Love the way you are


Ketika jauh darimu begitu banyak yang ingin kuceritakan bila bertemu.  Tetapi ketika bertemu seperti ini aku hanya bisa menantapmu.  Semua kataku seakan hilang entah kemana. Aku hanya ingin menatapmu, menikmati wajahmu yang penuh keindahan dan meremkamnya dalam ingatanku agar nanti bila kita berpisah aku mempunyai kenangan indah bersamamu.  Malam ini aku ingin mengajaknya makan staek di American Grill. Aku melihatnya berdandan, memandanginya dengan perasaan penuh kebahagian.

“Apaan sih kok ngeliatin gitu”Kata Lia sambil mendekatiku.

Aku yang sedang duduk di pinggir ranjang langsung meraih pinggangnya. Aku menikmati ciumannya yang mesra di wajahku. Aku selalu menikmati setiap sentuhannya dan ciumannya.
“Masak ada pemandangan yang indah dilewatkan begitu saja”Kataku sambil memeluk tubuhnya dan membenamkan wajahku ke dalam pelukkannya.


 Aku merasakan kehangatan tubuhnya dan aku langsung menarik tubuhnya ke atas ranjang. kami berciuman dengan penuh kerinduan dan perasaan cinta yang tidak pernah habis.
“Sayang, kita kalau bermesraan terus seperti ini bisa batal makan malam”kataku sambil membelai wajahnya dengan rasa sayang.
“Ihh.. khan kamu tadi yang menarik aku ke atas ranjang”Katanya. “Nakal”Katanya sambil mengetok keningku dengan mimic yang lucu.

Mimic yang selalu aku ingat dan selalu membuatku tersenyum sendiri. Kulihat dia berdiri dan mengambil kaos hitam lengan panjang. Dia terlihat seksi dan sekaligus elegan, bentuk tubuhnya terlihat dan kaos leher v kelihatan cocok buat dia. Aku sendiri memakai baju hem lengan panjang dan aku gulung lengannya. Aku menatap wajahku dan merapikan pakaianku. Aku melihat dia sedang memperhatikan diriku dan membantu merapikan pakaianku.

“Sudah, cakep kok!

Aku hanya tersenyum dan merasa senang dengan pujiannya karena dia jarang sekali mengucapkan pujian atau mengekspresikan perasaannya secara langsung. Aku hanya dapat melihat tatapan cinta dimatanya yang indah. Mata itu yang membuatku terpesona dan jatuh cinta untuk pertama kalinya.
Aku masih ingat dua tahun yang lalu ketika mengahadiri sebuah diskusi yang diadakan oleh komunitas LGBT di sebuah café. Aku yang kebetulan berada di Jakarta untuk urusan pekerjaan diajak seorang teman L untuk ikut diskusi. Aku ingat waktu itu dia datang terlambat. Dia menggunakan kemeja cewek lengan ¾ warna cokelat dan celana jeans. Aku tidak tahu apa yang menarik dari dirinya sehingga menyedot perhatianku. Aku melihat, dia mengedarkan pandangannya mencari tempat duduk. Entah kenapa dengan sigap aku memberi isyarat dia untuk duduk disebelahku. Dia melihat isyaratku dan tersenyum menghampiriku. “makasih”Bisiknya. Aku hanya tersenyum “Anytime”jawabku.

Dia sendiri datang bersama seorang butchie. Aku tidak tahu itu pacarnya atau bukan. Aku tidak tahu kenapa ketika dia duduk disebelahku ada perasaan yang beda. Perasaan yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Perasaan senang, nyaman berada didekatnya dan ada getaran dalam hatiku yang belum pernah kurasakan selama ini. Aku memperhatikan wajahnya dari samping. Wajahnya standart perempuan Indonesia tetapi ada sesuatu yang menarik dari dirinya. Aku menyimak komentarnya yang terdengar kalau dia orang yang cerdas. Ketika dia menoleh dan pandangan mata kami bertemu, aku melihat dia tersipu dan menunduk yang membuatku semakin tertarik dengannya. Aku ingin sekali berkenalan dengan dia dan mengajaknya berbicara. Akhirnya aku bisa mengobrol secara berbisik, mengomentari diskusi yang berlangsung.

“Sori, kita belum berkenalan ya!Kataku sambil mengulurkan tangan “Novi!
Dia membalas uluran tanganku dan tersenyum dengan gayanya yang malu-malu “Lia”  
“Dari organisasi mana?Tanyanya
“Bukan dari organisasi tapi dari Jogja”Jawabku sambil berbisik
Lalu dia menoleh dan menatap “Aku juga dari Jogja tapi kerja di Jakarta!” “Jogja ne ngendi?Tanyanya langsung dengan bahasa jawa.
“Jalan Magelang. Kamu sendiri dimana?
“Dekat jalan A.Dahlan”
“Wah, ra ngiro yo podho-podho wong yogja ketemune neng Jakarta” kataku.
“He eh”

Kami berdua baru sadar kalau diskusi sudah selesai dan orang-orang mulai berdiri dan meninggalkan tempat duduknya.

 “Lia, boleh aku minta nomer HP mu?
“Boleh”Jawabnya. Lalu kami bertukar nomer HP juga email dan Facebook.
 “Kamu nginep dimana?”Tanyanya
“Di daerah Kemang”
“Pulang Kapan?
“Besok, melu mulih po ora?
Dia hanya tersenyum, rasanya kami berdua enggan berpisah dan masih ingin mengobrol lebih lama. Kulihat teman butchienya sudah mendekat kearah kita.

“Pacarmu ya?Tiba-tiba aku bertanya tanpa sadar.
“Bukan, teman”Jawabnya.
“Mau pulang sekarang nggak?Tanya temannya itu tanpa memperhatikan aku yang berada disamping Lia. Aku lihat Lia agak merasa terganggu dengan cara temannya itu bertanya.
“Aku pulang sendiri aja!”Jawabnya
“Yakin, sudah malam lho”Tanyanya memastikan sambil melihat aku sekilas. Aku dapat merasakan rasa tidak suka ditatapannya.
“Iya, nanti aku bisa naik taksi”Jawab Lia mantab.
“Ya, udah aku balik dulu”Jawabnya sambil ngeloyor pergi dan tidak berpamitan.
Aku merasa senang dengan kepergian dia dan aku merasa kalau Lia masih ingin bersamaku. Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini.
“Bagaimana kalau kita pindah café don ngobrol?”Ajakku
“Boleh”Jawabnya dengan cepat.

Aku memilih café yang tidak terlalu berisik sehingga bisa ngbrol dengan leluasa. Kami memilih tempat yang agak sepi dan nyaman. Aku memesan hot chocolate dan dia juga memilih minuman yang sama. Aku juga memesan sandwich dan kentang goreng.

“Kamu aktivis ya?Tanyaku ingin tahu
“Bukan, aku kerja sebagai accounting. Tapi sering ikut kegiatan teman-teman aktivis. Kamu sendiri kerja apa?Tanya Lia
“O…. Aku pedagang keliling”Jawabku
“Jualan Dawet?” kok nggak dibawa pikulannya?Tanyanya dengan mimic menggoda.
“Iya, tadi mau jualan didepan café tapi diusir sama satpamnya”Jawabku dengan wajah serius dan dengan logat banyumas.

Dia langsung tertawa terbahak-bahak. Aku senang sekali melihat dia tertawa. Karena matanya juga ikut tertawa.
“Habis kamu bilangnya pedagang sih, seperti pedagang siomay, ato mie ayam aja”
“lho, khan betul pedagang karena aku memang berdagang atau berjualan. Buktinya sampe ada menteri perdagangan khan!”
“oh, iya ya.. baiklah kamu berdagang apa?Tanyanya kembali
“Batik”
“Ih, kamu kayak mas karyo aja jualan batik”Katanya menggoda aku.
“Nggak keren ya?Tanyaku dengan memasang wajah sedih dan aku melihat mukanya langsung berubah.
“Maaf kalau bercandaku keterlaluan”Katanya dengan rasa bersalah
“hahahahaha”Kena kamu ya!Kataku sambil tertawa. Dan dia langsung memukulku.
“Ihh, kamu nakal ya ternyata”

Kamipun tertawa bersama. Aku merasa dia mulai nyaman berada di dekatku. aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk mengenalnya lebih dekat.

