Ketika
jauh darimu begitu banyak yang ingin kuceritakan bila bertemu. Tetapi ketika bertemu seperti ini aku hanya
bisa menantapmu. Semua kataku seakan
hilang entah kemana. Aku hanya ingin menatapmu, menikmati wajahmu yang penuh
keindahan dan meremkamnya dalam ingatanku agar nanti bila kita berpisah aku
mempunyai kenangan indah bersamamu.
Malam ini aku ingin mengajaknya makan staek di American Grill. Aku
melihatnya berdandan, memandanginya dengan perasaan penuh kebahagian.
“Apaan sih kok ngeliatin gitu”Kata Lia sambil
mendekatiku.
Aku yang
sedang duduk di pinggir ranjang langsung meraih pinggangnya. Aku menikmati
ciumannya yang mesra di wajahku. Aku selalu menikmati setiap sentuhannya dan
ciumannya.
“Masak
ada pemandangan yang indah dilewatkan begitu saja”Kataku sambil memeluk
tubuhnya dan membenamkan wajahku ke dalam pelukkannya.
Aku
merasakan kehangatan tubuhnya dan aku langsung menarik tubuhnya ke atas
ranjang. kami berciuman dengan penuh kerinduan dan perasaan cinta yang tidak pernah
habis.
“Sayang, kita kalau bermesraan terus seperti
ini bisa batal makan malam”kataku sambil membelai wajahnya dengan rasa sayang.
“Ihh.. khan kamu tadi yang menarik aku ke atas
ranjang”Katanya. “Nakal”Katanya sambil mengetok keningku dengan mimic yang
lucu.
Mimic
yang selalu aku ingat dan selalu membuatku tersenyum sendiri. Kulihat dia
berdiri dan mengambil kaos hitam lengan panjang. Dia terlihat seksi dan
sekaligus elegan, bentuk tubuhnya terlihat dan kaos leher v kelihatan cocok
buat dia. Aku sendiri memakai baju hem lengan panjang dan aku gulung lengannya.
Aku menatap wajahku dan merapikan pakaianku. Aku melihat dia sedang
memperhatikan diriku dan membantu merapikan pakaianku.
“Sudah, cakep kok!
Aku
hanya tersenyum dan merasa senang dengan pujiannya karena dia jarang sekali
mengucapkan pujian atau mengekspresikan perasaannya secara langsung. Aku hanya
dapat melihat tatapan cinta dimatanya yang indah. Mata itu yang membuatku
terpesona dan jatuh cinta untuk pertama kalinya.
Aku
masih ingat dua tahun yang lalu ketika mengahadiri sebuah diskusi yang diadakan
oleh komunitas LGBT di sebuah café. Aku yang kebetulan berada di Jakarta untuk
urusan pekerjaan diajak seorang teman L untuk ikut diskusi. Aku ingat waktu itu
dia datang terlambat. Dia menggunakan kemeja cewek lengan ¾ warna cokelat dan
celana jeans. Aku tidak tahu apa yang menarik dari dirinya sehingga menyedot
perhatianku. Aku melihat, dia mengedarkan pandangannya mencari tempat duduk.
Entah kenapa dengan sigap aku memberi isyarat dia untuk duduk disebelahku. Dia
melihat isyaratku dan tersenyum menghampiriku. “makasih”Bisiknya. Aku hanya
tersenyum “Anytime”jawabku.
Dia
sendiri datang bersama seorang butchie. Aku tidak tahu itu pacarnya atau bukan.
Aku tidak tahu kenapa ketika dia duduk disebelahku ada perasaan yang beda. Perasaan
yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Perasaan senang, nyaman berada
didekatnya dan ada getaran dalam hatiku yang belum pernah kurasakan selama ini.
Aku memperhatikan wajahnya dari samping. Wajahnya standart perempuan Indonesia
tetapi ada sesuatu yang menarik dari dirinya. Aku menyimak komentarnya yang terdengar
kalau dia orang yang cerdas. Ketika dia menoleh dan pandangan mata kami
bertemu, aku melihat dia tersipu dan menunduk yang membuatku semakin tertarik
dengannya. Aku ingin sekali berkenalan dengan dia dan mengajaknya berbicara. Akhirnya
aku bisa mengobrol secara berbisik, mengomentari diskusi yang berlangsung.
“Sori, kita belum berkenalan ya!Kataku sambil
mengulurkan tangan “Novi!
Dia membalas uluran tanganku dan tersenyum
dengan gayanya yang malu-malu “Lia”
“Dari organisasi mana?Tanyanya
“Bukan dari organisasi tapi dari Jogja”Jawabku
sambil berbisik
Lalu dia menoleh dan menatap “Aku juga dari
Jogja tapi kerja di Jakarta!” “Jogja ne ngendi?Tanyanya langsung dengan bahasa
jawa.
“Jalan Magelang. Kamu sendiri dimana?
“Dekat jalan A.Dahlan”
“Wah, ra ngiro yo podho-podho wong yogja ketemune neng Jakarta”
kataku.
“He eh”
Kami
berdua baru sadar kalau diskusi sudah selesai dan orang-orang mulai berdiri dan
meninggalkan tempat duduknya.
“Lia,
boleh aku minta nomer HP mu?
“Boleh”Jawabnya. Lalu kami bertukar nomer HP
juga email dan Facebook.
“Kamu
nginep dimana?”Tanyanya
“Di daerah Kemang”
“Pulang Kapan?
“Besok, melu mulih po ora?
Dia
hanya tersenyum, rasanya kami berdua enggan berpisah dan masih ingin mengobrol
lebih lama. Kulihat teman butchienya sudah mendekat kearah kita.
“Pacarmu ya?Tiba-tiba aku bertanya tanpa sadar.
“Bukan, teman”Jawabnya.
“Mau pulang sekarang nggak?Tanya temannya itu
tanpa memperhatikan aku yang berada disamping Lia. Aku lihat Lia agak merasa
terganggu dengan cara temannya itu bertanya.
“Aku pulang sendiri aja!”Jawabnya
“Yakin, sudah malam lho”Tanyanya memastikan
sambil melihat aku sekilas. Aku dapat merasakan rasa tidak suka ditatapannya.
“Iya, nanti aku bisa naik taksi”Jawab Lia
mantab.
“Ya, udah aku balik dulu”Jawabnya sambil
ngeloyor pergi dan tidak berpamitan.
Aku merasa senang dengan kepergian dia dan aku
merasa kalau Lia masih ingin bersamaku. Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan
ini.
“Bagaimana kalau kita pindah café don
ngobrol?”Ajakku
“Boleh”Jawabnya dengan cepat.
Aku
memilih café yang tidak terlalu berisik sehingga bisa ngbrol dengan leluasa.
Kami memilih tempat yang agak sepi dan nyaman. Aku memesan hot chocolate dan
dia juga memilih minuman yang sama. Aku juga memesan sandwich dan kentang
goreng.
“Kamu aktivis ya?Tanyaku ingin tahu
“Bukan, aku kerja sebagai accounting. Tapi
sering ikut kegiatan teman-teman aktivis. Kamu sendiri kerja apa?Tanya Lia
“O…. Aku pedagang keliling”Jawabku
“Jualan Dawet?” kok nggak dibawa
pikulannya?Tanyanya dengan mimic menggoda.
“Iya, tadi mau jualan didepan café tapi diusir
sama satpamnya”Jawabku dengan wajah serius dan dengan logat banyumas.
Dia
langsung tertawa terbahak-bahak. Aku senang sekali melihat dia tertawa. Karena
matanya juga ikut tertawa.
“Habis kamu bilangnya pedagang sih, seperti
pedagang siomay, ato mie ayam aja”
“lho, khan betul pedagang karena aku memang
berdagang atau berjualan. Buktinya sampe ada menteri perdagangan khan!”
“oh, iya ya.. baiklah kamu berdagang
apa?Tanyanya kembali
“Batik”
“Ih, kamu kayak mas karyo aja jualan
batik”Katanya menggoda aku.
“Nggak keren ya?Tanyaku dengan memasang wajah
sedih dan aku melihat mukanya langsung berubah.
“Maaf kalau bercandaku keterlaluan”Katanya
dengan rasa bersalah
“hahahahaha”Kena kamu ya!Kataku sambil tertawa.
Dan dia langsung memukulku.
“Ihh, kamu nakal ya ternyata”
Kamipun
tertawa bersama. Aku merasa dia mulai nyaman berada di dekatku. aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk mengenalnya lebih dekat.
“Kamu dulu SMA berapa?Tanyaku
“SMA negeri 1”
“Lho kok sama! Angkatan tahun berapa?Tanyaku
semakin bersemangat. “aku angkatan tahun 95”
“Aku angkatan 99”Jawabnya
“Berarti kamu adik kelasku ya, aku lulus kamu
baru masuk SMA. Wah..coba kalau kita beda satu atau dua tahun pasti sudah
aku…”tiba-tiba aku menghentikan kata-kataku dan tersadar kalau kami baru kenal.
“Sudah kamu apain?Tanyanya dengan penasaran
“hehehehe.. nggak paling ya aku godain atau aku
pacarain”jawabku dengan iseng. Kulihat mukannya langsung memerah
“Oh..jadi kamu itu si Novi yang bandel dan
jagoan basket itu ya, yang lulus dengan nilai tertinggi ya” katanya tiba-tiba
sambil melihatku dan mengarahkan telunjuknya kearahku.
“Kenalkan kalau gitu Novi Nindya Kirana”Kataku
sambil mengulurkan tanganku.
“Kenalkan Lia Mangaladita”Katnya sambil
menjabat tanganku.
Kamipun tertawa bersama-sama dan merasa ada
sesuatu kesamaan antara kami berdua.
“Berarti kamu satu angkatan dengan mas ku dong”
“Oya, siapa?
“Haryo namanya”
“O.. kenal aku, cuma beda kelas aja. Jadi kamu
adiknya Haryo! Lho berarti kamu juga adiknya Nadine dong”
“Iya, emang!
