik berdiskusi, terdengar HP ku berbunyi diatas mejaku.

“Bentar ya Vin!”kataku sambil berdiri dan berjalan menuju mejaku. Kulihat nomor Sidney.
            “Halo. Hey, Great! Kudengar suara Moira dari seberang sana.

Moira menanyakan makan siangku dan mengatakan kalau nanti malam tidak bisa skype karena ada undangan makan malam. Setelah, selesai menelpon aku melanjutkan diskusi dengan Vina. Kulihat dia memandangku dengan wajah menggoda dan ketika akan berkata-kata untuk menggoda, aku sengaja menghentikan dengan bertanya mengenai salah satu klien.

Diskusi kita terus berlanjut hingga larut malam, sampai makanpun kami harus memesan dari McD. Aku ingin segera menguasai semua pekerjaanku dengan baik. Untunglah ternyata Vina seorang work alcholic juga sehingga tidak keberatan harus pulang malam. Ternyata dia juga tinggal di apartemen yang sama denganku di Sheraton sehingga kami tidak perlu kuatir pulang malam.

*******

Waktu berjalan tanpa terasa, aku sudah empat bulan bekerja di perusahaan ini. Selain bekerja dengan divisiku, aku sering bekerja bareng dengan Vina. Aku juga kadang harus ikut Vina untuk menemui klien. Hubungan kami semakin lama semakin dekat karena banyak hal yang sama yang kita sukai. Selain itu, kami berdua di level jabatan yang sama di perusahaan ini. Sedangkan dengan Manager yang lain aku tidak terlalu dekat. Dan karena kita berdua sama-sama single, kita sering keluar bareng untuk nonton bioskop, beli buku, makan atau cari DVD bersama. Kecuali kalau dia harus melakukan perjalanan luar kota atau lagi clubing dengan klien.

Meskipun kita sering keluar bareng, tapi kita tidak pernah membahas hal-hal pribadi, seperti pacar atau yang lainnya. Mungkin karena kita berdua tidak terlalu usil atau cerewet mengurusi urusan orang. Aku tahu kalau dia paling sebel jika ditanya orang mengenai perkawinan.

“Apa memang tugas perempuan hanya menikah dan beranak? katanya waktu itu. Kita khan berhak menentukan nasib kita sendiri, emang ini jamannya siti nurbaya” tambahnya.

Dia memang tipe perempuan yang mandiri, tidak suka dikekang dan dia menyukai kebebasan dan berpetualang. Begitu pula dengan hubungan, dia masih ingin bebas tanpa harus terikat dengan seseorang.

Aku tidak pernah tahu apakah Vina seorang lesbian atau bukan, dan aku tidak cukup punya keberanian untuk bertanya atau membahas hal tersebut dengannya. Aku sering mendengar kalau Vina banyak yang naksir. Bahkan terkadang aku melihat dia pergi dengan cowok dan kelihatan akrab sekali. Meskipun kami sering pergi bersama atau nonoton bareng dan kadang dia memegang tanganku bila sedang nonton, tapi aku tidak berani menyimpulkan apapun. Aku menganggap itu adalah hal yang biasa karena kita sama-sama perempuan. Meskipun aku harus mengatur nafasku bila dia terlalu dekat denganku dan kadang aku ingin sekali merasakan mencium bibirnya yang sensual. Tapi aku mencoba untuk menahan diri dan tidak melakukan sesuatu yang nantinya akan memalukan diriku atau menghancurkan karirku sendiri. Aku masih baru di sini dan aku belum ingin pindah ke perusahaan lain.

Aku tidak tahu apakah ini hanya perasaanku saja atau memang begitulah adanya. Aku sering merasa kalau Vina sering kali menggodaku. Kadang bila dia bertanya sesuatu di depan mejaku sepertinya sengaja memperlihatkan belahan payudaranya atau kadang bila disampingku dan menjelaskan sesuatu, sengaja menempelkan payudaranya ke tubuhku dan itu sering membuatku jadi salah tingkah. Terus terang, bila berada di dekat Vina aku jadi sering melupakan Moira dan itu membuatku merasa bersalah. Meskipun diantara aku dan Moira tidak ada ikatan apa-apa tapi setidaknya Moira selalu menceritakan kegiatannya padaku bahkan ketika ada seorang cewek yang berusaha mendekatinyapun dia menceritakan padaku. Dan dia mengatakan kalau selama ini tidak pernah berhubungan dengan perempuan lain karena dia masih terus teringat denganku.

            Tok-tok..”Jean, lusa kita ke Jakarta! kata Vina sambil masuk ruangan.
            “Ada acara apa?” tanyaku sambil tetap menatap komputerku.
“Ada, klien kakap yang ingin ketemu dengan art directornya” jawab Vina sambil mendekati aku melihat apa yang aku kerjakan.

Seperti biasa dia berdiri disamping kursiku dan menunduk melihat komputerku sambil menempelkan dadanya kepunggungku. Aku dapat mencium harum parfum Chanel yang digunakan. Ingin rasanya aku menoleh membalikkan wajahku dan menciumi payudaranya.

“Oke, berangkat jam berapa dan apa yang harus aku siapkan?” tanyaku  sambil tetap pura-pura konsentrasi menatap komputerku.
“Mereka ingin contoh-contoh, apa kita pernah membuat 3D dan aku tahu kamu pernah membuatnya” jawabnya.
“Kita berangkat jam sepuluh ya, mereka minta ketemu jam dua, oya kita akan menginap dua malam hari Minggu sore kita pulang” katanya sambil meninggalkan ruanganku.

Belum sempat aku bertanya karena harus mengatur perasaanku, dia sudah meninggalkan ruanganku. Aku melanjutkan pekerjaan dan mencatat permintaan Vina untuk contoh-contoh iklan 3D.

***

Jam delapan kami berangkat dari apartemen diantar sopir kantor. Aku lihat dia menggunakan blouse sutera putih dan celana panjang biru tua dan sepatu high heel. Aku sendiri mengenakan blaser, kaos putih dan celana panjang abu-abu tua. Sesampai di airport kita langsung check in dan menunggu di lounge. Perjalanan lancar dan sesampai di Jakarta kita di jemput sopir dari kantor pusat dan langsung menuju kantor klien kami yang terletak di jalan Sudirman. Semuanya berjalan lancar dan klien kami setuju menggunakan jasa kami untuk membuat iklan TV dengan 3D.

Sesampai di dalam mobil, Vina langsung mencium pipiku dan mengatakan

“Selamat ya, aku senang sekali kita berhasil mendapatkan klien kakap!” Aku senang sekali dengan presentasimu, nggak salah aku mengajakmu ke sini, Andy pasti senang kalau tahu hal ini” katanya sambil kegirangan.

Akupun merasa senang dan puas dengan hasil yang kita capai tadi. Tidak sia-sia aku selama dua hari menyiapkan hal ini dan mencari informasi tentang perusahan tersebut. Kulihat Vina langsung BBM Andy melaporkan hal ini.

            “Hei, Andy bilang well done” kata Vina sambil tetap menatap BBMnya.    
             “Thank you? jawabku.
            “Kita ke Menara Peninsula ya pak Min” kata Vina kepada sopir kami.

Kami telah sampai di hotel Menara Peninsula dan disambut penjaga pintu.

            “Kamu tidak keberatan kalau kita satu kamar kan? tanya Vina kepadaku.  
Aku hanya menggelengkan kepalaku. Vina langsung mengurus kamar kami.

Ketika sampai di kamar kulihat hanya ada satu bed dan Vina melihat ekspresiku.

“Tadi yang single bed tidak ada, sudah penuh semua, yang ada di smoking room, Apa kamu mau ganti kamar? tanyanya.
            “Nggak apa-apa kok” jawabku sambil menaruh tasku.

Kulihat Vina mulai mengeluarkan barang-barangnya dan alat make-up nya ditaruh di kamar mandi.

“Kamu mau mandi dulu atau nanti setelah makan malam? tanya Vina dari dalam kamar mandi. Kita makan malam di Mall Angrek aja, biar nggak kejauhan ya katanya lagi.

Kulihat jam ditanganku menunjukkan pukul 17.30 dan perjalanan ke Mall Taman Anggrek di hari Jumat pasti membutuhkan waktu.

“Ntar aja deh! jawabku sambil mengeluarkan barang-barangku. “Aku mau ganti pakaian aja!" lanjutku sambil mengeluarkan celana jeansku dan T-shirt. “Kita langsung berangkat kan? tanyanya .
            Oke, aku ganti pakaian dulu” kataku sambil masuk ke kamar mandi.

Kulihat pak Min sudah menunggu di depan lobby ketika kami turun dan langsung menghampiri kami.

“Kita ke Mall Taman Anggrek ya Pak, nanti nggak usah ditunggu, kita pulang naik taksi aja” Vina memberikan instruksi kepada Pak Min.
            “Baik Bu” jawab pak Min singkat.

Kulihat jalanan sudah macet. Untuk masuk ke lobby mall pun harus antri. Sampai di Mall kita langsung menuju tempat makan. Vina mengajak makan steamboat.

            “Bagaimana kalau kita ke clubing malam ini? tanya Vina.
            “Terus terang, aku agak malas” jawabku.
“Oke, kita ke supermarket dulu aja beli minuman dan makanan kecil” kata Vina.

Aku hanya mengangguk sambil melanjutkan makan. Entah kenapa kalau di dekat Vina aku lebih sering diam dan menikmati kebersamaan kami. Selesai makan kami langsung ke supermarket membeli beberapa minuman dan snack. Setelah berbelanja  kamipun kembali ke hotel.

Sesampai di kamar hotel, Vina langsung mandi. Kulihat dia keluar hanya mengenakan handuk dan mengambil pakaiannya di lemari. Aku pura-pura tidak melihat dan tetap menonton TV. Dia melepaskan handuknya dan menggunakan baju tidur yang tipis sehingga sekilas aku dapat melihat celana dalamnya dan aku juga dapat melihat putingnya. “Apakah aku bisa tidur malam ini?” tanyaku dalam hati. Aku segera mengambil pakaian dan mandi untuk mendinginkan kepalaku. Aku berusaha menenangkan diriku. “Ingat, Jean! Dia rekan kerjamu, dia saudara Andy! Jangan melakukan sesuatu yang bodoh!aku berusaha tetap sadar dan memperingatkan diriku sendiri. Selesai mandi, aku mengenakan kaos dan celana panjang kaos untuk tidur.

Keluar kamar mandi aku lihat Vina duduk di kursi sambil menonton film Mr. Bean dan memainkan BBM nya. Aku membuka sekaleng bir yang kami beli tadi.

            “Mau Vin? tanyaku menawari Vina.
            “Boleh” jawabnya.

Kami minum bir dan makan Lay bersama sambil nonton Mr. Bean.

            “Besok, kita mau kemana? tanyaku.
“Kita ke Plasa Indonesia aja, aku pengen beli pakaian dan kita bisa lihat buku di Gramedia” jawab Vina.
            “Iya, aku juga pengen beli pakaian” jawabku
“Kita berangkat jam sebelas aja ya, jadi kita bisa makan siang disana! kata Vina.
            “Ok.jawabku.

Kami terus menonton dan tertawa-tawa melihat kelucuan Mr. Bean.

            “Bobok, yuk! ajak Vina setelah filmnya selesai.

Aku pergi ke kamar mandi untuk gosok gigi. Kulihat bayanganku di cermin, Behave, Jean!kataku dalam hati. Setelah selesai, Vina pun ke kamar mandi untuk menggosok gigi. Aku langsung masuk di bawah selimut. Kulihat Vina juga selesai gosok gigi.

            “Dingin, banget ya! kata Vina sambil melihat AC di atas.
            “Kecilin aja! jawabku
“Ini sudah kecil, soalnya dari central” katanya lagi sambil berjalan menuju ranjang. Dia memasukkan tubunya ke dalam selimut.
“Coba rasakan kakiku dingin kan” katanya sambil menyentuhkan kakinya di kakiku.
            “Iya, kamu mau pakai kaos kaki?tanyaku
            “Nggak deh! jawabnya sambil menarik selimutnya menutupi badannya.

Aku memiringkan badanku membelakangi dirinya. Menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, aku takut tidak bisa mengontrol diri. Tiba-tiba Vina memelukku dari belakang. Aku dapat merasakan tubuhnya di punggungku, jantungku berdebar dengan kencang, semoga dia tidak mendengar debar jantungku. Ingin sekali aku membalikan badanku, membelai rambutnya, mencium keningnya, mencium matanya yang bening, mencium bibirnya yang sensual. Tapi aku hanya diam saja, tidak berani melakukan apapun dan aku mulai mendengar suara dengkur yang halus dan nafas yang teratur. Aku pun tertidur setelah menenangkan diri.