“Kamu dulu SMA berapa?Tanyaku
“SMA negeri 1”
“Lho kok sama! Angkatan tahun berapa?Tanyaku semakin bersemangat. “aku angkatan tahun 95”
“Aku angkatan 99”Jawabnya
“Berarti kamu adik kelasku ya, aku lulus kamu baru masuk SMA. Wah..coba kalau kita beda satu atau dua tahun pasti sudah aku…”tiba-tiba aku menghentikan kata-kataku dan tersadar kalau kami baru kenal.
“Sudah kamu apain?Tanyanya dengan penasaran
“hehehehe.. nggak paling ya aku godain atau aku pacarain”jawabku dengan iseng. Kulihat mukannya langsung memerah
 “Oh..jadi kamu itu si Novi yang bandel dan jagoan basket itu ya, yang lulus dengan nilai tertinggi ya” katanya tiba-tiba sambil melihatku dan mengarahkan telunjuknya kearahku.
“Kenalkan kalau gitu Novi Nindya Kirana”Kataku sambil mengulurkan tanganku.
“Kenalkan Lia Mangaladita”Katnya sambil menjabat tanganku.
Kamipun tertawa bersama-sama dan merasa ada sesuatu kesamaan antara kami berdua.
“Berarti kamu satu angkatan dengan mas ku dong”
“Oya, siapa?
“Haryo namanya”
“O.. kenal aku, cuma beda kelas aja. Jadi kamu adiknya Haryo! Lho berarti kamu juga adiknya Nadine dong”
“Iya, emang!
“Kok beda ya”Kataku reflek
“Iya mbakku memang lebih cantik daripada aku”Jawabnya
“Bukan, kamu lebih menggoda”Kataku dan menatap wajahnya yang kembali tersipu.
“Kamu itu ya memang suka ngegombal sama cewek ya?
“hahahaha memang kenyataan kok! Ini bukan ngegombal! Kalau aku mau ngerayu bisa lebih dahsyat dari ini”
“Oya! Coba ayo kalo bisa ngerayu aku sekarang”Tantangnya
“Kamu mau dirayu pake model apa? Pake tembang, puisi, ato apa?Tantangku
“pake tembang”Jawabnya langsung
“Bentar aku mikir dulu”
“Ayo cepet… katanya pinter ngerayu kok nggak bisa”katanya mengganggu konsentrasiku
“Iya, jangan diganggu jadi nggak bisa mikir nih”Kataku sambil mengeluarkan buku kecilku dan bolpoint.

sarujuk kang ateges yen wis jumbuh
sarujuk njur digathukake antarane lia lan novi
sing pada nduweni rasa tresna mau,
ing pangangkah supaya bisaa urip bebrayan

Muka Lia makin memerah ketika selesai membaca tulisanku. Aku benar-benar menikmati pemandangan yang indah ini.

“Ternyata kamu memang bisa dan pintar ya!Jawabnya dan menyimpan tulisanku ke dalam dompetnya.

Hatiku jadi berbunga-bunga melihat tulisanku disimpanya dalam dompet. Apakah ini pertanda dia suka denganku. Aku melihat jam sudah hampir pukul satu tengah malam. Aku mulai mengkuatirkan dia.

“Lia, aku antar kamu pulang ya! Atau kamu nginap di hotelku saja ya besok pagi baru pulang”
“Nggak apa-apa, aku pulang aja naik taksi!
“Tapi ini sudah terlalu malam! Aku agak kuatir kalau kamu pulang sendirian. Gini aja aku antar kamu naik taksi terus aku balik dengan taksi yang sama, gimana? Ato kalo nggak kita ngobrol aja di hotel. Ini cafenya juga sudah mau tutup”

Akhirnya Lia setuju untuk melanjutkan ngobrol di hotel. Kami berjalan menyusuri jalan di kemang dan menunju hotelku.

Sesampai di kamar, aku membuat teh untuk kami berdua dan menyalahkan televisi.

“Kamu duduk di ranjang aja nggak apa-apa. Aku ke kamar mandi dulu ya”
“Iya”Jawabnya dan merebahkan diri diatas ranjang.

 Ketika aku keluar dari kamar mandi aku sudah melihat dia tertidur. Aku duduk di kursi dan memandangi wajahnya yang sedang tidur. Dia kelihatan begitu tenang ‘like an angel’ Akupun sudah mulai mengantuk. Aku menarik selimut dan menyelimuti tubuhnya yang masih berpakaian lengkap. Aku sendiri mengganti dengan celana pendek dan kaos, menggosok gigi dan mematikan lampu. Aku naik pelan-pelan dan masuk ke dalam selimut. Aku tidak ingin dia terbangun. Aku senang sekali bisa tidur bersamanya, mendengar dengkur halusnya. Dia membalikkan badanya dan menghadap kediriku. Aku memandangi dia yang sedang terlelap. ‘Selamat tidur sayang’ aku ingin membelai wajahnya tetapi aku takut nanti dia terbangun. Aku memejamkan mataku dengan perasaan berbunga-bunga.

*****
Aku tidak bisa tidur dengan nyenyak dan terbangun terus karena takut terlambat ke airport. Akhirnya jam 4 pagi aku bangun, gosok gigi dan mandi. Kulihat Lia masih tertidur dengan nyenyak. Aku kasihan untuk membangunkannya. Aku putuskan menulis surat buat dia.

Good morning Sleeping Beauty …
Pasti sudah bangunkan hehehe… maaf ya aku harus meninggalkanmu sendirian di hotel. Bukan maksudku tidak sopan meninggalkanmu tanpa pamit. Tapi aku tidak tega membangunakanmu yang sedang terlelap dan pesawatku jam 6 pagi makanya aku buru-buru. Kamu nanti sarapan dulu aja di hotel baru check out. Aku berharap kita bisa bertemu kembali dan terus berhubungan.
We had a great time last night and I’m gonna miss you.

Love
NOVI

Aku mengambil tasku pelan-pelan dan menutup pintu dengan perlahan. Aku ke reception menyelesaikan pembayaran dan memberitahu kalau nanti Lia yang akan chek out. Jalanan menuju bandara masih sepi dan lengang. Hatiku masih berbunga-bunga teringat pertemuanku dengan Lia. I think I’m in love. Aku tertidur dalam taksi dan bermimpi mencium bibir Lia yang mungil itu. sayang mimpiku tidak berlanjut karena taksi telah berhenti di Bandara. Aku check in di counter Garuda dan masih pukul 5 pagi. Pasti Lia masih belum terbangun pikirku. Aku memasuki ruang tunggu dengan hati yang ringan dan bahagia. Aku sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi. Tapi yang aku tahu, aku menyukai Lia dan berada didekatnya membuatku jadi bergetar, panas dingin, dan bahagia sekaligus. Tadi rasanya berat sekali harus meninggalkan dia sendirian di kamar. Kalau hari ini aku tidak ketemu dengan klien pasti aku sudah akan membatalkan penerbanganku. Lebih baik aku beli tiket baru dan bisa menghabiskan waktu dengan Lia. Tetapi aku sudah tidak mungkin membatalkan meeting dengan calon pembeli batik dari Belanda.

Kenapa aku seperti ini ya, rasanya aku belum pernah merasa seperti ini. aku memang sering atau gampang berganti pasangan selama ini. tetapi tidak ada satupun yang bisa membuatku bergetar dan nyaman berada didekatnya. Apa dia juga merasakan hal yang sama? Apakah dia sudah mempunyai pasangan? Kalau dia mempunyai pasangan tentu dia tidak akan menginap denganku semalam dan tentu pasangannya akan mencarinya. Memang kemarin dia terlihat sms dengan seseorang. Apakah dia memberitahu kalau dia tidak pulang. Atau pasangannya berada di luar kota. Aku kemarin ingin sekali bertanya apakah dia punya pasangan atau tidak. Tapi aku merasa terlalu buru-buru kalau bertanya seperti itu dupertemuan pertama. Sebaiknya aku pelan-pelan sajaa, nanti dia malah takut dengan aku. Kalau jodoh takkan lari kemana.    

******
Kami memasuki American Grill, masih banyak tempat yang kosong hanya tiga meja yang terisi. Pelayan segera memberikan menu kepada kami. Aku memilih sirloin dengan mass potato sedangkan Lia memilih sirloin dengan bake potato. Aku juga memesan red wine untuk berdua dan lemon squash. Setelah memesan makanan kami mengambil dessert, Lia mengambil bubur dan aku mengambil buah markisa. Aku tidak mengambil lainnya karena takut nanti terlalu kenyang dan tidak bisa menikmati steak. Aku bercerita kalau dapat undangan untuk ikut pameran Batik di Belanda.

“Kamu mau ikut ke Belanda nggak?Tanyaku
“Kapan?
“2 bulan lagi. Nanti kita bisa jalan-jalan ke Paris kalau kamu mau. Kita bisa ciuman di depan Menara Eifel”
“Wah..aku harus cek tabunganku dulu ya”
“Cintaku, aku khan yang ajak kamu berarti aku khan sudah menyiapkan semuanya”
“Kamu itu ya, jangan boros! Kita itu memang pasangan tetapi aku tidak mau kalau kamu harus membiayai semuanya. Aku ingin kita tanggung bersama”
 “Iya, cintaku tapi kamu khan lagi nabung pengen beli mobil”
Tiba-tiba dia berteriak pelan “ada tikus! Kok restoran mahal ada tikusnya ya”
“iya ya.. Tikusnya keluar dari kamar mandi tadi ya”
“wah, untung steaknya sudah habis kalau nggak khan bisa males makan”
“Ini kalo di luar negeri sudah ditutup”
“Iya”
“Jadi gimana cintaku?
“Apanya? Tikusnya?
“ihh.. kamu ini ya menggemaskan! Ke Belandanya!”
“Oh…”
“Ihh, kamu nanti aku kerjain disini lho”Kataku gemas
“Nggak mau ah! Ada tikusnya”
Aku langsung ngakak mendengar komentarnya yang spontan, lucu dan tanpa ekspresi itu.
“Jadi kalo nggak ada tikusnya mau?
“Mau”Jawabnya
“Yuk kita pulang aja lebih baik aku bercinta di rumah aja daripada di sini”
“kamu kalo sudah gitu semangat deh, nakal!Katanya sambil mengetok keningku seperti biasa.

Aku memandang wajahnya yang masih asyik makan ice cream. Ada perasaan hangat bila memandang wajahnya, perasaa sayang dan cinta yang mengalir keseluruh aliran tubuhku. Wajah ini yang selalu menguatkanku bila aku sedang gelisah. Dia yang selalu mengerti bagaimana menghadapi perasaanku yang sering naik turun. Dia selalu tahu bagaimana menenangkan aku bila aku sedang cemburu. Aku sebetulnya tidak suka hubungan jarak jauh atao LDR. Karena aku tahu bagaimana diriku yang sering tidak dapat menahan rindu. Aku takut kalau menjadi posesif. Selama ini kalau berelasi aku jarang mau melibatkan seluruh perasaanku. Aku tidak ingin terlalu mencintai pasanganku dan membiarkan pasanganku yang lebih mencintaiku.