“Kok beda ya”Kataku reflek
“Iya mbakku memang lebih cantik daripada
aku”Jawabnya
“Bukan, kamu lebih menggoda”Kataku dan menatap
wajahnya yang kembali tersipu.
“Kamu itu ya memang suka ngegombal sama cewek
ya?
“hahahaha memang kenyataan kok! Ini bukan
ngegombal! Kalau aku mau ngerayu bisa lebih dahsyat dari ini”
“Oya! Coba ayo kalo bisa ngerayu aku
sekarang”Tantangnya
“Kamu mau dirayu pake model apa? Pake tembang,
puisi, ato apa?Tantangku
“pake tembang”Jawabnya langsung
“Bentar aku mikir dulu”
“Ayo cepet… katanya pinter ngerayu kok nggak
bisa”katanya mengganggu konsentrasiku
“Iya, jangan diganggu jadi nggak bisa mikir
nih”Kataku sambil mengeluarkan buku kecilku dan bolpoint.
sarujuk kang ateges yen wis jumbuh
sarujuk njur digathukake antarane lia lan novi
sing pada nduweni rasa tresna mau,
ing pangangkah supaya bisaa urip bebrayan
Muka Lia
makin memerah ketika selesai membaca tulisanku. Aku benar-benar menikmati
pemandangan yang indah ini.
“Ternyata kamu memang bisa dan pintar
ya!Jawabnya dan menyimpan tulisanku ke dalam dompetnya.
Hatiku
jadi berbunga-bunga melihat tulisanku disimpanya dalam dompet. Apakah ini
pertanda dia suka denganku. Aku melihat jam sudah hampir pukul satu tengah
malam. Aku mulai mengkuatirkan dia.
“Lia, aku antar kamu pulang ya! Atau kamu
nginap di hotelku saja ya besok pagi baru pulang”
“Nggak apa-apa, aku pulang aja naik taksi!
“Tapi ini sudah terlalu malam! Aku agak kuatir
kalau kamu pulang sendirian. Gini aja aku antar kamu naik taksi terus aku balik
dengan taksi yang sama, gimana? Ato kalo nggak kita ngobrol aja di hotel. Ini
cafenya juga sudah mau tutup”
Akhirnya
Lia setuju untuk melanjutkan ngobrol di hotel. Kami berjalan menyusuri jalan di
kemang dan menunju hotelku.
Sesampai
di kamar, aku membuat teh untuk kami berdua dan menyalahkan televisi.
“Kamu duduk di ranjang aja nggak apa-apa. Aku
ke kamar mandi dulu ya”
“Iya”Jawabnya dan merebahkan diri diatas
ranjang.
Ketika aku keluar dari kamar mandi aku sudah
melihat dia tertidur. Aku duduk di kursi dan memandangi wajahnya yang sedang
tidur. Dia kelihatan begitu tenang ‘like
an angel’ Akupun sudah mulai mengantuk. Aku menarik selimut dan menyelimuti
tubuhnya yang masih berpakaian lengkap. Aku sendiri mengganti dengan celana
pendek dan kaos, menggosok gigi dan mematikan lampu. Aku naik pelan-pelan dan
masuk ke dalam selimut. Aku tidak ingin dia terbangun. Aku senang sekali bisa
tidur bersamanya, mendengar dengkur halusnya. Dia membalikkan badanya dan
menghadap kediriku. Aku memandangi dia yang sedang terlelap. ‘Selamat tidur sayang’ aku ingin
membelai wajahnya tetapi aku takut nanti dia terbangun. Aku memejamkan mataku
dengan perasaan berbunga-bunga.
*****
Aku
tidak bisa tidur dengan nyenyak dan terbangun terus karena takut terlambat ke
airport. Akhirnya jam 4 pagi aku bangun, gosok gigi dan mandi. Kulihat Lia
masih tertidur dengan nyenyak. Aku kasihan untuk membangunkannya. Aku putuskan
menulis surat buat dia.
Good morning Sleeping Beauty …
Pasti sudah bangunkan hehehe… maaf ya aku harus
meninggalkanmu sendirian di hotel. Bukan maksudku tidak sopan meninggalkanmu
tanpa pamit. Tapi aku tidak tega membangunakanmu yang sedang terlelap dan
pesawatku jam 6 pagi makanya aku buru-buru. Kamu nanti sarapan dulu aja di
hotel baru check out. Aku berharap kita bisa bertemu kembali dan terus
berhubungan.
We had a great time last night and I’m gonna
miss you.
Love
NOVI
Aku
mengambil tasku pelan-pelan dan menutup pintu dengan perlahan. Aku ke reception menyelesaikan pembayaran dan
memberitahu kalau nanti Lia yang akan chek
out. Jalanan menuju bandara masih sepi dan lengang. Hatiku masih
berbunga-bunga teringat pertemuanku dengan Lia. I think I’m in love. Aku tertidur dalam taksi dan bermimpi mencium
bibir Lia yang mungil itu. sayang mimpiku tidak berlanjut karena taksi telah berhenti
di Bandara. Aku check in di counter Garuda dan masih pukul 5 pagi.
Pasti Lia masih belum terbangun pikirku. Aku memasuki ruang tunggu dengan hati
yang ringan dan bahagia. Aku sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi. Tapi
yang aku tahu, aku menyukai Lia dan berada didekatnya membuatku jadi bergetar,
panas dingin, dan bahagia sekaligus. Tadi rasanya berat sekali harus
meninggalkan dia sendirian di kamar. Kalau hari ini aku tidak ketemu dengan
klien pasti aku sudah akan membatalkan penerbanganku. Lebih baik aku beli tiket
baru dan bisa menghabiskan waktu dengan Lia. Tetapi aku sudah tidak mungkin
membatalkan meeting dengan calon
pembeli batik dari Belanda.
Kenapa
aku seperti ini ya, rasanya aku belum pernah merasa seperti ini. aku memang
sering atau gampang berganti pasangan selama ini. tetapi tidak ada satupun yang
bisa membuatku bergetar dan nyaman berada didekatnya. Apa dia juga merasakan
hal yang sama? Apakah dia sudah mempunyai pasangan? Kalau dia mempunyai
pasangan tentu dia tidak akan menginap denganku semalam dan tentu pasangannya
akan mencarinya. Memang kemarin dia terlihat sms dengan seseorang. Apakah dia
memberitahu kalau dia tidak pulang. Atau pasangannya berada di luar kota. Aku
kemarin ingin sekali bertanya apakah dia punya pasangan atau tidak. Tapi aku
merasa terlalu buru-buru kalau bertanya seperti itu dupertemuan pertama.
Sebaiknya aku pelan-pelan sajaa, nanti dia malah takut dengan aku. Kalau jodoh
takkan lari kemana.
******
Kami
memasuki American Grill, masih banyak tempat yang kosong hanya tiga meja yang
terisi. Pelayan segera memberikan menu kepada kami. Aku memilih sirloin dengan mass potato sedangkan Lia memilih
sirloin dengan bake potato. Aku juga
memesan red wine untuk berdua dan lemon squash. Setelah memesan makanan
kami mengambil dessert, Lia mengambil
bubur dan aku mengambil buah markisa. Aku tidak mengambil lainnya karena takut
nanti terlalu kenyang dan tidak bisa menikmati steak. Aku bercerita kalau dapat
undangan untuk ikut pameran Batik di Belanda.
“Kamu mau ikut ke Belanda nggak?Tanyaku
“Kapan?
“2 bulan lagi. Nanti kita bisa jalan-jalan ke
Paris kalau kamu mau. Kita bisa ciuman di depan Menara Eifel”
“Wah..aku harus cek tabunganku dulu ya”
“Cintaku, aku khan yang ajak kamu berarti aku
khan sudah menyiapkan semuanya”
“Kamu itu ya, jangan boros! Kita itu memang
pasangan tetapi aku tidak mau kalau kamu harus membiayai semuanya. Aku ingin
kita tanggung bersama”
“Iya,
cintaku tapi kamu khan lagi nabung pengen beli mobil”
Tiba-tiba dia berteriak pelan “ada tikus! Kok
restoran mahal ada tikusnya ya”
“iya ya.. Tikusnya keluar dari kamar mandi tadi
ya”
“wah, untung steaknya sudah habis kalau nggak
khan bisa males makan”
“Ini kalo di luar negeri sudah ditutup”
“Iya”
“Jadi gimana cintaku?
“Apanya? Tikusnya?
“ihh.. kamu ini ya menggemaskan! Ke
Belandanya!”
“Oh…”
“Ihh, kamu nanti aku kerjain disini lho”Kataku
gemas
“Nggak mau ah! Ada tikusnya”
Aku langsung ngakak mendengar komentarnya yang
spontan, lucu dan tanpa ekspresi itu.
“Jadi kalo nggak ada tikusnya mau?
“Mau”Jawabnya
“Yuk kita pulang aja lebih baik aku bercinta di
rumah aja daripada di sini”
“kamu kalo sudah gitu semangat deh,
nakal!Katanya sambil mengetok keningku seperti biasa.
Aku
memandang wajahnya yang masih asyik makan ice cream. Ada perasaan hangat bila
memandang wajahnya, perasaa sayang dan cinta yang mengalir keseluruh aliran
tubuhku. Wajah ini yang selalu menguatkanku bila aku sedang gelisah. Dia yang
selalu mengerti bagaimana menghadapi perasaanku yang sering naik turun. Dia
selalu tahu bagaimana menenangkan aku bila aku sedang cemburu. Aku sebetulnya
tidak suka hubungan jarak jauh atao LDR. Karena aku tahu bagaimana diriku yang
sering tidak dapat menahan rindu. Aku takut kalau menjadi posesif. Selama ini
kalau berelasi aku jarang mau melibatkan seluruh perasaanku. Aku tidak ingin
terlalu mencintai pasanganku dan membiarkan pasanganku yang lebih mencintaiku.