***

Aku terbangun mendengar Vina sedang bercakap-cakap dengan seseorang di HPnya.
Kulihat sudah jam delapan.

            “Morning, kaget ya?” kata Vina.
            “Nggak kok” jawabku sambil berusaha berdiri menuju kamar mandi.

Kulihat Vina sudah fresh dan telah mandi. “Aku mandi dulu ya!kataku. Selesai mandi kami lansung breakfast di restaurant. Restaurant sangat ramai ketika kami sampai, dan petugas mencarikan tempat duduk buat kami. Kami duduk berhadapan, aku memperhatikan Vina sedang makan dengan tenang. Dia kelihatan cantik sekali, wajahnya yang putih dengan lipstik warna merah yang menambah kecantikannya. Membuat semua pria selalu menoleh bila berpapasan dengannya. Entahlah, akhir-akhir ini aku suka sekali memperhatikan dia dengan diam-diam. Apakah aku mulai menyukainya? tanyaku dalam hati.

Selesai sarapan kami kembali ke kamar dan menunggu waktu sambil ngobrol dan nonton film di HBO. HP Vina berbunyi, ternyata pak Min SMS memberitahu kalau sudah di lobby. Kita pun langsung siap-siap dan turun ke lobby. Perjalanan cukup lancar karena Sabtu, jadi jalanan agak sepi. Plasa Indonesia seperti biasa selalu kelihatan sepi karena besar. Kami berjalan berkeliling dari satu toko ke toko yang lain, mulai Guest, Mark&Spancer, Mango, semua kita jelajahi. Vina memang gemar shopping dan dia yang paling seru memilih pakaian bahkan dia memilihkan pakaian buat aku. Tak terasa aku sudah menenteng empat kantong pakaian dan Vina sendiri membawa enam kantong. Aku mengajak Vina untuk makan karena kakiku sudah capek berjalan.

Vin...!” Kudengar seseorang memanggil Vina ketika kita sampai di foodcourt. Kulihat seorang perempuan mendekat. Wajahnya ganteng, menggunakan celana jeans, pakaian lengan panjang dan kulihat rokok Marlboro di sakunya.
           
“Kemana aja? tanyanya sambil cipika-cipiki. “Kok nggak contact sih kalau ke Jakarta” katanya sambil tangannya masih memegang tangan Vina.
            “Iya, aku kan sedang tugas kesini, bukan lagi liburan” jawab Vina “Ee,  
            kenalin nih temen kantor” kata Vina sambil mengenalkan aku.

Temen kantor... kataku dalam hati. Kenapa dia tidak memperkenalkan aku sebagai sahabat atau teman baiknya. Jadi selama ini dia cuma menganggap aku teman kantor. Aku mengulurkan tagan dengan malas “Jean!aku memperkenalkan diri.

Adhek” jawabnya dan dia kelihatan lebih tertarik berbicara dengan Vina.
            “Aku kesana dulu ya! kataku kepada Vina tanpa menunggu jawaban Vina.

Aku berjalan menuju sebuah restoran betawi. Kenapa aku tiba-tiba jadi kesal dan pengen marah, apakah karena aku merasa cuma dianggap teman biasa atau karena merasa jealous dengan Adhek. Aku duduk sambil membolak-balik menu yang disodorkan dengan mood yang kurang baik. Kulihat Vina mendekat dan duduk dihadapanku.
           
 “Sudah pesan?tanyanya.
“Belum” jawabku singkat. Siapa tadi?tanyaku smabil berusaha menekan suaraku agar terdengar biasa.
            Oo..teman, lama nggak ketemu” jawabnya singkat tanpa penjelasan lain.

Sebetulnya aku masih ingin bertanya lebih lanjut tentang apa hubungan dia dangan Vina, tetapi keburu waiters datang menanyakan pesanan kami. Sebetulnya apa hak ku untuk marah sama Vina, aku kan bukan siapa-siapanya dia. Kami melanjutkan shopping dan berakhir di Gramedia. Kakiku rasanya mau copot, karena banyak jalan. Ketika kembali ke hotel rasanya capek banget, tapi kulihat Vina biasa saja padahal dia pakai sepatu hak tinggi.
           
“Aduh, Vin... kakiku pegel banget” kataku sambil mencopot sepatuku.
            “Mau aku pijitin? tanyanya sambil melepas pakaiannya.
“Wah, kalau kamu tanyanya sambil melepas pakaian gitu, aku jadi seperti di panti pijat deh!kataku
Hahahaha, emang kamu berani bayar berapa?tanyanya sambil tertawa ngakak.“Aku mandi dulu ya!katanya dan menghilang ke dalam kamar mandi.

Akupun melepas pakaianku dan menunggu Vina selesai mandi sambil menonton HBO. Badanku rasanya lebih baik setelah mandi. Kulihat Vina di depan laptop sedang mengecek emailnya.

            “Vin, aku bobok dulu ya, capek aku” kataku sambil masuk ke dalam selimut.          
             “Kamu baik-baik?tanyanya kuatir.
            “Baik kok, cuma butuh istirahat aja, sudah lama nggak pernah jalan  jauh!kataku.
“Ok, goodnight, kamu nggak terganggu kan kalau aku bekerja sebentar!tanyanya.
            “Nggak kok, goodnight!” kataku.

Aku terkejut melihat Vina disampingku dan tanganku berada dipinggangnya. Perlahan-lahan kutarik tanganku dari pinggangnya, aku berharap tidak membangunkan Vina. Tidurku lelap sekali dan aku tidak tahu jam berapa Vina tidur semalam. Aku juga tidak tahu bagaimana aku bisa memeluk Vina, semoga aku tidak melakukan sesuatu semalam. Aku langsung masuk ke kamar mandi, meyegarkan diriku. Selesai mandi aku berkemas-kemas karena hari ini kita akan pulang ke Surabaya.
           
“Morning” kudengar Vina menyapaku sambil mengeliat.
            “Morning! Kita pulang hari ini kan?tanyaku.
            “Iya, jam satu, sekarang jam berapa?tanyanya.
“Baru jam sembilan kok, kamu mau mandi dulu baru sarapan atau sarapan dulu baru mandi?tanyaku.
            “Mandi dulu dong, nanti kan aku nggak kelihatan keren di   restaurant” katanya sambil 
             bangun dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi.

Selesai sarapan kami balik ke kamar dan membereskan barang-barang bawaan, untung aku bawa koper sehingga barang-barang hasil shoping bisa disimpan dalam koper. Kami langsung turun begitu selesai packing. Vina langsung menuju meja resepsionis untuk mengurus pembayaran. Kami langsung naik taksi menuju airport. Meja check in di airport tidak terlalu banyak antrian. Kami menunggu di lounge tidak terlalu lama. Semua berjalan sesuai jadwal dan kamipun tiba di apartemen kami dengan selamat. Vina mengajakku untuk keluar makan tapi aku ingin menyelesaikan pekerjaanku, sebab ini sudah mau Natal, ada iklan yang harus tayang di hari Natal.

***
       
Beberapa hari ini aku sibuk sekali, pulang sampai jam dua malam, kadang aku sampai nggak ingat makan. Untung, Vina selalu menemani aku. Dia selalu membawakan makanan buat aku, kadang dia ikut tinggal dikantor hingga larut malam atau kadang dia mengantar makanan di larut malam kalau aku lembur di rumah, kadang dia sampai tertidur nunggui aku di apartemenku. Aku senang sekali kalau dia menemani aku, setidaknya aku ada hiburan kalau capek bekerja. Dia juga memberikan komentar dari semua karya-karyaku. Untunglah semua dapat selesai sesuai schedule dan hasilnya memuaskan klien.

Tahun baru kurang dua hari dan aku merasa lega karena aku bisa menyelesaikan deadline dengan baik. Sekarang aku bisa bernafas dengan lega dan sedikit bersantai. Aku baru sadar kalau betapa perhatiannya Vina selama beberapa hari ini. Apakah ini berarti dia mencintaiku atau aku yang mulai jatuh cinta dengan dirinya. Aku mulai menyukai perhatian-perhatiannya dan selalu merindukannya bila dia tidak ada disekitarku. Dia sering menginap di apartemenku dan selalu menyiapkan semua kebutuhanku. Seringkali bila tidur bersama aku ingin memeluknya, membelainya atau menciuminya. Tetapi selalu saja aku tidak punya keberanian untuk itu. Aku selalu berharap dia memulai untuk mencium aku. Tapi harapanku selalu sia-sia.

“Jean, aku cuma mau mengingatkan kalau besok kita ada pesta New Year di Sheraton.” kata Vina entah kapan datangnya, tiba-tiba dia sudah di dalam ruangan dan mengkagetkan aku.
            “Oya, mulai jam berapa?tanyaku.
            Ya, kamu bisa datang jam delapan, kan ada makan malamnya” jawabnya sambil duduk di
             depan meja kerjaku.
            “Ok, deh, aku mau pergi dulu!katanya sambil bangkit.
            “Mau kemana?tanyaku.
            “Ada temanku datang dari Amerika, mereka mau ke Bali” jawabnya.
“Siapa? Mantan pacar ya? tanyaku entah darimana datangnya tiba-tiba aku merasa cemburu.

Perasaan yang sama yang aku rasakan saat ketemu dengan Adhek di Jakarta waktu itu.

“Emangnya kalau iya kenapa?tanyanya menantang sambil menunggu jawabanku. Dan tiba-tiba aku kehilangan kata-kata atas pernyataanku sendiri. “Nggak” jawabku buru-buru dan selintas kulihat wajahnya kecewa dengan jawabanku.

Apakah dia ingin aku cemburu? Atau apa? Kulihat Vina meninggalkan ruanganku, ingin sekali aku mengejarnya, menarik tangannya, menciumnya dan mengatakan kalau aku jatuh cinta dengannya.

***

2 Januari 2011

Bangun pagi dengan perasaan yang luar biasa bahagia, ketika melihat Vina tidur disampingku hanya mengenakan celana dalam. Kupandangi wajah Vina yang cantik meskipun tanpa make-up, kubelai rambutnya dan kucium dengan lembut wajahnya. Itu membuatnya terbangun dan menggeliat

            “Morning, katanya sambil memeluk aku.    
            “Kok sudah bangun sih!katanya.

Aku hanya tersenyum dan kembali memeluknya, rasanya bahagia sekali berpelukan seperti ini. Tiba-tiba aku merasa takut kehilangan Vina dan ingin memilikinya menjadi teman hidupku. Aku ingat Vina pernah mengatakan kalau dia tidak ingin terikat pada sebuah hubungan, berarti apakah kita akan menjalani open relationship. Aku tidak ingin buru-buru dan membuat dia takut dan menjauh dariku. Mungkin sebaiknya aku jalani saja lebih dulu dan menikmati apa yang ada daripada mencemaskan sesuatu yang tidak jelas.

Ini adalah awal tahun yang paling indah buatku. Rasanya aku seperti dapat hadiah tahun baru yang paling menyenangkan seumur hidupku. Aku harap ini sebagai awal yang baik dan Vina mau menjadi teman hidupku. Aku memang belum pernah menjalani sebuah hubungan dengan seseorang dan aku ingin memulai sebuah hubungan dengan serius. Aku tidak ingin berganti-ganti pasangan karena aku bukan tipe orang yang gampang memulai pembicaraan atau mendekati cewek. Aku selalu takut untuk ditolak dan aku juga tidak pandai melihat apakah cewek itu lesbian atau bukan. Meskipun aku lama kuliah di Sidney, tapi aku tidak pernah tertarik dengan cewek bule. Dengan Moira karena dia berwajah latin dan berambut hitam. Tiba-tiba aku teringat dengan Moira.

Sudah dua bulan ini aku tidak pernah chat dengan Moira, karena banyaknya pekerjaan yang membuatku harus lembur hingga larut malam dan tidak memungkinkan buatku untuk chat dengan dia. Tetapi Moira masih rajin mengirim email buatku dan sekarang dia sedang berada di London untuk merayakan Natal dan tahun baru bersama keluarganya. Apakah aku harus menceritakan hubunganku dengan Vina ke Moira? Bukankah aku dan Moira tidak ada ikatan apapun? Kami hanya bercinta dua malam sebelum aku pulang. Memang kita tetap berkomunikasi satu sama lain dan dia selalu menceritakan semua kegiatannya. Aku juga tahu dia tidak pernah berhubungan dengan cewek lain setelah terakhir kita berpisah. Kita berdua berjanji bila salah satu dari kita menjalin hubungan dengan perempuan lain harus memberitahu. Mungkin aku harus menceritakan hal ini ke Moira, sebaiknya aku memberitahu setelah dia pulang dari London.