 Aku masih ingat pertama kali berelasi dengan perempuan. Waktu itu aku sudah tahu kalau aku lesbian dan sangat ingin sekali mempunyai pacar. Ternyata teman baikku juga seorang lesbian dan ketika aku ulang tahun kami berciuman. Itu adalah ciuman pertamaku yang katanya, aku cukup pintar berciuman meskipun belum pernah. Dari ciuman sampai akhirnya kami bercinta dan memutuskan tinggal bersama. Selain itu bisa menghemat biaya hidup sekolah di Luar negeri. Ternyata dia seorang player, meskipun kami tinggal bersama dan bercinta tiap hari. Tidak menghentikan dia untuk berkencan dengan orang lain. akhirnya hubungan kami hanya bertahan satu tahun saja. Yang membuatku marah adalah ketika dia mengatakan tidak pernah mencintaiku dan hanya suka saja. Sejak itu aku jadi cenderung untuk have fun dan tidak ingin berelasi dengan siapapun. Aku tidak mengijinkan hatiku untuk jatuh cinta. Aku menjalani kehidupan cintaku dengan datar, ketika pasanganku mulai menuntut macam-macam dengan gampangnya aku meninggalkan dia begitu saja.  Begitu setrusnya sampai aku lulus kuliah di Belanda dan pulang ke Indonesia.

Di Indonesia aku mulai berpikir lebih serius tentang hidupku. Aku mulai terjun ke perusahaan keluarga yang sudah diwariskan secara turun temurun. Di Belanda aku sekolah desain textile dan aku mulai merancang desain batik sendiri. Kakakku yang cowok sudah mempunyai pabrik batik sendiri sedangkan kakakku yang cewek menikah dengan orang perancis dan tinggal di sana. Aku ingin membuka butik batik yang semuanya didesain sesuai keinginan dan dibuat terbatas. Usaha keluarga kami mensuplai keperluan batik untuk keluarga Sultan dan itu sudah dilakukan secara turun temurun. Kakek buyutku Bupati di Imogiri entah sudah dari berapa generasi. Dan Bupati terakhir adalah Kakek Romo setelah itu Paman dan keponakan Romo karena situasi politik juga berubah. Tetapi usaha batik keluarga kami terus berjalan dan semakin besar. Romo juga kuliah di Belanda mengambil jurusan mesin dan ketika pulang membangun pabrik texitle.

Sudah banyak perempuan yang datang dan pergi dalam hidupku. Ada yang memang mencintaiku, ada pula yang hanya ingin uangku, ada juga yang hanya ingin tubuhku. Sampai gara-gara perempuan aku pernah di Sidang oleh Romo dan ibu ku. Perempuan itu mengadu ke asisten romo kalau aku telah mempermainkan dirinya. Kalau aku itu seorang lesbian. Anik namanya, dia marah karena aku tidak mau menjadikannya pacar. Dia salah satu model yang aku sewa untuk pemotretan busana batik desainku. Dia menggodaku dan kami memang sempat berciuman. Hanya itu tidak lebih dan tidak kurang. Memang waktu itu dia mengajakku bercinta dan aku tidak mau. Aku mendengar kalau dia bekas siapa saja laki-laki dan perempuan yang penting punya uang. Aku juga tahu kalau dia ingin menjadi pacarku. Tetapi aku sama sekali tidak tertarik dengannya.

Aku kaget sekali ketika diberitahu si mbok pengasuhku sejak aku bayi. Dan benar besoknya aku langsung dipanggil menghadap romo ku. Terus terang waktu itu aku takut sekali dan sudah siap untuk keluar atau dicoret dari silsilah keluarga. Masih jelas kata-kata Romo waktu itu, “Romo tahu kamu suka perempuan” mendengar itu duniaku serasa bergetar hebat, aku hanya menunduk sambil meredam detak jantungku, keringatku langsung keluar padahal AC di ruang tengah sedang menyala. Tapi tangan dan kakiku menjadi sedingin es. Aku menunggu kelanjutan pembicaraan romo.

 “Kamu itu seperti pamanmu Harwib yang suka laki-laki. Awas kalau kamu suka bawa pulang perempuan sembarangan kayak pamanmu yang bawa tukang becak, tukang mie! Bikin malu saja”
“Mboten romo” kataku yang sebetulnya pengen ketawa karena senang. Apakah ini tandanya Romo tidak melarang aku.
“Tetep diinget bibit bebet lan bobot! Jangan dengan perempuan yang nggak jelas, nduk! Kamu itu masih keturunan bangsawan. Meskipun kita sudah tidak terlalu mengutamakan itu lagi tapi tradisi itu tetap harus dijaga baik-baik”Lanjut Romo kembali.
“Njeh, Romo”Jawabku dengan sopan. Aku hanya mengiyakan apa yang dikatakan Romo ku tanpa berani membantah sedikitpun.    

Sejak itu aku semakin hati-hati dalam berelasi. Aku tidak pernah mengajak pulang perempuan manapun. Semua hubungan seperti tanpa status. Semua orang mengira aku ini pemilih atau ada yang mengatakan aku suka mempermainkan perasaan perempuan atau ada yang mengatakan aku suka membuat perempuan patah hati.  Aku sendiri tidak tahu kenapa aku membiarkan hatiku jatuh cinta dengan Lia. Semua pantangan yang aku buat, aku langgar semua dan aku benar-benar pasrah dengan perasaanku, dengan hatiku dan aku membiarkan diriku terbuai alunan cinta yang kadang begitu lembut, kadang menghentak dan kadang juga memilukan. Semua perasaan itu menjadi satu dan indah.

“Kamu kok jadi melamun sayang?
“Nggak aku memandangi kamu kok”
“Nih, wine nya dihabiskan”Katanya sambil menyodorkan gelas wine kearahku.
“Yuk kita balik”

Kami mencegat taksi menuju Apartemen Lia. Hujan mulai turun perlahan-lahan. Untung kami sudah di dalam taksi. Aku menggenggam tangan lia dan menciumnya. Seperti biasa Lia selalu takut-takut kalau sopir taksi melihat kelakuanku dan dia membelalakan matanya memarahiku.  Aku hanya tersenyum dan pura-pura mau mencium dia.

“hush”Katanya.
“Kamu pikir aku ayam”Bisikku
Dia hanya tersenyum dan berkata “Nakal”

Pembicaraan kami berhenti ketika sudah memasuki lobby Apartemen. Aku membayar uang taksi dan berjalan menyusuri lorong apartemen. Sesampai di kamar aku segera memeluk dia dan menciumnya.

“Sudah, aku mau ganti dulu”katanya sambil mendorongku keatas ranjang.

Aku mengganti pakaianku dan melihat dia sedang membersihkan wajahnya. Aku selalu menunggui dia membersihkan wajah dan menikmati pemandangan itu. Aku berdiri dan memeluknya dari belakang. Aku menciumi tengkuk dan lehernya. Dia membalikkan badan dan membersihkan wajahku. Dia paling suka membersihkan wajahku dan kadang mengoperasi jerawatku. Sampai konsentrasiku untuk mengganggu dia jadi hilang. Dia mengambil obat jerawat dan mengoleskannya ke wajahku. Aku menikmati perhatiannya dan merasa bahagia sekali.

Aku buru-buru menggosok gigi ketika melihat dia sudah siap diatas ranjang. Dia sudah masuk ke dalam selimut dan menonton TV ketika aku selesai. Aku segera masuk ke dalam selimut dan merengkuh dia dalam pelukkanku.

“Duh cantiknya pacarku”kataku sambil mencium wajahnya.
“Apaan sih, gini kok dibilang cantik! Kamu ngeliat terlalu dekat jadi nggak jelas”
“Emang kamu cantik kok”Jawabku ngeyel
“Mbakku lebih cantik! Kok kamu dulu nggak mau sama mbakku sih”
“Lho, emang mbakmu juga lesbian ya?Tanyaku iseng dan menggoda dia
“Kalo mbak nia lesbian kamu mau?
“Why not, khan enak bisa dapet kakak dan adik”Jawabku asal sambil berusaha mencium lehernya.
“Ihh, kamu ya..serakah, don juan! Nggak mau ah sama kamu”Katanya sambil menarik selimut dan menutupi tubuhnya.
“duh..cintaku, aku khan ya nggak seperti itu. kalau mau sama Nia, khan sudah dari SMA aku kejar dia. Kalau tahu Nia punya adik secantik ini sudah aku pacarin dari dulu dan nggak usah repot repot”
“hahahaha gombal”Katanya dan menggigit pundakku dengan gemas.
“Aduh sayangku, masak aku setiap habis pulang ketemu kamu badanku biru semua nanti dikira aku pacaran sama vampire lho”
“Biarin! Biar nggak ada yang berani godain kamu”

Aku mencium bibirnya yang mungil, menciumi wajahnya dengan penuh kelembutan. Rasanya aku tidak pernah bisa puas menciumi dia. Selalu saja ingin terus menciumi dia, ingin selalu bercinta dengan dia. Aku jadi teringat film Breaking dawn, percintaan Bella dangan Edward yang tidak pernah berhenti dan selalu membara. Begitupula aku dengan Lia yang bisa bercinta sampai menjelang subuh, tertidur dan pagi bangun kami kembali bercinta dengan penuh kerinduan dan cinta yang menggelora. Seakan akan kami tidak pernah kehabisan tenaga dan selalu ingin lagi dan lagi. Kami seperti tidak bisa berhenti bila sudah bercinta. Kami seakan akan ingin menyatukan tubuh kami, jiwa kami, cinta kami dan semua rasa yang ada. menunggangi puncak kenikmatan dan memacunya dengan liar.