Aku masih ingat pertama kali berelasi dengan
perempuan. Waktu itu aku sudah tahu kalau aku lesbian dan sangat ingin sekali
mempunyai pacar. Ternyata teman baikku juga seorang lesbian dan ketika aku
ulang tahun kami berciuman. Itu adalah ciuman pertamaku yang katanya, aku cukup
pintar berciuman meskipun belum pernah. Dari ciuman sampai akhirnya kami
bercinta dan memutuskan tinggal bersama. Selain itu bisa menghemat biaya hidup
sekolah di Luar negeri. Ternyata dia seorang player, meskipun kami tinggal
bersama dan bercinta tiap hari. Tidak menghentikan dia untuk berkencan dengan
orang lain. akhirnya hubungan kami hanya bertahan satu tahun saja. Yang
membuatku marah adalah ketika dia mengatakan tidak pernah mencintaiku dan hanya
suka saja. Sejak itu aku jadi cenderung untuk have fun dan tidak ingin berelasi dengan siapapun. Aku tidak mengijinkan
hatiku untuk jatuh cinta. Aku menjalani kehidupan cintaku dengan datar, ketika
pasanganku mulai menuntut macam-macam dengan gampangnya aku meninggalkan dia
begitu saja. Begitu setrusnya sampai aku
lulus kuliah di Belanda dan pulang ke Indonesia.
Di
Indonesia aku mulai berpikir lebih serius tentang hidupku. Aku mulai terjun ke
perusahaan keluarga yang sudah diwariskan secara turun temurun. Di Belanda aku
sekolah desain textile dan aku mulai merancang desain batik sendiri. Kakakku
yang cowok sudah mempunyai pabrik batik sendiri sedangkan kakakku yang cewek
menikah dengan orang perancis dan tinggal di sana. Aku ingin membuka butik
batik yang semuanya didesain sesuai keinginan dan dibuat terbatas. Usaha
keluarga kami mensuplai keperluan batik untuk keluarga Sultan dan itu sudah
dilakukan secara turun temurun. Kakek buyutku Bupati di Imogiri entah sudah
dari berapa generasi. Dan Bupati terakhir adalah Kakek Romo setelah itu Paman
dan keponakan Romo karena situasi politik juga berubah. Tetapi usaha batik
keluarga kami terus berjalan dan semakin besar. Romo juga kuliah di Belanda mengambil
jurusan mesin dan ketika pulang membangun pabrik texitle.
Sudah
banyak perempuan yang datang dan pergi dalam hidupku. Ada yang memang
mencintaiku, ada pula yang hanya ingin uangku, ada juga yang hanya ingin
tubuhku. Sampai gara-gara perempuan aku pernah di Sidang oleh Romo dan ibu ku. Perempuan
itu mengadu ke asisten romo kalau aku telah mempermainkan dirinya. Kalau aku
itu seorang lesbian. Anik namanya, dia marah karena aku tidak mau menjadikannya
pacar. Dia salah satu model yang aku sewa untuk pemotretan busana batik
desainku. Dia menggodaku dan kami memang sempat berciuman. Hanya itu tidak
lebih dan tidak kurang. Memang waktu itu dia mengajakku bercinta dan aku tidak
mau. Aku mendengar kalau dia bekas siapa saja laki-laki dan perempuan yang penting
punya uang. Aku juga tahu kalau dia ingin menjadi pacarku. Tetapi aku sama
sekali tidak tertarik dengannya.
Aku
kaget sekali ketika diberitahu si mbok pengasuhku sejak aku bayi. Dan benar
besoknya aku langsung dipanggil menghadap romo ku. Terus terang waktu itu aku
takut sekali dan sudah siap untuk keluar atau dicoret dari silsilah keluarga.
Masih jelas kata-kata Romo waktu itu, “Romo tahu kamu suka perempuan” mendengar
itu duniaku serasa bergetar hebat, aku hanya menunduk sambil meredam detak
jantungku, keringatku langsung keluar padahal AC di ruang tengah sedang
menyala. Tapi tangan dan kakiku menjadi sedingin es. Aku menunggu kelanjutan
pembicaraan romo.
“Kamu
itu seperti pamanmu Harwib yang suka laki-laki. Awas kalau kamu suka bawa
pulang perempuan sembarangan kayak pamanmu yang bawa tukang becak, tukang mie!
Bikin malu saja”
“Mboten romo” kataku yang sebetulnya pengen
ketawa karena senang. Apakah ini tandanya Romo tidak melarang aku.
“Tetep diinget bibit bebet lan bobot! Jangan
dengan perempuan yang nggak jelas, nduk! Kamu itu masih keturunan bangsawan.
Meskipun kita sudah tidak terlalu mengutamakan itu lagi tapi tradisi itu tetap
harus dijaga baik-baik”Lanjut Romo kembali.
“Njeh, Romo”Jawabku dengan sopan. Aku hanya
mengiyakan apa yang dikatakan Romo ku tanpa berani membantah sedikitpun.
Sejak
itu aku semakin hati-hati dalam berelasi. Aku tidak pernah mengajak pulang
perempuan manapun. Semua hubungan seperti tanpa status. Semua orang mengira aku
ini pemilih atau ada yang mengatakan aku suka mempermainkan perasaan perempuan
atau ada yang mengatakan aku suka membuat perempuan patah hati. Aku sendiri tidak tahu kenapa aku membiarkan
hatiku jatuh cinta dengan Lia. Semua pantangan yang aku buat, aku langgar semua
dan aku benar-benar pasrah dengan perasaanku, dengan hatiku dan aku membiarkan
diriku terbuai alunan cinta yang kadang begitu lembut, kadang menghentak dan
kadang juga memilukan. Semua perasaan itu menjadi satu dan indah.
“Kamu kok jadi melamun sayang?
“Nggak aku memandangi kamu kok”
“Nih, wine nya dihabiskan”Katanya sambil
menyodorkan gelas wine kearahku.
“Yuk kita balik”
Kami
mencegat taksi menuju Apartemen Lia. Hujan mulai turun perlahan-lahan. Untung
kami sudah di dalam taksi. Aku menggenggam tangan lia dan menciumnya. Seperti
biasa Lia selalu takut-takut kalau sopir taksi melihat kelakuanku dan dia
membelalakan matanya memarahiku. Aku
hanya tersenyum dan pura-pura mau mencium dia.
“hush”Katanya.
“Kamu pikir aku ayam”Bisikku
Dia hanya tersenyum dan berkata “Nakal”
Pembicaraan
kami berhenti ketika sudah memasuki lobby Apartemen. Aku membayar uang taksi
dan berjalan menyusuri lorong apartemen. Sesampai di kamar aku segera memeluk
dia dan menciumnya.
“Sudah, aku mau ganti dulu”katanya sambil
mendorongku keatas ranjang.
Aku
mengganti pakaianku dan melihat dia sedang membersihkan wajahnya. Aku selalu
menunggui dia membersihkan wajah dan menikmati pemandangan itu. Aku berdiri dan
memeluknya dari belakang. Aku menciumi tengkuk dan lehernya. Dia membalikkan
badan dan membersihkan wajahku. Dia paling suka membersihkan wajahku dan kadang
mengoperasi jerawatku. Sampai konsentrasiku untuk mengganggu dia jadi hilang.
Dia mengambil obat jerawat dan mengoleskannya ke wajahku. Aku menikmati
perhatiannya dan merasa bahagia sekali.
Aku
buru-buru menggosok gigi ketika melihat dia sudah siap diatas ranjang. Dia
sudah masuk ke dalam selimut dan menonton TV ketika aku selesai. Aku segera
masuk ke dalam selimut dan merengkuh dia dalam pelukkanku.
“Duh cantiknya pacarku”kataku sambil mencium
wajahnya.
“Apaan sih, gini kok dibilang cantik! Kamu
ngeliat terlalu dekat jadi nggak jelas”
“Emang kamu cantik kok”Jawabku ngeyel
“Mbakku lebih cantik! Kok kamu dulu nggak mau
sama mbakku sih”
“Lho, emang mbakmu juga lesbian ya?Tanyaku
iseng dan menggoda dia
“Kalo mbak nia lesbian kamu mau?
“Why not, khan enak bisa dapet kakak dan
adik”Jawabku asal sambil berusaha mencium lehernya.
“Ihh, kamu ya..serakah, don juan! Nggak mau ah
sama kamu”Katanya sambil menarik selimut dan menutupi tubuhnya.
“duh..cintaku, aku khan ya nggak seperti itu.
kalau mau sama Nia, khan sudah dari SMA aku kejar dia. Kalau tahu Nia punya
adik secantik ini sudah aku pacarin dari dulu dan nggak usah repot repot”
“hahahaha gombal”Katanya dan menggigit pundakku
dengan gemas.
“Aduh sayangku, masak aku setiap habis pulang
ketemu kamu badanku biru semua nanti dikira aku pacaran sama vampire lho”
“Biarin! Biar nggak ada yang berani godain
kamu”
Aku
mencium bibirnya yang mungil, menciumi wajahnya dengan penuh kelembutan.
Rasanya aku tidak pernah bisa puas menciumi dia. Selalu saja ingin terus
menciumi dia, ingin selalu bercinta dengan dia. Aku jadi teringat film Breaking dawn, percintaan Bella dangan
Edward yang tidak pernah berhenti dan selalu membara. Begitupula aku dengan Lia
yang bisa bercinta sampai menjelang subuh, tertidur dan pagi bangun kami
kembali bercinta dengan penuh kerinduan dan cinta yang menggelora. Seakan akan
kami tidak pernah kehabisan tenaga dan selalu ingin lagi dan lagi. Kami seperti
tidak bisa berhenti bila sudah bercinta. Kami seakan akan ingin menyatukan
tubuh kami, jiwa kami, cinta kami dan semua rasa yang ada. menunggangi puncak
kenikmatan dan memacunya dengan liar.