            “Hei, sudah bangun dari tadi?tanya Vina sambil mencium leherku.

Aku membalas mencium keningnya dengan perasaan bahagia yang tak terkira.

            “Masih mau bobok atau mau yang lainnya?tanyaku dan melanjutkan      menciumi wajahnya.
            “Mau, tapi aku capek!katanya manja.
            Ha..ha.ha, aku kira kamu super women!jawabku.
            “Mandi, aja yuk!ajakku.
            “Yuk!jawabnya dengan semangat dan langsung bangun.

Dia menarik tanganku masuk ke kamar mandi. Rasanya nikmat sekali mandi bersama, kami saling menggosokan sabun cair di bawah shower. Dapat kurasakan betapa lembut tubuhnya, kami berpelukan, berciuman dan kami pun bercinta di dalam bath up. Sampai akhirnya kami kelelahan dan berendam sambil berpelukan di dalam air hangat. Aku sungguh bahagia, rasanya aku ingin tersenyum terus karena bahagia.

Tak terasa hampir jam sebelas, dan perutku sudah keroncongan. Kami pun menyudahi berendam dan memutuskan untuk makan. Aku menuju ruang makan, kulihat di lemari es ku hanya ada telor, susu, jus dan cornflake yang tinggal sedikit. Kubuka lemari hanya ada  mie instant yang tinggal satu. Kulihat Vina menyusulku di dapur.       

“Rasanya kita harus makan di luar karena nggak ada makanan yang cukup di sini” kataku.
            “Ditempatku juga nggak ada makanan!kata Vina
            “Kita makan bubur ke TP aja deh! Pasti enak setelah kerja keras     semalaman!kataku
            “Ih, kamu!jawab Vina.

Kamipun ke TP untuk makan bubur. Kami berjalan bergandengan, rasanya aku nggak ingin melepaskan tangannya dari genggamanku. Kami memasuki restaurant Ta Wan. Biasanya kita duduk berhadapan dan kini dia duduk disampingku dan tetap menggenggam tanganku.

Pelayan mendekati kami untuk menanyakan pesanan. Aku memilih bubur bitan dan Vina memilih bubur ayam. Aku juga memesan sapo tahu, satu sayur dan chinesse tea. Aku mencium tangannya dan berkata

            “Aku senang lho, kamu membuatku mabuk.
            “Sebetulnya aku berharap waktu kita menginap di Jakarta, kamu    menggunakan 
             kesempatan itu. Padahal aku sudah berusaha menggoda  kamu, tapi kamu cuek aja!jawab 
             Vina.
            “Iya, aku kan takut kalau kamu gampar!jawabku
“Masak sih, kamu nggak bisa merasakan bagaimana aku selalu berusaha nempel ke kamu terus. Dari pertama lihat kamu, aku langsung tahu kalau kamu itu lesbian!jawab Vina.
“Masak sih! Kok bisa tahu?tanyaku bloon. Aku memang agak bodoh dan nggak bisa melihat sinyal atau biasanya dibilang nggak punya gaydar.
            “Aduh sayang, sejak kapan sih kamu jadi lesbian!tanyanya gemas.
            “Baru kemarin!jawabku santai.
“Hah!?” belum sempat Vina berkomentar pelayan sudah datang membawa pesanan kami.
            “It was not your first time, right?tanyanya penasaran.

Aku hanya tersenyum dan akhirmya aku menceritakan hubunganku dengan Moira.

            “Dan kamu pasti sangat berpengalaman kan!tanyaku.
            “Wait..you want to know my love story?tanyanya.
            Mmh..nggak usah deh!jawabku “Pasti ceritanya lama dan panjang” lanjutku dan dia pun 
             ketawa mendengar jawabanku.
“Aku sih beberapa kali jalan dengan seseorang, tapi nggak ada sampai lama. Rata-rata mereka cuma suka sama fisikku aja, malah ada yg suka sama uangku aja. Ya begitulah!katanya dengan datar.
“Sudah, nggak usah diingat-ingat hal yang tidak menyenangkan!kataku sambil mencium tangannya.

Ada perasaan ingin selalu melindungi, menjaga dan membahagiakannya. Dalam hati aku berjanji untuk selalu membuatnya bahagia.

*******

31 Januari 2011
Sudah hampir satu bulan aku menjalin hubungan dengan Vina. Semua berjalan lancar dan menyenangkan. Belum pernah aku sebahagia kini, hidupku serasa sempurna. Semua barang Vina sudah pindah ke apartemenku dan aku merasa senang sekali dia mau pindah ke apartemenku.
           
“Jean, aku lusa mo ke Jakarta! Andy mo ngajak ngomong!katanya.
            “Apa dia tahu tentang kita?tanyaku.
            “Aku nggak tahu, mungkin soalnya ketika dia cari aku khan selalu di tempatmu” jawabnya.
            “Apa dia akan melarang hubungan kita?tanyaku.
            “Rasanya sih nggak, don’t worry too much honey” jawabnya dengan  tersenyum dan 
             mengangkat mangkok bekas serealku dan mencucinya.

Sejak tinggal bersama Vina, hidupku jadi berubah 180 derajat. Dulu aku yang terbiasa sendiri dan melakukan apa-apa sendiri, kini aku melakukannya bersama Vina. Aku merasa senang sekali, aku sekarang tidak merasa lonely dan telah menemukan sayap sebelahku.

            “Kamu berapa hari di Jakarta? tanyaku.
            “Kamis malam aku sudah balik kok” jawabnya.
            “Aku jemput ya!kataku. Dia menantapku,
            “Nggak usah sayang, biar sopir kantor aja yang jemput!katanya
“Nggak apa-apa, aku aja yg jemput, nanti kalau perginya kan pagi, jadi biar sopir kantor aja yang ngantar” kataku.
“Aku tahu kamu baik, Thank you ya sayang, tapi biar sopir aja ya yang jemput!katanya sambil mencium aku.

Aku memegang pinggangnya yang ramping dan mencium bibirnya. Kami selalu berangkat dan pulang ke kantor bersama, kecuali kalau aku harus ke workshop dan pulang larut. Itupun Vina selalu menelpon dan menunggu kedatanganku. Makan siangpun kami selalu bersama, kemana aja kita selalu berdua. Kalau dia masih sibuk, aku akan menunggu sambil mengerjakan pekerjaanku. Begitulah hari-hariku selama sebulan terakhir ini.

Ketika sampai di kantor kulihat ada Blackberry di mejaku, aku segera mengangkat telpon dan memangil sekertarisku.

            “Lin..! Tolong masuk sebentar” pintaku dan menuntup telpon.
            “Iya bu!katanya sambil berjalan mendekat.
              “Ini Blackberry siapa ya? Kok ada di meja saya?tanyaku.
            “Itu Bu, kemarin bu Vina menyuruh saya beli untuk Ibu dan sudah saya charge, juga sudah 
             ada sim cardnya, jadi ibu bisa langsung pakai” jelasnya.
            “Okay, makasih ya Lin!kataku.

Aku segera membawa BB dan keluar menuju ruangan Vina.  

            “Pagi Bu!sapa Lily sekertaris Vina.
            “Pagi, Ibu di dalam kan?” kataku sambil masuk ke ruangan Vina.
            “Hei, ini kok ada BB ya?” tanyaku sambil duduk dihadapannya.

Kulihat dia tersenyum, senyum yang tidak bisa kutolak.
“Iya sayang, biar kita gampang untuk komunikasi dan kita ada grup untuk perusahaan” jawabnya dan sudah berdiri di sampingku, mengambil BB dari dalam kotaknya.

Dia menunjukkan caranya melihat pin dan memasukan aku ke dalam grup perusahaan.

“Tapi, aku khan sudah punya HP dan aku suka dengan iPhone ku” kataku.
“Iya, aku tahu. Aku khan nggak nyuruh kamu buang HPmu!jawabnya sambil      mencium pipiku.

Bagaimana aku bisa menolak kalau dia sudah seperti itu.

            “Ok, berapa aku harus bayar?tanyaku.
“Common, please deh!jawabnya. “Sudah, sekarang kamu bisa menggunakannya” katanya lagi.
            “Thank you ya!jawabku sambil mencium pipinya.
            “Youre welcome, honey!katanya tersenyum.
“Aku balik ke ruanganku dulu deh!kataku sambil berdiri dan balik ke ruanganku.

Ketika aku balik keruanganku, BB ku berbunyi dan kulihat Vina BBM ke aku

            “Hope you like it” pesan di BBM.
            “Thank you for giving a such privilege for me” balasku.

Aku hanya bisa tersenyum mendapatkan BB baru yang sebetulnya aku nggak terlalu menginginkan. Berhubung Vina yang memberikan bagaimana aku bisa menolaknya. Aku melihat kalenderku, wah dua minggu lagi adalah Valentine dan ini mungkin saat yang tepat kalau aku memberikan sesuatu yang berarti buat Vina, mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya buat dia. Aku tahu, aku akan beli cincin aja buat kita berdua, aku akan melamarnya. Tiba-tiba aku merasa semangat dan senang sekali. Besok khan Vina ke Jakarta, aku bisa ke TP membeli cincin yang tepat. Aku membuka internet bankingku mencoba lihat kondisi keuanganku. Kulihat tabunganku cukup untuk membeli cincin berlian. Aku tidak ingin membelikan cincin yang biasa tetapi ingin membeli cincin berlian buat dia. “Great!” kataku dalam hati.

****

 Hari ini Vina berangkat ke Jakarta diantar sopir kantor. Nanti siang aku akan ke TP untuk lihat cincin yang ingin aku berikan buat Vina. Aku mengerjakan pekerjaanku secepatnya, aku nggak sabar menunggu jam makan siang untuk segera mencari cincin. BBku menyala, Vina memberitahu kalo sudah sampai Jakarta dan sedang menunggu Pak Min mengambil mobil. Dia meningatkan aku untuk nggak lupa makan siang dan beli makan malam. Aku senang sekali dengan perhatiannya. Sudah lama rasanya tidak ada yang perhatian dan begitu care sama aku. Sudah sebulan ini aku seperti orang mabuk kepayang. Baru aku tahu betapa nikmatnya punya pasangan hidup yang saling mencitai. Aku harus cepat-cepat melamarnya untuk menjadi pendamping hidupku. Meskipun kita tidak mungkin bisa menikah dan cuma bisa memberikan cincin sebagai tanda cinta kasih kita. Sebagai ikatan hubungan kita.

Kulihat sudah jam 11.45, aku segera membereskan barang-barangku, mengambil tasku, memasukan semua hp dan mengecek dompet serta kartu kreditku. Dan aku juga sudah membawa salah satu cincin Vina untuk ukurannya. Aku langsung keluar dari ruanganku dan pamit ke Linda kalau akan makan siang di TP. Aku meyusuri TP 2 dan menuju TP 4. Aku melihat-lihat di display mana yang cocok. Aku masuk salah satu toko yang aku lihat ada cincin yang menarik, emas putih dan beberapa berlian. Kelihatan indah dan cantik. Aku segera masuk ke toko tersebut dan minta diambilin cincin tersebut. Aku mencobanya dan kelihatan manis sekali di jari. Aku mengambil cincin Vina dan minta dicarikan yang seukuran dengan punya dia. Aku membeli dua pasang cincin yang sama dan menggravir nama kami di cincin. Ini adalah belanja termahal yang pernah aku lakukan. Aku membelanjakan 30 juta lebih untuk dua buah cincin. But worthed untuk melamar dia.

Aku segera memasukan cincin yang sudah dimasukan dalam kotaknya yang cantik dan sertifikatnya. Aku pulang dulu ke apartemen untuk menaruh cincin. Aku akan memberikan ini saat valentine nanti dan aku akan mengajaknya makan malam yang romantis. Aku rasanya senang sekali memikirkan rencanaku itu. Aku berjalan sambil terus tersenyum karena perasaan bahagia sedang menyelimuti diriku. Aku menyimpan dalam lemari pakaian dan menyembunyikannya di bagian yang paling dalam. Semoga Vina tidak menemukan sebelum hari H nya. Setelah selesai menaruh cincin, aku segera kembali ke kantor dan membeli makanan sebelumnya. Rasanya aku sedang bahagia sekali, semua terlihat indah dan terdengar merdu. Aku juga merasa karena cinta ini aku menjadi semakin kreatif dan menggila dalam bekerja. Apalagi Vina selalu menemaniku dalam bekerja. Aku merasa cocok dan kompak sekali dalam menuangkan ide-ide. Terima kasih Tuhan kau telah memberikan semuanya untukku.   