******

Juli  2010
Sudah satu minggu lebih aku aktif berkomunikasi dengan Lia. Hampir tiap hari aku chat dengan dia, kadang kalau malam aku telp dia atau sekedar sms. Hari ini aku berjanji akan ke Jakarta bertemu dia. Aku memilih Jumat karena besok dia libur dan aku berharap dia mau menginap denganku. Meskipun aku belum menyampaikan hal itu atau memintanya untuk menemaniku menginap.  Aku masih ingat ketika chatting dengan dia, aku pernah mengatakan “hati-hati lho nanti lama lama kalau jatuh cinta aku nggak tanggung jawab”  dan jawabannya itu membuat aku mabuk kepayang dan langsung aku mengatakan cinta ke dia. Aku masih ingat dengan jelas jawabannya. “Iya, nih perasaan memang susah diatur dan ditebak. Aku kok jadi sering merasa kangen dan pengen sama kamu”  tanpa menunggu lama-lama aku mengatakan kalau aku suka dia dan ketika mengakiri chating kami aku sempat mengatakan “Love you”  dan dia menjawab dengan memberikan icon cinta, cium dan big hug. Hatiku langsung berbunga-bunga dan aku semakin yakin kalau dia jatuh cinta dan mau denganku. Tanpa berpikir dua kali aku mengatakan kepada Lia kalau aku mau ke Jakarta ketemu dia. Aku langsung membeli tiket dan memesan hotel. Dia tidak menolak untuk bertemu denganku. Aku memilih hotel Saripan pacific karena dekat dengan tempatnya bekerja.

Aku tiba di hotel masih jam empat sore, dia berjanji untuk pulang lebih awal dan menemuiku di hotel. Aku sudah tidak sabar bertemu dengan dia. Pandanganku tidak bisa lepas dari pintu masuk hotel. Setiap kali ada taksi berhenti aku selalu melihat apakah dia yang datang atau bukan. Dia sms kalau sudah di taksi.

“Sabar ya sayang, aku sudah di taksi kok. Ini lagi macet sudah di traffic light”
“Iya nih, apa nggak tahu kalau aku sudah kangen kamu”
“Masak sih kangen”
“Iya pengen meluk kamu”
“meluk aja khan.. nggak pake yang lainnya”
“kalo ada yang lainnya itu bonus”
“Hahahaha maunya”
“kalau sama kamu ya jelas mau dong. Kok lama sih.. suruh cepetan dong sopir taksinya. Bilang, pak pacarku lagi nunggu”

Setelah aku kirm, baru sadar kalau aku sudah menyebut diriku sebagai pacarnya. Dan dia tidak membalas sms ku. Aku jadi gelisah, wah semoga dia nggak marah. Aku langsung lega ketika smsnya masuk.

“Iya, nih rasanya pengen turun dan lari. Padahal sudah Nampak hotelnya dari sini”

Seketika juga hatiku plong membaca balasan sms nya. berarti dia tidak keberatan menjadi pacarku. Aku semakin gelisah dan tidak sabar bertemu dengan dia. Kulihat ada taksi berhenti dan didalamnya kulihat dia. Aku menghampiri pintu menunggu dia yang sedang membayar taksi. Kulihat dia keluar dari taksi, perempuan yang membuatku gelisah beberapa hari ini. dia tersenyum begitu melihatku sudah berdiri di depan pintu. Aku langsung menggandeng tangannya dan memasuki lift.  Aku tidak mempedulikan tatapan orang yang melihatku menggandeng Lia. Lia terlihat agak malu tetapi dia diam saja dan tidak berusaha menarik tangannya dari genggamanku.

Sesampai di dalam kamar aku memeluknya erat-erat menumpahkan kerinduan yang membuncah. Kulepaskan pelukkanku kutatap wajahnya. Baru kusadari betapa cantiknya dia dan tak habis rasa kagumku menatap wajahnya yang begitu dekat. Kucium bibirnya dengan lembut. Dapat kurasakan bibirnya yang lembut bersentuhan dengan bibirnya. Dia membalas ciuman dengan lembut membuatku serasa terbang begitu ringan bagaikan awan di langit yang melayang-layang. Kutatap wajahnya yang memerah, dengan malu-malu dia tersenyum menatapku.

“Makasih ya sudah mau datang. Kamu ternyata cantik sekali ya!” aku baru sadar betapa cantiknya kamu”

Aku jadi ingat lagunya Bruno Mars “Just the way you are” ketika menatap wajahnya. Aku begitu menyukai dan mengagumi ketika melihat wajahnya. Kupandangi wajahnya dan semua jadi terlupakan, hanya ada dia yang kukagumi dan menggetarkan semua persendianku.

When I see your face
There's not a thing that I would change
'Cause you're amazing
Just the way you are
And when you smile
The whole world stops and stares for a while
'Cause girl you're amazing
Just the way you are

Kucium keningnya, pipinya, matanya dengan puas aku menciumnya wajahnya. Kulihat ekspresi Lia yang menikmati setiap ciumanku. Kurebahkan dia ke atas ranjang. Berdentam jantungku ketika kucium leher  dan merabai tubuhnya. Dia terlihat malu ketika aku mulai melepas kancing bajunya. Mukanya kembali memerah dan dia menutup wajahnya dengan tangannya. Ini membuatku semakin menyukainya dan menginginkannya. Sudah banyak peremupuan yang aku ajak tidur. Tapi tidak ada satupun yang bisa membuat jantungku berdentam seperti ini. Aku seperti pengantin yang menjalani malam pertamanya, dengan perasaan yang tak terkatakan. Dengan hati hati aku mencumbui Lia seakan-akan dia tidak pernah bercinta. Aku melakukan dengan penuh cinta dan kelembutan. Aku ingin dia dapat menikmati setiap sentuhanku. Kami menikmati percintaan pertama kami dengan penuh cinta. Kami seakan-akan ditakdirkan untuk bersatu dan menyatukan diri. Semua terasa indah dan sempurna.

Kami berpelukan dalam telanjang, kudekap dia dalam pelukku. Kucium keningnya dengan lembut dan dia makin merapatkan tubuhnya.  

“I Love you!”bisikku dan menciumnya dengan lama dan lembut. 
“I love you too”Katanya semakin erat memelukku. Hatiku menjadi senang dan tenang mendengar ucapannya.
“Lia, apakah kamu mau menjadi kekasihku, pasanganku  dan kita berelasi?
“Kamu belum mengenal aku, bagaimana nanti kalau kamu kecewa dengan aku?”
“Aku akan menanggung semua resiko yang ada”
“Bagiamana kalau aku tidak sebaik yang kamu kira?”
“Aku akan belajar menerima semua yang ada pada dirimu”
“Tapi bagaimana, aku menyukai pekerjaanku dan aku tidak ingin mencari pekerjaan baru”
“Aku khan tidak minta kamu keluar dari pekerjaan Sayang!”
“Aku suka sama kamu dan jatuh cinta dengan kamu tapi aku tidak tahu apakah aku siap berelasi”

Aku melihat wajahnya ada keresahan ketika mengucapkan hal itu. aku jadi tidak tega memaksanya untuk menerima tawaranku untuk berelasi. Tiba-tiba ada perasaan sayang yang sangat besar dalam diriku dan tidak ingin membuat resah pada dirinya. Aku ingin melihat matanya berbinar bahagia seperti ketika aku cium tadi, ketika kita bercinta. Bukan mata resah dan gelisah seperti sekarang. Aku mencium keningnya dengan lembut dan memeluknya erat-erat.

“Ya sudah kita jalani aja dan kita lihat aja nanti sampai kamu siap. Aku akan sabar menunggu dan menantimu”

Kulihat dia menitikan air matanya dan mendekapku erat. Aku membelai rambutnya dengan penuh rasa sayang. Aku tahu pasti ada sesuatu yang dia simpan. Aku tidak ingin memaksa dia untuk bercerita apa yang meresahkan dirinya. Kalau dia siap, aku percaya dia pasti akan bercerita. Dia tertidur dalam pelukkanku. Aku merasa sesuatu yang selama ini tidak pernah kurasakan. Aku jarang  memeluk perempuan setelah bercinta dan membiarkan dia terlelap dalam pelukkanku. 

****
 Sudah satu minggu sejak terakhir kita bertemu dan bercinta. Hubungan kami makin intens. Setiap malam kita selalu telpon dan selalu bbm an setiap saat. Hari ini dia akan datang ke Jogja menemuiku. Tapi dia tidak ingin pulang ke rumahnya atau ke rumahku. Jadi aku putuskan untuk mengajak dia menginap di Amanjiwo. Aku tahu hotel ini sangat mahal tapi aku ingin menjadi moment honeymoon kita.  Aku sudah di airport dan tidak sabar melihat wajahnya. Dari jauh kulihat dia membawa tas dan ransel. Aku segera menyongongnya dan mengambil tasnya. Aku mencium pipinya dan menggandengnya menuju mobilku.