******
Juli
2010
Sudah
satu minggu lebih aku aktif berkomunikasi dengan Lia. Hampir tiap hari aku chat
dengan dia, kadang kalau malam aku telp dia atau sekedar sms. Hari ini aku
berjanji akan ke Jakarta bertemu dia. Aku memilih Jumat karena besok dia libur
dan aku berharap dia mau menginap denganku. Meskipun aku belum menyampaikan hal
itu atau memintanya untuk menemaniku menginap. Aku masih ingat ketika chatting dengan dia,
aku pernah mengatakan “hati-hati lho
nanti lama lama kalau jatuh cinta aku nggak tanggung jawab” dan jawabannya itu membuat aku mabuk kepayang
dan langsung aku mengatakan cinta ke dia. Aku masih ingat dengan jelas
jawabannya. “Iya, nih perasaan memang
susah diatur dan ditebak. Aku kok jadi sering merasa kangen dan pengen sama
kamu” tanpa menunggu lama-lama aku
mengatakan kalau aku suka dia dan ketika mengakiri chating kami aku sempat
mengatakan “Love you” dan dia menjawab dengan memberikan icon cinta,
cium dan big hug. Hatiku langsung berbunga-bunga dan aku semakin yakin kalau
dia jatuh cinta dan mau denganku. Tanpa berpikir dua kali aku mengatakan kepada
Lia kalau aku mau ke Jakarta ketemu dia. Aku langsung membeli tiket dan memesan
hotel. Dia tidak menolak untuk bertemu denganku. Aku memilih hotel Saripan
pacific karena dekat dengan tempatnya bekerja.
Aku tiba
di hotel masih jam empat sore, dia berjanji untuk pulang lebih awal dan
menemuiku di hotel. Aku sudah tidak sabar bertemu dengan dia. Pandanganku tidak
bisa lepas dari pintu masuk hotel. Setiap kali ada taksi berhenti aku selalu
melihat apakah dia yang datang atau bukan. Dia sms kalau sudah di taksi.
“Sabar ya sayang, aku sudah di taksi kok. Ini
lagi macet sudah di traffic light”
“Iya nih, apa nggak tahu kalau aku sudah kangen
kamu”
“Masak sih kangen”
“Iya pengen meluk kamu”
“meluk aja khan.. nggak pake yang lainnya”
“kalo ada yang lainnya itu bonus”
“Hahahaha maunya”
“kalau sama kamu ya jelas mau dong. Kok lama
sih.. suruh cepetan dong sopir taksinya. Bilang, pak pacarku lagi nunggu”
Setelah
aku kirm, baru sadar kalau aku sudah menyebut diriku sebagai pacarnya. Dan dia
tidak membalas sms ku. Aku jadi gelisah,
wah semoga dia nggak marah. Aku langsung lega ketika smsnya masuk.
“Iya, nih rasanya pengen turun dan lari.
Padahal sudah Nampak hotelnya dari sini”
Seketika
juga hatiku plong membaca balasan sms nya. berarti dia tidak keberatan menjadi
pacarku. Aku semakin gelisah dan tidak sabar bertemu dengan dia. Kulihat ada
taksi berhenti dan didalamnya kulihat dia. Aku menghampiri pintu menunggu dia
yang sedang membayar taksi. Kulihat dia keluar dari taksi, perempuan yang
membuatku gelisah beberapa hari ini. dia tersenyum begitu melihatku sudah berdiri
di depan pintu. Aku langsung menggandeng tangannya dan memasuki lift. Aku tidak mempedulikan tatapan orang yang
melihatku menggandeng Lia. Lia terlihat agak malu tetapi dia diam saja dan
tidak berusaha menarik tangannya dari genggamanku.
Sesampai
di dalam kamar aku memeluknya erat-erat menumpahkan kerinduan yang membuncah.
Kulepaskan pelukkanku kutatap wajahnya. Baru kusadari betapa cantiknya dia dan
tak habis rasa kagumku menatap wajahnya yang begitu dekat. Kucium bibirnya
dengan lembut. Dapat kurasakan bibirnya yang lembut bersentuhan dengan
bibirnya. Dia membalas ciuman dengan lembut membuatku serasa terbang begitu
ringan bagaikan awan di langit yang melayang-layang. Kutatap wajahnya yang
memerah, dengan malu-malu dia tersenyum menatapku.
“Makasih ya sudah mau datang. Kamu ternyata
cantik sekali ya!” aku baru sadar betapa cantiknya kamu”
Aku jadi
ingat lagunya Bruno Mars “Just the way you are” ketika menatap wajahnya. Aku
begitu menyukai dan mengagumi ketika melihat wajahnya. Kupandangi wajahnya dan
semua jadi terlupakan, hanya ada dia yang kukagumi dan menggetarkan semua
persendianku.
When I see your face
There's not a thing that I would change
'Cause you're amazing
Just the way you are
And when you smile
The whole world stops and stares for a while
'Cause girl you're amazing
Just the way you are
There's not a thing that I would change
'Cause you're amazing
Just the way you are
And when you smile
The whole world stops and stares for a while
'Cause girl you're amazing
Just the way you are
Kucium
keningnya, pipinya, matanya dengan puas aku menciumnya wajahnya. Kulihat
ekspresi Lia yang menikmati setiap ciumanku. Kurebahkan dia ke atas ranjang.
Berdentam jantungku ketika kucium leher
dan merabai tubuhnya. Dia terlihat malu ketika aku mulai melepas kancing
bajunya. Mukanya kembali memerah dan dia menutup wajahnya dengan tangannya. Ini
membuatku semakin menyukainya dan menginginkannya. Sudah banyak peremupuan yang
aku ajak tidur. Tapi tidak ada satupun yang bisa membuat jantungku berdentam
seperti ini. Aku seperti pengantin yang menjalani malam pertamanya, dengan
perasaan yang tak terkatakan. Dengan hati hati aku mencumbui Lia seakan-akan
dia tidak pernah bercinta. Aku melakukan dengan penuh cinta dan kelembutan. Aku
ingin dia dapat menikmati setiap sentuhanku. Kami menikmati percintaan pertama
kami dengan penuh cinta. Kami seakan-akan ditakdirkan untuk bersatu dan
menyatukan diri. Semua terasa indah dan sempurna.
Kami
berpelukan dalam telanjang, kudekap dia dalam pelukku. Kucium keningnya dengan
lembut dan dia makin merapatkan tubuhnya.
“I Love you!”bisikku dan menciumnya dengan lama
dan lembut.
“I love you too”Katanya semakin erat memelukku.
Hatiku menjadi senang dan tenang mendengar ucapannya.
“Lia, apakah kamu mau menjadi kekasihku,
pasanganku dan kita berelasi?
“Kamu belum mengenal aku, bagaimana nanti kalau
kamu kecewa dengan aku?”
“Aku akan menanggung semua resiko yang ada”
“Bagiamana kalau aku tidak sebaik yang kamu
kira?”
“Aku akan belajar menerima semua yang ada pada
dirimu”
“Tapi bagaimana, aku menyukai pekerjaanku dan
aku tidak ingin mencari pekerjaan baru”
“Aku khan tidak minta kamu keluar dari
pekerjaan Sayang!”
“Aku suka sama kamu dan jatuh cinta dengan kamu
tapi aku tidak tahu apakah aku siap berelasi”
Aku
melihat wajahnya ada keresahan ketika mengucapkan hal itu. aku jadi tidak tega
memaksanya untuk menerima tawaranku untuk berelasi. Tiba-tiba ada perasaan
sayang yang sangat besar dalam diriku dan tidak ingin membuat resah pada
dirinya. Aku ingin melihat matanya berbinar bahagia seperti ketika aku cium
tadi, ketika kita bercinta. Bukan mata resah dan gelisah seperti sekarang. Aku
mencium keningnya dengan lembut dan memeluknya erat-erat.
“Ya sudah kita jalani aja dan kita lihat aja
nanti sampai kamu siap. Aku akan sabar menunggu dan menantimu”
Kulihat
dia menitikan air matanya dan mendekapku erat. Aku membelai rambutnya dengan
penuh rasa sayang. Aku tahu pasti ada sesuatu yang dia simpan. Aku tidak ingin
memaksa dia untuk bercerita apa yang meresahkan dirinya. Kalau dia siap, aku
percaya dia pasti akan bercerita. Dia tertidur dalam pelukkanku. Aku merasa
sesuatu yang selama ini tidak pernah kurasakan. Aku jarang memeluk perempuan setelah bercinta dan
membiarkan dia terlelap dalam pelukkanku.
****
Sudah satu minggu sejak terakhir kita bertemu
dan bercinta. Hubungan kami makin intens. Setiap malam kita selalu telpon dan
selalu bbm an setiap saat. Hari ini dia akan datang ke Jogja menemuiku. Tapi
dia tidak ingin pulang ke rumahnya atau ke rumahku. Jadi aku putuskan untuk mengajak
dia menginap di Amanjiwo. Aku tahu hotel ini sangat mahal tapi aku ingin
menjadi moment honeymoon kita. Aku sudah
di airport dan tidak sabar melihat wajahnya. Dari jauh kulihat dia membawa tas
dan ransel. Aku segera menyongongnya dan mengambil tasnya. Aku mencium pipinya
dan menggandengnya menuju mobilku.
“Kita makan dulu aja ya sebelum check in. Kamu
kangen makan apa?
“Makan Bihun kuah tapi nanti kalo makan disana
ketemu sudara-sudaraku khan repot dan kalau jam segini pasti belum buka”
“Jadi
gimana dong? Mau makan apa?
“ya udah kita makan gudeg aja deh”
“Kita makan gudheg Yu Narni aja di Kaliurang”
“Lho emang kita mau nginep dimana sih?
“Tempat yang dimana kamu nggak ketemu saudaramu
hehehe”
“Dimana?”