{{{{
  
Jakarta selalu kelihatan mendung dan aku segera keluar mencari Pak Min, sopirnya Andy. 

“Siang Bu, itu mobilnya di sana!sapa pak Min sambil mengambil koper kecilku.
            “Makasih Pak! Aku segera naik ke mobil Alphard milik Andy.
            “Langsung ke kantor ya Bu!tanya pak Min.
“Iya, Pak! Mobil berjalan dengan smooth, melalui jalan Jakarta yang selalu macet.

Akhirnya kami tiba di Sampoerna Building tempat kantor Andy. Aku segera masuk lift dan menuju ruangan Andy. Kulihat sekertaris Andy, Sari, berdiri menyapa aku.

            “Siang Bu!
            “Pak Andy, nggak ada tamu kan?tanyaku.
            “Nggak ada Bu!katanya sambil berdiri dan membukakan pintu buatku.
            “Thank you, Sar!jawabku sambil masuk ruangan.
            “Hi, Ko!sapaku kepada Andy sambil menarik kursi di depan mejanya.
             “Sudah makan belum?tanyanya.
            “Belum!jawabku.
            “Mo keluar makan ato pesan makan aja?tanyanya.
            “Pesen aja deh, aku mau kwetiau sapi Aciap!jawabku.

Andy langsung menelpon Sari untuk dibelikan kwetiau. Sambil menunggu, Andy mulai menanyakan perkerjaan di Surabaya dan apakah ada masalah yang serius yang aku hadapi di sana. Dia juga menanyakan klien yang aku tangani. Aku menjelaskan semua perkerjaanku.

            “Trus, bagaimana dengan pekerjaan Jean?tanya Andy.
“Baik sekali, dia bisa cepat menyesuaikan dengan lingkungan pekerjaan jawabku.
            “Vin, kamu lagi jalan sama Jean ya?tanya Andy sambil menatapku.

Pertanyaan yang tidak pernah kuduga dan tiba-tiba membuatku tidak bisa mengelak. Aku hanya bisa mengangguk dengan perasaan jengah. Selama ini Andy tidak pernah bertanya atau reseh mengurusi love affair-ku. Meskipun aku yakin Andy tahu kelakuanku yang suka gonta-ganti pasangan tapi dia tidak pernah berkomentar atau menegurnya. Tapi kenapa tiba-tiba dia bertanya mengenai hubunganku dengan Jean. Apakah karena dia karyawan di perusahaan kami sehingga Andy menanyakannya.

“Kamu cuma have fun atau serius dengan Jean? Aku tidak ingin kamu Cuma main-main atau iseng aja dengan Jean! Dia itu bukan seperti kamu,setahuku dia tidak pernah menjalin hubungan dengan seseorang dan dia juga mempunyai kemampuan yang kita butuhkan!” kata Andy.

Aku hanya terdiam, aku juga ingin serius dengan Jean tapi apakah aku bisa, aku yang biasa bebas dan tidak suka terikat, apakah aku bisa berkomitmen dengan seseorang. Sebetulnya aku juga sudah capek dengan petualanganku dan ingin suatu hubungan yang lebih pasti.

“Aku sih senang aja kalau kamu serius dengan Jean, sebab dia orang yang baik dan dia bisa menjadi bagian dari keluarga kita dan mengembangkan perusahaan” lanjut Andy.

Aku tidak yakin apakah aku memang sudah ingin masuk ke tahap itu.

            “Iya, aku akan memikirkannya!” jawabku tanpa berani menantap Andy.
            Tok..tok.. “Masuk!kata Andy.

Kulihat Sari masuk membawa pesanan makanan kami. Aku segera menyantapnya begitupula dengan Andy.        
           
”Bagiamana kabarnya Nancy?tanya Andy tiba tiba.

Aku langsung terbatuk mendengar pertanyaan Andy. “Shit!” kataku dalam hati. Apakah hari ini, hari pengakuan dosaku ke Andy.

            “Baik!jawabku.
“Semoga kamu sudah nggak bermain api lagi dengan Nancy! Ingat Vin, dia sudah punya suami dan anak, Suaminya sekarang salah satu tycoon di Indonesia!kata Andy memperingatkan.

Aku hanya mengangguk saja dan tiba tiba aku jadi ingat bagaimana aku bisa berhubungan dengan Nancy.

Nancy usianya lebih tua enam tahun dari aku. Tapi dia kelihatan lebih muda dari usianya. Wajah indonya yang cantik membuatku menerima godaannya waktu itu. Aku yang waktu itu masih baru datang dari San Fransisco dan baru bekerja beberapa bulan di perusahaan ini. Papa menyuruhku untuk menemui salah satu klien yang kebetulan keluarganya juga kenalan keluarga kita. Waktu itu aku datang ke kantornya dan harus menunggu lama untuk ketemu direktur. Dan harusnya aku bertemu dengan Tommy suami Nancy tetapi ternyata yang menangani periklanan adalah Nancy.

ääää

            “Hi, Nancy! “ kata Nancy sambil mengulurkan tangannya.
            “Vina!jawabku sambil tersenyum.

Aku tidak menyangka ternyata Nancy, cantik sekali dan dandanya modist banget. Aku segera mempresentasikan semua rencana iklan untuk perusahaannya dan Nancy kelihatan senang dengan propsalku.

“Garis besarnya sih, aku suka dan setuju, mungkin ada sedikit perubahan, nanti aku diskusikan dulu dengan Tommy!” kata Nancy diakhir presentasiku.“Bagaimana kalau kita makan siang sambil membicarakan proposalmu? Atau kamu ada rencana lain siang ini?tanya Nancy.
             “Nggak ada sih, memang rencanaku siang ini cuma mau bertemu bu Nancy aja!” jawabku.
            “Please, Vin! Don’t call me Bu, panggil aku Nancy aja, lebih enak!kata   Nancy .
             Ok!” jawabku sambil tersenyum.

Nancy mengajakku makan siang di hotel Mulia. Kami makan di Orient8, sambil menunggu pesanan kami mengobrol.

            “Aku dengar, kamu lulusan UCLA juga ya? Ngambil jurusan apa disana?tanya Nancy.
            “Jurusan, Film, Television and Digital Media” jawabku.
            “Kamu juga alumni UCLA ya?tanyaku balik.
            “Iya, aku dan Tommy satu kampus dan satu angkatan” jawab Nancy.

Akhirnya kami bercerita seputar kampus dan kegiatan kami masing masing waktu kuliah. Nancy orangnya menyenangkan untuk diajak ngobrol. Pengetahuannya cukup luas dan asyik.

            “Kamu selain bekerja, apa kegiatanmu? tanya Nancy.
Mmh ya.. kadang nonton atau baca di rumah, soalnya sejak pulang, aku seperti kehilangan teman-temang hangout” jawabku.
“Kalau aku keluar sama teman-temanku, kamu mau ikut nggak? tanya Nancy.
            “Boleh, kalau nggak mengganggu” jawabku.
            Hahahaha, ya pasti nggak lah, rasanya kamu akan suka deh” jawab Nancy.  
            “Oke, berapa nomer HP mu, nanti aku sms kalo mo jalan” tanya Nancy.

Kamipun langsung bertukar nomer HP. Entah kenapa aku merasa kalau Nancy adalah L, dari cara dia menantap aku, membuatku jadi grogi tapi aku nggak berani menanyakan hal itu. Apalagi kita baru kenal dan akrab, selain itu dia sudah menikah dan mempunyai dua anak. Anaknya cowok dan cewek masih SD. Setelah selesai makan kamipun berpisah, aku segera kembali ke kantor.

Ketika ditengah jalan, HP ku berbunyi. Kulihat ada sms masuk, ternyata dari Nancy. Kubaca smsnyaThanks ya ditemani makan siang, nanti malam aku diajak karoke sama teman-temanku, apa kamu mau ikut gabung?
Aku segera membalas smsnya Boleh, jam berapa dan dimana?
Segera aku menerima balasan Jam 8, di Deluxe- Menara Peninsula.
Kubalas smsnya Oke, see you there!
Tiba tiba aku merasa senang dengan ajakan Nancy, entah kenapa aku merasa nyaman didekat Nancy meskipun kita baru bertemu. Aku merasa kalau Nancy suka dan tertarik denganku, dari cara dia menantapku yang membuatku seperti ditelanjangi. Tapi aku mau terlalu ge er, makanya aku senang dia mengajakku karoke nanti malam. Sesampai di kantor, aku segera melaporkan pertemuanku dengan Papa dan Andy. Kelihatannya mereka senang dengan hasil kerjaku. Aku memang ingin memperlihatkan ke Papa dan Andy kalau aku juga bisa bekerja. Aku segera berkemas dan pulang setelah selesai memberikan laporan. Aku ingin pulang mandi dan berganti pakaian sebelum pergi karaoke.

Setelah bermacet ria di jalan, akhrinya aku sampeai di rumah. Aku segera naik ke kamarku, mandi dan mulai bingung memilih pakaian yang cocok buat ketemu Nancy. Akhirnya aku memilih celana panjang dan atasan putih tulang. Aku memoles wajahku sedikit dan menggunakan high heels. Kulihat sudah jam 19.00, aku segera mengambil kunci kontak mobilku dan jalan. Kudengar HP ku berbunyi, kulihat ada SMS dari Nancy, ternyata mereka sudah sampai duluan dan memberitahu ruangannya. Aku hanya menjawab pendek. “Oke otw” balasku. Aku segera masuk ketempat parkir dan mencari ruangan karokenya. “Hi..!aku menyapa ketika masuk ruangan. Kulihat Nancy langsung berdiri.
           
“Hi.. ayo aku kenalkan dengan teman-teman!” kata Nancy.

Menggandeng tanganku. Tak salah lagi dugaanku kulihat ada tiga pasangan L yang sudah disana. Ini kenalkan Erick dan Mesya, Fransis dan Elly, Sien dan Aylie” Nancy memperkenalkan teman-temannya padaku. Aku bersalaman satu persatu dengan mereka dan menyebutkan namaku. Aku segera duduk di sebelah Nancy.

            “Sudah, makan belum? tanya Nancy “Kita mo pesan makanan” lanjut dia.
            “Belum, tadi nggak sempat” jawabku.

Segera Nancy memesan makanan untuk kita dan kulihat di meja sudah ada satu botol XO dan Johny Walker serta beberapa Coca Cola dan es batu.

            “Kamu mau minum apa?tanya Nancy.
            “Coca Cola dan XO aja” jawabku.

Nancy mencampurkan XO dan Coca cola, dan memberikannya padaku. Aku baru melihat jelas penampilan Nancy. Dia menggunakan celana panjang abu-abu tua dan blouse warna abu-abu muda. Dia kelihatan cantik sekali. Tiba tiba aku jadi deg-degan, sebab mereka semua berpasangan. Hanya Nancy dan aku yang tidak memiliki pasangan. Apakah ini berarti aku berpasangan dengan Nancy?

Tak lama kemudian makanan pesananpun datang. Kita berhenti bernyanyi dan menyantap terlebih dahulu. Meskipun aku baru kenal dengan mereka, tetapi mereka cukup menyenangkan. Rata-rata mereka lulusan luar negeri dan usianya hampir sama dengan Nancy dan aku.

            “Kamu sudah punya pasangan Vin?” tanya Mesya
            “Darimana kamu tahu Vina, L?” tanya Elly
            “Tahulah, gaydarku khan nyala, nggak seperti kamu yang selalu mati, untung Francis 
             menemukan kamu” jawab Mesya yang diikuti gelak tawa yang lain.        
            “Sis, masak aku diomong gaydarku mati” kata Elly manja kepada Francis.
           “Lebih baik gaydarmu mati sayang, daripada nyala ntar kamu cari yang lain lagi!” jawab 
             Fransis sambil mencium Elly. Dan kita semuapun tertawa.
            “Jadi, kamu sudah punya pacar belum Vin?tanya Sien penasaran.
            “Belum, dulu ada waktu di LA” jawabku.
            “Tuh, Nan, dia belum punya pacar!” kata Aylie.
            “Lho, kok jadi aku, lagian belum tentu Vina mau sama aku” jawab Nancy sambil 
             mengerlingkan matanya ke aku.