“Kita makan dulu aja ya sebelum check in. Kamu kangen makan apa?
“Makan Bihun kuah tapi nanti kalo makan disana ketemu sudara-sudaraku khan repot dan kalau jam segini pasti belum buka”
 “Jadi gimana dong? Mau makan apa?
“ya udah kita makan gudeg aja deh”
“Kita makan gudheg Yu Narni aja di Kaliurang”
“Lho emang kita mau nginep dimana sih?
“Tempat yang dimana kamu nggak ketemu saudaramu hehehe”
“Dimana?”
“Rahasia, pokoknya romantis deh”
“Okay let see... What you called romantic”

Selama perjalanan, Lia tidak banyak bicara. Aku menggenggam tangganya dan sekali kali aku menciumnya. Kalau aku tidak memegang tangannya, tanggannya ketengkukku atau membelai punggungku atau kadang dia membelai wajahku. Aku menikmati kebersamaan kami. Aku senang sekali dan sangat menghargai karena Lia sengaja mengambil cuti hari jumat untuk bisa bersamaku. Ini seperti perjalanan Honeymoon kita. Aku tidak ingin menyianyiakan kesempatan berharga ini. aku ingin membuat moment yang tak terlupakan buat Lia, memberikan yang terbaik buat dia. Semoga dia menyukai apa yang akan aku berikan.

Jalan menuju Kaliurang tidak terlalu ramai. Aku menjalankan mobil  BMW ku dengan perlahan diringi music yang mengalun. Rasanya aku lebih suka menatap wajahnya daripada melihat jalan di depanku.

“Jangan tolah-toleh liat jalan”Katanya mengingatkanku.

Aku hanya tersenyum dan mencium tangannya. Dia mengambil langanku dan menciumnya dengan lembut. Hatiku menjadi berbunga-bunga dan bergetar. Sampai aku melewati gang tempat Gudeg Yu Narni.

“Waduh kelewatan deh!”

Kulihat dia hanya tertawa. Aku memasang sign untuk putar balik ke tempat makan Gudheg Yu Narni.

Perutku sudah mulai bernyanyi minta diisi. Kulihat sudah banyak orang yang antri untuk makan. Kelihatannya bukan orang jogja tetapi para pelancong yang ingin merasakan kenikmatan gudheg Yu Narni. Ada yang samapi bungkus 20 untuk dibawa pulang. Kulihat Lia sudah mulai memesan dan aku hanya mengikuti apa yang dia pesan. Dia juga memesah the tawar panas. Aku sendiri lebih memilih es jeruk nipis. Kami berdua menikmati makan siang kami dengan nikmat. Setelah selesai menyantap semua hidangan, aku segera membayar dan  kami melanjutkan perjalanan. Aku mengarahkan mobilku ke Magelang.

“Kita nginep di Magelang?”

Aku hanya tersenyum dang menganggukan kepala. Aku tahu dia mulai bertanya-tanya kita akan menginap di mana. Aku mulai mempercepat mobilku, aku ingin sebelum gelap sudah sampai di Hotel.

Aku melihat keterkejutan Lia ketika kami memasuki halaman hotel Amanjiwo. Dia menantapku dengan pandangan tidak percaya.

“Gila, kamu! Serius kita akan menginap disini?
“Iya, kenapa?
“Disini khan mahal banget! Semalam berapa ratus dolar rasanya hampir seribu dollar deh!
“Ya nggak apa-apa, khan kita mau honeymoon! Lagian aku punya special rates jadi nggak sampai segitu kok!”
“Tetap aja sayang itu mahal!”
“Iya, aku ingin suasana yang unforgettable sama kamu sayang!” Yuk, turun.
Kami chek in dan diantar ke kamar kami. Dalam kamar kami berciuman dengan penuh kemesraan.
“Makasih ya sayang sudah memberikan yang indah buatku”

Aku menikmati ciumannya yang penuh kelembutan dan buaian itu. aku bagaikan melayang layang seperti layang-layang yang dipermainkan oleh lidah angin yang mencumbunya dan mengajaknya berdansa dilangit yang biru. Kamipun bergeser pindah ke tempat tidur yang begitu empuk. Aku membelai wajahnya, menciumi lehernya. Kutumpahkan seluruh perasaanku, rasa sayangku, rasa cintaku. Melihat ekspresinya menerima sentuhanku, membuatku makin bergetar dan tidak ingin berhenti terus membelai seluruh tubuhnya yang telah telanjang. Seperti tanaman rambat yang tidak pernah berhenti merambati pohon mangga. Melilit, merambati tiap inci dan menyatu dengan kuat.  Kami terus menyatu, menumpahkan kerinduan dan cinta kami. Percintaan yang bergelombang naik dan turun kadang begitu lembut dan menghanyutkan seperti pasir di tepi pantai yang terseret ombak tanpa bisa menolak dan kembali lagi ke pantai. Kadang begitu liar seperti dua singa di affrica yang sedang bercinta.

Kami berdua tertidur sambil berpelukkan setelah percintaan yang hebat. Tanpa disadari senja telah lama pergi dan bulan telah terang benderang bertengger di atas. Aku menciumi Lia yang masih tertidur dalam pelukkanku. Dia makin memasukan wajahnya ke dalam dadaku,  menempelkan wajahnya ke payudaraku. Aku membelai rambutnya dengan lembut. Kulihat ada senyum diujung bibirnya yang mungil. Aku mencium ujung bibirnya dengan lembut. Rupanya dia telah terbangun dan membalas ciumanku. Kami berciuman dengan lembut dan mesra. Aku menikmati setiap belaian lidahnya di bibirku. Dapat kursakan betapa sayangnya diriku dan betapa aku tidak ingin kehilangan dia. Kami berhenti berciuman, kutatap wajahnya yang cantik diterangi cahaya bulang yang terang. Kucium keningnya dan kudekap erat-erat. “Aku mencintaimu, sayang”Bisikku ditelinganya

*****
Sudah tiga hari kami melalui Honeymoon kami, menikmati suasana romantic yang tak terkatakan. Tapi aku dapat merasakan ada sesuatu yang menahan dia lepas menikmati ini semua. Meskipun aku baru mengenalnya tapi aku dapat merasakan kalau dia ingin mengatakan seseuatu. Aku tahu Lia memang pendiam dan jarang mengungkapkan perasaan secara terus terang. “Apakah dia takut menjalin hubungan denganku? Mungkin aku harus bertanya dan memastikan hubunganku dengan dia sebelum kami pulang. Hari ini, hari terakhir dan jam 12 kami harus check out. Dia kembali ke Jakarta sore ini.

“Sayang, apa kamu suka bersamaku saat ini?Tanyaku sambil membelai rambutnya.

Dia yang rebahan dalam pelukkanku sambil menonton HBO. Segera melepaskan pelukkanku dan menatapku sambil tersenyum.

“Iya, makasih ya sayang sudah memberikan sesuatu yang indah”.
“Syukurlah, aku ingin kamu bisa menikmati kebersamaan kita. Kenapa aku merasa ada sesuatu yang sedang kamu pikirkan?”.

Aku dapat melihat ada keterkejutan dalam tatapannya. Aku hanya dia menunggu dia berbicara. Ada keraguan dalam dirinya untuk mengungkapkannya.

“Ada apa sayang?” Kataku dengan hati gelisah menanti jawabannya.
“Sayang, aku suka bersamamu dan kamu benar-benar membuatku jatuh cinta. Ada sesuatu yang ingin aku ceritakan. Setelah kamu mendengar terserah kamu masih mau berelasi denganku atau tidak.”

Aku mendengarnya dengan hati bertanya-tanya dan menyipakan diriku mendengar ceritanya.

“Aku sebetulnya baru putus dengan seseorang, nggak baru sih sudah enam bulan yang lalu. Tapi kami masih tinggal bersama”

Aku seperti mendengar geledek di siang bolong, ada cemburu dalam dadaku. Lia dapat melihat perubahan wajahku. Dia menggenggam tanganku dan menciumnya.

“Tapi kami tidak satu kamar, sayang! Aku dan dia terlanjur menyewa rumah bersama selama tiga tahun. Kurang satu tahun kontraknya habis dan dia baru saja pindah bekerja jadi aku nggak enak kalau membiarkan dia menanggung sendiri. Lagian dia sering tugas keluar kota kok! Sekarang terserah kamu apakah kamu masih mau berelasi dengan aku atau tidak”
“Apakah kamu masih mencintainya?Tanyaku dan takut kalau dia menjawab iya. Dia menggelengkan kepalanya.
“Hubungan kami memburuk sejak dia dikeluarkan dari pekerjaannya satu tahun yang lalu. Dia jadi sensitive dan uring-uringan.  Sampai akhirnya kami memutuskan berpisah baik-baik. Sebetulnya dia mau keluar dari rumah tapi aku tahu kalau dia sedang tidak punya uang. Jadi kami memang berpisah tetapi masih satu rumah. Sekarang terserah kamu, apakah kamu masih mau berelasi dengan aku”
“Bagaimana kalau kamu pindah dari kontrakan itu?
“Selama ini aku tidak pernah berpikir pindah, nunggu sampai kontraknya habis”
“Kenapa harus nunggu kontraknya habis, kita bisa cari sewa baru”kataku dengan semangat
“Boleh nggak kalau kita pelan-pelan dulu!Katanya dengan pandangan gelisah dan kuatir. Aku terdiam, ada yang menusuk dalam hatiku. Aku merasa dia masih peduli dengan mantannya.
“Sayang, aku berharap kamu bisa mengerti keadaanku. Aku perlu waktu untuk menuntaskan masalahku”Katanya dengan membelai wajahku dan menciumku. “Aku jatuh cinta denganmu dan menginginkanmu. Kamu harus percaya denganku”

Aku mengangukan kepalaku dan memeluk dia erat-erat. Aku tahu itu masa lalunya dan aku harus bisa menerima keadaannya. Kalau aku mengingkan dia, aku harus bisa menerima keadaannya. Aku tidak boleh memaksakan keinginanku.