“Rahasia, pokoknya romantis deh”
“Okay let see... What you called romantic”
Selama
perjalanan, Lia tidak banyak bicara. Aku menggenggam tangganya dan sekali kali
aku menciumnya. Kalau aku tidak memegang tangannya, tanggannya ketengkukku atau
membelai punggungku atau kadang dia membelai wajahku. Aku menikmati kebersamaan
kami. Aku senang sekali dan sangat menghargai karena Lia sengaja mengambil cuti
hari jumat untuk bisa bersamaku. Ini seperti perjalanan Honeymoon kita. Aku
tidak ingin menyianyiakan kesempatan berharga ini. aku ingin membuat moment
yang tak terlupakan buat Lia, memberikan yang terbaik buat dia. Semoga dia
menyukai apa yang akan aku berikan.
Jalan
menuju Kaliurang tidak terlalu ramai. Aku menjalankan mobil BMW ku dengan perlahan diringi music yang
mengalun. Rasanya aku lebih suka menatap wajahnya daripada melihat jalan di
depanku.
“Jangan tolah-toleh liat jalan”Katanya
mengingatkanku.
Aku
hanya tersenyum dan mencium tangannya. Dia mengambil langanku dan menciumnya
dengan lembut. Hatiku menjadi berbunga-bunga dan bergetar. Sampai aku melewati
gang tempat Gudeg Yu Narni.
“Waduh kelewatan deh!”
Kulihat
dia hanya tertawa. Aku memasang sign untuk putar balik ke tempat makan Gudheg
Yu Narni.
Perutku
sudah mulai bernyanyi minta diisi. Kulihat sudah banyak orang yang antri untuk
makan. Kelihatannya bukan orang jogja tetapi para pelancong yang ingin
merasakan kenikmatan gudheg Yu Narni. Ada yang samapi bungkus 20 untuk dibawa
pulang. Kulihat Lia sudah mulai memesan dan aku hanya mengikuti apa yang dia
pesan. Dia juga memesah the tawar panas. Aku sendiri lebih memilih es jeruk
nipis. Kami berdua menikmati makan siang kami dengan nikmat. Setelah selesai
menyantap semua hidangan, aku segera membayar dan kami melanjutkan perjalanan. Aku mengarahkan
mobilku ke Magelang.
“Kita nginep di Magelang?”
Aku
hanya tersenyum dang menganggukan kepala. Aku tahu dia mulai bertanya-tanya
kita akan menginap di mana. Aku mulai mempercepat mobilku, aku ingin sebelum
gelap sudah sampai di Hotel.
Aku
melihat keterkejutan Lia ketika kami memasuki halaman hotel Amanjiwo. Dia
menantapku dengan pandangan tidak percaya.
“Gila, kamu! Serius kita akan menginap disini?
“Iya, kenapa?
“Disini khan mahal banget! Semalam berapa ratus
dolar rasanya hampir seribu dollar deh!
“Ya nggak apa-apa, khan kita mau honeymoon! Lagian aku punya special rates jadi nggak sampai segitu
kok!”
“Tetap aja sayang itu mahal!”
“Iya, aku ingin suasana yang unforgettable sama
kamu sayang!” Yuk, turun.
Kami chek in dan diantar ke kamar kami. Dalam
kamar kami berciuman dengan penuh kemesraan.
“Makasih ya sayang sudah memberikan yang indah
buatku”
Aku
menikmati ciumannya yang penuh kelembutan dan buaian itu. aku bagaikan melayang
layang seperti layang-layang yang dipermainkan oleh lidah angin yang mencumbunya
dan mengajaknya berdansa dilangit yang biru. Kamipun bergeser pindah ke tempat
tidur yang begitu empuk. Aku membelai wajahnya, menciumi lehernya. Kutumpahkan
seluruh perasaanku, rasa sayangku, rasa cintaku. Melihat ekspresinya menerima
sentuhanku, membuatku makin bergetar dan tidak ingin berhenti terus membelai
seluruh tubuhnya yang telah telanjang. Seperti tanaman rambat yang tidak pernah
berhenti merambati pohon mangga. Melilit, merambati tiap inci dan menyatu
dengan kuat. Kami terus menyatu, menumpahkan
kerinduan dan cinta kami. Percintaan yang bergelombang naik dan turun kadang
begitu lembut dan menghanyutkan seperti pasir di tepi pantai yang terseret
ombak tanpa bisa menolak dan kembali lagi ke pantai. Kadang begitu liar seperti
dua singa di affrica yang sedang bercinta.
Kami
berdua tertidur sambil berpelukkan setelah percintaan yang hebat. Tanpa
disadari senja telah lama pergi dan bulan telah terang benderang bertengger di atas.
Aku menciumi Lia yang masih tertidur dalam pelukkanku. Dia makin memasukan
wajahnya ke dalam dadaku, menempelkan
wajahnya ke payudaraku. Aku membelai rambutnya dengan lembut. Kulihat ada
senyum diujung bibirnya yang mungil. Aku mencium ujung bibirnya dengan lembut.
Rupanya dia telah terbangun dan membalas ciumanku. Kami berciuman dengan lembut
dan mesra. Aku menikmati setiap belaian lidahnya di bibirku. Dapat kursakan
betapa sayangnya diriku dan betapa aku tidak ingin kehilangan dia. Kami
berhenti berciuman, kutatap wajahnya yang cantik diterangi cahaya bulang yang
terang. Kucium keningnya dan kudekap erat-erat. “Aku mencintaimu,
sayang”Bisikku ditelinganya
*****
Sudah
tiga hari kami melalui Honeymoon
kami, menikmati suasana romantic yang tak terkatakan. Tapi aku dapat merasakan
ada sesuatu yang menahan dia lepas menikmati ini semua. Meskipun aku baru
mengenalnya tapi aku dapat merasakan kalau dia ingin mengatakan seseuatu. Aku
tahu Lia memang pendiam dan jarang mengungkapkan perasaan secara terus terang. “Apakah dia takut menjalin hubungan
denganku? Mungkin aku harus bertanya dan memastikan hubunganku dengan dia
sebelum kami pulang. Hari ini, hari terakhir dan jam 12 kami harus check out.
Dia kembali ke Jakarta sore ini.
“Sayang, apa kamu suka bersamaku saat
ini?Tanyaku sambil membelai rambutnya.
Dia yang
rebahan dalam pelukkanku sambil menonton HBO. Segera melepaskan pelukkanku dan
menatapku sambil tersenyum.
“Iya, makasih ya sayang sudah memberikan
sesuatu yang indah”.
“Syukurlah, aku ingin kamu bisa menikmati
kebersamaan kita. Kenapa aku merasa ada sesuatu yang sedang kamu pikirkan?”.
Aku
dapat melihat ada keterkejutan dalam tatapannya. Aku hanya dia menunggu dia
berbicara. Ada keraguan dalam dirinya untuk mengungkapkannya.
“Ada apa sayang?” Kataku dengan hati gelisah
menanti jawabannya.
“Sayang, aku suka bersamamu dan kamu
benar-benar membuatku jatuh cinta. Ada sesuatu yang ingin aku ceritakan.
Setelah kamu mendengar terserah kamu masih mau berelasi denganku atau tidak.”
Aku
mendengarnya dengan hati bertanya-tanya dan menyipakan diriku mendengar
ceritanya.
“Aku sebetulnya baru putus dengan seseorang,
nggak baru sih sudah enam bulan yang lalu. Tapi kami masih tinggal bersama”
Aku
seperti mendengar geledek di siang bolong, ada cemburu dalam dadaku. Lia dapat
melihat perubahan wajahku. Dia menggenggam tanganku dan menciumnya.
“Tapi kami tidak satu kamar, sayang! Aku dan
dia terlanjur menyewa rumah bersama selama tiga tahun. Kurang satu tahun
kontraknya habis dan dia baru saja pindah bekerja jadi aku nggak enak kalau
membiarkan dia menanggung sendiri. Lagian dia sering tugas keluar kota kok!
Sekarang terserah kamu apakah kamu masih mau berelasi dengan aku atau tidak”
“Apakah kamu masih mencintainya?Tanyaku dan
takut kalau dia menjawab iya. Dia menggelengkan kepalanya.
“Hubungan kami memburuk sejak dia dikeluarkan
dari pekerjaannya satu tahun yang lalu. Dia jadi sensitive dan
uring-uringan. Sampai akhirnya kami
memutuskan berpisah baik-baik. Sebetulnya dia mau keluar dari rumah tapi aku
tahu kalau dia sedang tidak punya uang. Jadi kami memang berpisah tetapi masih
satu rumah. Sekarang terserah kamu, apakah kamu masih mau berelasi dengan aku”
“Bagaimana kalau kamu pindah dari kontrakan
itu?
“Selama ini aku tidak pernah berpikir pindah,
nunggu sampai kontraknya habis”
“Kenapa harus nunggu kontraknya habis, kita
bisa cari sewa baru”kataku dengan semangat
“Boleh nggak kalau kita pelan-pelan
dulu!Katanya dengan pandangan gelisah dan kuatir. Aku terdiam, ada yang menusuk
dalam hatiku. Aku merasa dia masih peduli dengan mantannya.
“Sayang, aku berharap kamu bisa mengerti
keadaanku. Aku perlu waktu untuk menuntaskan masalahku”Katanya dengan membelai
wajahku dan menciumku. “Aku jatuh cinta denganmu dan menginginkanmu. Kamu harus
percaya denganku”
Aku
mengangukan kepalaku dan memeluk dia erat-erat. Aku tahu itu masa lalunya dan
aku harus bisa menerima keadaannya. Kalau aku mengingkan dia, aku harus bisa
menerima keadaannya. Aku tidak boleh memaksakan keinginanku.
“Iya, sayang. Aku akan menunggu. Aku sangat
mencintaimu”Kataku sambil mencium keningnya.
*****
Aku
benar-benar terbakar cemburu yang luar biasa. aku belum pernah merasakan sakit
karena cemburu seperti ini. Rasanya sakit sekali, hatiku seperti dirajam dan
perih sekali. Aku tidak bisa menahan air mataku. Aku sendiri tidak tahu kenapa
aku jadi sensitive seperti ini. aku memang sering merasa cemburu dengan Grace.