Mendadak aku jadi tersipu dengan gaya Nancy. Apakah ini maksudnya Nancy mau PDKT denganku? Kami terus bernyanyi dan aku sudah mulai sedikit mabuk, makin malam mereka makin mesra dengan pasangan masing-masing. Nancy juga bersikap mesra denganku, dia menggegam jemariku ketika menyanyikan ‘When I’m fall in love’ entah karena alkohol atau karena aku suka atau lama tidak pernah bercinta dengan perempuan, aku membiarkan sikap mesra Nancy. Ketika dia membisikan “May I kiss you? Aku menatap wajahnya dan aku langsung mencium bibirnya. Kami berciuman cukup lama dan tangan Nancy mulai bergerilya
            “Bagaimana kalau kita naik keatas aja?” ajaknya.
Aku hanya mengangguk saja. Kami segera pamit dan chek in di hotel. Sesampai di kamar Nancy segera mencium aku. Aku membalas ciumannya, dia berusaha membuka pakaianku dan akupun juga melakukan hal yang sama. Kami menjatuhkan tas kami, melepas sepatu kami berantakan di ruangan dan langsung ke ranjang. Aku nggak tahu ini karena pengaruh minuman keras atau aku memang sedang horny. Kami berciuman dengan gairah yang meluap-luap. Kulihat tubuh telanjang Nancy yang padat dan kelihatan ototnya yang kuat. Nancy menciumi diriku, dari caranya merangsang diriku, aku tahu kalau dia memiliki jam terbang yang tinggi. Kami pun bercinta tiada henti, entah berapa kali kita mendaki puncak kenikmatan bersama-sama sampai kelelahan dan tertidur.

Aku terbangun dengan kepala yang agak berat dan sakit. Kulihat diriku masih telanjang. Aku mencoba mengingat kejadian semalam dan berusaha sadar lingkungan. Kulihat bajuku di atas kursi bersama tasku. Aku mencoba bangun, ternyata Nancy sudah pergi. Kulihat ada secarik pesan di kertas hotel dari Nancy.

‘Maaf ya, aku harus meninggalkanmu sendirian, aku nggak tega tadi mau bangunin kamu, karena tidurmu enak sekali’ Love Nancy.

Kulihat sudah jam sembilan. “Shit! Aku segera mandi dan buru-buru check out. Aku hari ini ada meeting dengan anak buahku. Untung aku nggak pernah menggunakan make up yang terlalu tebal dan aku selalu membawa alat riasku. Cuma bajuku yang agak sedikit lecek. Sudahlah, yang penting harus segera sampai di kantor. Untung jalanan tidak terlalu macet. Waktu di jalan aku menelpon PRT di rumah untuk mengantarkan laptopku ke kantor dan mengambilkan pakaian gantiku.

Aku segera memasuki ruangangku dan kulihat pakian serta laptop juga sudah di atas meja dan ada kiriman bunga juga. Kulihat dari Nancy, kubaca pesannya
            ‘It was great lastnight and sorry I have to leave you’ Nancy    
Aku mengambil HP ku dan sms Nancy. ‘Thank you for your flower’
Aku sengaja tidak menelponnya. Sebetulnya aku nggak suka ditinggalkan begitu saja oleh Nancy. Aku seperti wanita panggilan saja. Aku jadi merasa seperti call girls. Tiba tiba HP ku berbunyi dan kulihat dari Nancy. Aku sengaja tidak mengangkatnya dan membiarkannya. Tiba tiba telpon di mejaku berbunyi.

            “Pagi, Bu! Line satu, bu Nancy mau bicara” kata sekertarisku.
            “Bilang saya sedang meeting” jawabku.
            “Baik Bu!jawab sekertarisku.

Lalu SMS di HP ku berbunyi, kulihat SMS dari Nancy ‘Semoga kamu tidak marah ya! Bagaimana kalau kita makan siang besok, ada yang mau aku tanyakan mengenai proposal’ Akupun tersadar kalau aku membutuhkan dia untuk proyekku. Tapi kalau aku membalas SMSnya sekarang akan ketahuan kalau aku sedang kesal. Sebaiknya aku balas nanti saja setelah meeting dan makan siang.

Telepon di mejaku berbunyi kembali. Teman teman sudah siap untuk meeting Bu!” kata sekertarisku “Iya, saya segera kesana” jawabku.

Meeting dengan anak buahku berjalan dengan lancar. Mereka mengerti apa yang aku inginkan dan bisa menerapkannya. Selesai meeting aku segera SMS Nancy. ‘Sorry, ya tadi lagi meeting, HP nya di meja. Aku nggak marah kok. Besok mau makan dimana dan jam berapa?’  lalu aku send.
Aku langsung dapat balasanJam 12.30 di Mall Taman Angrek.
Lalu aku segera balas Ok. CU there.
Aku segera menyibukkan diriku tetapi pikiranku tidak bisa konsentrasi, masih jelas dalam ingatanku betapa dahsyat percintaanku dengan Nancy semalam. Aku seperti orang yang kehausan di gurun dan menemukan mata air yang berlimpah dan menyejukan. Hatiku menjadi gelisah dan masih menginginkan percintaan yang dahsyat dengan Nancy. Tapi aku nggak ingin memperlihatkan kepada Nancy kalau aku ingin bercinta dengan dia.

Mal Taman Anggrek
Aku janjian sama Nancy di foodcourt biar lebih gampang carinya. Aku dari jauh sudah melihat Nancy, dia memakai celana panjang dan baju putih. Tiba tiba aku jadi deg-degan melihat Nancy. Rasa kesal mendadak sirna dan menjadi keinginan untuk bercinta. Rupanya Nancy juga melihat aku, dia langsung menyambutku, mencium pipiku.
“Kita ke apartementkua aja ya, aku sudah siapkan makan siang disana” ajak Nancy.

Aku hanya mengangguk dan dia menggandengku turun dan menuju parkiran. Kami memasuki lift Apartemen Taman Anggrek menuju penthouse. Sesampai disana kulihat makanan sudah siap dan juga ada sebotol wine dan bunga segar.            

            “Wah, romantis sekali” kataku.
“Iya, permohonan maafku yang telah tidak    sopan meninggalkanmu sendirian di hotel kemarin!” kata Nancy.
“Maafkan aku ya sayang!katanya sambil berdiri dan memegang kedua tanganku.
            “Apologize accepted” jawabku dan dia langsung mencium bibirku dengan lembut.

Kami berciuman lama sekali dan ciuman itu berubah menjadi gairah yang saling menginginkan untuk bercinta. Dia mulai melepasi pakaianku, begitu juga aku yang juga mulai mencopoti pakaiannya. Dia membimbingku ke kamar tidur, kali ini aku bercinta dengan keadaan sadar, aku menikmati setiap sentuhan Nancy dan aku juga dengan jelas dapat menikmati tubuh Nancy yang liat. Kami bercinta dengan lembut dan saling menikmati hingga mencapai puncak berkali kali. Ketika selesai dia memelukku dan menciumku.

“Thank you sayang!kata Nancy dengan lembut. Aku hanya tersenyum. Maafkan aku kemarin ya, aku buru-buru pulang karena harus ke sekolah anakku. Bukan maksudku meninggalkanmu sendirian!jelas Nancy.
            “Aku tahu kamu pasti nggak suka” lanjutnya.
            “Iya, aku merasa seperti call girl jawabku.
            “Sorry, ya! Aku nggak memberitahu sebelumnya katanya sambil menciumku dengan lembut.
            “Iya, nggak apa apa” jawabku.
            “Kita makan dulu yuk, nanti kamu kelaparan” ajak Nancy.  

Aku nggak tahu dia pesan dimana makan siang yang mewah ini. Ketika makan dia memberiku sebuah kotak berpita pink.

            “Apa ini?tanyaku
            “Permohonan maafku” katanya sambil tersenyum.
“You are so sweet” jawabku sambil membuka kotak yang ternyata sebuah bolpoint Mont Blanc.
            “Makasih ya” kataku sambil berdiri dan menciumnya.
            “Semoga kamu suka ya” jawabnya.
“Suka, tapi kamu nggak perlu seperti ini, terlalu mewah untuk permohonan maaf” jawabku.
“Aku tahu, sebab bagiku kamu sangat berharga dan tidak ingin hubungan kita berhenti sampai disitu” kata Nancy.
“Jadi maksudnya apa ini? Kamu nggak bermaksud melamar aku kan? tanyaku sambil menggoda Nancy.
“Apa kamu mau kalau jadi kekasihku? tanya Nancy langsung. Aku langsung gelapan dan masih belum tahu harus menjawab apa.
            “Nggak usah dijawab” kata Nancy dengan tersenyum.

Sehabis makan siang, kami masih melanjutkan percintaan kami dengan menggila. Kami seperti dua orang kekasih yang saling merindukan satu sama lainnya. Saling mencumbu, saling memuaskan sampai lupa waktu dan senjapun tiba. Tiba-tiba aku ingat tentang proposalku.

“O ya, kemaren kamu ngomong mau membicarakan proposalku, itu beneran atau cuma alasan aja? tanyaku
“Dua-duanya, Tommy sudah setuju kok cuma ada sedikit tambahan aja, kamu bawa nggak? tanya Nancy.
            “Bawa” jawabku sambil berdiri dan mengambil laptopku.

Aku menujukkan rancangan desainku ke Nancy. Masih dalam keadaan telanjang kami membahas pekerjaan diatas ranjang. Aku segera merubah permintaan Nancy di laptopku sementara aku bekerja, Nancy mulai melakukan serangannya. Dia menciumi leherku, tangannya merabai tubuhku, perempuanku, membuatku jadi tidak bisa berkonsentrasi. Aku langsung meletakkan Mac ku dan kami bercinta lagi.

Aku jadi sering menghabiskan waktu makan siangku bersama Nancy dan kadang pergi ke karaoke bersama teman-teman Nancy. Mereka menganggap aku pacarnya Nancy, tapi sebenarnya diantara kami tidak ada komitmen. Dan kami baru dua bulan sering menghabiskan waktu bersama. Sampai suatu siang aku bertanya ke Nancy.

            “Sebenarnya Tommy tahu nggak kalau kamu L?tanyaku.
“Dia tahu kalau aku L, kenapa aku bisa menikah dengan Tommy. Waktu di LA dia tahu kalau aku L dan mengenal semua pacarku. Begitu juga aku mengenal semua pacar Tommy. Tapi aku tahu kalau Tommy suka dan jatuh cinta sama aku. Sampai suatu hari ketika aku sedang patah hati, Tommy yang selalu menemani dan menghiburku setiap hari. Aku merasa dekat dan nyaman dengan dia. Dan suatu malam ketika dia menciumku, aku membiarkannya. Rupanya Tommy belajar bagaimana percintaan L, dia memperlakukan aku dengan lembut, dia tidak langsung melakukan penetrasi. Tapi dia melakukannya dengan jarinya dan membuatku benar-benar terangsang sampai akhirnya dia melakukan penetrasi. Lalu Tommy mengajakku menikah, dia bilang pasti kedua orang tua kita suka kalau kita menikah. Karena orang tua kami memang bersahabat dan partner bisnis. Aku pikir apa salahnya dan Tommy tidak keberatan aku have sex dengan perempuan asal tidak dengan laki laki dan meminta aku untuk keep secret for our family. Begitu juga aku tidak keberatan kalau seandainya Tommy have sex dengan perempuan lain asal tidak membawa penyakit dan aku tidak mau di polygami. Aku juga mengingatkan Tommy untuk hati hati agar tidak diperas perempuan karena dia melakukan hubungan sex. Begitupula dengan aku, aku selalu hati hati memilih pasangan karena aku tidak ingin menghancurkan keluarga kami”. “Itulah keadaanku Vin, aku harap kamu mengerti dan bisa menerima aku apa adanya. Aku tidak ingin mengikat kamu, seandainya besok kamu menemukan seseorang dan kamu ingin serius dengan dia dan ingin menghentikan hubungan kita, aku bisa mengerti” jelas Nancy.

Mendengar cerita Nancy, aku jadi terdiam. Aku tahu, aku tidak bisa berkomitmen layaknya pasangan kekasih L. Bagaimanapun Nancy sudah punya suami dan anak. Dia akan lebih mengutamakan keluarganya daripada aku. Tapi setidaknya dia sudah jujur dengan keadaannya. Sementara aku sendiri masih belum ingin berkomitmen jadi mungkin hubungan ini akan pas buatku.

            “Bagaimana kalau kita jalani dulu aja dan kita lihat bagaiamana    nanti”jawabku.

Hubungan kamu berjalan dengan baik meskipun kadang ada rasa diduakan oleh Nancy. Ketika kami sudah berjanji untuk ketemu tiba tiba harus batal karena dia harus menemani Tommy keluar atau menjamu klien. Kadang ketika janjian makan siang harus batal karena Nancy harus mengurus anaknya yang sakit atau ada keperluan lainnya. Dan itu kadang sering membuat aku kecewa. Tetapi Nancy selalu saja bisa meluluhkan hatiku, setiap kali dia membatalkan janjian ketemu, dia selalu memberikan aku hadiah. Ada saja hadiah yang diberikan dan semuanya bukan barang yang murah. Dia selalu memberikan aku hadiah yang mahal dan berkelas. Dan hari ini aku janjian ketemu dengan Nancy karena dua hari yang lalu dia membatalkan janji keluar malam dan kemarin siang aku ada meeting. Seperti biasa aku langsung meluncur ke apartemen Taman Angrek dan Nancy juga sudah menuju kesana.