“Iya, sayang. Aku akan menunggu. Aku sangat mencintaimu”Kataku sambil mencium keningnya.

*****
Aku benar-benar terbakar cemburu yang luar biasa. aku belum pernah merasakan sakit karena cemburu seperti ini. Rasanya sakit sekali, hatiku seperti dirajam dan perih sekali. Aku tidak bisa menahan air mataku. Aku sendiri tidak tahu kenapa aku jadi sensitive seperti ini. aku memang sering merasa cemburu dengan Grace. Tapi aku mencoba menekan perasaanku dan Lia selama ini bisa menenangkan perasaanku. Kali ini aku tidak bisa menahan rasaku. Aku sering cemburu kalau dia makan bareng dia atau keluar belanja dengan dia. Sudah setengah tahun  lebih aku bersama dia dan masih saja aku sering terganggu dengan keberadaan Grace. Aku merasa tidak nyaman mereka satu rumah. Lia selalu menenangkan diriku. Dia berkata kalau meskipun satu rumah mereka jarang bertemu. dia tidak pernah tahu kapan Grace datang dan pergi. Mereka punya kehidupan sendiri-sendiri. Tetapi kalau hari sabtu dan minggu selalu membuatku cemas, itu sebabnya aku selalu ke Jakarta. Aku merasa cemburu dia berada di rumah bersama Grace. Sampai suatu hari Lia mengingatkanku.

“Sayang, aku suka sekali kalau kamu datang setiap week end. Tetapi coba kamu hitung berapa biaya yang kamu keluarkan setiap minggu. Tiket PP Jogja-Jakarta, Hotel, Makan, paling tidak kamu mengeluarkan uang tiga juta setiap minggu. Satu bulan sudah 12 juta dan ini sudah lima bulan. Apa tidak sebaiknya kita batasi sebluan sekali aja kita bertemu”.

Aku diam saja mendengarkan perhitungan dia. Dia memang seorang accounting dan penuh dengan perhitungan.

“Iya sih, tapi aku tidak tahan kalau nggak ketemu kamu. Sebulan tiga kali aja deh”Kataku menawar.
“ya sudah sebulan dua kali aja”Katanya lagi. “Sekali kamu ke Jakarta dan sekali aku ke Jogja. Jadi kita bagi berdua”Lanjutnya.
“terus terang, aku sering merasa cemburu kalau kamu berdua dengan dia pas weekend”
“Sayangku, kamu harus percaya sama aku. Aku sama dia sudah tidak ada hubungan lagi. Kami hanya tinggal bersama dan itupun juga jarang bertemu. Bukankah aku sudah memutuskan berelasi dengan kamu. Sabar ya, nanti kontraknya habis aku akan pindah biar kamu tenang”katanya dengan membelai wajahku. Hatiku menjadi tenang dan senang mendengar kata-katanya.
 “Kamu kasi tahu ke Grace nggak kalo kamu sudah sama aku?Tanyaku kembali.
“Untuk apa aku memberitahu dia? Aku khan bukan siapa-siapa dia jadi aku tidak perlu minta ijin dia dengan siapa aku berelasi”

Aku merasa benar apa yang dikatakan oleh Lia. Aku jadi merasa tenang karena itu berarti dia menganggap Grace bukan siapa-siapanya.

Ketika aku merasa cemburu karena dia keluar makan bareng dengan dia. Aku masih ingat ucapan Lia waktu itu.

“Sayang, aku ingin jujur dengan kamu. Aku keluar makan dengan dia bukan berarti aku ada hubungan dengan dia. Aku mau keluar cari makan dan dia juga mau keluar cari makan, trus dia ngajak bareng. Ya..aku pikir apa salahnya bareng daripada aku jalan sendiri. Aku suka kamu cemburu tapi jangan keseringan ya nanti kamu jadi sakit”

Kata-katanya begitu lembut menenangkan hatiku, membuatku kehilangan kata-kata. Bersama dia aku jadi merasakan bagaimana rasanya cemburu, sakit dan perih karena cemburu. Selama ini aku tidak pernah merasakan bagaimana rasanya takut kehilangan seseorang. Aku juga tidak pernah merasakan perasaan gelisah seperti ini. aku benar-benar merasa over whelming dengan perasaanku.

Seperti sekarang ini, aku sudah berencana ingin mengajaknya nonton nanti hari jumat atau sabtu. Tapi ternyata dia sekarang pergi nonton dengan Grace. Aku memang belum mengatakan ke Lia kalau mau mengajak nonton.  Aku tad isms dia tanya sedang ngapain dan dia mengatakan kalau diajak Grace nonton. Aku langsung merasa tidak suka dan cemburu. Apalagi ketika tahu dia menonton film yang sama dengan yang ingin aku tonton.

“sayang, kamu marah ya? Maaf ya sayang kalo sudah membuat kamu nggak suka. Aku tidak bermaksud membuat kamu marah atau menyakiti kamu. Aku tadi nggak mikir ketika diajak”.Tulisnya dalam smsnya.

Aku berusaha menenangkan diriku. Aku tidak ingin karena emosi lalu mengeluarkan kata-kata yang akan berakibat fatal. “iya”balasku dalam sms. Kalau memang ingin nonton kenapa tidak menunggu aku sih! Khan besok kita akan bertemu kenapa tidak sabar menunggu. Semua kata-kata itu berputar di dalam otakku. Aku tidak tahu kenapa aku jadi emosi dan menangis. Apa karena aku sedang mens dan kangen jadi semuanya berkumpul dalam gelombong emosi yang bergerak begitu cepat mempermainkan perasaanku, mencabik-cabiknya.    

******
Aku terbangun mendengar ketukan pintu kamarku.
“Den Ayu….! Aku mendengar suara si mbok memanggil manggil di depan pintu.
Kulihat jam, “Astaga sudah jam sepuluh” Rupanya semalam aku tertidur setelah menangis. Kulihat HP-ku miss call dari Lia dan juga bbm. Belum sempat aku membaca bbm, suara si mbok sudah memanggil-manggil.

“Masuk aja mbok, ra dikunci lawang-e”teriakku.  
“Den, ada temennya dari Jakarta, sekarang lagi ngobrol sama romo”Kata si mbok
“Sopo mbok? Aku ora janjian karo sopo-sopo”Jawabku sambil berdiri menuju kamar mandi.
“Sopo yo asmane kok simbok lali! Bocahe ayu den

Aku melihat si mbok yang berusaha mengingat di usianya yang sudah tua tapi masih tetap sehat.

Asmane Den Lia”Kata si mbok. Aku langsung membalikkan badanku kaget bukan kepalang.
“Sopo mbok?
“Mbak Lia! Ayu banget cah e”

Apakah Lia ku yang datang ke jogja. Aku langsung membuka bbmnya.
“Sayangku, jangan kau diamkan aku seperti ini. Aku nggak tahan sayang. Kamu tahu aku sangat mencintaimu” bbmnya jam satu malam. “Sayang aku akan ke Jogja pagi ini” bbmnya jam 5 pagi.
“Sayang, aku sdh di pesawat” bbmnya jam 7.15. “Sayang kamu belum bangun ya? bbmnya jam 9.15

Aku buru-buru mandi, mandi tercepat yang pernah aku lakukan. Aku mengenakan bajuku dan rambutku belum terlalu kering ketika keluar kamar. Aku berjalan dengan setengah lari menuju ruang tamu. Aku baru menyadari betapa jauhnya tempatku tinggal ke ruang keluarga. Aku memang tinggal di pavilion sebelah utara komplek rumah ini. Aku melihat beberapa pekerja batik yang berada di sini sedang menjemur kain hasil batik mereka. Aku terus berjalan dengan cepat sambil membalas sapaan para pekerja. Rasa cemburu dan kesalku semalam sirna sudah berganti rasa senang dengan kehadiran Lia. Aku sungguh tidak menyangka kalau dia akan datang. Padahal aku sudah janji besok akan ke Jakarta. Aku benar-benar surprise dengan kedatangannya. Aku tidak menyangka kalau dia akan datang.

“Gawat, pasti Romo sedang mengintrograsi Lia”  Kulihat memang romo sedang ngobrol dengan Lia. Aku tidak menyangka kalau Lia pandai sekali boso. Aku berhenti mengatur nafasku sebelum masuk keruangan keluarga. Aku mendengar kalau ternyata Romo mengenal keluarga Lia. Aku mengetuk pintu dan masuk.
“Sudah bangun?Tanya Romo sambil memegang rokok cangklongnya.
“Sampun Romo”Kataku sambil duduk di sebelah Lia. “Sudah lama ya?Tanyaku ke Lia.

Lia hanya tersenyum melihatku dan mengelap air yang masih menetes di wajahku.
“Kamu tahu nggak Lia ini anak siapa?Tanya Romo tiba-tiba.

Aku hanya menggelengkan kepalaku. Aku tiba tiba merasa bodoh karena tidak pernah bertanya mengenai keluarga Lia. Aku memang mengenal kakak-kakaknya tapi aku tidak pernah bertanya nama Ayahnya atau Ibunya. Aku tahu kalau kedua orang tuanya sudah meninggal jadi aku tidak pernah bertanya lebih lanjut. Aku takut kalau pertanyaanku akan membuat dia sedih. aku hanya tahu usaha kakaknya di bidang ukiran kayu dan kakak perempuannya menikah dengan pengusaha kaya.

“Kamu ini piye toh, kok keluarga pacar tidak tahu. Dia ini pacarmu atau temen?