Tapi aku mencoba menekan perasaanku dan Lia selama ini bisa menenangkan
perasaanku. Kali ini aku tidak bisa menahan rasaku. Aku sering cemburu kalau
dia makan bareng dia atau keluar belanja dengan dia. Sudah setengah tahun lebih aku bersama dia dan masih saja aku
sering terganggu dengan keberadaan Grace. Aku merasa tidak nyaman mereka satu
rumah. Lia selalu menenangkan diriku. Dia berkata kalau meskipun satu rumah mereka
jarang bertemu. dia tidak pernah tahu kapan Grace datang dan pergi. Mereka
punya kehidupan sendiri-sendiri. Tetapi kalau hari sabtu dan minggu selalu
membuatku cemas, itu sebabnya aku selalu ke Jakarta. Aku merasa cemburu dia
berada di rumah bersama Grace. Sampai suatu hari Lia mengingatkanku.
“Sayang, aku suka sekali kalau kamu datang
setiap week end. Tetapi coba kamu hitung berapa biaya yang kamu keluarkan setiap
minggu. Tiket PP Jogja-Jakarta, Hotel, Makan, paling tidak kamu mengeluarkan
uang tiga juta setiap minggu. Satu bulan sudah 12 juta dan ini sudah lima
bulan. Apa tidak sebaiknya kita batasi sebluan sekali aja kita bertemu”.
Aku diam
saja mendengarkan perhitungan dia. Dia memang seorang accounting dan penuh dengan perhitungan.
“Iya sih, tapi aku tidak tahan kalau nggak
ketemu kamu. Sebulan tiga kali aja deh”Kataku menawar.
“ya sudah sebulan dua kali aja”Katanya lagi.
“Sekali kamu ke Jakarta dan sekali aku ke Jogja. Jadi kita bagi
berdua”Lanjutnya.
“terus terang, aku sering merasa cemburu kalau
kamu berdua dengan dia pas weekend”
“Sayangku, kamu harus percaya sama aku. Aku
sama dia sudah tidak ada hubungan lagi. Kami hanya tinggal bersama dan itupun
juga jarang bertemu. Bukankah aku sudah memutuskan berelasi dengan kamu. Sabar
ya, nanti kontraknya habis aku akan pindah biar kamu tenang”katanya dengan
membelai wajahku. Hatiku menjadi tenang dan senang mendengar kata-katanya.
“Kamu
kasi tahu ke Grace nggak kalo kamu sudah sama aku?Tanyaku kembali.
“Untuk apa aku memberitahu dia? Aku khan bukan
siapa-siapa dia jadi aku tidak perlu minta ijin dia dengan siapa aku berelasi”
Aku
merasa benar apa yang dikatakan oleh Lia. Aku jadi merasa tenang karena itu
berarti dia menganggap Grace bukan siapa-siapanya.
Ketika
aku merasa cemburu karena dia keluar makan bareng dengan dia. Aku masih ingat
ucapan Lia waktu itu.
“Sayang, aku ingin jujur dengan kamu. Aku
keluar makan dengan dia bukan berarti aku ada hubungan dengan dia. Aku mau
keluar cari makan dan dia juga mau keluar cari makan, trus dia ngajak bareng.
Ya..aku pikir apa salahnya bareng daripada aku jalan sendiri. Aku suka kamu
cemburu tapi jangan keseringan ya nanti kamu jadi sakit”
Kata-katanya
begitu lembut menenangkan hatiku, membuatku kehilangan kata-kata. Bersama dia
aku jadi merasakan bagaimana rasanya cemburu, sakit dan perih karena cemburu.
Selama ini aku tidak pernah merasakan bagaimana rasanya takut kehilangan
seseorang. Aku juga tidak pernah merasakan perasaan gelisah seperti ini. aku
benar-benar merasa over whelming
dengan perasaanku.
Seperti
sekarang ini, aku sudah berencana ingin mengajaknya nonton nanti hari jumat
atau sabtu. Tapi ternyata dia sekarang pergi nonton dengan Grace. Aku memang
belum mengatakan ke Lia kalau mau mengajak nonton. Aku tad isms dia tanya sedang ngapain dan dia
mengatakan kalau diajak Grace nonton. Aku langsung merasa tidak suka dan
cemburu. Apalagi ketika tahu dia menonton film yang sama dengan yang ingin aku
tonton.
“sayang, kamu marah ya? Maaf ya sayang kalo
sudah membuat kamu nggak suka. Aku tidak bermaksud membuat kamu marah atau
menyakiti kamu. Aku tadi nggak mikir ketika diajak”.Tulisnya dalam smsnya.
Aku
berusaha menenangkan diriku. Aku tidak ingin karena emosi lalu mengeluarkan
kata-kata yang akan berakibat fatal. “iya”balasku dalam sms. Kalau memang ingin nonton kenapa tidak
menunggu aku sih! Khan besok kita akan bertemu kenapa tidak sabar menunggu.
Semua kata-kata itu berputar di dalam otakku. Aku tidak tahu kenapa aku jadi
emosi dan menangis. Apa karena aku sedang mens dan kangen jadi semuanya
berkumpul dalam gelombong emosi yang bergerak begitu cepat mempermainkan
perasaanku, mencabik-cabiknya.
******
Aku
terbangun mendengar ketukan pintu kamarku.
“Den Ayu….!
Aku mendengar suara si mbok memanggil manggil di depan pintu.
Kulihat
jam, “Astaga sudah jam sepuluh” Rupanya semalam aku tertidur setelah menangis.
Kulihat HP-ku miss call dari Lia dan juga bbm. Belum sempat aku membaca bbm,
suara si mbok sudah memanggil-manggil.
“Masuk aja mbok, ra dikunci lawang-e”teriakku.
“Den, ada temennya dari Jakarta, sekarang lagi
ngobrol sama romo”Kata si mbok
“Sopo mbok? Aku ora janjian karo sopo-sopo”Jawabku sambil berdiri
menuju kamar mandi.
“Sopo yo asmane kok simbok lali! Bocahe ayu den”
Aku
melihat si mbok yang berusaha mengingat di usianya yang sudah tua tapi masih
tetap sehat.
“Asmane Den Lia”Kata si mbok. Aku langsung membalikkan
badanku kaget bukan kepalang.
“Sopo mbok?
“Mbak Lia! Ayu banget cah e”
Apakah
Lia ku yang datang ke jogja. Aku langsung membuka bbmnya.
“Sayangku,
jangan kau diamkan aku seperti ini. Aku nggak tahan sayang. Kamu tahu aku
sangat mencintaimu” bbmnya jam satu malam. “Sayang aku akan ke Jogja pagi ini” bbmnya
jam 5 pagi.
“Sayang,
aku sdh di pesawat” bbmnya jam 7.15. “Sayang kamu belum bangun ya? bbmnya jam
9.15
Aku
buru-buru mandi, mandi tercepat yang pernah aku lakukan. Aku mengenakan bajuku
dan rambutku belum terlalu kering ketika keluar kamar. Aku berjalan dengan
setengah lari menuju ruang tamu. Aku baru menyadari betapa jauhnya tempatku
tinggal ke ruang keluarga. Aku memang tinggal di pavilion sebelah utara komplek
rumah ini. Aku melihat beberapa pekerja batik yang berada di sini sedang
menjemur kain hasil batik mereka. Aku terus berjalan dengan cepat sambil
membalas sapaan para pekerja. Rasa cemburu dan kesalku semalam sirna sudah
berganti rasa senang dengan kehadiran Lia. Aku sungguh tidak menyangka kalau
dia akan datang. Padahal aku sudah janji besok akan ke Jakarta. Aku benar-benar
surprise dengan kedatangannya. Aku tidak menyangka kalau dia akan datang.
“Gawat, pasti Romo sedang mengintrograsi Lia” Kulihat memang romo sedang ngobrol dengan Lia.
Aku tidak menyangka kalau Lia pandai sekali boso. Aku berhenti mengatur nafasku
sebelum masuk keruangan keluarga. Aku mendengar kalau ternyata Romo mengenal
keluarga Lia. Aku mengetuk pintu dan masuk.
“Sudah bangun?Tanya Romo sambil memegang rokok
cangklongnya.
“Sampun Romo”Kataku sambil duduk di sebelah
Lia. “Sudah lama ya?Tanyaku ke Lia.
Lia
hanya tersenyum melihatku dan mengelap air yang masih menetes di wajahku.
“Kamu tahu nggak Lia ini anak siapa?Tanya Romo
tiba-tiba.
Aku
hanya menggelengkan kepalaku. Aku tiba tiba merasa bodoh karena tidak pernah
bertanya mengenai keluarga Lia. Aku memang mengenal kakak-kakaknya tapi aku
tidak pernah bertanya nama Ayahnya atau Ibunya. Aku tahu kalau kedua orang
tuanya sudah meninggal jadi aku tidak pernah bertanya lebih lanjut. Aku takut
kalau pertanyaanku akan membuat dia sedih. aku hanya tahu usaha kakaknya di
bidang ukiran kayu dan kakak perempuannya menikah dengan pengusaha kaya.
“Kamu ini piye toh, kok keluarga pacar tidak
tahu. Dia ini pacarmu atau temen?
“Shit”Kataku
dalam hati. Aku gelagapan dengan pertanyaan Romo yang begitu terus terang dan
langsung. Aku tidak menyiapkan jawaban dan tidak menyangka akan ditanya seperti
ini. aku menoleh menatap wajah Lia dan dia menganggukan kepalanya.
“Kamu tahu nggak kalo pamannya dia dulu batal
menikah dengan Bu Lik mu? Dan Bu lik mu sampai sekarang belum menikah karena
itu. Apa memang keluarga kita berjodoh dengan keluarganya. Kalo kamu memang
pacaran sama dek Lia, kamu harus minta ijin sama Bu Lik mu.”