Ternyata Nancy telah sampai terlebih dahulu dan sudah menunggu kedatanganku. Kami bersama langsung menuju penthouse. Begitu sampai di kamar, kami seakan tidak ingin membuang waktu. Kami berciuman dengan penuh perasaan seakan lama tidak bertemu. Nancy langsung merebahkanku di ranjang, menciumi wajahku, mencopoti pakaianku, bra-ku. Nancy memang pandai membuatku terangsang dan bergairah. Aku mencopoti pakaian Nancy dan gantian aku yang merebahkan Nancy di bawahku. Aku menciumi wajah Nancy, lehernya dan payudaranya.

“Shit! Tiba-tiba aku melihat bekas gigitan di payudara Nancy dan gairahku langsung hilang seketika.
“What? tanya Nancy kaget karena aku tiba tiba menghentikan kegiatan mencumbu.
“Kamu habis ML dengan Tommy atau perempuan lain?tanyaku dengan sengit dan merasa cemburu.

Aku langsung berdiri mengambil underwearku dan pakaianku.

            “Vin, please... kata Nancy.

Entah kenapa tiba tiba aku merasa sakit sekali. Aku berusaha menahan airmataku agar tidak keluar. Entah kenapa aku rasanya pengen marah dan kesal. Nancy, memegang tanganku

“Maafkan aku Vin” katanya dengan nada sedih dan menyesal. “Iya, aku memang habis bercinta dengan Tommy. Aku sudah berusaha menolak sejak dengan kamu tetapi aku tidak bisa menolak terus menerus, bagaimanapun dia suamiku, Vin! Aku juga tidak mungkin bercerai dengan dia” kata Nancy dengan sedih dan menitikan airmata. Melihat Nancy sedih dan menitikan air mata aku jadi tidak tega.
“Maafkan reaksiku ya, aku jadi merasa cemburu dan akhir akhir ini aku sering merasa diduakan. Aku seperti isteri simpanan saja yang pasrah dan harus menerima keadaan. Meskipun dari awal aku sudah tahu kalau kamu sudah berkeluarga tapi entah kenapa perasaanku kadang tidak bisa diajak kompromi. Mungkin karena aku selama ini belum pernah berelasi dengan  L yang sudah punya pasangan” kataku sambil menitikan air mata.
Nancy langsung memelukku “Maafkan aku ya Vin melibatkanmu dalam relasi yang sulit, tapi aku ingin kamu tahu kalau aku benar benar mencintaimu, meskipun aku tidak tahu kapan kita akan bisa bersama dan tak akan ada perempuan lain selama sisa hidupku”

Hubunganku dengan Nancy berlanjut terus sampai aku pindah ke Surabaya dua tahun kemudian. Tapi kami masih saling mengunjungi dan Nancy yang lebih sering ke Surabaya pada tahun pertama. Tetapi karena kesibukannya dan anak-anak Nancy yang makin besar dan membutuhkan perhatian yang lebih banyak. Akhirnya kami hanya bertemu sebulan sekali kadang lebih dan makin lama perasaanku semakin hambar dengan Nancy. Makin lama kami makin jarang ketemu dan hubungan itu seperti berhenti begitu saja tetapi hubungan kami masih tetap baik dan kadang kami masih bercinta bila bertemu.

¹¹¹¹¹

Sudah dua hari aku di Jakarta dan aku jadi merindukan Jean. Meskipun aku selalu BBM dengan dia setiap saat tetapi tetap saja aku kangen. Aku jadi pengen cepet pulang dan ketemu Jean. Baru kali ini aku merindukan seseorang begitu kuat. Selama bersama Nancy, aku tidak pernah merindukan dia hingga terasa menusuk seperti ini. mungkin karena aku berpikir bahwa hubunganku dengan Nancy bukan suatu relasi. Selama di Jakarta aku sama sekali tidak menghubungi Nancy dan aku juga belum memberitahu Nancy kalau aku sekarang dengan Jean dan aku ingin serius dengan Jean. Mungkin nanti aku akan memberitahu Nancy.  Aku juga tidak ingin Nancy tahu dari orang lain, meskipun sekarang bisa dikatakan hubungan kami antara ada dan tiada, apakah aku perlu memberitahu Nancy? Bukankah kami tidak mempunyai komitmen yang jelas.

Aku berusaha menyelesaikan pekerjaanku secepat mungkin agar bisa segera ketemu dengan Jean. Aku betul betul merindukan Jean. Rindu itu rasanya menusuk-nusuk, rasa yang tidak pernah kurasakan bahkan ketika aku berpacaran di Amerika. Apakah ini berarti aku benar benar telah jatuh cinta dan ingin menuju ke tahap yang lebih serius. Aku merasa sangat cocok dengan Jean, dia enak diajak berdiskusi, enak diajak bercinta dan aku merasa sangat dicintainya. Cintanya yang lembut dan tulus selalu membuatku terbuai. Perhatian dan kasih sayangnya membuatku selalu nyaman berada didekatnya. Aku pengen menghabiskan waktu dan menua bersama Jean. Aku sudah capek berpetualang atau seperti menjadi istri simpanan ketika bersama Nancy. Meskipun Nancy selalu mengatakan kalau mencintaiku dan dia tidak pernah dengan perempuan lain tetap saja hubungan kami tidak pernah mulus dan aku tidak ingin bersaing dengan keluarganya.

Aku merasa beruntung akhirnya aku bertemu seseorang yang tepat buatku. She is so smart, beautiful, fun and we in love each other. Dan yang terpenting Andy secara tidak langsung menyetujui hubunganku dengan Jean. Padahal selama ini dia selalu komen yang negatif dengan pasanganku. Diam diam Andy selalu memantau dan menyelidiki setiap pasanganku yang terlihat aku serius dengan mereka. Meskipun dia tidak pernah menegur secara langsung atau menanyakan secara langsung, atau mungkin karena aku tidak pernah berhubungan secara serius dengan mereka. Belum ada satupun yang bisa membuatku benar benar jatuh cinta dan ingin berhubungan secara serius.

Sebulan terakhir ini hari hariku selalu bersama Jean. Hampir setiap hari kita selalu bercinta kecuali ketika kita sedang lembur. Bercinta dengan gairah yang selalu berkobar dan tak pernah padam. Bercinta dengan menggila dan hampir setiap tempat di apartemen Jean pernah kita lakukan. Di ruang tamu, di dapur, di kamar mandi berkali kali ketika sedang mandi bersama. Aku sekarang selalu mandi bareng dengan Jean. Saling menggosok dengan sabun, berciuman di bawah shower, berpelukkan dan berendam bareng. Kegiatan yang tidak pernah aku lakukan dengan semua pasanganku dulu. Setiap malam aku selalu tidur dalam pelukkannya dan dia selalu mendekapku dengan penuh kasih sayang. Pagi hari dia selalu membangunkanku dengan ciumannya di wajahku, mengucapkan selamat pagi ketika aku masih mengatuk dan mata terpejam.  Terkadang kita melakukan percintaan yang menyemangati di pagi hari ketika bangun tidur. Pernah ketika siang hari sedang bekerja bareng di kantor dan tiba-tiba kami berdua sama-sama ingin bercinta. Kamipun bercinta di sofa dengan perasaan was-was takut ada tamu mendadak.

Begitu banyak hal yang menyenangkan yang telah kulalui selama satu bulan ini bersama Jean. Kadang kita keluar makan malam yang romantis sambil minum wine. Seperti kemarin sebelum berangkat Jean mengajakku makan di Drago. Kami makan pizza yang dipanggang dengan kayu. Dia memesan Tequila dan Mojito. Dia juga request sebuah lagu Have I told you that I Love You Ketika lagu dinyanyikan dia memegang tanganku dan menciumnya dengan lembut sambil mengatakan I love you so much. Aku rasanya seperti mabuk kepayang dengan sikap Jean yang selalu romantis dan begitu memanjakanku. Jean sangat penuh perhatian dan selalu berusaha menjagaku, melindungiku, kadang mengkuatirkanku bila bepergian sendiri. Padahal aku selalu berpergian sendiri kemanapun sebelum dengan Jean.

¹¹¹¹¹

Aku sudah sampai di airport dan menunggu pesawatku. Kudengar panggilan untuk segera naik pesawat. Aku merasa senang sekali akhirnya aku bisa balik ke Surabaya. Aku teringat komentar Andy ketika aku mengatakan mau pulang ke Surabaya.

“Tumben balik cepet ke Surabaya? Apa karena ada yang nungguin sekarang? tanya Andy dengan gaya menggodanya.

Aku senang kalau Andy bisa menerima Jean sebagai pasanganku. Tak terasa aku sudah sampai di airport Juanda, aku segera keluar dan mencari sopir kantor yang menjemputku. Ketika aku sedang mencari-cari, tanganku dipegang seseorang. Hampir saja aku mau marah sampai kemudian aku tahu yang memegang tanganku adalah Jean.

            “Kok kamu disini?tanyaku spontan.
“Kan, aku mau jemput kamu” jawab Jean dengan tersenyum dan mengambil koperku.

Dia berjalan sambil tetap menggandeng tanganku. Aku senang sekali dengan surprisenya, padahal aku tidak meminta dia untuk menjemputku. Semalam memang dia bertanya pesawatku jam berapa? Dan aku nggak mengira dia akan menjemputku.
Sesampai di mobil Jean memberikan aku bunga.

            “So sweet, Thank you sayang” kataku dengan hati berbunga bunga.

Belum pernah ada yang seromantis ini denganku. Nancy memang sering memberiku bunga tetapi itu untuk rasa bersalah dan permintaan maafnya kepadaku. Sepanjang jalan dia terus menggegam tanganku dan menciumnya berkali kali. Terlihat betapa dia sangat merindukanku dan mencintaiku. Tiada hal yang menggembirakan selalin merasakan cinta yang begitu kuat dan dalam dari Jean. Perjalanan terasa begitu cepat dan tak terasa. Ternyata Jean tidak mengajakku ke kantor tapi pulang ke apartemen. Sesampai di apartemen dia sudah menyiapkan makan siang dengan cantik.
           
“Wah, kamu benar benar menyambut aku ya? kataku. Aku makan dengan lahap karena memang lapar dan belum sarapan tadi.

Entah bagaimana tiba-tiba kami sudah bercinta dengan menggila di siang hari. Percintaan yang selalu mengantarku ke puncak berkali kali dan tidak bisa berhenti. Sampai kami berdua tertidur berpelukkan. Kami berdua terbangun ketika HP ku berbunyi. Ternyata SMS orang jualan yang selalu mengganggu. Jean ikut terbangun dan kembali memelukku.
           
“Kamu kangen aku ya?tanyaku. Dia mengangguk dan mencium diriku dengan lembut.
            “I miss you so much, my love” kata Jean dan mendekapku erat erat.
            “Emang kamu nggak kangen aku ya?tanya Jean sambil menatap wajahku.
            “Aku juga kangen kamu sayang” kataku sambil mencium Jane.

Kami berciuman lama sekali dan kembali bercinta sampai sore. Hari ini kami benar-benar tidak ke kantor.

äääää

Aku puas sekali melihat iklan yang dibuat Jean untuk Valentine dan Imlek. Dia memang bisa diandalkan dan mempunyai ide ide yang luar biasa. Aku kembali mengecek beberapa iklan yang siap tayang. Kulihat jam dimejaku sudah hampir jam dua belas. Sebentar lagi aku akan keluar makan dengan Jean. Tiba-tiba aku mendengar suara yang sangat kukenal.
           
“Hello Darling!” aku mendongakkan kepala dan kulihat Nancy berjalan mendekat dari arah pintu.
“Hei” kataku dengan kaget yang tidak menduga ada Nancy didepan mataku.

Aku segera berdiri dari kursi dan menghampiri dia. Nancy langsung memelukku dan mencium bibirku. Seketika itu juga kulihat Jean Masuk keruanganku dan melihat aku tengah dipeluk dan dicium Nancy. Kejadian itu begitu cepat dan dia langsung membalikkan badanya pergi.

“Shit, shit! kataku sambil melepaskan pelukkan dan Nancy pun kaget reflek menoleh ke belakang.
            “Sori, sori..bukan maksudku seperti itu” kataku.