“Shit”Kataku dalam hati. Aku gelagapan dengan pertanyaan Romo yang begitu terus terang dan langsung. Aku tidak menyiapkan jawaban dan tidak menyangka akan ditanya seperti ini. aku menoleh menatap wajah Lia dan dia menganggukan kepalanya.

“Kamu tahu nggak kalo pamannya dia dulu batal menikah dengan Bu Lik mu? Dan Bu lik mu sampai sekarang belum menikah karena itu. Apa memang keluarga kita berjodoh dengan keluarganya. Kalo kamu memang pacaran sama dek Lia, kamu harus minta ijin sama Bu Lik mu.”
“Njeh Romo”
“Sudah kamu ajak sarapan dulu, dek Lia trus ajak ke rumah Bu Lik mu. Sama cari ibumu di belakang sana kenalkan Lia sama ibumu”
“Njeh Romo”

Setelah Lia berpamit, aku mengajaknya keluar dan keliling rumah mencari ibu di dapur. Ternyata ibu sedang memeriksa para pembatik baru dan mengajarinya membatik.

“Bu, kenalkan ini Lia”Kataku ketika ketemu ibu.

Lia mengulurkan tangannya dan mencium tangan ibu. Kulihat Ibu suka dengan Lia yang sopan dan kalem.

“O..ini toh! Yang membuat Novi sering pergi ke Jakarta”Kata ibu sambil tersenyum. “Sana, ajak makan dulu”lanjut ibu

Aku langsung mengajak Lia ke kamarku. Aku mengunci pintu dan langsung memeluknya erat-erat. aku mencium dia penuh dengan perasaan. aku merasa bersalah semalam telah cemburu dan marah dengan dia. aku jadi merasa malu dengan sikapku yang kekanak-kanakan. 

“Kamu kok nggak ngomong sih kalau mau datang”
“Habis kamu marah khan semalam! Bbmku aja nggak kamu balas! Telponku aja nggak kamu angkat”
“Maaf ya, aku ketiduran dan HP aku silent. Aku nggak marah kok sama kamu”
“ihh, emangnya aku nggak kenal kamu kalo lagi ngambek”Katanya sambil mengetuk dahiku.
Aku hanya tertawa dan mencium dia dengan perasaan bahagia.
 “Maafkan aku ya sayang kalo aku ke kanak-kanakan. Aku takut kehilangan kamu”Kataku sambil memeluknya erat-erat.

******
“Sayang bagaimana kalau Bu Lik nggak suka sama aku?Tanya Lia ketika kami dalam perjalanan menuju rumah Bu Lik.
Aku menoleh, aku melihat ada kegelisahan di mata Lia. Aku mengambi tanggannya dan menciumnya .

“Kamu nggak usah takut ya! Apapun yang terjadi aku akan tetap memilih kamu menjadi pasangan hidupku. Lagian Bu Lik itu sangat sayang sama aku, dari kecil aku selalu disayang sama Bu Lik. Kalo aku dimarahi Romo, Bu Lik yang selalu membela aku.”
“Oya.. kalau Bu Lik tahu, aku ponakan Pak Lik Seno gimana ya. Aku kok jadi deg-degan takut”
“Kita hadapi bersama ya sayang”
“Iya”Jawabnya dan sudah terlihat lebih tenang.

Aku memarkirkan mobilku dipekarangan dan kulihat Pak Min tukang kebun Bu Lik datang menghampiri. Aku segera mengajak Lia turun.

“Bu Lik wonten pak?Tanyaku kepada pak min
“Wonten, den!
“Yuk kita masuk!”Ajakku dan menggandeng lengan Lia.
“Wah ngimpi opo aku, kok anakku seng cakep nyambangi aku!Sambut Bu Lik di depan pintu. Aku segera menyongsong Bu Lik dan mencium pipinya.
“Bu Lik iki, ono ono wae”
“Sopo cah ayu iki? Pacarmu po?Tanya Bu Lik melihat Lia. Lia mendekati Bu Lik dan mencium tangannya.
“Lia, Bu Lik”Kata Lia memperkenalkan diri.
“Pinter to bu lik  aku golek pacar?Jawabku. Bu Lik memang orang pertama yang mengetahui kalau aku lesbian waktu SMA. Bu Lik Cuma takut kalau Romo tahu dan mengusirku.
“Romo mu wes ngerti durung? Percuma duwe bojo ayu yen Romo mu ora seneng!”
“Malah Romo yang suruh tanya ke Bu Lik”
“Lho, la ngopo kok dikongkon takon aku? Kata Bu Lik sambil mengajak kami masuk ke ruang keluarga.
“Bu Lik, ada yang ingin kami sampaikan semoga Bu Lik ndak marah”
“Ono opo to iki kok serius!”

Aku berusaha hati hati menyampaikan berita ini, aku tidak ingin menyakiti hati Bu Lik atau mengingatkan dia akan kenangan lamanya.

“Bu Lik, Lia ini keponakan Pak Lik Seno”Kataku pelan dan menunggu reaksinya. Kulihat Bu Lik menghela nafas.
“Oalah dunia kok yo sempit to yo!”
“Romo meminta saya untuk minta ijin sama Bu Lik”

Kulihat Bu Lik kembali menghela nafas dan tersenyum kepada kami. Melihat senyumnya aku langsung agak lega. Ini menandakan Bu Lik tidak apa-apa.

“Aku sama Pak Lik mu itu memang dulu saling mencintai dan kami sudah bertunangan. Seno itu ganteng, baik, pengusaha sukses. Banyak perempuan yang suka dan jatuh cinta kepada dia. Tapi aku percaya kalau dia tidak akan tergoda dengan perempuan lain.  Sampai suatu hari dia dijebak oleh seorang perempuan yang memang mencintai Seno.  Mereka berhubungan seks sekali dan membuat perempuan itu hamil. Seno datang kepadaku dan mengakui kesalahannya. Dia tidak yakin kalau itu adalah anaknya. Aku cuma bilang, kamu sudah berani berbuat harus berani bertanggung jawab. Perempuan itu menuntut untuk dinikahi atau dia akan memberitakan masalah ini di Koran. Demi menjaga nama baik akhirnya Seno memutuskan pertunangan kami dan menikahi Shinta. Seno bersumpah dihadapanku kalau dia akan selalu mencintaiku, meskipun dia menikahi Shinta, dia tidak akan menyentuhnya selamanya. Setelah pesta pernikahan dia malah datang ke rumah ini dan tidur di bale-bale depan karena aku tidak ingin menemuinya. Keluarga kita dengan keluargamu jadi bermusuhan sejak itu. Seno berusaha beberapa kali ingin menceraikan Shinta tapi Ayahnya tidak menyetujui. Seno memang membuktikan ucapannya dan janjinya kepadaku. Mereka meskipun sudah menikah tetapi tidak pernah serumah. Dan kami tetap menjadi bahan gunjingan. Dulu Bu Lik digunjingkan karena batal menikah dengan Seno, setelah seno menikah Bu Lik dianggap merusak hubungan mereka. Ada yang mengatakan Bu Lik mengguna-gunai Seno sampai jadi impoten dan tidak pernah menyentuh Shinta. Kami memang diam-diam masih menjalin hubungan. Karena kami berdua kalau cinta kami begitu kuat, hanya keadaan yang menghambat cinta kami berdua. Kami pernah berpikir untuk lari ke luar negeri berdua tapi mbah puterinya novi yang mencegah. Aku tidak tega melihat ibuku menangis dan bersujud dihadapanku untuk tidak pergi dengan Seno. Sampai akhirnya kami berdua terlalu tua dan lelah untuk meneruskan hubungan kami. Dan yang paling menyedihkan ketika Seno sakit kanker paru-paru, aku tidak bisa merawatnya. Ketika dia meninggal aku tidak berani melayatnya. Aku seperti kehilangan separuh diriku ketika seno pergi. Diam-diam aku sering ke makam dia”Bu Lik mengakhiri ceritanya dengan menghapus air matanya.

Kulihat Lia berdiri menghampiri Bu Lik dan memeluknya.
“Maafkan keluarga saya ya Bu Lik”

Aku melihat dua orang yang aku cintai saling berpelukan dan menangis. Hatiku jadi terharu sekaligus senang. Aku senang kalau Bu Lik juga menyukai Lia dan bisa menerimanya.

 “Kamu nggak salah nduk! Aku senang kalau kamu bisa sama Novi, setidaknya kita masih bisa melanjutkan penyatuan keluarga yang tertunda”
“Makasih Bu Lik”
“Sudah mulai sekarang kita nggak usah mengungkit masa lalu dan semua sudah selesai. Nanti aku akan bicara dengan Romonya Novi”

Tidak ada yang lebih membahagiakan ketika mendengar hal itu. aku seperti mendapatkan restu dan makin mantap menjalain hubunganku dengan Lia.  

******

Perjalanan cintaku memang dengan Lia memang naik-turun. Aku pernah nyaris putus dengan dia tapi tidak jadi. Ketika itu kami sedang ngobrol di telpon seperti biasa dan tiba-tiba Lia bertanya,

“Sayang, bagaimana kalau sewa rumahnya diperpanjang?

Seketika aku menjadi kesal dan marah. Aku menjadi cemburu dan merasa kalau Lia masih sayang dengan Grace dan tidak bisa meninggalkan dia.

“Maksudnya apa? Kamu nggak ingin berpisah dengan dia ya?
“Bukan begitu sayang, aku cuma nggak tega aja sama dia!

Hatiku langsung merasa ditusuk dan dirobek robek. Aku merasakan sakit yang luar biasa. mendadak aku menjadi sedih karena Lia lebih memikirkan Grace daripada aku. Badanku menjadi lemas tak bertenaga dan air mata diam-diam mengalir.