“Njeh Romo”
“Sudah kamu ajak sarapan dulu, dek Lia trus
ajak ke rumah Bu Lik mu. Sama cari ibumu di belakang sana kenalkan Lia sama
ibumu”
“Njeh Romo”
Setelah
Lia berpamit, aku mengajaknya keluar dan keliling rumah mencari ibu di dapur.
Ternyata ibu sedang memeriksa para pembatik baru dan mengajarinya membatik.
“Bu, kenalkan ini Lia”Kataku ketika ketemu ibu.
Lia
mengulurkan tangannya dan mencium tangan ibu. Kulihat Ibu suka dengan Lia yang sopan dan kalem.
“O..ini toh! Yang membuat Novi sering pergi ke
Jakarta”Kata ibu sambil tersenyum. “Sana, ajak makan dulu”lanjut ibu
Aku
langsung mengajak Lia ke kamarku. Aku mengunci pintu dan langsung memeluknya
erat-erat. aku mencium dia penuh dengan perasaan. aku merasa bersalah semalam telah cemburu dan marah dengan dia. aku jadi merasa malu dengan sikapku yang kekanak-kanakan.
“Kamu kok nggak ngomong sih kalau mau datang”
“Habis kamu marah khan semalam! Bbmku aja nggak
kamu balas! Telponku aja nggak kamu angkat”
“Maaf ya, aku ketiduran dan HP aku silent. Aku
nggak marah kok sama kamu”
“ihh, emangnya aku nggak kenal kamu kalo lagi
ngambek”Katanya sambil mengetuk dahiku.
Aku
hanya tertawa dan mencium dia dengan perasaan bahagia.
“Maafkan
aku ya sayang kalo aku ke kanak-kanakan. Aku takut kehilangan kamu”Kataku
sambil memeluknya erat-erat.
******
“Sayang bagaimana kalau Bu Lik nggak suka sama
aku?Tanya Lia ketika kami dalam perjalanan menuju rumah Bu Lik.
Aku
menoleh, aku melihat ada kegelisahan di mata Lia. Aku mengambi tanggannya dan
menciumnya .
“Kamu nggak usah takut ya! Apapun yang terjadi aku akan tetap memilih kamu menjadi pasangan hidupku. Lagian Bu Lik itu sangat sayang sama aku, dari kecil aku selalu disayang sama Bu Lik. Kalo aku dimarahi Romo, Bu Lik yang selalu membela aku.”
“Oya.. kalau Bu Lik tahu, aku ponakan Pak Lik
Seno gimana ya. Aku kok jadi deg-degan takut”
“Kita hadapi bersama ya sayang”
“Iya”Jawabnya dan sudah terlihat lebih tenang.
Aku
memarkirkan mobilku dipekarangan dan kulihat Pak Min tukang kebun Bu Lik datang
menghampiri. Aku segera mengajak Lia turun.
“Bu Lik wonten pak?Tanyaku kepada pak min
“Wonten, den!
“Yuk kita masuk!”Ajakku dan menggandeng lengan
Lia.
“Wah ngimpi opo aku, kok anakku seng cakep nyambangi aku!Sambut Bu
Lik di depan pintu. Aku segera menyongsong Bu Lik dan mencium pipinya.
“Bu Lik iki, ono ono wae”
“Sopo cah ayu iki? Pacarmu po?Tanya Bu Lik melihat Lia. Lia
mendekati Bu Lik dan mencium tangannya.
“Lia, Bu Lik”Kata Lia memperkenalkan diri.
“Pinter to bu lik aku golek pacar?Jawabku. Bu Lik memang orang pertama yang mengetahui
kalau aku lesbian waktu SMA. Bu Lik Cuma takut kalau Romo tahu dan mengusirku.
“Romo mu wes ngerti durung? Percuma duwe bojo ayu yen Romo mu ora seneng!”
“Malah Romo yang suruh tanya ke Bu Lik”
“Lho, la ngopo kok dikongkon takon aku? Kata Bu Lik sambil mengajak kami masuk ke
ruang keluarga.
“Bu Lik, ada yang ingin kami sampaikan semoga
Bu Lik ndak marah”
“Ono opo to iki kok serius!”
Aku
berusaha hati hati menyampaikan berita ini, aku tidak ingin menyakiti hati Bu
Lik atau mengingatkan dia akan kenangan lamanya.
“Bu Lik, Lia ini keponakan Pak Lik Seno”Kataku
pelan dan menunggu reaksinya. Kulihat Bu Lik menghela nafas.
“Oalah dunia kok yo sempit to yo!”
“Romo meminta saya untuk minta ijin sama Bu
Lik”
Kulihat
Bu Lik kembali menghela nafas dan tersenyum kepada kami. Melihat senyumnya aku
langsung agak lega. Ini menandakan Bu Lik tidak apa-apa.
“Aku sama Pak Lik mu itu memang dulu saling
mencintai dan kami sudah bertunangan. Seno itu ganteng, baik, pengusaha sukses.
Banyak perempuan yang suka dan jatuh cinta kepada dia. Tapi aku percaya kalau
dia tidak akan tergoda dengan perempuan lain. Sampai suatu hari dia
dijebak oleh seorang perempuan yang memang mencintai Seno. Mereka
berhubungan seks sekali dan membuat perempuan itu hamil. Seno datang kepadaku
dan mengakui kesalahannya. Dia tidak yakin kalau itu adalah anaknya. Aku cuma
bilang, kamu sudah berani berbuat harus berani bertanggung jawab. Perempuan itu
menuntut untuk dinikahi atau dia akan memberitakan masalah ini di Koran. Demi
menjaga nama baik akhirnya Seno memutuskan pertunangan kami dan menikahi
Shinta. Seno bersumpah dihadapanku kalau dia akan selalu mencintaiku, meskipun
dia menikahi Shinta, dia tidak akan menyentuhnya selamanya. Setelah pesta
pernikahan dia malah datang ke rumah ini dan tidur di bale-bale depan karena
aku tidak ingin menemuinya. Keluarga kita dengan keluargamu jadi bermusuhan
sejak itu. Seno berusaha beberapa kali ingin menceraikan Shinta tapi Ayahnya
tidak menyetujui. Seno memang membuktikan ucapannya dan janjinya kepadaku.
Mereka meskipun sudah menikah tetapi tidak pernah serumah. Dan kami tetap
menjadi bahan gunjingan. Dulu Bu Lik digunjingkan karena batal menikah dengan
Seno, setelah seno menikah Bu Lik dianggap merusak hubungan mereka. Ada yang
mengatakan Bu Lik mengguna-gunai Seno sampai jadi impoten dan tidak pernah
menyentuh Shinta. Kami memang diam-diam masih menjalin hubungan. Karena kami
berdua kalau cinta kami begitu kuat, hanya keadaan yang menghambat cinta kami
berdua. Kami pernah berpikir untuk lari ke luar negeri berdua tapi mbah
puterinya novi yang mencegah. Aku tidak tega melihat ibuku menangis dan
bersujud dihadapanku untuk tidak pergi dengan Seno. Sampai akhirnya kami berdua
terlalu tua dan lelah untuk meneruskan hubungan kami. Dan yang paling
menyedihkan ketika Seno sakit kanker paru-paru, aku tidak bisa merawatnya.
Ketika dia meninggal aku tidak berani melayatnya. Aku seperti kehilangan
separuh diriku ketika seno pergi. Diam-diam aku sering ke makam dia”Bu Lik
mengakhiri ceritanya dengan menghapus air matanya.
Kulihat
Lia berdiri menghampiri Bu Lik dan memeluknya.
“Maafkan keluarga saya ya Bu Lik”
Aku melihat dua orang yang aku cintai saling berpelukan dan menangis. Hatiku jadi terharu sekaligus senang. Aku senang kalau Bu Lik juga menyukai Lia dan bisa menerimanya.
“Kamu
nggak salah nduk! Aku senang kalau kamu bisa sama Novi, setidaknya kita masih
bisa melanjutkan penyatuan keluarga yang tertunda”
“Makasih Bu Lik”
“Sudah mulai sekarang kita nggak usah
mengungkit masa lalu dan semua sudah selesai. Nanti aku akan bicara dengan
Romonya Novi”
Tidak
ada yang lebih membahagiakan ketika mendengar hal itu. aku seperti mendapatkan
restu dan makin mantap menjalain hubunganku dengan Lia.
******
Perjalanan
cintaku memang dengan Lia memang naik-turun. Aku pernah nyaris putus dengan
dia tapi tidak jadi. Ketika itu kami sedang ngobrol di telpon seperti biasa dan
tiba-tiba Lia bertanya,
“Sayang, bagaimana kalau sewa rumahnya
diperpanjang?
Seketika
aku menjadi kesal dan marah. Aku menjadi cemburu dan merasa kalau Lia masih
sayang dengan Grace dan tidak bisa meninggalkan dia.
“Maksudnya apa? Kamu nggak ingin berpisah
dengan dia ya?
“Bukan begitu sayang, aku cuma nggak tega aja
sama dia!
Hatiku
langsung merasa ditusuk dan dirobek robek. Aku merasakan sakit yang luar biasa.
mendadak aku menjadi sedih karena Lia lebih memikirkan Grace daripada aku. Badanku
menjadi lemas tak bertenaga dan air mata diam-diam mengalir.
“Terserah kamu aja deh!”kataku dan mematikan
HP.
Aku
menjadi marah dan sedih. aku merasa Lia tidak memperhatikan perasaanku. Apakah
dia tidak tahu kalau aku begitu mencintainya. Apakah dia tidak mengerti
perasaanku yang merasa kuatir dengan kebersamaannya serumah dengan Grace.