Aku pengen mengerjar Jean, dia pasti akan salah sangka. Tapi bagaimana dengan Nancy yang di depanku, nggak mungkin aku meninggalkan dia.

“Ada apa sebenarnya? Siapa tadi yang masuk ruanganmu? tanya Nancy sambil tetap memegang tanganku dan mengajak duduk di sofa.
“Sebelumnya, aku mau minta maaf  karena aku belum bercerita dengan kamu. Aku sekarang sedang menjalin hubungan yang serius dengan Jean. Aku memang ingin bercerita ke kamu kalau kamu sudah kembali ke Indonesia.” kataku berusaha menjelaskan ke Nancy.

Pikiran dan perasaanku masih terpusat ke Jean. Aku kuatir dengan reaksi Jean, dia pasti akan terluka melihat pemandangan tadi. Kulihat wajah Nancy juga berubah dan ada yang terluka di matanya, aku jadi merasa bersalah.

“Maafkan aku, Nancy. Aku tidak bermaksud menyakitimu” kataku dengan rasa bersalah.
“Iya, aku juga harus tahu diri. Hubungan kita akhir-akhir ini makin tidak jelas. Aku juga tidak bisa selalu ada buat kamu, aku juga selalu menduakanmu, kamu berhak bahagia kok!” kata Nancy sambil membelai wajahku dan menitikan airmata.
“Apapun yang terjadi, aku akan selalu mencintaimu Vin dan tidak akan ada wanita lain yang akan bisa menggantikanmu”  lanjutnya. 

Entah kenapa tiba tiba aku jadi menangis dan memeluk Nancy. Bagaimanapun Nancy pernah mengisi hari-hariku dan aku pernah berelasi dengan dia. Dan selama ini belum ada kata putus diantara kita berdua, meskipun juga tidak pernah ada kata jadian antara aku dan Nancy.

            “Apa kamu mau aku menjelaskan ke Jean? tanya Nancy.
            “Nggak usah, nanti aja aku akan jelaskan ke dia?jawabku.
“Apa dia juga bekerja disini, sebenarnya siapa dia?tanya Nancy yang sudah bisa mengendalikan dirinya.
“Jean, anak Malang,  Kuliah di Sydney, temannya Andy dan menjadi Art Director di sini. Aku sama dia baru satu bulan jadian dan dia sangat mencintaiku” jelasku.
“Apakah kamu juga mencintainya? tanya Nancy. Aku mengangguk dan menunduk, merasa bersalah dengan Nancy dan takut melukai dia.
“Kamu nggak usah merasa bersalah, kamu berhak mendapat yang terbaik dan bahagia. Aku senang kalau Jean bisa membahagiakanmu” kata Nancy berusaha menghiburku.

Aku sedikit lega setidaknya satu masalah telah selesai dan aku harus segera menjelaskan ke Jean. Rupanya Nancy tahu kegalauanku dan tiba tiba dia berdiri.

            “Sebaiknya aku segera balik saja, biar kamu bisa menyelesaikan masalahmu” kata Nancy.
            “Makasih ya! Kamu memang selalu bisa mengerti aku kataku.

Aku mengantarnya sampai di lift. Dia memelukku sebelum masuk lift.

Aku segera ke ruangan Jean. Kulihat ruangannya kosong, aku memeriksa mejanya. Kulihat Blackberrynya ada di meja tapi tas dia dan Iphone tidak ada. kubuka lacinya mencari kunci mobilnya, ternyata tidak ada. Segera kutelpon sekertarisnya,

            “Tadi Jean ngomong nggak kemana?tanyaku langsung.
            “Maaf Bu, saya nggak tahu, tadi saya keluar makan jawabnya.

Aku langsung menutup telpon dan coba menghubungi Iphone-nya tapi tidak aktif. Sebaiknya aku sms saja. Kemana kamu sayang, please don’t leave me alone. Apa yang kamu lihat tidak seperti yang kamu kira. Aku langsung send tapi masih pending. Kira-kira kemana dia. Aku segera berdiri, mungkin dia pulang ke apartemen. Aku cepat cepat ingin balik, rasanya ingin berlari. Ketika sedang buru buru kenapa semua jadi terasa lambat dan menghambat. Aku masuk kedalam apartemen Jean, sepi tidak ada orang. Aku memeriksa lemari pakaian Jean, semua masih lengkap. Berarti dia tidak membawa pakaiannya dan kembali ke apartemen. Aku mencoba menghubungi HPnya tetapi masih juga mailbox. Aku duduk terdiam menunggu dan terus memandangi HP, berharap Jean akan telpon atau membalas SMSku

¹¹¹¹¹¹

Aku tidak percaya dengan apa yang kulihat, Vina berciuman dengan seorang perempuan, di kantor dan jam kerja. Padahal dia tahu kalau aku akan keruangannya untuk makan siang. Tiba-tiba hatiku merasa sakit sekali, sakit yang tak tertahankan dan tak terkatakan, ada yang menusuk nusuk sakit sekali. Semua begitu menyakitkan dan melumat-lumat hatiku. Dada ini rasanya begitu sesak dan seperti diremas remas. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Kenapa aku jadi merasa sedih, marah, kesal dan air mata ini kenapa tidak mau berhenti mengalir. Kenapa kamu tega sekali menyakiti aku, Vin. Apa kamu memang tidak pernah menganggap aku pacarmu. Apa kamu cuma ingin memanfaatku saja. Oh, Vina, apa kamu tidak tahu kalau aku begitu mencintaimu dan apakah aku telah salah mengartikan perhatianmu selama ini.

Aku menjalankan mobilku dengan hati hancur dan aku tidak tahu mau kemana. Aku hanya menjalankan saja. hatiku benar benar tidak karuan, aku tidak pernah merasakan merasakan sakit yang seperti ini sebelumnya. Apakah kebersamaan selama sebulan ini tidak ada artinya buat kamu. Aku berusaha tenang tapi rasa sakit ini terus saja menyerang diriku, menusuk dan menyayat hatiku. Begitu sakit, perih dan sesak rasanya. Kubiarkan airmata ini mengalir dan aku berteriak sendiri didalam mobil. Semua menjadi gelap dan tiba tiba badanku menjadi panas, kepalaku menjadi ringan. Aku mulai menjalankan mobilku lebih lambat, aku tidak ingin terjadi sesuatu yang lebih parah. Aku sudah keluar dari Porong dan aku mengarahkan mobilku ke Malang. Aku ingin menenangkan diriku dan meredam rasa sakit ini. Rasanya aku tidak kuat menanggung rasa ini dan aku tidak tahu harus berbagi dengan siapa.

Aku memutuskan untuk tinggal di Batu –Malang. Begitu selesai check in dan masuk ke kamar, aku langsung menangis sepuasnya. Kutumpahkan semua rasa yang menyesakan ini. Aku tidak tahu sudah berapa lama aku tertidur ketika bangun hari sudah gelap. Ternyata sudah jam dua malam dan aku belum makan mulai siang tadi. Entah kenapa aku tidak merasa lapar sama sekali. Tubuhku serasa ringan melayang dan aku juga merasa kalo tubuhku panas sekali. Aku berusaha memejamkan mata, tapi bayangan wajah Vina yang berciuman dengan perempuan itu terus muncul dan tampak jelas sekali. Dan itu membuatku menangis kembali dan sakit itu kembali munusuk hatiku. Perutku langsung menjadi mual dan entah kenapa aku jadi pengen muntah. Aku nggak tahu ini karena rasa sakit atau karena aku belum makan. Aku segera membuat teh panas manis.

Aku duduk termenung sambil meminum tehku. Apakah kamu mengkuatirkanku Vin? Apakah kamu tahu, apa yang aku rasakan? Apakah kamu mencari cari aku sayang? Tiba tiba aku teringat dengan HP, aku membuka tasku dan ternyata HP ku mati dan aku lupa bawa chargernya. Great! Now, I’m not reachable. Biarlah aku menenangkan diriku terlebih dahulu. Aku masih tidak bisa berfikir dengan jernih dan aku tidak ingin mengambil keputusan dalam kondisi seperti ini. Aku melanjutkan tidur, badanku serasa lemas tak bertenaga. Aku terbangun ketika mendengar suara adzan dari langgar terdekat. Tiba tiba aku merasa rindu dengan Vina, biasanya aku selalu memeluk dia dalam dekapanku. Apakah kamu juga merindukanku sayang? Hari ini kamu tidur dimana sayang?  Apakah kamu bersama dia? Aku menjadi sangat cemburu dan kembali merasakan sakit yang menusuk. Aku merindukanmu sayang, aku menginginkanmu sayang, please, jangan tinggalkan aku. Aku kembali menangis dan meradang dengan segala rasa yang bercampur aduk.

Perutku rasanya lapar sekali, kulihat sudah jam 6 pagi. Aku mencuci mukaku, mataku kelihatan bengkak. Setelah menggosok gigi, aku turun untuk sarapan. Kulihat restoran masih sepi, aku duduk menghadap jendela yang terlihat hamparan perkebunan, udara terasa dingin dan aku tidak menggunakan jaket. Kulihat kabut masih tebal menyelimuti dan para petani sedang mempersiapkan peralatannya di kebun. Seandainya kamu ada di sini tentu menyenangkan sayang. Kenapa semua selalu kembali kepadamu dan terpusat denganmu. Aku memang benar benar mencintaimu sayang. Apakah kamu juga mencintaiku sayang?  Aku terus membayangkan Vina, sedang apa dia sekarang? Apakah kamu juga merindukanku sayang? Biasanya kalau pagi seperti ini, aku masih memeluk dia, menciumi dia dan tak jarang kami bercinta dipagi hari dan dilanjutkan mandi bersama. Aku benar benar merindukanmu sayang. Apa sebaiknya aku kembali ke Surabaya dan mendengarkan penjelasan Vina. Rasanya apa yang aku lakukan bukan hal yang gentle, lari dari masalah.

Apapun yang terjadi aku harus menghadapinya dan tidak bisa terus lari membiarkan masalah berlarut larut. Aku harus berani menghadapi kenyataan seandainya Vina tidak lagi mau jadi kekasihku. Aku juga tidak bisa memaksa dia untuk mencintaiku meskipun itu akan sangat menyakitkan buatku. Aku harus bisa menghadapi kenyataan apapun yang terjadi. Kalau dia tidak menginginkanku, apakah aku masih akan bekerja dengan perusahaan dia? Aku tidak mungkin bersama dia setiap hari tanpa mempunyai keinginan menyentuhnya. Aku masih ingat bagaimana ketika sedang lembur berdua di kantor. Ketika semua karyawan sudah pulang tinggal kami berdua. Entah darimana datangnya ketika dia sedang disampingku menerangkan sesuatu, tanganku menjadi jahil dan mengelus ngelus ujung putingnya. Lama lama dia jadi tidak tahan dan menciumku dengan bergairah. Kamipun bercinta dengan menggila diatas kursi kantor sampai badan jadi pegel semua. Sudah banyak kenangan indah yang telah kami lalui meskipun hubungan kami belum seumur jagung.

¹¹¹¹¹

Ini memang salahku tidak pernah menceritakan hubunganku dengan Nancy kepada Jean. Karena aku terlalu terbuai dengan cinta Jean dan aku tidak ingin merusak suasana dengan ceirtaku. Tapi sekarang malah jadi fatal akibatnya. Aku juga bersalah tidak segera memutuskan hubungan yang menggantung dengan Nancy. Oh, Jean dimanakah kamu? Kemana kamu sayang, tidak tahukah kamu aku mengkuatirkanmu. Tiba-tiba aku dapat merasakan betapa aku mencintai Jean dan aku begitu takut kehilangan dia. Takut kehilangan cintanya yang begitu lembut dan dalam. Aku baru merasa artinya sebuah cinta dan aku baru merasa betapa dia sangat berarti buatku. Aku belum pernah merasa takut kehilangan seseorang seperti sekarang ini. aku merasakan rasa yang aneh dihatiku ada rasa sakit, perih dan cemas. Airmataku meleleh tak terbendung, aku menangisi kebodohanku dan ketakutanku akan kehilangan Jean. Bagaiamana kalau dia tidak mau memaafkan kesalahanku.

Ini sudah jam 12 malam dan dia belum juga menampakan dirinya. Aku mencoba berkali kali telpon HP nya tapi tidak pernah aktif. Aku juga menghubungi keluarganya di Malang tapi mereka mengatakan Jean tidak kesana, dan telponku malah membuat mereka kuatir sampai aku harus menjelaskan kalau tidak ada apa apa. Aku meringkuk di sofa apartemen Jean dan terus berharap dia akan segera datang. Kenapa aku begitu bodoh tidak mengelak ketika Nancy menciumku. Aku masih ingat wajah kaget dan terluka dari Jean. Dia langsung pergi begitu saja dan meninggalkan BB pemberianku. Apakah dia benar benar marah denganku. Bagaimana kalau Andy sampai tahu tentu dia akan marah juga denganku. Jean, aku mencintaimu dan aku sekarang benar benar takut kehilangan dirimu. Please, pulanglah Jean! I’m really miss you. Aku ingin selalu bersamamu Jean, aku ingin melalui hari hari bersamamu.