“Terserah kamu aja deh!”kataku dan mematikan HP.

Aku menjadi marah dan sedih. aku merasa Lia tidak memperhatikan perasaanku. Apakah dia tidak tahu kalau aku begitu mencintainya. Apakah dia tidak mengerti perasaanku yang merasa kuatir dengan kebersamaannya serumah dengan Grace. Sebenarnya aku tidak ingin mengatur hidup Lia harus bagaimana. Aku juga sadar dari awal Lia memang sudah menjelaskan keadaannya. Aku tidak pernah berpikir kalau ini bisa melukai diriku. Aku memang selama ini tidak pernah jatuh cinta, tidak pernah berelasi secara serius dengan seseorang. Aku jadi sering gelapan dengan perasaan yang datang seperti jet coster. Apakah aku salah kalau aku menginginkan dia tidak serumah dengan mantannya? Apakah keinginanku terlalu berlebihan.

HP ku kembali berbunyi, kulihat nama Lia muncul di layar. Aku mengangkatnya dengan malas.

“Sayang”Kudengar suara Lia di seberang sana. Aku diam saja dan hanya mendengar suranya.
“Maafkan aku ya sayang! Aku memang sering menyakiti kamu. Harusnya aku tidak pernah tanya soal ini ke kamu”

Kudengar suaranya berubah, aku tahu kalau Lia sedang menangis di seberang sana. Terus terang aku tidak tega mendengarnya menangis. Aku yang katanya ingin membuatnya bahagia kenapa membuat dia menangis. Apakah aku harus mengorbankan perasaanku sendiri demi kebahagiannya.

“Kalau kamu masih ingin memperpanjang sewa rumah ya terserah kamu. Kamu nggak usah mikiran aku. Kalau menurut kamu itu yang terbaik buat kamu, ya sudah lakukan saja”Kataku sambil menahan rasa sakit yang menusuk.

Mungkin aku munafik, apa yang aku katakan tidak sama dengan apa yang aku rasakan. Aku tidak ingin dia bersedih, meskipun aku sendiri merasa bersedih.

“Sudahlah biar aku sendiri yang memutuskan nanti”Kata Lia dengan suara serak.
“Iya”jawabku datar dan dia mematikan HP nya.

Aku termenung setelah dia mematikan HPnya. Apakah aku salah? Kalau seandainya dia tinggal dengan orang lain apakah aku juga merasa terganggu dan marah? Kenapa aku jadi seperti ini? aku jadi takut karena aku merasa jadi posesif dan kenapa aku tidak percaya diri? Harusnya aku percaya dengan cinta kita, percaya kalau Lia hanya menginginkan diriku. Percaya kalau dia memang mau berelasi denganku. Selama ini dia sudah menunjukkan perasaan cintanya dengan sikapnya. Harusnya aku memberikan kebebasan buat dia untuk menentukan apa yang diinginkannya. Kulihat HPku menyala, ada bbm masuk. Aku lihat dari Lia.

“Maafkan aku ya sayang, mungkin aku bukan perempuan yang baik dan tepat buat kamu. Aku selalu menyakitimu. Aku memang tidak pantas mendapat cintamu”

Aku merasa sedih membaca bbm nya dan tiba-tiba aku merasa seperti kehilangan dia. Ada yang sakit didadaku. Aku tidak ingin berpisah darimu sayang.

“Maafkan aku, kalau aku terlalu egois dan memaksakan kehendakku. Kalau kamu masih ingin memperpanjang sewa rumah, lalukan saja.”balasku
“Aku sangat mencintaimu sayang”Balasnya
“Aku juga sangat mencintaimu dan aku tidak ingin kehilangan kamu”balasku
“Cintaku hanya untukmu dan Kamu tidak akan pernah kehilangan aku sayang. Karena aku hanya menginginkanmu. Kamulah belahan jiwaku sayang”

Aku menitikkan air mataku, perasaanku bercampur aduk menjadi satu. Aku tidak tahu apa yang aku rasakan semuanya ada didalam dadaku.

“Makasih sayang”Jawabku.

*****
Pagi ini aku senang sekali ketika bangun tidur mendapat bbm dari Lia.

“Sayang, besok kalau kamu datang temeni aku liat sewa apartemen ya”

Aku yang masih mengantuk, langsung terbangun begitu membaca bbmnya.

“Iya sayang dengan senang hati”balasku dengan memasang icon smiley in love. 
“Kok kamu nggak tanya kenapa aku mau pindah?
“hehehe, iya kenapa sayang?balasku
“Iya, aku mikirkan kamu cintaku. Kalau aku pindah dan sendiri, kamu khan tidak perlu menginap di hotel lagi dan bisa menghemat biaya. Hehehehe”
“Makasih ya sayang, sudah memikirkan aku. Uang hotelnya khan bisa buat bayar sewa apartemen”.
“Bukan itu maksudku sayang”balasnya

Aku tahu kalau Lia orangnya tidak suka dibantu dan sangat mandiri. Dia tidak pernah mau kalau dibantu soal keuangan. 

Aku senang akhirnya Lia memutuskan pindah dan berpisah dengan Grace. Selama satu bulan ini kami memang tidak pernah membahas soal pindah rumah. Aku mencoba bersikap biasa dan membiarkan Lia untuk mengambil keputusan sendiri. Aku mempersiapkan diriku untuk menerima segala kemungkinan. Kemungkinan dia akan memperpanjang sewa rumah dan masih tetap tinggal dengan Grace. Aku tidak berani berharap karena aku takut kalau aku akan kecewa dan sedih. aku berusaha menikmati apa yang aku punya. Menikmati kebersamaanku dengan Lia dan tidak mengungkit soal Grace.

Ini mungkin bisa menjadi awal kehidupan kami berdua. Selama ini kami selalu bertemu di hotel. Dari satu hotel ke hotel yang lainnya. Aku juga tidak pernah ke rumah kontrakannya. Paling aku mengantar dia di depan rumah atau dia yang mengantar aku ke airport. Aku tidak pernah ingin ke rumahnya dan dia juga tidak pernah mengajakku ke tempatnya. Aku benar-benar senang dengan keputusannya. Aku jadi bersemangat dan tidak sabar untuk bertemu dengan Lia.

*****
Aku menatap wajahnya yang sedang terlelap. Aku mencium keningnya dengan penuh cinta. Aku tersenyum sendiri mengingat celetukannya di American Grill soal tikus. Dia memang seperti itu, orangnya selalu serius tetapi bila menceletuk selalu lucu dan tanpa ekspresi. Sudah dua tahun setengah lebih hubungan kami dan banyak peristiwa yang telah kami lalui. Mulai dari hubungan dua keluarga besar kami, hubungannya dengan Grace dan lompatan-lompatan perasaanku yang tidak menentu. Hubungan kami memang belum bisa dikatakan sudah mapan. Tapi kami berdua selalu saling mendukung dan mengerti.

Aku tidak ingin mengumbar janji yang muluk dengan dia tapi aku hanya ingin menikmati, merasakan cinta dia, cinta kami dan ingin nyala cinta itu selalu berkobar, selalu ada di hati kami berdua. Aku juga tidak tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Aku cuma ingin menjaga hati ini hanya untuk dia. Aku ingin menjadi tua bersama dia dan tetap bisa menikmati percintaan kami yang selalu membara. Aku akan menjalani semuanya dengan hati yang gembira dan pikiran terbuka untuk menerima segala kemungkinan. Aku hanya bisa bersyukur dan berdoa untuk hubungan kami berdua agar selalu dilindungi dan di jaga.

Sebentar lagi tahun baru hubungan kita akan memasuki tahun ketiga. Aku begitu bahagia akhirnya menemukan seseorang yang bersedia mengarungi kehidupan. Perempuanku yang menjadi belahan jiwaku. Perempuan yang dapat membuatku merasakan arti dicintai dan mencintai. Perempuan yang membuatku belajar tentang perasaan cinta dan satu satunya yang tidak membuatku egois. Perempuan yang telah lama kunantikan. Semoga aku selalu ada buatmu kekasihku. Kucium dia sebelum aku sendiri terlelap.


"A Thousand Years"
Heart beats fast
Colors and promises
How to be brave?
How can I love when I'm afraid to fall
But watching you stand alone?
All of my doubt suddenly goes away somehow

One step closer

I have died everyday waiting for you
Darling don't be afraid I have loved you
For a thousand years
I'll love you for a thousand more

Time stands still
Beauty in all she is
I will be brave
I will not let anything take away
What's standing in front of me
Every breath
Every hour has come to this

One step closer

I have died everyday waiting for you
Darling don't be afraid I have loved you
For a thousand years
I'll love you for a thousand more

And all along I believed I would find you
Time has brought your heart to me
I have loved you for a thousand years
I'll love you for a thousand more

One step closer

I have died everyday waiting for you
Darling don't be afraid I have loved you
For a thousand years
I'll love you for a thousand more

And all along I believed I would find you
Time has brought your heart to me
I have loved you for a thousand years
I'll love you for a thousand more

4 comments:

  1. perempuan biasa sajaJanuary 4, 2013 at 6:54 PM

    Nice story.. :). Walopun agak terlalu mbulet di beberapa bagian (maaf) dan bisa saja sebenernya beberapa bagian dapat dipotong (maaf lagi), namun cerita ini dapat membuatku membaca hingga selesai.. :)

    ReplyDelete
  2. terima kasih sudah membaca sampai habis dan juga atas masukannya.

    ReplyDelete
  3. Ceritanyaa bagus, longdistance yg mengajarkan byk hal,,

    ReplyDelete