Sebenarnya aku tidak ingin mengatur hidup Lia harus bagaimana. Aku juga sadar
dari awal Lia memang sudah menjelaskan keadaannya. Aku tidak pernah berpikir
kalau ini bisa melukai diriku. Aku memang selama ini tidak pernah jatuh cinta,
tidak pernah berelasi secara serius dengan seseorang. Aku jadi sering gelapan
dengan perasaan yang datang seperti jet coster. Apakah aku salah kalau aku
menginginkan dia tidak serumah dengan mantannya? Apakah keinginanku terlalu
berlebihan.
HP ku
kembali berbunyi, kulihat nama Lia muncul di layar. Aku mengangkatnya dengan
malas.
“Sayang”Kudengar suara Lia di seberang sana.
Aku diam saja dan hanya mendengar suranya.
“Maafkan aku ya sayang! Aku memang sering
menyakiti kamu. Harusnya aku tidak pernah tanya soal ini ke kamu”
Kudengar
suaranya berubah, aku tahu kalau Lia sedang menangis di seberang sana. Terus
terang aku tidak tega mendengarnya menangis. Aku yang katanya ingin membuatnya
bahagia kenapa membuat dia menangis. Apakah aku harus mengorbankan perasaanku
sendiri demi kebahagiannya.
“Kalau kamu masih ingin memperpanjang sewa
rumah ya terserah kamu. Kamu nggak usah mikiran aku. Kalau menurut kamu itu
yang terbaik buat kamu, ya sudah lakukan saja”Kataku sambil menahan rasa sakit
yang menusuk.
Mungkin
aku munafik, apa yang aku katakan tidak sama dengan apa yang aku rasakan. Aku
tidak ingin dia bersedih, meskipun aku sendiri merasa bersedih.
“Sudahlah biar aku sendiri yang memutuskan
nanti”Kata Lia dengan suara serak.
“Iya”jawabku datar dan dia mematikan HP nya.
Aku
termenung setelah dia mematikan HPnya. Apakah aku salah? Kalau seandainya dia
tinggal dengan orang lain apakah aku juga merasa terganggu dan marah? Kenapa
aku jadi seperti ini? aku jadi takut karena aku merasa jadi posesif dan kenapa
aku tidak percaya diri? Harusnya aku percaya dengan cinta kita, percaya kalau
Lia hanya menginginkan diriku. Percaya kalau dia memang mau berelasi denganku.
Selama ini dia sudah menunjukkan perasaan cintanya dengan sikapnya. Harusnya
aku memberikan kebebasan buat dia untuk menentukan apa yang diinginkannya.
Kulihat HPku menyala, ada bbm masuk. Aku lihat dari Lia.
“Maafkan aku ya sayang, mungkin aku bukan
perempuan yang baik dan tepat buat kamu. Aku selalu menyakitimu. Aku memang
tidak pantas mendapat cintamu”
Aku
merasa sedih membaca bbm nya dan tiba-tiba aku merasa seperti kehilangan dia.
Ada yang sakit didadaku. Aku tidak ingin berpisah darimu sayang.
“Maafkan aku, kalau aku terlalu egois dan
memaksakan kehendakku. Kalau kamu masih ingin memperpanjang sewa rumah, lalukan
saja.”balasku
“Aku sangat mencintaimu sayang”Balasnya
“Aku juga sangat mencintaimu dan aku tidak
ingin kehilangan kamu”balasku
“Cintaku hanya untukmu dan Kamu tidak akan
pernah kehilangan aku sayang. Karena aku hanya menginginkanmu. Kamulah belahan
jiwaku sayang”
Aku menitikkan air mataku, perasaanku bercampur aduk menjadi satu. Aku tidak tahu apa yang aku rasakan semuanya ada didalam dadaku.
“Makasih sayang”Jawabku.
*****
Pagi ini
aku senang sekali ketika bangun tidur mendapat bbm dari Lia.
“Sayang, besok kalau kamu datang temeni aku
liat sewa apartemen ya”
Aku yang masih mengantuk, langsung terbangun begitu membaca bbmnya.
“Iya sayang dengan senang hati”balasku dengan memasang icon smiley in love.
“Kok kamu nggak tanya kenapa aku mau pindah?
“hehehe, iya kenapa sayang?balasku
“Iya, aku mikirkan kamu cintaku. Kalau aku
pindah dan sendiri, kamu khan tidak perlu menginap di hotel lagi dan bisa
menghemat biaya. Hehehehe”
“Makasih ya sayang, sudah memikirkan aku. Uang
hotelnya khan bisa buat bayar sewa apartemen”.
“Bukan itu maksudku sayang”balasnya
Aku tahu kalau Lia orangnya tidak suka dibantu dan sangat mandiri. Dia tidak pernah mau kalau dibantu soal keuangan.
Aku
senang akhirnya Lia memutuskan pindah dan berpisah dengan Grace. Selama satu
bulan ini kami memang tidak pernah membahas soal pindah rumah. Aku mencoba
bersikap biasa dan membiarkan Lia untuk mengambil keputusan sendiri. Aku
mempersiapkan diriku untuk menerima segala kemungkinan. Kemungkinan dia akan memperpanjang
sewa rumah dan masih tetap tinggal dengan Grace. Aku tidak berani berharap
karena aku takut kalau aku akan kecewa dan sedih. aku berusaha menikmati apa
yang aku punya. Menikmati kebersamaanku dengan Lia dan tidak mengungkit soal
Grace.
Ini mungkin
bisa menjadi awal kehidupan kami berdua. Selama ini kami selalu bertemu di
hotel. Dari satu hotel ke hotel yang lainnya. Aku juga tidak pernah ke rumah
kontrakannya. Paling aku mengantar dia di depan rumah atau dia yang mengantar
aku ke airport. Aku tidak pernah ingin ke rumahnya dan dia juga tidak pernah
mengajakku ke tempatnya. Aku benar-benar senang dengan keputusannya. Aku jadi
bersemangat dan tidak sabar untuk bertemu dengan Lia.
*****
Aku menatap wajahnya yang sedang terlelap. Aku mencium keningnya dengan penuh cinta. Aku tersenyum sendiri mengingat celetukannya di American Grill soal tikus. Dia memang seperti itu, orangnya selalu serius tetapi bila menceletuk selalu lucu dan tanpa ekspresi. Sudah dua tahun setengah lebih hubungan kami dan banyak peristiwa yang telah kami lalui. Mulai dari hubungan dua keluarga besar kami, hubungannya dengan Grace dan lompatan-lompatan perasaanku yang tidak menentu. Hubungan kami memang belum bisa dikatakan sudah mapan. Tapi kami berdua selalu saling mendukung dan mengerti.Aku tidak ingin mengumbar janji yang muluk dengan dia tapi aku hanya ingin menikmati, merasakan cinta dia, cinta kami dan ingin nyala cinta itu selalu berkobar, selalu ada di hati kami berdua. Aku juga tidak tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Aku cuma ingin menjaga hati ini hanya untuk dia. Aku ingin menjadi tua bersama dia dan tetap bisa menikmati percintaan kami yang selalu membara. Aku akan menjalani semuanya dengan hati yang gembira dan pikiran terbuka untuk menerima segala kemungkinan. Aku hanya bisa bersyukur dan berdoa untuk hubungan kami berdua agar selalu dilindungi dan di jaga.
Sebentar lagi tahun baru hubungan kita akan memasuki tahun ketiga. Aku begitu bahagia akhirnya menemukan seseorang yang bersedia mengarungi kehidupan. Perempuanku yang menjadi belahan jiwaku. Perempuan yang dapat membuatku merasakan arti dicintai dan mencintai. Perempuan yang membuatku belajar tentang perasaan cinta dan satu satunya yang tidak membuatku egois. Perempuan yang telah lama kunantikan. Semoga aku selalu ada buatmu kekasihku. Kucium dia sebelum aku sendiri terlelap.
"A Thousand Years"
Heart beats fast
Colors and promises
How to be brave?
How can I love when I'm afraid to fall
But watching you stand alone?
All of my doubt suddenly goes away somehow
One step closer
I have died everyday waiting for you
Darling don't be afraid I have loved you
For a thousand years
I'll love you for a thousand more
Time stands still
Beauty in all she is
I will be brave
I will not let anything take away
What's standing in front of me
Every breath
Every hour has come to this
One step closer
I have died everyday waiting for you
Darling don't be afraid I have loved you
For a thousand years
I'll love you for a thousand more
And all along I believed I would find you
Time has brought your heart to me
I have loved you for a thousand years
I'll love you for a thousand more
One step closer
I have died everyday waiting for you
Darling don't be afraid I have loved you
For a thousand years
I'll love you for a thousand more
And all along I believed I would find you
Time has brought your heart to me
I have loved you for a thousand years
I'll love you for a thousand more
Colors and promises
How to be brave?
How can I love when I'm afraid to fall
But watching you stand alone?
All of my doubt suddenly goes away somehow
One step closer
I have died everyday waiting for you
Darling don't be afraid I have loved you
For a thousand years
I'll love you for a thousand more
Time stands still
Beauty in all she is
I will be brave
I will not let anything take away
What's standing in front of me
Every breath
Every hour has come to this
One step closer
I have died everyday waiting for you
Darling don't be afraid I have loved you
For a thousand years
I'll love you for a thousand more
And all along I believed I would find you
Time has brought your heart to me
I have loved you for a thousand years
I'll love you for a thousand more
One step closer
I have died everyday waiting for you
Darling don't be afraid I have loved you
For a thousand years
I'll love you for a thousand more
And all along I believed I would find you
Time has brought your heart to me
I have loved you for a thousand years
I'll love you for a thousand more
Nice story.. :). Walopun agak terlalu mbulet di beberapa bagian (maaf) dan bisa saja sebenernya beberapa bagian dapat dipotong (maaf lagi), namun cerita ini dapat membuatku membaca hingga selesai.. :)
ReplyDeleteterima kasih sudah membaca sampai habis dan juga atas masukannya.
ReplyDeleteCeritanyaa bagus, longdistance yg mengajarkan byk hal,,
ReplyDeleteNice story👍
ReplyDelete