Aku terbangun ketika mendengar suara HP ku berbunyi. Aku segera mengangkatnya ternyata hanya salah sambung. Kulihat sudah jam 6 pagi dan Jean masih juga belum pulang.  Badanku serasa melayang, ada yang hilang dalam diriku. Aku seperti manusia yang tidak utuh. Jiwaku serasa kosong karena kepergian Jean. Apakah ini yang dinamakan belahan jiwa. Aku merasakan kekosongan dalam diriku, semua serasa hampa. Aku duduk terdiam dan terus memikirkan keberadaan Jean. Aku ingin memelukmu sayang, memelukmu erat erat agar kamu tidak pergi lagi. Aku juga ingin berada dalam dekapanmu sayang. Sebaiknya aku sms kantor aja, kalau hari ini aku nggak ke kantor. Rasanya aku malas sekali dan aku pasti nggak bisa konsentrasi mengerjakan tugas. Aku jadi malas melakukan apapun, aku masih mengenakan pakaian kantor kemarin. Aku kembali merebahkan diriku ke sofa dan berdiam diri, memikirkan Jean.

Sudah hampir jam sebelas dan aku masih malas beranjak dari sofa. Aku juga malas makan atau mandi. Aku rasanya tidak lapar dan tidak ingin beranjak dari sofa. Aku takut kalau aku pergi Jean datang dan aku tidak mengetahuinya.  Lalu kudengar suara kunci pintu, aku buru buru berdiri dan membuka pintu. Kulihat Jean berdiri di depanku. Aku menarik lengannya masuk dan langsung saja, aku menabrak, memeluknya dan menangis di dalam pelukkannya. Pertama aku merasakan dia diam membeku lalu memelukku dan mencium kepalaku. Lalu memelukku erat-erat.
             
“Maafkan, aku Jean! Aku sangat mencintaimu, Jangan tinggalkan aku Jean kataku sambil menangis sejadi jadinya. Ada perasaan lega Jean telah kembali. “Sudah jangan menangis, kalau kamu menangis aku jadi sedih” kata Jean yang ternyata juga menangis.

Dia menantapku, menghapus airmataku, mencium mataku, wajahku, bibirku. Aku merasakan ciuman yang hangat penuh kerinduan dan cinta. Lalu dia menggandeng tangaku ke kamar tidur. Dia melepasi pakaianku dan dia juga melepasi pakaiannya. Kami berpelukkan erat sekali meleburkan semua rasa yang semalaman mengganggu kami berdua. Dia menciumku dengan penuh perasaan, meyalurkan semua rasa dan kamipun bercinta dengan perasaan yang memuncak. Kami tidur berpelukan dengan rapat sekali dan terbangun beberapa jam kemudian karena sama sama merasa lapar. Vina langsung memesan makanan delivery.
           
“Jean, maafkan aku ya. Aku selama ini tidak pernah menceritakan ke kamu tentang Nancy” jelasku.

Kulihat Jean diam saja berusaha mendengar semua penjelasanku. Dia masih memelukku dengan erat. Akhirnya aku menceritakan semua hubunganku dengan Nancy, dan siapa sebenarnya Nancy dan dimana aku bertemu dengan dia.

            “Aku harap kamu nggak marah Jean kataku
“Aku waktu itu shock dan seperti dibanting melihat kamu ciuman” jawab Jean  “Hatiku rasanya hancur dan aku nggak tahu harus bagaimana, tiba tiba semua menjadi gelap” lanjut Jean dengan berkaca kaca.
Akupun merasakan hal yang sama Jean, aku nggak tahu harus mencari kamu dimana? Hatiku langsung menjadi kosong dan hampa. Aku takut sekali kehilangan kamu Jean. Aku sangat mencintaimu Jean dan kamu sangat berarti  bagi hidupku” kataku dengan menangis.
“Oh, sayangku, betapa bahagia aku mendengar semua ini, kemarin aku sampai berpikir kamu tidak mencintaiku dan hanya mempermainkan perasaanku saja. Sekarang aku merasa lega tahu apa yang kamu rasakan” kata Jean dengan menciumku penuh perasaan.

Kami berdua bangun dari tempat tidur ketika makanan yang kami pesan telah datang. Aku mengajak Jean untuk mandi bersama sebelum makan. Senang rasanya bisa kembali bersama Jean dan merasakan hari hari bersama lagi.

äääää

Aku merasa bahagia sekali, terbangun dan Vina masih ada dalam pelukkanku. Kemarin adalah hari yang paling melelahkan buatku. Aku belum pernah merasakan goncangan yang begitu hebat seperti kemarin. Dan sekarang aku benar benar merasa lega dan plong. Semua telah selesai dan Vina memang mencintaiku. Tiba tiba aku teringat dengan cincin yang aku beli. Mungkin sebaiknya aku segera memberikan ke Vina tidak perlu menunggu Valentine. Karena saat ini lebih penting dan aku ingin segera melamarnya menjadi pasanganku selamanya. Nanti malam aku akan mengajaknya makan malam dan melamarnya. Aku jadi bersemangat dengan rencanku sendiri.
           
            Pagi Kekasihku” kataku sambil mencium Vina ketika dia mulai bergerak   bangun.

Kulihat dia tersenyum meskipun matanya masih terpejam dan makin merapatkan pelukannya dan membenamkan wajahnya ke dadaku. Rupanya dia masih belum ingin bangun dan kudengar dengkur halusnya. Akupun melanjutkan tidurku. Kami berdua terbangun ketika hari sudah mulai beranjak siang. Setelah mandi bersama, kami berangkat ke kantor.

Sesampai di kantor aku langsung mengecek email-emailku. Baru dua hari aku nggak ke kantor, email yang harus dijawab begitu banyak. Aku membaca satu persatu dan membalasnya. Tiba tiba aku teringat dengan rencanaku nanti malam. Sebaiknya aku minta tolong Linda untuk men-set makan malam di apartemen saja. Aku memanggil Linda masuk ke ruanganku. Aku tahu Linda juga seorang L dan dia bisa dipercaya. Aku menginstruksikan rencanaku ke Linda dan semua detail yang aku inginkan. Aku bilang jam tujuh malam semua harus sudah siap dan tepat. Dia juga kelihatan senang dengan perintahku.

Aku berusaha untuk fokus dengan pekerjaanku meskipun hatiku berdebar debar memikirkan rencanaku nanti malam. Kira kira apa yang harus aku ucapkan ya? Begitu banyak skenario di kepalaku dan itu membuatku jadi senyum senyum sendiri dan tidak sadar kalau Vina sudah di depanku.

            “Hayo, mikir apa kok senyum-senyum!” tanya Vina sambil menciumku.
            “Mikirin kamu sayang” jawabku membalas ciumannya
            “Ada apa sayang?tanyaku.
            “Nggak ada apa apa cuma kangen kamu aja” jawabnya manja.
            “Senangnya, aku dikangeni kamu” jawabku dan memeluk dia.

Lalu kami membicarakan pekerjaan dan rancangan iklan yang tayang di media cetak dan televisi. Aku senang semua sudah kembali normal seperti biasa. Dan keinginanku untuk melamar dia jadi pasanganku selamanya makin kuat. Aku tahu bahwa hubungan kami tidak mungkin sah secara hukum dan segala sesuatu bisa terjadi. Tetapi setidaknya ada kepuasan tersendiri dan rasa yang menyenangkan bisa memberikan cincin sebagai simbol ikatan cinta dan hubungan kami berdua.

Kesibukan kerja di kantor membuat tak terasa, apalagi Vina di sebelahku membuatku jadi bersemangat dan tak terasa sudah hampir jam tujuh malam. Linda SMS kalau semua sudah siap. Aku mengajak Vina pulang.
           
“Yuk, kita balik aja!ajakku
            “Tumben, kok sudah ngajak pulang?tanyanya heran.
“Iya kemarin khan kita lelah dan kurang tidur” kataku menarik tangannya untuk berdiri dan memeluku pinggangnya dan mencium bibirnya dengan mesra.

Vina tidak dapat menolak ajakkanku dia langsung membereskan file-file dan laptopnya lalu balik ke ruangannya mengambil barang barangnya. Akupun segera membereskan barang-barangku dan Linda masuk mengembalikan kunci apartemenku.
           
“Semua sudah beres Bu” katanya sambil senyum-senyum.
            “Makasih ya Linda kataku.

Aku segera keluar ruanganku dan menjemput Vina di ruangannya. Aku lihat dia masih telpon dengan seseorang. Aku menunggu dia berdiri di dekat pintu sambil tetap memegang pintu.
           
Sori, pak Richard marketing MNNC tanya jadwal iklan kita” kata Vina menerangkan.

Aku hanya mengangguk dan menggandeng dia keluar dari kantor menuju lift. Kami menyusuri pertokoan di TP yang terlihat tidak terlalu ramai, mungkin karena di luar sedang hujan jadi orang malas keluar. Aku sudah berdebar-debar ketika jalan menuju apartemen. Aku pengen memberi surprise buat Vina.

Ketika membuka pintu apartemen dan menyilahkan Vina masuk. Dia kaget sekali ketika di meja sudah tersedia makan malam, wine, lilin dan bunga diatas meja. Aku akui linda memang bisa diandalkan untuk mengatur semuanya.
           
“Wah.. ada acara apa ini?tanya Vina berbinar-binar.

Aku segera menarik kursi dan menyuruh Vina duduk, aku menyalakan musik yang romantis. Aku membuka botol wine dan menuangkannya di dalam gelas.

            “Cheers... for our love” kataku sambil mengangkat gelas.
            For our love and our future” jawabnya.

Aku segera mengajaknya makan sebelum memberikan cincinnya. Ketika hampir selesai aku ke kamar mengmabil cincin di dalam lemari pakaian. Vina belum sempat bertanya, aku mengambil kursi dan duduk disampingnya, mengeluarkan cincin bermata berlian.

“Vina Atmaja, maukah kamu jadi kekasihku selamanya sampai maut memisahkan kita berdua? tanyaku dan menatapnya menunggu jawabannya.
            “Oh, Jean.. Yes, I do” katanya dan langsung memeluk diriku.
            “Makasih sayang, kamu sungguh membuat diriku bahagia” lanjutnya.

Aku memasukan cincin ketangan Vina, dan Vina memasukkan cincin ke jariku.

“Jean Kusuma, maukah kamu selalu mendampingiku dalam keadaan sehat, sakit, sedih, bahagia, miskin dan kaya sampai mau memisahkan kita, sampai kita menua bersama?tanya Vina.
“Yes, I do my love. Kita memang tidak bisa menikah secara resmi tetapi aku berjanji setia hanya kepadamu dan akan selalu mencintaimu, menjagamu dan membahagiakan lebih dari ikatan resmi apapun” jawabku.

Kami berdua berpelukkan dengan perasaan bahagia yang tak terkira, diam diam dalam hati aku berdoa.

“Tuhan terima kasih untuk semua yang telah kau berikan kepadu, jagalah cinta kami berdua dan jauhkan kami berdua dari segala macam cobaan. Ijinkanlah kami selalu memelihara cinta yang telah Kau berikan kepada kami. Amin”

©©©©©

9 comments:

  1. akhirnya aku selesai jg bacanya kak....weleh²...bagus bgt....seneng akhirnya happy ending....hehehe....

    di tunggu karya² berikutnya ya kak...GBU...^__^

    'Susan Adeline'

    ReplyDelete
  2. wow,,, kisah nyata ato fiksi ni?

    ReplyDelete
  3. Waah, agak kaku ya, terutama yang pas one night stand sama bule. Have you been with one, dear? Nyaris semua yang ditulis rada ga match, ya? Mulai dari deskripsi kultur, bahasa percakapan, gaya hidup/kebiasaan. Mungkin ada baiknya riser dulu sebelum menulis fiksi? But keep on writing. Aku baca terus lho. Salam kenal,
    Carmen

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih masukan dan feedbacknya dan sudah menyempatkan diri membaca....

      Delete
  4. ide cerita yg bagus...,hampir mirip novel alurx, wlpn q gk tllu paham ma dunia tulis-mnulis
    smangat y kk

    salam kenal,
    thesia

    ReplyDelete